4 Guru Penggerak
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin diri sehingga
mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi
internal. Siswa yang memiliki disiplin diri berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang
dilakukannya.
Peran kita sebagai pendidik bagaimana dapat menumbuhkan disiplin diri pada diri siswa sehingga siswa
mampu menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna,
mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai positip dan selalu
untuk dihargai.
Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang selama ini dijalankan di
sekolah. Kesadaran akan penerapan disiplin belum berdasarkan motivasi internal, dimana
pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut sistem
penghargaan dan hukuman. Model disiplin yang dibangun masih belum berpusat pada siswa
selain itu posisi kontrol guru belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum
dan pembuat siswa merasa bersalah. Bagaimana budaya positif yang sudah ada disekolah
berkembang menjadi karakter semua warga sekolah. Bagaimana pendidik
menumbuhkembangkan budaya positif dalam mewujudkan karakter profil pelajar pancasila, dan
bagaimana menerapkan disiplin restitusi di posisi monitor dan manajer sehingga lingkungan
yang positif, aman dan nyaman dapat terwujud.
Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki karakter
kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia.
Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan
nyaman agar peserta didik mampu berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri, dan
bertanggungjawab.
Adapun yang menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol
kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Sarana prasarana yang baik di sekolah yang sudah memadai juga turut berkontribusi demi
terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif ini untuk krmajuan sekolah.
1. Terbentuknya keyakinan kelas yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik bersama
walikelas.
2. Menguatnya karakter positif seperti religius yang ditunjukkan dengan semakin
bertambahnya peserta didik yang ikut bergabung ke dalam sanggar dakwah yang ada di
SMP N 10 Palembag. Siswa yang beragama Islam mengikuti kegiatan kultum setiap hari
jumat dan bagi yang beragama Kristen mengikuti kegiatan rohani di gereja setiap hari
mingu.
3. Menguatnya karakter peduli terhadap teman yang membutuhkan dukungan belajar.Hal ini
ditunjukkan dengan menjadi tutor sebaya bagi temannya yang remedial.
4. Menguatnya karakter bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan baik tugas mata
pelajaran maupun yang berkaitan dengan kerapian dan kebersihan kelas.
5. Menguatnya karakter gotong royong. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran 100% setiap
kali diadakan gotong royong untuk membenahi kelas.
6. Menguatnya karakter disiplin waktu yang ditunjukkan dengan tidak adanya catatan
terlambat masuk sekolah, disiplin dalam memakai masker dan disiplin dalam memakai
seragam sesuai hari.
7. Menguatnya karakter toleransi yang ditunjukkan dengan saling menghormati dan
menghargai teman yang berbeda agama, suku, ciri fisik dan gender.
8. Tumbuhnya karakter berdaya nalar kritis yang ditunjukkan dengan meningkatnya dari
minggu ke minggu siswa yang aktif bertanya, menjawab, berpendapat/berargumen.
9. Adanya Poster Keyakinan kelas yang dipajang dikelas.
10. Peserta didik sudah menunjukkan 5S.
Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata dalam membangun budaya
positif ini adalah:
1. Pentingnya membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan motivasi internal pada diri
peserta didik.
2. Adanya dukungan dari dari berbagai pihak terkait, sarana dan prasarana yang memadai
sangat berkontribusi dalam usaha membangun disiplin positif.
3. Layanan restitusi dalam menyelesaikan permasalahan memfokuskan peserta didik untuk
belajar dari kesalahan, menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki hubungan,
fokus pada karakter dan solusi.
4. Untuk menerapkan displin restitusi, seorang guru harus mampu memposisikan diri
sebagai manajer agar dapat membimbing siswa sehingga siswa mampu mengevaluasi diri
bagaimana menjadi diri sendiri yang lebih baik.
1. Setiap 3 bulan, butir-butir keyakinan kelas dievaluasi dan diperbaiki. Jika item butir-
butir keyakinan kelas sudah membudaya, maka diganti dengan item lainnya sehingga
akan semakin banyak item-item budaya positif yang dapat ditumbuhkan pada peserta
didik.
2. Selain itu perlu koordinasi dan kolaborasi dengan orang tua dan guru BK agar
penanaman budaya positif lebih cepat terealisasi,berkembang dan terawat.
3. Bergotong royong kebersihan selalu menciptan kondisi lingkungan sekolah yang indah
dan asri.
4. Sekolah SMP N adalah sekolah berbasis imtaq maka mejadikan kelas tafiz mecetak
siswa-siswi pintar tafiz
1.6 Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya Positif