Disusun Oleh :
TAHUN 2022
1
i
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap Bismillahirohmanirohim Dan Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Atas
Limpahan Taupiq Dan Rahmatnya,Sehingga Makalah Yang Berjudul Memahami
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Telah Selesai Dengan Baik Tanpa Adanya Hambatan.
Penulis Menyadari Pula Bahwa Selama Pembuatan Makalah Ini Masih Banyak Kekurangan
Dan Kesalahan Dalam Penulisan,Oleh Karena Itu Penulis Dengan Senang Hati Menerima Kritik
Dan Saran Yang Berguna Demi Kesempurnaan Makalah Ini.
Harapan Penulis Semoga Makalah Ini Berguna Bagi Penulis Dan Umumnya Bagi Para
Pembaca.
2
ii
DAFTAR ISI
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia menganut konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah (school based
management) atau biasa disingkat MBS. Sebelum adanya otonomi daerah ini pengelolaan
pendidikan yang dianut Indonesia sangat bersifat sentralistik, dimana pusat sangat dominan
dalam pengambilan kebijakan dan daerah bersifat pasif; hanya sebagai penerima dan pelaksana
pemerintah pusat.
MBS memberiksn keluasan bagi sekolah untuk menentukan arah dan kebijakan yang relevan
dengan situasi dan kondisi lingkungannya. MBS juga memberikan peluang yang sangat besar
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Penting bagi guru, calon guru, maupun pemerhati pendidikan untuk benar-benar memahami
konsep MBS ini agar nantinya bisa menjalankan manajeman pendidikan di sekolah sesuai
dengan apa yang tertuang dalam konsep MBS. Untuk itu dalam makalah ini akan dikupas
mengenai pengertian MBS, alasan mengapa perlu adannya MBS,ciri-ciri MBS, tujuan MBS,
manfaat MBS, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam MBS, dan model-model MBS.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, dan agar permasalahan lebih
mudah untuk dibahas, maka dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa pokok, seperti:
1. Apa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
2. Mengapa perlu adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
3. Apa saja ciri-ciri Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
4. Apa saja tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
5. Apa manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
6. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
7. Berikan contoh model-model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
4
C. Tujuan Penulisan
Berdasar perumusan masalah diatas, pengetahuan tentang Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) penting untuk diketahui bagi pendidikan. Secara umum tulisan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2. Mengetahui perlunya ada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
3. Mengetahui ciri-ciri Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
4. Mengetahui tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
5. Mengetahui manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
6. Mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
7. Mengetahui contoh model-model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
5
BAB II
PEMBAHSAN
Secara leksikal, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata,
yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau
asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai
penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau
pembelajaran.
Definisi yang mencakup makna yang lebih luas dikemukakan oleh Wohlstetter dan Mohrman
(1996). Secara luas MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah
dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan sekolah pada tingkat lokal
guna memajukan sekolahnya. Partisipan lokal sekolah tak lain adalah kepala sekolah, guru,
konselor, pengembang kurikulum, administrator, orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan siswa.
Secara lebih sempit MBS hanya mengarah pada perubahan tanggung jawab pada bidang
tertentu seperti dikemukakan Kubick (1988). MBS meletakan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan dari pemerintah daerah kepada sekolah yang menyangkut bidang
anggaran, personel, dan kurikulum. Oleh karena itu, MBS memberikan hak kontrol proses
pendidikan kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua.
6
sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.
Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para
staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang
memiliki tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut :
a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik,
orangtua, dan guru;
b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal;
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat
pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru dan iklim sekolah;
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen
sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
Dalam pelaksanaannya di Indonesia, perlu ditekankan bahwa kita tidak harus meniru secara
persis model-model MBS dari negara lain. Sebaliknya Indonesia akan belajar banyak dari
pengalaman-pengalaman pelaksanaan MBS di negara lain, kemudian memodifikasi,
merumuskan dan menyusun model dengan mempertimbangkan berbagai kondisi setempat seperti
sejarah, geografi, struktur masyarakat, dan pengalaman-pengalaman pribadi di bidang
pengelolaan pendidikan yang telah dan sedang berlangsung selama ini.
B. Alasan Mengapa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Pengelolaan pendidikan yang dianut dan dijalankan di Indonesia selama ini sangat bersifat
sentalistik, di mana pusat sangat dominan dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, daerah dan
sekolah bersifat pasif, hanya sebagai penerima dan pelaksana perintah pusat. Pola kerja
sentralistik tersebut sering mengakibatkan adanya kesenjangan antara kebutuhan riil sekolah
dengan perintah atau apa yang digariskan oleh pusat.
7
Beberapa kegiatan pada tahap awal yang ditempuh dalam pelaksanaan MBS antara lain meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a) Meningkatkan kemampuan personil sekolah dalam pengelolaan sekolah, termasuk pengelolaan
sember daya dan penyusunan program untuk mencapai tujuan sekolah.
b) Memberikan wewenang kepada sekolah untuk mengelola sumber daya dan mengatur rumah
tangga sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dalam batas-batas peraturan.
c) Mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk mendukung pendidikan di sekolah.
d) Mendorong pemanfaatan anggaran sekolah sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah dengan
memberikan “block grant” yang dimanfaatkan bersama dengan anggaran dan sumber-sumber
lain.
e) Mendorong adanya transparasi dalam pengelolaan sekolah, mulai dari perencanaan sampai
dengan evaluasi. Dalam hal keuangan dengan membuat RAPBS yang melibatkan kepala sekolah,
guru serta pengurus BP3 dan juga tokoh masyarakat.
f) Mendorong dan memanfaatkan kemampuan personil sekolah untuk meningkatkan kretifitas dan
kemampuan yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang aktif, efektif dan
menyenangkan serta terciptanya kondisi sekolah yang “sayang anak” (child friendly).
g) Bekerjasama dengan pemerntah untuk mendukung upaya pelaksanaan kegiatan rintisan MBS di
sekolah yang ditunjuk (S. Ballen, dkk, 2000).
Peluang keberhasilan dalam menerapkan MBS di sekolah pada saat ini cukup besar karena
adanya factor pendukung berikut:
a) Tuntutan kehidupan demokratisasi yang cukup besar dari masyarakat dalam era reformasi seperti
sekarang ini.
b) Penerapan Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah yang menekankan pada
otonomi pemerintah pada tingkat Kabupaten/Kota.
c) Adanya komite sekolah yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan program JPS pendidikan
di banyak sekolah.
8
d) Adanya keinginan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan
di sekolah dengan meningkatkan tugas, fungsi dan peran BP3.
9
lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan.
5. Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggungjawab kepada masyarakat, selain kepada
pemerintah atau yayasan.
6. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah.
Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan
kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan
pengelolaan sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut, BPPN dan Bank Dunia (1999),
mengutip dari Focus on School: The Future Organisation of Education Services for Student,
Departement of Education, Australia (1990), mengemukakan ciri-ciri MBS dalam bagan
berikut :
10
Organisasi Sekolah Proses Belajar Sumber Daya Sumber Daya
Mengajar Manusia dan
Administrasi
Menyediakan Meningkatkan Memberdayakan Mengidentifikasi
manajemen kualitas belajar staf dan sumber daya
organisasi siswa menempatkan yang diperlukan
kepemimpinan personel yang dan
transformasional dapat melayani mengalokasikan
dalam mencapai keperluan sumber daya
tujuan sekolah semua siswa tersebut sesuai
dengan
kebutuhan
Menyusun rencana Mengembangkan Memilih staf Mengelola dana
sekolah dan kurikulum yang yang memiliki sekolah
merumuskan cocok dan tanggap wawasan
kebijakan untuk terhadap manajemen
sekolahnya sendiri kebutuhan siswa berbasis sekolah
dan masyarakat
sekolah
Mengelola kegiatan Menyelenggarakan Menyediakan Menyediakan
operasional sekolah pengajaran yang kegiatan untuk dukungan
efektif pengembangan administratif
profesi pada
semua staf
Menjamin adanya Menyediakan Menjamin Mengelola dan
11
komunikasi yang program kesejahteraan memelihara
efektif antara sekolah pengembangan staf dan siswa gedung dan
dan masyarakat yang diperlukan sarana lainnya
terkait (school siswa
community)
12
dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi,
mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun
pemimpin sekolah. Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah untuk menyusun
kurikulum, guru didorong untuk berinovasi dengan melakukan eksperimentasi-eksperimentasi di
lingkungan sekolahnya. Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tanggap sekolah terhadap
kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan pesrta
didik dan masyarakat sekolah. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan
partisipasi orangtua, misalnya orangtua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.
BPPN bekerjasama dengan Bank Dunia (1999) telah mengkaji beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan MBS. Fakto-faktor tersebut yaitu :
a. Kewajiban Sekolah
MBS yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam
menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelola sistem pendidikan profesional. Oleh karena itu,
pelaksanaannya perlu disertai seperangkat kewajiban, monitoring dan tuntutan
pertanggungjawaban (akuntabel) yang tinggi. Dengan demikian, sekolah dituntut mampu
menampilkan pengelolaan sumberdaya secara transparan, demokratis, tanpa monopoli, dan
13
bertanggungjawab baik terhadap masyarakat maupun pemerintah, dalam rangka meningkatkan
kapasitas pelayanan terhadap peserta didik.
b. Kebijakan dan Prioritas Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak merumuskan kebijakan-
kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan program peningkatan
melek huruf dan angka (literacy and numeracy), efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Pemerintah juga perlu merumuskan seperangkat pedoman umum tentang pelaksanaan MBS
untuk menjamin bahwa hasil pendidikan (student outcomes) terevaluasi dengan baik, kebijakan-
kebijakan pemerintah dilaksanakan secara efektif, sekolah dioperasikan dalam kerangka yang
disetujui pemerintah, dan anggaran dibelanjakan sesuai dengan tujuan.
2) Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan pembelajaran;
3) Memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa
yang seharusnya serta mampu memperkirakan kejadian di masa depan berdasarkan situasi
sekarang;
4) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang
berkaitan dengan efektifitas pendidikan di sekolah;
14
mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.
e. Pengembangan Profesi
Agar sekolah dapat mengambil manfaat yang ditawarkan MBS, perlu dikembangkan adanya
pusat pengembangan profesi, yang berfungsi sebagai penyedia jasa pelatiahan bagi tenaga
kependidikan untuk MBS.
15
2. Model MBS di Amerika Serikat
Penerapan MBS secara serius di Amerika Serikat terjadi pada saat adanya gelombang
reformasi pendidikan tahap kedua, yaitu pada tahun 1980-an. Gelombang kedua ini sebagai
kebangkitan kembali akan adanya kesadaram dan pentingnya pengelolaan pendidikan pada
tingkat sekolah. Era itu merup-akan kelanjutan reformasi yang terjadi pada tahun 1970-an pada
saat sekolah-sekolah di distrik menerapkan Side-Based Management.
Gelombang pertama ditandai dengan adanya sentralisasi fungsi-fungsi pendidikan pada
tingkat pusat, mencakup kurkulum dan ujian nasional. Gelombang kedua terjadi karena adanya
laporan dari The National Commision on Excellentce in Educatin (1983) yang selanjtnya
dilakukan pengurangan keterlibatan pemerintah pusat dan pemerintah federal.
Sistem pendidikan di Amarika Serikat, mula-mula secara konstitusional pemerintah pusat
(state) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pemerintahan daerah (distric)
hanya sebagai unit pembuatan kebijakan dan administrasi. Pemerintah federal memiliki peran
yang terbatas bahkan semakin berkurang perannya. Perannya hanya dibatasi terutama pada area
khusus, yaitu dukungan pendapatan.
16
BAB III
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19