Anda di halaman 1dari 4

1.1.a.10.

Laporan Pengalaman Praktik Baik melalui Aksi Nyata Calon Guru


Penggerak.

Diterbitkan : 02 November 2021


Penulis : Omega Gini, S.S.
Kelas : 04.033. PPPPTKMATEMATIKA. ENDANG SULISTIYOWATI (PPGP
4)

AKSI NYATA “BUDAYA SADAR SAMPAH”

1. Latar Belakang

Cerita tentang sampah di dunia ini tidak akan pernah selesai, dan entah sampai
kapanpun tidak akan pernah habis. Di lingkungan sekolah pun demikian. Kesadaran tentang
pentingnya membuang dan mengelola sampah di lingkungan sekitar sekolah masih sangat
kurang. Kesadaran akan penerapan disiplin diri untuk membuang sampah pada tempatnya
masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, dalam arti bukan dari dalam diri sendiri. Hal ini yang
menyebabkan keberlanjutan tindakan displin positif itu berhenti seiring dengan berhentinya
motivasi. Pentingnya komunikasi dua arah yang dibangun antara guru dan murid adalah
untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sekolah adalah tempat kedua setelah rumah mereka
dan wajib di pelihara kebersihannya. Bagaimana membangun disiplinkan diri peserta didik
yang bermula dari kesadaran, dan menumbuhkan motivasi intrinsik. Bagaimana menjaga
keawetan disiplin diri yang kemudian menjadi sebuah budaya poisitif yang dapat tumbuh dan
menonjol yang kemudian ikut menumbuh kembangkan karakter semua warga sekolah.
Bagaimana disisplin diri dalam hal sadar sampah dan mengelolanya di sekolah
dikembangkan oleh guru untuk mewujudkan karakter atau profil pelajar Pancasila. Serta
bagaimana efektifitas komunikasi yang dibangun secara dua arah dapat mendukung
pertumbuhan kesadaran murid agar menjadi pribadi yang lebih berempati dan berbudaya
disiplin yang positif.

2. Deskripsi Aksi Nyata

Untuk menciptakan budaya sadar sampah melalui pembiasaan budaya positif di sekolah,
tidak berdiri sendiri. Kolaborasi dan kerjasama antar semua warga di sekolah dalam
pembiasaan positif ini sangat diperlukan. Dengan kerjasama yang solid dan berkelanjutan,
pembiasaan positif yang mengarah kepada budaya sadar sampah ini, kemudian akan berakar,
tumbuh dan berkembang di dalam diri setiap murid. Budaya sadar sampah akan tercipta
dengan didukung budaya disiplin yang positif. Mengapa harus disiplin positif, karena semua
aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin yang
berdasarkan kesadaran individunya. Budaya disiplin yang positif akan melahirkan pribadi
yang sadar dengan sendirinya, muncul dari dalam diri tanpa paksaan dari pihak luar.
Sehingga harapan dari pembiasaan disiplin positif dalam hubungannya dengan pembiasaan
sadar sampah ini akan bermula dari dalam diri sendiri. Sehingga nantinya akan menjadi ciri
dari motivasi intrinsik karatkter kut yang terbentuk. Penerapan budaya positif seperti
religious, disiplin dan toleransi antar sesama dikaitkan dengan nilai-nilai pofil pelajar
Pancasila yaitu: Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis,
kreatif, bersifat kebhinekaan dan bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar
pembiasaan positif. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah
mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing
global dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong
royong sesama.

Dalam program ini, Guru penggerak mempunyai peran untuk melakukan pengimbasan
kebiasaan baik kepada guru lain dan murid dalam upaya membangun budaya positif sadar
sampah dengan menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah.
Memunculkan kekuatan, dan menyamarkan yang hal-hal yang bersifat stagnan. Sehingga
yang diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan
berkolaborasi membentuk karakter baik dan menerapkan disiplin positif budaya sadar sampah
yang akan menjadi budaya sekolah. Dengan memulainya dari kelas, mulai dengan murid
yang diajar, mulai dengan mata pelajaran yang diampu.

Lantas, bagaimana usaha dari seorang guru penggerak unuk menumbuhkan budaya positif di
kelas, sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi sekolah?. Lingkunga
terkecil di sekolah adalah kelas. Kelas adalah tempat di mana guru dan murid bisa saling
berinteraksi dengan leluasa dan menyenangkan. Segala sesuatu akan tumbuh di kelas dari
hasil interaksi baik danpositif antara murid dan gurunya. Dengan menciptakan kondisi kelas
yang menyenangkan dengan selalu melakuka pembiasaan positif diharapkan murid akan
memiliki karakter pelajar pancasila yang nyata. Di dalam kelas, guru diharapkan bisa
mengetahui apa yang menjadi minat dan bakat setiap muridnya. Dan hal ini adalah tindakan
reflektif yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran serta penerapan nilai dan
perannya.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif sadar sampah di sekolah
adalah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan
literasi sekolah, sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar.
Menerapkan dan membiasakan komunikasi dua arah pada seluruh warga sekolah. Dampak
yang ingin dilihat adalah kesadaran berdisiplin positif dan membangun budaya positif sadar
sampah dimanapun murid berada. Berawal dari peran guru membudayakan disiplin positif
dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.

Budaya positif yang sudah ada di sekolah kami selain 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan
Santun) adalah religious. Dimana program-program di semua lini dapat dijalankan serta
terintegrasi dan membentuk kebiasaan positif.

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

1. Sosialisasi Budaya positif sadr sampah kepada semua warga di sekolah

2. Membiasakan komunikasi dua arah antar warga sekolah dalam rangka membangun
budaya positif sadar sampah di kelas dan di sekolah

3. Memfasilitasi kesepakatan kelas dan kesepakatan aturan sekolah

4. Merefleksi kegiatan dalam rangka membudayakan kebiasaan positif sadar sampah di


sekolah
3. Hasil dari Aksi Nyata

Aksi nyata kali ini dalam rangka menumbuhkembangkan budaya positif yang sudah ada
disekolah. Mengajak semua warga sekolah untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-
hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke semua warga sekolah. Terutama
mengimbaskan di kalangan murid atau peserta didik dengan motivasi dan dukungan guru
pengampu mata pelajaran. Serta bimbingan walli kelas dalam apresiasi budaya positif sadar
sampah di dalam dan antar anggota kelas.

Kegiatan yang saya lakukan adalah:

- Melakukan Komunikasi dua arah antara warga sekolah, kemudian melakukan


kesepakatan tentang aturan beserta konsekuensi.
- Melakukan kesepaktan kelas di awal pertemuan, kemudian melakukan evaluasi dan
perbaikan.

4. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Proses kegiatan aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan rancangan
karena ini adalah bulan pertama dari program Guru Penggerak yang saya ikuti.

Pembiasaan positif dan budaya positif sadar sampah dapat terlaksana dengan baik, jika
ditandai dengan kebiasaan komunikasi dua arah antar semua warga sekolah sudah terlaksana
dengan baik, adanya saran dan masukan serta dukungan dari Kepala Sekolah dan dari rekan
guru. Kemudian ada feedback dari murid yang menjadi sasaran utama pembiasaan budaya
positif sadar sampah ini.

5. Rencana Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Rencana perbaikan dan tindak lanjut dari rancangan aksi nyata ini akan diteruskan untuk
menyambut tahun ajaran baru, kolaborasi membuat kesepakatan kelas yang berpusat pada
murid dengan beberapa konten atau isi berisi aspirasi peserta didik. Tahapan refleksi akhir
semester akan dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya. Dengan
mengagendakan kegiatan sharing dan kolaborasi bersama antar guru mata pelajaran.

Mengagendakan untuk mensosialisasikan, melakukan pengimbasan, Melatih pembiasaan, dan


memberikan apresiasi terhadap kemajuan dan perkembangan budaya positif sadar sampah
kepada semua warga sekolah.

Perubahan yang akan dilakukan, mulai dari diri sendiri membudayakan 5 S, dan menerapkan
kedisiplinan dengan cara berkomunikasi dengan siswa secara dua arah. Menerima dan
memberikan aspirasi murid dengan merdeka dalam menentukan daftar kesepakatan belajar
bersama. Melakukan refleksi bersama atas kesepakatan yang diberlakukan. Perubahan yang
diharapkan akan dirasakan, mampu berempati kepada siswa, karena lebih banyak mendengar
daripada menginstruksikan, lebih banyak menerima aspirasi ketimbang arahan-arahan yang
tidak efektif.
6. Dokumentasi

proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto

Anda mungkin juga menyukai