Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KARAKTERISTIK INPUT MBS/M


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah
Dosen Pengampuh : Dr. Drs. H. Suhadi Winoto, B.A; M.Pd

Oleh kelompok 1 :
1. Vina Habibatul Khoiroh (202101030057)
2. Andi Prabowo (T20183114)
3. Inayatus sa'adah (202101030029)
4. Mochammad Zainal Abidin (T20183082)
5. Mudya Fahira, MT (202101030089)
6. Yeni Adi Aprilia (202101030078)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ
JEMBER
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Karakteristik Input
MBS/M’’dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Dr. Drs. H. Suhadi Winoto, B.A; M.Pd pada mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Karakteristik
Input MBS/M pada Lembaga Pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. H. Suhadi Winoto,
B.A; M.Pd selaku dosen pada mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang telah
membimbing kami dan kepada orang tua yang telah mendo’akan, juga kepada teman-
teman.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 30 Maret 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHSAN...........................................................................................................................3

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah........................................................................3

2.2 Model Manajemen Berbasis Sekolah...............................................................................4

2.3 Prinsip-prinsip Manajmen Berbasis Sekolah....................................................................5

2.4 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah..........................................................................6

2.5 Karakeristik Manajemen Berbasis Sekolah......................................................................7

2.6 Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah................................9

BAB III.....................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11

3.2 Saran...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Rusman, Beragamnya kebutuhan siswa dalam belajar, kebutuhan guru
dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan staf lain dalam pengembangan
profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah
dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan
tuntutan stakeholders untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak pada keharusan
bagi setiap individu, terutama pimpinan lembaga pendidikan harus mampu merespon dan
mengapresiasikan kondisi tersebut didalam proses pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan
framework dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat terutama yang memiliki
kepedulian kepada pendidikan. Karena sekolah berada pada bagian terdepan dari proses
pendidikan, pembahasan ini memberikan konsekuensi bahwa sekolah harus menjadi
bagianutama di dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Sementara itu, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami
pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai pendukung dalam hal
menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.1

MBS dimaksudkan meningkatkan otonomi sekolah, menentukan sendiri apa yang


perlu diajarkan, dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi. MBS juga
memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kepala sekolah, guru dan administrator
yang professional. Dengan demikian, sekolah akan bersifat responsive terhadap
kebutuhan masing-masing siswa dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat
dioptimalkan melalui partisipasi langsung orangtua dan masyarakat. Oleh karena itu,
MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara Indonesia terutama
mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.2

1
Rusman, Manajemen Kurikulum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 553
2
Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Edisi Kedua; Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
h. 573.

1
Makalah di hadapan pembaca ini akan berusaha menjelaskan beberapa hal di atas
dengan mengambil beberapa referensi terkait. Harapannya tentu saja agar pembaca
setidaknya mampu melihat gambaran mengenai Karakteristik Input MBS itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah itu?
2. Apa Model Manajemen Berbasis Sekolahitu?
3. Apa Prinsip Manajemen Berbasis Sekolahitu?
4. Apa Landasan Manajemen Berbasis Sekolah itu?
5. Apa Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah itu?
6. ApaIndikator Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah itu?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
2. Untuk mengetahui Model Manajemen Berbasis Sekolah
3. Untuk mengetahui Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
4. Untuk mengetahui Landasan Manajemen Berbasis Sekolah
5. Untuk mengetahui Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
6. Untuk mengetahuiIndikator Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah

2
BAB II

PEMBAHSAN

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah


Menurut Fattah, MBS sebagai terjemahan dari School Based Management (SBM)
adalah suatu pendekatan praktis yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah
dengan memberikan kekuasaan kepada sekolah untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya kinerja sekolah yang mencakup guru, pegawai, kepala sekolah,
orangtua siswa dan masyarakat yang berkepentingan.3

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Mulyasa adalah


pemberian otonomi yang luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola
sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap dengan kebutuhan setempat.4

Umaedi menyatakan bahwa MBS atau MPMBS merupakan proses pengelolaan


pendidikan yang lebih menekankan pada kemandirian dan kreatifitas sekolah serta
perbaikan proses pendidikan.5

Departemen Agama RI mendefenisikan Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu


ide tentang pengambilan keputusan pendidikan yang diletakkan pada posisi yang paling
dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah. Pemberdayaan sekolah dengan otonomi yang
lebih besar, disamping menunjukkan sikap dan tanggap pemerintah terhadap tuntutan
masyarakat, juga merupakan sarana peningkatan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikan.6

Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan MBS sebagai model manajemen


yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang lebih dalam melibatkan warga sekolah yang
3
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2004), hal. 16.
4
E. Mulyasa, Manajemen Berbaisis Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal.
19.
5
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan
Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. www.ssep.net , 1999, hal. 4.
6
Departemen Agama RI, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam, 2005), hal. 3.

3
terdiri dari guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orangtua siswa dan masyarakat secara
langsung untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.7

2.2Model Manajemen Berbasis Sekolah


Model MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong
partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 26MPMBS merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS).

Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus


kepentingan warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan
nasional yang berlaku. Sedangkan pengambilan keputusan partisipatif adalah cara untuk
mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik
dimana warga sekolah di dorong untuk terlibat secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Sehingga diharapkan sekolah akan menjadi mandiri dengan ciri-ciri sebagai berikut:
tingkat kemandirian tinggi, adaptif, antisipatif, dan proaktif, memiliki kontrol yang kuat
terhadap input manajemen dan sumber dayanya, memiliki kontrol yang kuat terhadap
kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada dirinya dan prestasi merupakan acuan bagi
penilaiannya.

Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang Ideal

Dalam Departemen Pendidikan Nasional (2007) menjabarkan skema MBS yang


ideal sebagai berikut : (1) Kualitas dan Informasi, (2) Konteks, (3) Input, (4) Proses, (5)
Output, (6) Outcome, (7) Produktifitas, (8) Efisiensi Internal, (9) Efisiensi Inetrnal, (10)
Efektifitas8

Dengan adanya pembanding model-model yang dilaksanakan di negara negara lain


maka indonesia dapat mengutip sebagian yang sesuai dengan pedoman pendidikan serta
mempunyai cita-cita terwujudnya pendidikan nasional yang lebih optimal.

7
Tim Penulis, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, buku I: Konsep dan Pelaksanaan. (Jakarta:
Depdiknas, 2001), hal. 3.
8
Departemen Pendidikan Nasional. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta. 2007. Hal : 3

4
2.3 Prinsip-prinsip Manajmen Berbasis Sekolah
Menurut Nurkholis (2002, hal. 155), ada beberapa prinsip dalam Manajemen
Berbasis Sekolah, antara lain :

1) Prinsif Ekuifinalitas ( Principle of equifinality)


Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen yang berasumsi pada bahwa terdapat
beberapa cara yangberbeda untuk tercapai beberapa tujuan. MBS menekankan
fleksibilitas sehingga sekolah harus dikekola oleh warga sekolah menurut kondisi
mereka masing-masing. Karena kompleksnya pekerjaan sekolah saat ini dan
adanya perbedaan besar antara sekolah yang satu dengan yang lain, misalnya
tingkat akademik dan situasi komunitasnya.
2) Prinsip Desentralisasi ( Principle of Decentralization)
Prinsip ini dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas
pengajaran tidak dapat dielakan dari kesulitan dan permasalahan.
3) Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri ( Principle of selfmanaging system)
MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi sistem
pengelolaan secara mandidri dibawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki
otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran, strategi manajmen,
distribusi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah
dan mencapai tujuan berdasarkan kondidi mereka masing-masing.
4) Prinsip inisatif manusia ( principle of human initiativ)
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis melainkan
dinamis.oleh karena itu, potensi manusia harus digali, ditemukan, kemudian
dikembangkan.sekolah dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi
menggunakan istilah staffing yang konotasinya yang mengelola manusia sebagai
barang yang statis. Lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan human
resources development yang memiliki konotasi dinamis dan menganggap serta
memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset yang sangat penting dan memiliki
potensi untuk terus dikembangkan.9

9
Sulfemi, w. b. (2019, mei 2). manajemen pendidikan berbasis multibudaya. karakteristik manajemen berbasis
sekolah.

5
2.4 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah
Landasan filosofis Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara umum adalah cara
hidup masyarakat. Landasan munculnya MBS yang berasal dari kehidupan masyarakat
diantaranya:
a. Pendidikan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat yaitu nilai – nilai
kebersamaan yang bersumber dari nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan
keluarga dan masyarakat serta pada pendidikan agama.
MBS merupakan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk
mengakomodasi pendidikan nilai. Pendidikan kewarganegaraan dan agama sangat
penting untuk menumbuhkembangkan tanggungjawab bersama didalam
kehidupan suatu masyarakat(baik secara local, nasional, regional, global). Nilai-
nilai spiritual diperlukan untuk menyempurnakan kesejahteraan manusia di dunia
dan alam sesudahnya sehingga kehidupan lebih bermakna. Nilai-nilai lokal
tercermin dalam nilai social budaya setempat yang diwujudkan dalam bentuk tata
krama pergaulan, model pakaian, seni. Nilai-nilai nasional berkaitan erat dengan
penerapan kaidah-kaidah sebagai warga Negara yang baik yang menjunjung
tinggi kebangsaan. Kedua nilai tersebut membentuk budi pekerti dan
keperibadian yang kuat, hanya dapat dikembangkan melalui manajemen yang
berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat. Manajemen berbasis sekolah
dengan dukungan masyarakat berupaya memperkuat jati diri peserta didik dengan
nilai social budaya setempat, mensinergikannya dengan nilai-nilai kebangsaan
serta nilai-nilai agama yang dianut.
b. Kesepakatan-kesepakatan yang diberlakukan dalam kehidupan masyarakat
Maksudnya adalah kesepakatan atas pranata sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Dengan kata lain maka segala bentuk perubahan harus melibatkan
masyarakat setempat agar semuanya lancar sesuai harapan.Tuntutan penerapan
MBS semakin nyata seiring dengan perubahan karakteristik masyarakat.
Perubahan dalam bidang social, ekonomi, hukum, pertahanan, keamanan, secara
nasional, regional, maupun global, mendorong adanya perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa. Artinya telah terjadi perubahan
kebutuhan siswa sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat luas dimasa
mendatang dibandingkan dengan masa lalu. Oleh karena itu, pelayanan terhadap
siswa, program pengajaran, dan jasa yang diberikan kepada siswa juga harus

6
sesuai dengan tuntutan baru tersebut. Secara umum perubahan lingkungan
menuntut adanya pola kebiasaan dan tingkah laku baru oleh semua pihak. Untuk
menyesuaikan keadaan tersebut dibutuhkan adanya reformasi dalam pendidikan,
salah satunya dengan MBS.10
Landasan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Mulyasa (2009) yaitu
berdasarkan otonomi daerah; UU No. 22 tentang Pemerintah Daerah pada hakikatnya
memberi kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut
Depdiknas (2007), landasan MBS yaitu berdasarkan landasan Yuridis yang dijamin
oleh peraturan perundang-undangan:
a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 51 ayat (1).
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program pembangunan
Nasional tahun 2000-2004 pada Bab VII.
c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
d. Kepmendiknas Nomor 087 tahun 2004 tentang Standar Akreditas Sekolah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.11

2.5 Karakteristik Input Pendidikan

Karakteristik sekolah/madrasah yang melaksanakan Menejemen Berbasis Sekolah


berasal dari input pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Sekolah Memiliki Kebijakan Mutu Secara formal sekolah harus memiliki kebijakan
mutu pendidikan. Kebijakan mutu tersebut sebaiknya disosialisasikan kepada warga
sekolah dan orang tua peserta didik, sehingga memiliki fikiran, tindakan, kebiasaan,
dan karakter mutu.
b. Sumberdaya yang memadahi Sumber daya manusia dan sumber daya non manusia
merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan di
sekolah. Tanpa sumberdaya yang memadahi, proses pendidikan di sekolah tidak akan

10
Noviana tri lestari, https://www.kompasiana.com/noviana-trilestari/550e62d2a33311b72dba80b5/landasan-
filosofis-manajemen-berbasis-sekolah-secara-umum
11
Abuya Uci, karakteristik manajemen berbasis sekolah (MBS), tangeran,banten,2013,hal 8

7
berlangsung secara maksimal. Dengan kata lain, peningkatan mutu pendidikan akan
mengalami hambatan. Oleh karena itu diperlukan adanya sumberdaya yang
memadahi, agar peningkatan mutu di sekolah terjamin keberhasilannya
c. Memiliki Komitmen dan Harapan Mutu Tinggi Sekolah/madrasah yang melaksanakan
Menejemen Berbasis Sekolah memiliki komitmen dan harapan mutu yang tinggi
terhadap peserta didiknya. Karena itu, Kepala sekolah, dituntut untuk senantiasa
mendorong guru dan warga sekolah yang lain agar dapat merealisasikan komitmen
dan harapan mutu tersebut. Komitmen dan harapan mutu tinggi warga sekolah
merupakan input yang baik, karena dapat menyebabkan kondisi sekolah selalu
dinamis dan konstruktif.
d. Fokus Mutu pada Peserta Didik Peserta didik merupakan fokus utama dari
peningkatan mutu pendidikan. Semua kegiatan dan proses pendidikan di sekolah
harus darahkan pada peningkatan mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekwensinya,
proses pembelajaran harus benar-benar mencerminkan mutu pendidikan dan kepuasan
yang diharapkan peserta didik.
e. Input Menejemen Kepala sekolah/madrasah sangat memerlukan input menejemen
yang baik. Input menejemen itu meliputi: rencana peningkatan mutu yang rinci, jelas
dan sistematis, tugas yang jelas, aturan-aturan yang jelas, dan ketentuan lain yang
mendukung terlaksananya Menejemen Berbasis Sekolah.12

Dengan demikian, dalam buku Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan secara umum memaparkan karakteristik MBS antara lain:

1. Memiliki output, yaitu prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif.

2. Efektifitas proses belajar mengajar yang tinggi

3. Peran kepala sekolah yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan


menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.

4. Lingkungan dan iklim belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga manajemen
sekolah lebih efektif.

5. Melakukan analisa kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kerja,,


hubungan kerja, dan imbalan jasa tenaga kependidikan dan guru yang dapat

12
Dr.H Suhadi Winoto , M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas Manajerial di
Sekolah atau Madrasah, Jember,2020,Hal.33

8
memenuhi kebutuhan nafkah hidupnya sehingga mampu menjalankan tugasnya
dengan baik.

6. Pertanggungjawaban sekolah terhdap keberhasilan program yang telah


dilaksanakan.

7. Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh sekolah


sesuai kebutuhan riil untuk meningkatkan mutu layanan belajar.

2.6Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah


Menurut Depdiknas, karakteristik input pendidikan yang harus dimiliki oleh
sekolah sebagai indicator pelaksanaan MBS yang berhasil adalah sebagai berikut:13

1. Memiliki kebijakan mutu


Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan,
tujuan, dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan, dan
sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada
semua warga sekolah sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga
sampai pada kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
2. Sumber daya tersedia dan siap
Sumberdaya merupakan input penting yang diperlukan untuk kelangsungan proses
pendidikan di sekolah. Tanpa sumberdaya yang memadai, proses pendidikan di
sekolah tidak akan berlangsung secara memadai dan pada akhirnya sasaran sekolah
tidak akan tercapai. Sumberdaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan,
bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa sumberdaya selebihnya tidak
mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah tanpa campur tangan
sumber daya manusia. Secara umum, sekolah yang menerapkan MBS harus memiliki
tingkat kesiapan sumberdaya yang memadai untuk menjalankan proses pendidikan.
Artinya, segala sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan
harus tersedia dan dalam keadaan siap. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya yang ada
harus mahal, tetapi sekolah yang bersangkutan dapat memanfaatkan keberadaan
sumberdaya yang ada dilingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, diperlukan kepala
sekolah yang mampu memobilisasi sumberdaya yang ada disekitarnya.
3. Memiliki harapan dan prestasi yang tinggi
13
Nur Aedi, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan, (Cet. II; Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2015), h. 173.

9
Sekolah yang menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk
meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki
komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal.
Guru memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat
mencapai tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan
sumberdaya pendidikan yang ada di sekolah. Peserta didik juga mempunyai motivasi
untuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Harapan terbesar dari ketiga unsur sekolah ini merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan sekolah selalu dinamis untuk menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah adalah peraturan pemerintah yang dibuat guna meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. MBS merupakan model sistem yang dapat memberikan
otonomi yang luas kepada setiap sekolah untuk dapat mengurusi sekolah nya secara
mandiri serta adanya tuntutan peran serta masyarakat secara aktif untuk meyelaraskan
antara kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.

Model MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah


(MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong
partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 26MPMBS merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS).

Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah yaitu : Prinsif Ekuifinalitas ( Principle of


equifinality), Prinsip Desentralisasi ( Principle of Decentralization), Prinsip Sistem
Pengelolaan Mandiri ( Principle of selfmanaging system), dan Prinsip inisatif manusia
( principle of human initiativ)

Manajemen berbasis sekolah berlandaskan secara umum adalah cara hidup


masyarakat. Landasan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Mulyasa (2009) yaitu
berdasarkan otonomi daerah; UU No. 22 tentang Pemerintah Daerah pada hakikatnya
memberi kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut
Depdiknas (2007), landasan MBS yaitu berdasarkan landasan Yuridis yang dijamin oleh
peraturan perundang-undangan

11
Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh
sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin berhasil dalam
menerapkan MBS, maka beberapa karakteristik MBS perlu dipelajari dan dipahami
dengan baik. Membahas karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik
sekolah efektif. Jika MBS dianggap sebagai wadah/kerangkanya maka sekolah efektif
merupakan isinya. Oleh sebab itu, karkteristik MBS memuat elemen-elemen sekolah
efektif yang dikategorikan menjadi input, proses dan output.

Menurut Depdiknas, karakteristik input pendidikan yang harus dimiliki oleh


sekolah sebagai indicator pelaksanaan MBS yang berhasil adalah sebagai berikut :
Memiliki kebijakan mutu, Sumber daya tersedia dan siap, dan Memiliki harapan dan
prestasi yang tinggi .

3.2 Saran
Untuk saran bisa berisi kritik terhadap penulis juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan. Untuk bagian terakhir
dari makalah adalah daftar pustaka.

Demikian pokok bahasan makalah ini yang dapat penulis paparkan, besar harapan
penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
dan refrensi, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Abuya Uci, karakteristik manajemen berbasis sekolah (MBS),


tangeran,banten,2013,hal 8
2. Departemen Agama RI, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. (Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005)
3. Departemen Pendidikan Nasional. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta. 2007.

4. E. Mulyasa, Manajemen Berbaisis Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)


5. Hamid, H. (2018). Manajemen Berbasis Sekolah. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(1), 87–96.
https://doi.org/10.24256/jpmipa.v1i1.86
6. Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Edisi Kedua;
Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
7. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Cet. XI;
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
8. Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004)
9. Noviana tri lestari,
https://www.kompasiana.com/novianatrilestari/550e62d2a33311b72dba80b5/
landasan-filosofis-manajemen-berbasis-sekolah-secara-umum
10. Dr.H Suhadi Winoto , M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi
dalam Aktivitas Manajerial di Sekolah atau Madrasah, (Jember : LKiS, 2020)
11. Nur Aedi, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan, (Cet. II; Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2015)

12. Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi, (Jakarta: PT
Grasindo, 2003)
13. Rusman, Manajemen Kurikulum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009)
14. Sulfemi, w. b. (2019, mei 2). manajemen pendidikan berbasis multibudaya.
karakteristik manajemen berbasis sekolah.
15. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam PEningkatan Mutu Pendidikan,
(Bandung: PT Alfabeta, 2010)

13
16. Tim Penulis, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, buku I: Konsep dan
Pelaksanaan. (Jakarta: Depdiknas, 2001)
17. Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru
Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. www.ssep.net , 1999

14

Anda mungkin juga menyukai