Globalisasi ini menyebabkan krisis moral di kalangan anak-anak sampai remaja yang notabenenya masih duduk di bangku sekolah. Sikap krisis moral antara lain: kurangnya tingkat kesopanan, disiplin, tingkah laku, akhlak (pergaulan bebas), serta pengamalan pancasila yang rendah. Moral ini dibentuk dari kebiasaan atau pengaruh lingkungan sekitar tanpa pandang bulu, usia, waktu, bahkan tempat. Hal ini menjadi sebuah keprihatinan kita untuk menggerakkan budaya positif di berbagai lini kehidupan masyarakat terutama di Sekolah. Budaya positif adalah sikap, nilai, kepercayaan, dan praktik-praktik yang menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi orang untuk berkembang dan berkontribusi secara positif. 1. Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Antara lain: beriman, bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan dan bergotong- royong. 2. Untuk menumbuhkan budaya positif dengan membuat keyakinan kelas. 3. Untuk meningkatkan nilai-nilai kebajikan dalam pembelajaran. 1. Peserta didik mampu membuat keyakinan kelas dalam bentuk poster yang dipasang pada dinding kelas. 2. Peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai profil pelajar pancasila dalam kegiatan pembelajaran secara sadar dan berkelanjutan dalam proses pembelajaran. 1. Merancang aksi nyata yang akan dilakukan dan menyampaikan hasil tersebut kepada warga sekolah. 2. Melakukan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, murid, dan tenaga kependidikan terkait disiplin positif, keyakinan kelas, dan profil pelajar pancasila dan praktik segitiga restitusi sebagai dampak pelanggaran kesepakatan kelas. 3. Membuat keyakinan kelas bersama peserta didik. 4. Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pencapaian aksi nyata. 1. Kepala Sekolah 2. Guru 3. Peserta Didik 4. Tenaga Kependidikan