Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Pengelolaan Pendidikan yang
diampu oleh Dr. Sururi, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 3

DheaFathiyyah N 1906338

Farisa Abiyyah 1903697

Fitri Fanisa Burli 1902257

Ihsan Fadilah Candra 1904168

Khansa Meradaputhi 1904742

Nabilah Nur Rafifah 1903491

Rahmi Rajfalni A 1902735

Sekar Larasati P 1904856

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Peserta
Didik di Sekolah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan.

Dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak – pihak
lainnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Sururi, M.Pd.selaku Dosen utama mata kuliah Kesehatan


Mental
2. Teman – teman mahasiswa yang telah turut membantu dalam pembuatan
makalah ini,
3. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,


oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi. Penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Bandung, 26 September l 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI .…………………………………………………………………… ii
Bab 1 PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
a. Latar belakang………………………………………………………………… 1
b. Rumusan masalah …………………………………………………………..... 1
c. Tujuan………………………………………………………………………… 2
Bab 2 PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
a. Pengertian Manajemen Peserta Didik ...……………………………………... 3
b. Tujuan Manajemen Peserta Didik……………………………………………. 3
c. Prinsip Manajemen Peserta Didik……………………………………………. 4
d. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik……………………………………
6
e. Layanan dalam Manajemen Peserta Didik…………………………………... 11
Bab 3 PENUTUP ..…………………………………………………………….. 19
a. Kesimpulan ...……………………………………………………………….. 19
b. Saran………………………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA .…………………………………………………………20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen peserta didik (pupil personel administration) merupakan
penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,
yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga pendidikan. Aktivitas tersebut
berupa sejumlah layanan yang bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan
optimal setiap individu melalui pendidikan (David, 1953). Layanan peserta didik
yang pada umumnya dilakukan di sekolah dan terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, di antaranya: 1) Layanan bimbingan dan konseling. 2)
Layanan Perpustakaan. 3) Layanan kantin. 4) Layanan kesehatan. 5) Layanan
transportasi. 6) Layanan asrama. 7) Layanan ekstrakulikuler.
Dalam rangka memanajemeni peserta didik diperlukan prinsip-prinsip
yang harus dijadikan pedoman dan kegiatan manajemen yang mencakup seluruh
aspek yang lebih luas secara operasional atau bisa di sebut dengan ruang lingkup
manajemen peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep manajemen peserta didik?

2. Apa yang tujuan dari manajemen peserta didik?

3. Apa saja prinsip prinsip dalam manajemen peserta didik?

4. Apa saja ruang lingkup manajemen peserta didik?

5. Apa saja layanan dalam manajemen peserta didik?

1
C. Tujuan

1. Mampu mendeskripsikan dan memahami apa yang dimaksud dengan


konsep manajemen peserta didik.

2. Mampu mendeskripsikan dan memahami apa yang tujuan dari manajemen


peserta didik .

3. Mampu mendeskripsikan dan memahami apa saja prinsip prinsip dalam


manajemen peserta didik

4. Mampu mendeskripsikan dan memahami apa saja ruang lingkup


manajemen peserta didik

5. Mampu mendeskripsikan dan memahami apa saja layanan dalam


manajemen peserta didik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Peserta didik


Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
penggunaan sumber daa agar mencapai tujuan organisasi (Badrudin, 2013).
Peserta didik adalah orang yang memiliki pada dasarnya telah memiliki potensi
yang pernah dikembangkan melalui pendidikan secara fisik, psikis. Baik melalui
pendidikan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat di mana anak
tersebut berada (Dini Oktara, 2013). Manajemen peserta didik (pupil personel
administration) merupakan penataan atau pengaturan segala aktivitas yang
berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga
pendidikan. Aktivitas tersebut berupa sejumlah layanan bertujuan untuk
memfasilitasi pengembangan optimal setiap individu melalui pendidikan (David,
1953). Layanan itu membantu setiap peserta didik untuk mengembangkan wawas,
orientasi diri terhadap masyarakat, dan pilihan pendidikan, pekerjaan dan vokasi.
Dengan demikian layanan tersebut berkontribusi terhadap pembangunan bangsa..
Pengaturan peserta didik bisa pula diartikan sebagai proses pengurusan segala hal
yang berkaitan dengan peserta didik di suatu lembaga pendidikan mulai dari
perencanaan, penerimaan peserta didik, pembinaan yang dilakukan selama peserta
didik berada di lembaga pendidikan, sampai dengan peserta didik menyelesaikan
pendidikannya di lembaga pendidikan. Dengan demikian pengaturan peserta didik
itu bukanlah dalam bentuk kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik saja,
melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang semetode operasional
dipergunakan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
melalui proses pendidikan

B. Tujuan Manajemen Peserta Didik


Layanan bagi peserta didik tersedia untuk semua siswa dengan
menggunakan sumber daya dengan orientasi berfokus pada pengembangan,
pencegahan, dan perbaikan. Namun harus diakui layanan ini tidak dapat

3
menyembuhkan atau memperbaiki semua masalah peserta didik. Tujuan
manajemen peserta didik dapat berkontribusi terhdap perkembangan fisik,
emosional, pribadi, sosial, akademik secara optimal. (Irvin, Mari, 1983)
mengungkapkan tujuan manajemen peserta didik secara komprehensif antara
lain:
1. Memberikan layanan bagi semua peserta didik dalam sistem sekolah.
Program ini bukan hanya untuk peserta didik regular tetapi juga bagi peserta
didik berkebutuhan khusus (difabel). Sekolah seharusnya memiliki data
lengkap siswa berdasarkan kebutuhannya sehingga dapat mengembangkan
layanan peserta didik. (Nwakpa,hlm 63) mengelompokan peserta didik
kedalam pengelompokan berdasarkan remedial grouping, ability grouping
for regular instruction dan gifted students group yang merupakan kelompok
sasaran dalam pemberian layanan peserta didik.
2. Menyediakan layanan yang berorientasi pada pengembangan, pencegahan,
dan perbaikan. Keseimbangan diperlukan untuk memastikan bahwa layanan
terkoneksi disemua area. Contoh: guru bimbingan dan konseling dapat
memberikan saran kepada guru mata pelajaran dalam menangani pesrta didik
yang mengalami kesulitan belajar dikelas.
3. Memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memelihara iklim
sekolah yang memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan siswa dan
meninimalkan kemungkinan munculnya masalah serius.
4. Menyediakan berbagai sumber daya bagi guru, kepala sekolah, dan kedua
orang tua untuk membantu peserta didik pada saat mengalami kesulitan khusu
dan individual. Prosedur evaluasi dan penempatan adalah contoh dari
komponen ini, melalui penilaian spesifik yang dilakukan oleh sekolah.

C. Prisip Manajemen Peserta didik


Prinsip adalah dasar, kaidah, acuan, atau pedoman dalam berpikir,
bertindak, dan sebagainya. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti
bahwa dalam rangka memanajemeni peserta didik, prinsip-prinsip yang ada
haruslah dijadikan pedoman dalam melaksanakan manajemen peserta didik.
Terdapat beberapa prinsip manajemen peserta didik sebagai berikut.

4
a. Manajemen peserta didik merupakan bagian integral dari proses
pendidikan di sekolah. Jika mengacu pada standar nasional pendidikan
bidang garapan sekolah terdiri dari lulusan, proses, isi, penilaian, sarana
dan prasarana, biaya, pengelolaan, dan ketenagaan. Jika mengacu pada
proses manajerial, maka merupakan bagian dari manajemen sekolah secara
keseluruhan.
b. Manajemen peserta didik memastikan nilai pribadi semua peserta program
dihormati. Penghormatan terhadap martabat peserta didik sebagai manusia
merupakan prinsip dasar dalam pendidikan.
c. Semua tugas pekerjaan manajemen peserta didik harus bekerja sama tanpa
jaminan status di hierarki administrasi. Personil yang bertugas dalam
manajemen peserta didik beragam seperti sekolah, satuan pengamanan
sekolah, pekerja sosial, pustakawan, dan sebagainya. Umumnya,
manajemen peserta didik merupakan tanggung jawab guru atau kepala
sekolah. Namun, seluruh personil sekolah harus bekerja sama dalam
kerangka interaksi untuk kepentingan pendidikan bukan berbasis hierarki.
d. Organisasi sangat penting dalam manajemen peserta didik, namun harus
diakui sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir-bukan sebagai tujuan
akhir. Rencana harus mampu mengakomodasi pertimbangan kontekstual
kebutuhan peserta didik.
Ada beberapa prinsip dalam manajemen peserta didik lain, diantaranya:
a. Harus mengacu pada peraturan yang berlaku.
b. Dipandang sebagai bagian keseluruhan manajemen kelembagaan.
c. Kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk
mempersatukan peserta didik yang mempunyai keragaman latar belakang
dan perbedaan untuk kemudian diarahkan agar saling memahami dan
saling menghargai.
d. Kegiatan dalam manajemen peserta didik diarahkan sebagai upaya dalam
mengatur perkembangan potensi peserta didik.
e. Segala kegiatan dalam manajemen peserta didik harus dapat mendorong
serta memacu kemandirian peserta didik.

5
f. Kegiatan manajemen peserta didik harus dapat berjalan secara fungsional
bagi
kehidupan peserta didik, baik di sekolah maupun pada masa depannya.
(Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2009)
Depdiknas (2000), mengemukakan prinsip dasar dalam manajemen peserta didik,
diantaranya:
a. Peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek bukan sebagai objek,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan
dan pengambilan keputusan untuk mereka.
b. Kondisi siswa sangat beragam ditinjau dari segi fisik, intelektual, sosial
ekonomi, minat, bakat, dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana
yang beragam yang dapat mengembangkan setiap peserta didik secara
optimal.
c. Peserta didik akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang
mereka kerjakan.
d. Pengembangan potensi peserta didik tidak hanya menyangkut ranah
kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik, bahkan metakognitif.

D. Ruang Lingkup
Kegiatan yang terjadi disekolah selalu memiliki tujuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat
mencapai perkembangan diri yang optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan
manajemen yang mencakup seluruh aspek yang lebih luas secara operasional.
Menurut Nasihin dan Sururi (dalam Rifa’i, 2018, hlm. 16) ruang lingkup
manajemen peserta didik adalah: (1) analisis kebutuhan peserta didik, (2)
rekruitmen peserta didik, (3) seleksi peserta didik, (4) orientasi peserta didik, (5)
penempatan peserta didik, (6) pembinaan dan pengembangan peserta didik, (7)
pencatatan dan pelaporan, dan (8) kelulusan dan alumni.
a. Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Tahapan pertama ini merupakan tahapan yang memiliki tujuan untuk
mendapatkan informasi mengeinai kebutuhan peserta didik guna mengembangkan
program layanan peserta didik. Tahapan ini meliputi: (1) merencanakan jumlah

6
peserta didik yang akan diterima dengan pertimbangan daya tampung kelas yang
tersedia, dan rasio antara murid dan guru, (2) menyusun program kegiatan
kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, sarana dan
prasarana yang tersedia, anggaran yang ada, serta tenaga kependidikan yang
tersedia (Rifa’i, 2018, hlm. 17-18).
Dalam melakukan analisis kebutuhan peserta didik, sekolah dapat melakukan
sensus sekolah, dimana sensus ini merupakan suatu kegiatan untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam menentukan program layanan
peserta didik.
Fungsi umum sensus sekolah adalah sebagai dasar pembagian anggaran
belanja dan sarana untuk mendapatkan dana bantuan pendidikan. Sedangkan
fungsi khusus sensus sekolah banyak dikemukakan para ahli sesuai sudut pandang
dan latar belakang serta daerah mereka. Selanjutnya fungsi khusus sensus sekolah
adalah sebagai berikut (Rifa’i, 2018, hlm. 28):
1. Penentuan kebutuhan program sekolah.
2. Penentuan bidang school attendance.
3. Pemberian fasilitas transportasi.
4. Perencanaan program pendidikan dan pelayanan dan melayani
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.
5. Membuat persyaratan kehadiran dan disiplin bagi peserta didik.
6. Menyediakan fasilitas pendidikan.
7. Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat.
8. Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat.
9. Mendapatkan informasi dari berbagai pihak.
b. Perencanaan Rekrutmen Peserta Didik
Pada tahap lanjutan ini, sekolah melakukan proses pencarian dan menentukan
peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga pendidikan
tersebut. Dengan mengunakan data yang telah dikumpulkan melalui sensus
penduduk, maka proses perencanaan rekruitmen peserta didik ini dapat
diproyeksikan dengan tepat berapa jumlah calon peserta didik pada tahun tersebut.
Setidaknya ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini, yaitu
(Rifa’i, 2018, hlm. 31):

7
a. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang meliputi dari
semua unsur guru, tenaga administrasi dan dewan sekolah/komite
sekolah.
b. Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru
yang dilakukan secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam
pengumuman tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan
pendaftaran siswa baru (syarat umum dan syarat khusus), cara
pendaftaran, waktu pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran,
waktu dan tempat seleksi dan pengumuman hasil seleksi.
c. Seleksi Peserta Didik
Pada tahapan ini, peserta didik akan ditentukan apakah ia akan diterima atau
tidak di lembaga sekolah yang bersangkutan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Cara-cara seleksi yang dapat dilakukan antara lain (Rifa’i, 2018, 32):
1. Melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes jasmani, tes kesehatan, tes
akademik, atau tes keterampilan.
2. Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada
prestasi yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau
kesenian.
3. Berdasarkan nilai ijazah atau nilai ujian akhir nasional (UAN).
d. Orientasi Peserta Didik
Orientasi peserta didik adalah suatu kegiatan penerimaan siswa baru dengan
mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan atau sekolah peserta didik
itu menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi menyangkut lingkungan fisik
sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Lingkungan fisik sekolah terdiri dari
gedung sekolah, jalan menuju sekolah. Sedangkan lingkungan sosial meliputi
kepala sekolah, guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak kelas, peraturan atau tata
tertib sekolah, layanan sekolah bagi peserta didik, serta kegiatan dan organisasi
kesiswaan yang ada di lembaga.Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta didik
antara lain:
1. Agar peserta didik dapat mengerti, memahami, dan menaati segala
peraturan yang berlaku di sekolah.

8
2. Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah.
3. Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik secara
fisik, mental, dan emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti
proses pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan sekolah.
e. Penempatan Peserta Didik
Penempatan peserta didik bisa berupa transfer dari sekolah sekolah bisa
penempatan peserta didik baru atau perpindahan dari sebuah kelompok belajar
kelompok belajar lain dalam suatu sekolah layanan ini biasanya disebut
penempatan (Davis, 1953, hlm. 87).
Penempatan juga dilakukan melalui pengelompokan yang dikenal dengan
grouping, Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik
tersebut mempunyai kesamaan juga mempunyai perbedaan. Kesamaan kesamaan
yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok
yang sama, sementara perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. Pada praktiknya
pengelompokan tersebut bisa bersifat heterogen (terdiri dari berbagai unsur yang
sifatnya berlainan) biasanya dilakukan berdasarkan perbedaan kemampuan, dan
juga homogen (terdiri dari unsur yang sifatnya sama) Yang biasanya dilakukan
berdasarkan usia peserta didik, dan kondisi sarana prasarana di sekolah terutama
ruang kelas.
Secara umum pengelompokan kemampuan peserta didik menyiratkan
beberapa cara pengelompokan untuk Pengajaran sesuai dengan kemampuan atau
prestasi sehingga dapat mengurangi heterogenitasnya. Bentuk kemampuan
pengelompokan yang biasanya digunakan sekolah (Slavin, 1987) dijelaskan di
bawah ini:
1. Abiliny-grouped class assignment, yaitu praktek mengelompokan siswa
sesuai dengan tingkat kemampuan akademis peserta didik yang
memungkinkan seorang guru untuk memberikan tingkat keseragaman
instruksional ke seluruh kelompok.

9
2. Ability grouping for selected subjects, yaitu penempatan siswa pda kelas
heterogen, namun pada saat tertentu dikelompokkan kembali sesuai
tingkat pencapaian untuk satu atau lebih mata pelajaran. Regrouping
sering dilakukan untuk membaca (dan kadang-kadang matematika), di
mana semua siswa pada tingkat kelas tertentu dijadwalkan mengikuti kelas
membaca. Dengan demikian kelas menjadi relatif homogen dalam tingkat
membaca.
3. Nongraded plans, yaitu program yang penetapan tingkat kelas sepenuhnya
dilakukan secara berulang dan siswa ditempatkan dalam kelompok
fleksibel sesuai dengan tingkat kinerjanya, bukan umur mereka.
4. Within-class ability grouping, yaitu pengelompokan berdasarkan
kemampuan. Siswa ditugaskan ke kelompok kecil di dalam kelas.
Sebagian besar guru SD menggunakan beberapa bentuk ini, bentuk
pengelompokan kemampuan kelas yang paling umum adalah penggunaan
kelompok membaca, di mana guru menugaskan siswa ke salah satu kecil
kelompok kecil dalam kelas (biasanya) berdasarkan tingkat kemampuan
bacaan. Pengelompokan bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakan
peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat
berkembang seoptimal mungkin. Alasan pengelompokan peserta didik
didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus menerus
bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik satu dengan yang lain berbeda.
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan tentang peserta didik di sebuah lembaga pendidikan
sangat dibutuhkan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan ini dimulai sejak peserta
didik itu diterima di sekolah tersebut sampai mereka tamat atau meninggalkan
sekolah tersebut. Pencatatan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan se-
optimal mungkin. Sedangkan pelaporan dilakukan kan sebagai wujud tanggung
jawab lembaga agar pihak pihak terkait dapat mengetahui perkembangan peserta
didik di lembaga tersebut.
g. Kelulusan dan Alumni

10
Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik.
Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga pendidikan tentang diselesaikan nya
program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik. Setelah peserta didik
selesai mengikuti seluruh program pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan
berhasil mengikuti seluruh program pendidikan di suatu lembaga pendidikan Dan
berhasil puluh sampai dengan akhir. Maka kepada peserta didik tersebut diberikan
surat keterangan lulus atau sertifikat. Setelah lulus status mereka menjadi alumni.
Hubungan antara sekolah dengan para alumni dapat dipelihara lewat
pertemuan pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni. Alumni dilakukan
untuk menyediakan wadah bagi para lulusan yang diikat dalam suatu organisasi
sekolah. Alumni sekolah bertujuan sebagai berikut:
1. Membangun jaringan Silaturahmi kepada para alumni sehingga tercipta
rasa cinta terhadap almamater sekolah.
2. Memberdayakan alumni untuk membina peserta didik di sekolah.
3. Memberdayakan alumni untuk membantu mensukseskan program sekolah.
4. Mendapatkan informasi tentang permintaan alumni yang melanjutkan
studi dan tempat kerja.
Alumni sebagai salah satu stake-holders sekolah tentu saja diharapkan memiliki
peran dan memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap sekolah.

E. Layanan Peserta Didik


Layanan peserta didik merupakan salah satu dari substansi ekstensi
manajemen pendidikan. Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan
diorganisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta
dapat memenuhi kebutuhan khusus peserta didik di sekolah. Layanan peserta
didik diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar
pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut maka manajemen layanan peserta didik adalah suatu
proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara
efektif dan efisien. (Saud, 2018). Layanan peserta didik yang pada umumnya

11
dilakukan di sekolah dan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, di antaranya:
a. Layanan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan salah satu komponen
dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya disekolah. Bimbingan
dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,
dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan dan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti; Heru
Mugiharso dkk. dalam (Saud, 2018) memiliki fungsi, di antaranya:
1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memahami diri dan lingkungannya.
2) Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
3) Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mengatasi masalah yang dialami.
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan
berbagai potensi dan kondisi positif yang dimiliki.
5) Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang
kurang mendapat perhatian.
Menurut Putra (Desember, 2016), ruang lingkup bimbingan di
sekolah yaitu:
1) Layanan kepada peserta didik. (a) dilihat dari jenis permasalahan yang
dihadapi peserta didik, mencakup : bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan pendidikan bimbingan pekerjaan (bimbingan
karier). (b) dilihat dari urutan kegiatan, mencakup : layanan orientasi,
layanan pengumpulan data pribadi, layanan pemberian informasi,

12
layanan penempatan, layanan penyuluhan, layanan pengiriman
(referral), layanan tindak lanjut.
2) Layanan kepada guru.
3) Layanan kepada kepala sekolah.
4) Layanan kepada peserta didik ( feeder school).
5) Layanan kepada orang tua.
6) Layanan kepada dunia kerja, terutama di laksanakan di sekolah
kejuruan.
7) Layanan kepada lembaga-lembaga dan masyarakat lain.
b. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan
kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses
pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang diutuhkan
serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Terdapat lima unsur pokok dalam pengertian perpustakaan yaitu:
merupakan unit kerja, berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi bahan
pustaka, koleksi bahan pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis
dengan cara tertentu, bertujuan untuk digunakan oleh pemakainya, dan
sebagai sumber informasi.
Perpustakaan dapat dikatakan sebagai pusat sumber belajar yang
menjadi denyut nadi proses belajar membutuhkan pengelolaan yang baik
dan profesional. Secara mendalam Putra (Desember, 2016) menjelaskan
tentang tujuan perpustakaan sekolah, fungsi perpustakaan sekolah sebagai
pelengkap pendidikan, jenis layanan perpustakaan sesuai dengan sasaran
yang dituju, serta tenaga perpustakaan.
Tujuan Perpustakaan Sekolah ada lima, yaitu: (1) Mengembangkan
minat, kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta
mendayagunakan budaya menulis. (2) Mendidik peserta didik agar mampu
memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien.
(3) Meletakan dasar ke arah belajar mandiri. (4) Memupuk bakat dan
minat. (5) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang

13
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atas usaha dan tanggung-jawab
sendiri.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan, di
antaranya: (1) Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar
mengajar. (2) Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat untuk
kegiatan konsultasi bagi peserta didik. (3) Menyediakan bahan-bahan yang
bermanfaat bagi kegiatan rekreatif yang berkaitan dengan bidang budaya
dan dapat meningkatkan daya kreatif. (4) Melaksanakan layanan
perpustakaan yang sederhana, mudah dan menarik sehingga pendidikan
peserta didik tertarik dan terbiasa dalam menggunakan fasilitas
perpustakaan.
Jenis layanan perpustakaan sekolah sesuai sasaran yang dituju ada
tiga, yaitu:
1) Layanan kepada guru, meliputi kegiatan berikut: (a) Meningkatkan
pengetahuan guru mengenai subyek yang menjadi bidang; (b)
Membantu guru dalam mengajar dikelas dengan menyediakan alat
audio-visual dan lain-lain; (c) Menyediakan bahan pustaka pesanan
yang di perlukan mata pelajaran tertentu; (d) Menyedia-kan bahan
informasi bagi kepentingan penelitian yang diperlukan oleh guru
dalam rangka meningkatkan profesinya; (e) Untuk SD menyediakan
jam bercerita, pembacaan buku, dan permainan boneka; (f) Mengisi
jam pelajaran yang kosong.
2) Layanan kepada peserta didik, meliputi: (a) Menyediakan bahan
pustaka yang memperkaya dan memperluas cakrawala kurikulum; (b)
Menyediakan bahan pustaka yang dapat membatu peserta didik
memperdalam pengetahuannya mengenai subyek yang diminatinya;
(c) Menyediakan bahan untuk meningkatkan keterampilan; (d)
Menyediakan kemudahan untuk membantu peserta didik mengadakan
penelitian; (e) Meningkatkan minat baca peserta didik dengan cara
mengadakan bimbingan membaca, bagaimana menggunakan
perpustakaan, mengenalkan jenis-jenis koleksi, buku, bercerita,
membaca keras, membuat isi ringkas , kliping dan lain-lain.

14
3) Layanan terhadap manajemen sekolah. Perpustakaan secara aktif
membantu pimpinan sekolah dan guru dalam bidang perencanaan dan
pelaksanaan, pemanduan dan penilaian program pendidikan di
sekolah.
Tenaga perpustakaan terdiri dari: (1) Pustakawan, adalah seorang
guru pustakawan, yaitu guru yang di samping tugas mengajar juga
mengolah perpustakaan. Untuk ini diperlukan pendidikan ilmu dan
teknologi perpustakaan kurang lebih 6 bulan (630 jam). Guru perpustakaan
mempunyai kedudukan sejajar dengan guru. (2) Tenaga pembantu, adalah
tenaga pustakawan pembantu dan tenaga administrasi, dapat seorang guru
atau tenaga administrasi dengan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 120
jam.
c. Layanan Kantin/Kafetaria
Kantin sekolah bisa beroperasi degan variasi struktur manajemen,
tergantung pada karakteristik dan kebutuhan sekolah. Layanan kantin atau
kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus di lembaga
pendidikan yang berusaha menyediakan makanan dan minuman yang
dibutuhkan peserta didik atau stakeholder lembaga pendidikan. kantin
sebagai bagian integral dari keseluruhan program lembaga pendidikan,
sehingga tidak dipandang sebagai tempat pembuat keuntungan atau bisnis
semata. Kantin diperlukan keadaannya agar makanan yang dibeli peserta
didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi.
Peran lain kantin yaitu agar para peserta didik tidak berkeliaran
mencari makanan keluar lingkungan lembaga pendidikan. kantin juga
dimanfaatkan sebagai media penanaman nilai hidup sehat bagi peserta
didik, misalnya kebiasaan untuk selalu memilih makanan yang bersih,
sehat dan bergizi. Oleh sebab itu kafetaria harus dikelola dengan baik,
bukan hanya dari sisi pengadaan makanan saja, namun kebersihan lokasi
dan pelayanan sekolah pun harus dipastikan berkualitas tinggi.
Pada intinya keberadaan kantin/kafetaria tidak hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan makan-minum peserta didik semata, namun juga
harus bisa dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang

15
kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai, nilai disiplin dan
lainnya. Selain itu para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
hendaknya ikut menjaga dan bertanggungjawab terhadap kebersihan,
kesehatan, serta gizi makanan dan minuman yang dijual di
kafetaria/kantin.
d. Layanan Kesehatan
Layanan Kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Unit Kesehatan Sekolah adalah
unit kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah. Program-program
UKS itu sendiri di antaranya pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
serta pembinaan lingkungan sekolah sehat; merupakan suatu hal penting
dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dan cerdas. Pembinaan dan
pengembangan UKS adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang
dilaksanakan secara terpadu, terarah, dan bertanggung jawab dalam
menanamkan, menumbuhkan, serta melaksanakan prinsip hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan minimum pelayanan kesehatan sekolah untuk membantu
mengatasi masalah-masalah kesehatan anak dan remaja yang dapat
mengganggu pencapaian maksimum dalam proses pendidikan dan
pembelajaran, serta untuk membimbing anak dan remaja memahami akan
pentingnya kesehatan fisik dan mental. Guna mencapai tujuan tersebut,
maka diperlukan kerja sama yang baik antara sekolah dengan lembaga-
lembaga dan instansi-instansi yang menangani kesehatan. Di samping itu
diperlukan juga kerja sama dengan orang tua dan masyarakat, karena
sebagian besar waktu peserta didik bukanlah di sekolah tetapi di
lingkungan keluarga dan masyarakat.
e. Layanan Transportasi
Sarana angkutan bagi para peserta didik merupakan salah satu
penunjang untuk kelancarana proses belajar mengajar. Transportasi
diperlukan terutama bagi para peserta didik ditingkat prasekolah dan
pendidikan dasar. Transportasi ini memberikan fasilitas kepada para
peserta didik atau staf lembaga pendidikan untuk menuju sebuah lembaga

16
menggunakan kendaraan yang telah disediakan sehingga mereka akan
merasa aman, nyaman, dan dapat masuk atua pulang dengan tepat waktu.
Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan khususnya lembaga pendidikan,
diperluka sebuah sistem yang mengatur mengenai manajemen transportasi.
Dampak dari adanya layanan transportasi ini adalah peserta didik
terlatih untuk disiplin karena bisa datang dan pulang tepat waktu.
Sehingga sekolah dapat meminimalisir keterlambatan siswa datang ke
sekolah. Selain itu untuk orang tua siswa tidak perlu khawatir mengenai
keselamatan anaknya karena sudah ada kesepakatan tentang adanya
layanan transportasi dan secara tidak langsung juga akan meringankan
beban orang tua.
Menurut Smith dalam () menyebutkan tujuan transportasi, sebagai
berikut: 1) untuk memberikan layanan transportasi bagi seluruh siswa
karena alasan jarak antara sekolah dan siswa; 2) untuk melengkapi
kemungkinan keamanan transportasi; 3) untuk transportasi kemungkinan
dengan program instruksional; 4) untuk menciptakan kondisi yang lebih
positif baik mental, moral, dan fisik para siswa; 5) pengoperan transportasi
agar dapat diperoleh efisien dan ekonomis; dan 6) menunjukkan simpati
masyarakat bahwa transportasi dimaksudkan untuk keamanan, efisiensi,
dan merupakan terstandard.
f. Layanan Asrama
Asrama dikatakan sebagai salah satu tempat di lingkungan sekolah
yang dapat membentuk sikap professional peserta didik. Asrama berusaha
menerapkan sistem manajemen yang lebih baik dari pondok jaman dahulu.
Manajemen asrama digunakan untuk mengelola asrama lembaga
pendidikan agar dapat memenhi kebutuhan para peserta didik yang
menempatinya. Selain itu, memenuhi kepercayaan orangtua peserta didik
yang bertujuan membentuk anak agar dapat berpikir lebih dewasa juga
mandiri. Asrama juga dapat dijadikan wadah pembentukan nilai dan
kebiasaan.
Asrama diperlukan bagi peserta didik khususnya jenjang sekolah
menengah atau perguruan tinggi terutama bagi mereka yang jauh dari

17
orang tuanya. Manfaat asrama bagi peserta didik adalah: 1) tugas sekolah
dapat dikerjakan dengan cepat dan sebaik-baiknya terutama jika berbentuk
tugas kelompok; 2) sikap dan tingkah laku peserta didik dapat diawasi
oleh petugas asrama dan para pendidik; 3) jika diantara peserta didik
mempunyai kesulitan (kiriman dari orangtua terlambat, sakit, dan
sebagainya) dapat saling membantu; 4) meringankan kecemasan orang tua
kepada putra-putrinya; 5) dapat menjadi pengendali siwa dari tingkah laku
remaja yang kurang baik.
g. Layanan Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran dan pelayanan untuk membantu pengembangan peserta
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau
tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
lemabaga pendidikan. Secara umum kegiatan, kegiatan ekstrakulikuler
bersifat sukarela, merupakan kegiatan pilihan dan berfungsi Lunenburg
dalam (Putra, 2016), sebagai berikut:
1) Reinforcing Learning, untuk memperkuat program kulikuler dalam
mata pelajaran. Kegiatan ini digunakan untuk memperkaya dan
memperluas kegiatan dalam kelas.
2) Supplementing Coursework, umtuk melengkapi mata pelajaran yang
besifat efektif. Fungsi ini melengkapi kurikulm dengan pengalaman
yang tidak mungkin dalam pengaturan kelas secara regular.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen peserta didik (pupil personel administration) merupakan
penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,
yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga pendidikan. Tujuan manajemen
peserta didik dapat berkontribusi terhadap perkembangan fisik, emosional,
pribadi, sosial, akademik secara optimal.
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam manajemen peserta didik yang
dikemukakan oleh Depdiknas, yaitu: 1) Peserta didik harus diperlakukan sebagai
subjek bukan sebagai objek. 2) Kondisi siswa sangat beragam ditinjau dari segi
fisik, intelektual, sosial ekonomi, minat, bakat, dan seterusnya. 3) Peserta didik
akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang mereka kerjakan. 4)
Pengembangan potensi peserta didik tidak hanya menyangkut ranah kognitif,
tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik, bahkan metakognitif.
Dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga
peserta didik dapat mencapai perkembangan diri yang optimal diperlukan ruang
lingkup manajemen peserta didik. Adapun salah satu dari substansi ekstensi
manajemen pendidikan yaitu layanan peserta didik. Layanan peserta didik yang
pada umumnya dilakukan di sekolah dan terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, di antaranya: 1) Layanan bimbingan dan konseling. 2)
Layanan Perpustakaan. 3) Layanan kantin. 4) Layanan kesehatan. 5) Layanan
transportasi. 6) Layanan asrama. 7) Layanan ekstrakulikuler.

B. Saran
Dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik tidak boleh asal-asalan
banyak hal yang harus diperhatikan agar peserta didik bisa menerima bimbingan
dan pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu perlu lembaga pendidikan perlu
memahami lebih dalam mengenai manajemen pendidikan agar memiliki arah dan
tujuan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2000). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta.
Jahari, J., Khoiruddin, H., & Nurjanah, H. (2018). Manajemen Peserta
Didik. Jurnal Isema: Islamic Educational Management, 3(2), 170-180.
Putra, A. (2016). Layanan Khusus Peserta Didik (Kesiswaan). Jurnal of Islamic
Education Management, 2(2), 1-15. Diakses dari: :
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Saud, U. S. (2018). Bunga Rampai Administrasi Pendidikan Teori dan Praktik.
Bandung: Alfabeta.
Umam, M. K. (2019). Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta
Didik. Al-Hikmah: Jurnal Kependidikan Dan Syariah, 6(2), 62-76.
UPI, T. D. A. P. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

20

Anda mungkin juga menyukai