Anda di halaman 1dari 33

koneksi

antar
materi
modul 1.4
Fatrian R. Manganguwi
CGP Angkatan 8
Kabupaten Kepulauan Talaud
1) CGP memahami
keterkaitan
Tujuan tugas konsep budaya
positif dengan
koneksi materi pada modul
antar materi 1.1, 1.2 dan 1.3.;

modul 1.4. 2) CGP dapat


menyusun langkah dan
adalah strategi yang lebih
efektif, konkret, dan
realistis untuk
mewujudkan budaya
positif di sekolah
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )

KONEKSI ANTAR MATERI

Pada tahap koneksi antarmateri


modul 1.4. ini, CGP diajak meninjau
ulang keseluruhan materi
pembelajaran di paket Modul 1 dan
membuat sebuah koneksi antar materi
yang sudah dipelajari. CGP membuat
sebuah kesimpulan dan refleksi yang
disajikan dalam bentuk media
informasi.
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
MATERI TENTANG BUDAYA POSITIF SANGAT
BERKAITAN ERAT DENGAN MODUL YANG
DIPELAJARI SEBELUMNYA, YAKNI:

modul 1.1 modul 1.2 modul 1.3


Kaitan Budaya Positif Kaitan Budaya Positif Kaitan Budaya Positif
dengan Materi Modul dengan Materi Modul dengan Materi Modul
1.1. Filosofi Pendidikan 1.2. Peran dan Nilai 1.3. Visi Guru
Nasional Ki Hadjar Guru Penggerak Penggerak
Dewantara
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
KAITAN BUDAYA POSITIF DENGAN MATERI
MODUL 1.1. FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL
KI HADJAR DEWANTARA

Budaya positif sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan Ki


Hadjar Dewantara. Dalam Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara dijelaskan mengenai pendidikan yang berpihak
pada murid dan menuntun sesuai dengan kodrat anak.
Dalam proses menuntun tersebut tentunya membutuhkan
ekosistem pendidikan yang menerapkan budaya positif dan
selalu mengutamakan keselamatan dan kebahagiaan murid
dalam belajar
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
KAITAN BUDAYA POSITIF DENGAN MATERI
MODUL 1.2. PERAN DAN NILAI GURU
PENGGERAK

Pemahaman tentang budaya positif akan mendukung peran


dan nilai guru penggerak dalam proses pembelajaran yang
dilakukan. Guru harus senantiasa menerapkan konsep inti
budaya positif dalam mengaktualisasikan nilai dan peran
yang dimilikinya. Budaya positif merupakan sebuah sarana
untuk menunjang dan mewujudkan nilai dan peran guru
penggerak dalam pembelajaran di kelas dan di sekolah
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
KAITAN BUDAYA POSITIF DENGAN MATERI
MODUL 1.3. VISI GURU PENGGERAK

Dalam rangka mewujudkan visinya, seorang guru penggerak


harus menerapkan budaya positif dalam prosesnya. Visi guru
yang luar biasa akan mudah tercapai jika dirinya dan
lingkungan pembelajarannya sudah menerapkan budaya
positif. Budaya Positif mampu mendorong setiap elemen
yang ada di kelas dan sekolah untuk mencapai Visi guru
penggerak dan Visi sekolah yang mewujudkan nilai luhur
karakter pelajar pancasila
Refleksi Pemahaman
atas keseluruhan
materi modul Budaya
Positif
Disiplin
Positif
Disiplin positif adalah pendekatan
untuk menuntun kodrat anak agar
berdaya dalam mengontrol diri dan
menguasai diri untuk memilih tindakan
yang mengacu nilai-nilai kebajikan.
Disiplin positif menjadi komponen
utama dalam mewujudkan budaya
positif
Teori Kontrol
Pada dasarnya yang bisa mengontrol
seseorang adalah seseorang itu
sendiri. Seseorang bisa melakukan
sesuatu atau tidak tergantung pada
diri seseorang sesuai dengan motivasi
pemenuhan kebutuhan dasar dan
setiap kebutuhan dasar seseorang itu
berbeda
Teori Motivasi
Perilaku yang ditunjukkan manusia pasti memiliki motivasi
dan tujuan. Motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi
internal dan eksternal. Motivasi internal adalah motivasi
yang diinginkan oleh seseorang dalam rangka menghargai
diri dnegan nilai yang diyakininya. Sementara itu, motivasi
eksternal di antaranya adalah keinginan yang dilakukan
dalam rangka menghindari ketidaknyamanan/hukuman
atau ingin mendapatkan imbalan/penghargaan. Dan point
dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang
berasal dari internal yang nantinya akan menjadi orang
yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya, sehingga mareka akan
sadar dengan keyakinan mereka sendiri dan tidak
terpengatuh pada ketidaknyamanan, hukuman, imbalan
atau penghargaan
Hukuman dan Penghargaan
Pada dasarnya hukuman dan penghargaan itu
sama, hanya hukuman lebih ke arah cara
mengontrol perilaku murid pada hal negatif
sedangkan penghargaan adalah cara mengontrol
perilaku murid pada hal positif.Hukuman dan
penghargaan adalah salah satu cara mengontrol
perilaku murid yang secara tidak langsung
menghambat potensinya. Dalam jangka waktu
tertentu, baik hukuman dan penghargaan akan
sama-sama memberikan dampak yang sama, yakni
ketergantungan (bukan kemerdekaan) dan
tentunya mematikan motivasi internal seseorang
St ep 1
Posisi Kontrol Guru
Ada l i ma posi si kontrol guru,
yakni :
1. Sebagai penghukum
2. Sebagai pembuat rasa
bersal ah
3. Sebagai teman
4. Sebagai pemantau
5. Sebagai manaj er

@reallygreatsite
Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia merupakan kebutuhan yang sangat primer
pada diri manusia, pada dasarnya setiap murid yang menyimpang
dengan nilai-nilai kebajikan atau melanggar sebuah keyakinan, pada
dasarnya murid tersebut tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan
dasarnya.Ada lima jenis kebutuhan dasar manusia, yakni :
1. Kebutuhan bertahan hidup
2. Kasih sayang dan rasa memiliki
3. Kebebasan
4. Kesenangan
5. Penguasaan

Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas adalah nilai-nilai


kebajikan yang diyakini oleh warga kelas
untuk menumbuhkan motivasi internal dan
budaya positif di kelas
Segitiga Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan
murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain. Segitiga Restitusi adalah alur
untuk menegakkan keyakinan bersama di dalam kelas atau
sekolah
Segitiga Restitusi

Ada tiga unsur segitiga restitusi, yakni:


1) Menstabilkan identitas
2) Validasi tindakan yang salah
3) Menanyakan keyakinan
Hal menarik dari
pemahaman pada
materi tersebut
adalah:
Hukuman dan penghargaan. Pada awalnya saya meyakini bahwa
hukuman adalah sesuatu tindakan yang sangat saya hindari, karena
dengan hukuman bisa mematikan motivasi murid, dan justru saya
sangat meyakini bahwa penghargaan adalah suatu Tindakan yang
dapat memotivasi murid sebagai bentuk apresiasi tentang perilaku baik
kepada murid. Ternyata setelah saya mempelajari modul 1.4 ini
hukuman dan penghargaan sama-sama bisa mematikan motivasi
intrinsik murid, dan pada jangka waktu tertentu penghargaan akan
membuat murid ketergantungan
Keyakinan dan peraturan kelas. pada awalnya saya mendewakan
peraturan. Peraturan kelas itu adalah suatu sistem yang sangat efektif
untuk mengatur murid agar nantinya murid bisa berdisiplin positif sesuai
dengan koridor peraturan kelas. Namun setelah saya mempelajari modul
1.4 peraturan justru tidak efektif dalam menciptakan budaya positif,
peraturan hanya berasal dari motivasi eksternal yang nantinya akan
bersifat ketergantungan pada suatu peraturan, sedangkan keyakinan
kelas merupakan motivasi yang bersumber dari dalam, sehingga ada atau
tidak adanya peraturan murid akan melakukan dan menerapkan disiplin
positif sesuai dengan keyakinannya
Segitiga restitusi. Hal yang paling menarik ketika pada tahapan
menstabilkan identitas ketika seorang guru berkata pada murid
bahwa “tidak apa-apa melakukan kesalahan, dan setiap orang
pasti melakukan kesalahan”. Sehingga dari kalimat yang diucapkan
oleh guru, murid bisa mengubah identitas mereka dari orang yang
gagal menjadi orang yang sukses. Sedangkan yang sering saya
lakukan biasanya menyudutkan murid dengan membahas berbagai
aktivitas penyimpangan mereka dari beberapa sudut pandang
Setelah mempelajari
modul ini, ada
perubahan cara
berpikir saya, yakni:
Perubahan paradigma tentang hukuman dan penghargaan.
Yang semula saya beranggapan bahwa penghargaan
adalah Langkah yang efektif untuk menumbuhkan budaya
positif, ternyata untuk membangun budaya yang positif
harus berawal dari motivasi intrinsik yang nantinya akan
membentuk sebuah keyakinan, baik keyakinan di kelas
maupun sekolah yang pada akhirnya akan membentuk
budaya positif pada diri siswa dan menjadi budaya positif
dilingkungan sekolah
Perubahan teori kontrol. Yang semula saya beranggapan bawa
guru bisa mengotrol murid dengan daya dan upayanya,
ternyata setelah mempelajari modul 1.4 guru dapat mengontrol
murid itu hanyalah sebuah ilusi. Yang dapat mengontrol murid
sebenarnya adalah murid itu sendiri. Walaupun tampaknya
guru sedang mengontrol perilaku murid namun pada sejatinya
murid mengizinkan dirinyan dikontrol. Dari hal tersebut butuh
motivasi instrinsik dari murid untuk menciptakan keyakinan
kelas agar murid bisa melakukan sesuai dengan motivasi dari
dalam
Perubahan segitiga restitusi. Yang semula saya
menyelesaikan kasus penyimpangan dengan cara
memvonis murid dan menyatakan dia bersalah tanpa
bertanya dan berkonsultasi terlebih dahulu, sekarang
keyakinan saya berubah dengan mengubah sudut
pandang dari orang yang gagal menjadi orang yang
sukses dan mengajarkan kepada mereka bagaimana
cara bertanggung jawab dengan perbuatan kita
PENGALAMAN SEPERTI APAKAH YANG PERNAH
ANDA ALAMI TERKAIT PENERAPAN KONSEP-
KONSEP INTI DALAM MODUL BUDAYA POSITIF
BAIK DI LINGKUP KELAS MAUPUN SEKOLAH ANDA?

Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam


modul 1.4 budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah
menggunakan segitiga restitusi dengan posisi kontrol sebagai manajer. Dan
hambatan dan tantangan saya masih berbenturan pada beberapa rekan
guru yang masih berparadigma bahwa kontrol penghukum adalah Tindakan
yang paling efektif untuk mendisiplinkan murid. Sehingga saya butuh
pendekatan khusus secara persuasif untuk berdiskusi dalam membangun
pemahaman tentang disiplin positif dan budaya positif atau mungkin perlu
sosialisasi kepada rekan guru yang lain untuk membuat keyakinan kelas dan
menerapkan segitiga restitusi dalam penanganan kasus siswa
BAGAIMANA PERASAAN ANDA KETIKA
MENGALAMI HAL TERSEBUT?
Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut, saya merasa mempunyai kewajiban
untuk menyebarkan pemahaman tentang budaya positif baik di kelas maupun di
sekolah. Terutama pada hal paradigma kontrol penghukum dan penggunaan segitiga
restitusi dalam setiap pemecahan penyimpangan yang terjadi pada murid. Saya
merasa mempunyai kewajiban kepada setiap warga sekolah untuk menyebarkan
pemahaman bahwa setiap murid mempunyai kebutuhan dasar, dan jika kebutuhan
dasar tersebut terpenuhi maka tidak akan ada penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. Saya ingin semua warga sekolah memahami pentingnya budaya positif di
kelas dan sekolah
MENURUT ANDA, TERKAIT PENGALAMAN DALAM PENERAPAN
KONSEP-KONSEP TERSEBUT, HAL APA SAJAKAH YANG
SUDAH BAIK? ADAKAH YANG PERLU DIPERBAIKI?

HAL BAIK YANG SUDAH SAYA ADAPUN HAL YANG PERLU SAYA
LAKUKAN YAITU ADANYA PERBAIKI YAITU MENGUBAH MINDSET
PERATURAN YANG SUDAH DIRI SAYA SENDIRI AGAR SAYA BISA
MERUBAH POSISI KONTROL SEBAGAI
MENGIKAT, TINGGAL BAGAIMANA
PENGHUKUM DAN PEMBERI
SAYA MENGUBAH PERATURAN
PENGHARGAAN MENJADI GURU YANG
TERSEBUT MENJADI SEBUAH BISA MENGAMBIL PERAN SEBAGAI
KEYAKINAN, BAIK KEYAKINAN MANAJER DAN MULAI MEMPRAKTEKAN
KELAS MAUPUN KEYAKINAN PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI
SEKOLAH DALAM PENANGANAN KASUS SISWA
SEBELUM MEMPELAJARI MODUL INI, KETIKA BERINTERAKSI DENGAN
MURID, BERDASARKAN 5 POSISI KONTROL, POSISI MANAKAH YANG
PALING SERING ANDA PAKAI, DAN BAGAIMANA PERASAAN ANDA SAAT
ITU? SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI, POSISI APA YANG ANDA PAKAI,
DAN BAGAIMANA PERASAAN ANDA SEKARANG? APA PERBEDAANNYA?

SEBELUM MEMPELAJARI MODUL INI SAYA SERING MENGAMBIL KONTROL SEBAGAI


PENGHUKUM DAN PEMBUAT MERASA BERSALAH, SAYA MERASA BERKUASA ATAS
MURID NAMUN ADA RASA TIDAK NYAMAN KARENA TAKUT MURID AKAN DENDAM
DAN MARAH KEPADA SAYA. NAMUN SETELAH SAYA MEMPELAJARI MODUL 1.4 INI
SAYA LEBIH CENDERUNG MERUBAH POSISI KONTROL SEBAGAI MANAJER
SEHINGGA AKAN MEMBANGUN IDENTITAS MURID YANG AWALNYA SEBAGAI
ORANG YANG GAGAL MENJADI ORANG YANG SUKSES. DAN SAYA MERASA
NYAMAN UNTUK BERKOMUNIKASI DENGAN MURID SAYA, PERBEDAANNYA MURID
TIDAK MARAH ATAU PUN DENDAM TAPI MURID MERASA DIPERHATIKAN DAN
INGIN MERUBAH DIRI MEREKA MENJADI LEBIH BAIK LAGI
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid
Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan
bagaimana Anda mempraktekkannya?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan
segitiga resitusi, namun beda istilah saja dan Langkah-
langkah tidak teratur serta tidak ada tujuan dan indikator
yang jelas. Sehingga apa yang saya lakukan tanpa arah dan
tujuan. Dan output dari apa yang saya lakukan tidak
berdasarkan pada keyakinan kelas dan tidak termotivasi
dari dalam diri murid, motivasi saya hanya bagaimana
murid bisa disiplin dan tidak melanggar peraturan dan
mengabaikan motivasi intrinsiknya
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah
hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam
proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas
maupun sekolah?

Tentunya ada, yaitu berkolaborasi dengan


semua pihak agar bisa mendukung dan
menciptakan budaya positif. Kolaborasi bisa
berbentuk komunikasi intens dengan kepala
sekolah, teman sejawat, wali murid dan
sebagainya. Komunikasi tersebut juga berbentuk
persamaan persepsi antara semua warga
sekolah sehingga bisa jadi satu visi dan misi
dalam menciptakan budaya positif
TERIMA KASIH
Guru Penggerak tergerak,
bergerak dan menggerakkan

Anda mungkin juga menyukai