INTUISI
JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/intuisi
Abstract
This study aims to determine students’ learning habits and quality of communication of children and parents on the stu-
dents of SMP Negeri 13 Semarang as well as to determine the relationship between quality of communication between
children and parents with the learning habits of students of SMP Negeri 13 Semarang. The hypothesis in this study is
no relalionship between quality of communication with children and parents of students learning habits. Quantitative
research is a correlational study. Subjects in this study amounted to 72 students. Sampling technique used is proportional
stratified random sampling. study habits were measured by the scale of study habits that have a reliability coefficient of
0.97l. The scale consists of 66 study habits aitem valid with validity coefficients range from 0.344 to 0.852. While the
quality of communication between children and parents were measured using a scale of quality of communication be-
tween children and parents who have a reliability cofficient of 0.964. The scale of the quality of communication between
children and parents consisted of 45 aitem valid with validity coefficients range from 0.338 to 0.77 l. Correlation test
using the product moment correlation technique is done using SPSS 17.0 for windows. Results showed students’ learning
habit variables is high. Similarly, the variable quality of communication between children and parents are also quite
high. The rerults showed that there is a relationship between quality of communication between children and parents
with students’ learning habits. Correlation of quality of communication between children and parents with learning
habits acquired cofficient r = 0.717 with a significance or p = 0.000.
Alamat korespondensi: p-ISSN 2086-0803
Gedung A1, Lantai 1 FIP UNNES e-ISSN 2086-0803
Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: intuisipsikologiunnes@gmail.com
Nurul Rahmawati, Tri Esti Budiningsih / Intuisi Journal 4 (1) (2012)
2
Nurul Rahmawati, Tri Esti Budiningsih / Intuisi Journal 4 (1) (2012)
lajar sendiri dipengaruhi oleh kebiasaan belajar. Karakteristik kebiasaan belajar terbagi
Jika kebiasaan belajar siswa baik maka prestasi menjadi dua, yaitu kebiasaan belajar di rumah
belajar siswa tersebut akan meningkat, begitu- yang dapat dilakukan dengan membuatan jad-
pun sebaliknya. Hal tersebut juga sesuai dengan wal belajar dan melaksanaannya, waktu untuk
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati, dkk melakukan belajar, mengulang materi pelajaran,
(2008), bahwa ada korelasi positif dan sangat sig- membaca dan menulis catatan, serta mengerja-
nifikan antara kebiasaan belajar dengarr presta- kan tugas, sedangkan karakteristik kebiasaan be-
si belajar pada Mahasiswa Semester II Fakultas lajar di sekolah antara lain mengikuti pelajaran
Psikologi Universitas Merdeka Malang, Kualitas di kelas, menghadapi ujian, dan memanfaatkan
komunikasi anak dan orang tua telah terbukti perpustakaan sekolah.
berpengaruh terhadap prestasi belajar, sedangkan Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya
proses untuk mendapatkan prestasi belajar yang Jadwal adalah pembagian waktu untuk
baik dibutuhkan kebiasaan belajar yang baik pula, sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh se-
sehingga ada keterkaitan antara kebiasaan belajar seorang setiap harinya. Jadwal juga berpengaruh
dengan prestasi belajar. Penelitian-penelitian dia- terhadap hasil belajar, agar belajar dapat berjalan
tas yang telah membuktikan adanya hubungan dengan baik dan melaksanakan dengan teratur/
antara kualitas komunikasi anak dan orang tua disiplin.
dengan kebiasaan belajar dapat ditarik kesimpu- Waktu Belajar
lan bahwa kualitas komunikasi anak dan orang Waktu belajar sebaiknya dilakukan pada
tua berpengaruh pada kebiasaan belajar untuk waktu yang sesuai dengan kebiasaan kita karena
mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. waktu belajar siswa berbeda- beda, ada yang lebih
Anak yang mempunyai interaksi positif suka belajar pada pagi hari, siang hari maupun
dengan keluarga mempunyai pengaruh dalam malam hari.
keberhasilan pendidikannya. Anak-anak yang Mengulangi Bahan Pelajaran
mempunyai kebiasaan belajar baik sering berin- Mengulangi besar pengaruhnya dalam
teraksi dengan keluarga sebaliknya siswa yang belajar, karena dengan adanya pengulangan (re-
berkebiasaan belajar buruk kurang berinteraksi view) bahan yang belum begitu dikuasai serta
atau bahkan sama sekali tidak berinteraksi den- mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam
gan keluarga, dikarenakan orangtua mereka yang otak seseorang.
sibuk, jadi anak tidak merasa dikendalikan serta Membaca dan Membuat Catatan
diperhatikan, hal ini berakibat anak acuh dengan Membaca besar pengaruhnya terhadap
keluarga. belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar
Bentuk interaksi yang dilakukan orangtua adalah membaca. Siswa perlu membaca dengan
terhadap anaknya tersebut diantaranya rekreasi baik agar dapat belajar dengan baik pula, karena
bersama, saling memberi, saling menerima yang membaca adalah alat belajar.
ditandai dengan saling pengertian, saling perca- Mengerjakan Tugas
ya yang didalamnya terdapat unsur keterbukaan, Salah satu prinsip belajar adalah ulangan
saling mencintai dan memberi semangat dalam dan latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat
meraih prestasi belajar. Keluarga mempunyai berupa pengerjaan tes/ulangan atau ujian yang
pengaruh yang cukup penting terhadap pola be- diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/
lajar anak. Pada umumnya anak masih tinggal mengerjakan latihan- latihan yang ada dalam
bersama kedua orangtuanya dan saudara-sauda- buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri.
ranya sehingga dengan demikian orang tua meru- Mengikuti Pelajaran Di Kelas
pakan faktor utama bagi anak dalam menyelesai- Siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas
kan problemnya. Sehubungan dengan fenomena harus memperhatikan penjelasan guru, atau kon-
yang muncul dilapangan, maka penulis tertarik sentrasi dengan apa yang dijelaskan oleh guru,
untuk mengkaji lebih dalam tentang apakah ada saat guru menjelaskan siswa mencatat hal-hal
hubungan antara kualitas komunikasi antara yang dianggap penting, setelah guru menjelaskan
anak dengan orang tua dengan kebiasaan anak siswa bertanya tentang apa yang tidak dimenger-
dalam belajar di SMP N l3 Semarang tahun aja- ti. Semua siswa juga diharapkan aktif dan kreatif
ran 2011-2012. dalam kelompok ketika memecahkan dan menja-
Kebiasaan belajar adalah suatu tindakan wab setiap item soal yang diberikan guru
atau tingkah laku belajar yang terbentuk karena Menghadapi Ujian
dilakukan berulang-ulang oleh siswa pada saat Siswa dihadapkan pada kegiatan ujian
belajar di rumah maupun di sekolah hingga me- dalam belajarnya setiap tahun yaitu pada ujian
netap menjadi suatu kebiasaan. tengah semester dan ujian akhir semester di se-
3
Nurul Rahmawati, Tri Esti Budiningsih / Intuisi Journal 4 (1) (2012)
kolah. Siswa harus belajar dengan giatnya agar perpustakaan sekolah. Skala kedua yaitu skala
memperoleh nilai yang bagus sehingga prestasi kualitas komunikasi anak dan orang tua yang
belajar yang diharapkan dapat tercapai dibuat adalah 50 aitem dari aspek keterbukaan,
Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah pengertian, empati, sikap saling mendukung dan
Siswa sebaiknya memanfaatkan perpusta- kesetaraan. Alternative jawaban yang tersedia
kaan yang ada di sekolah dengan dengan memba- ada empat, yaitu Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
ca buku ataupun meminjam buku untuk menun- Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
jang keberhasilan studi. Di perpustakaan sekolah
terdapat berbagai macam buku yang yang sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta
sangat berguna bagi siswa. Kebiasaan belajar diukur dengan meng-
Menurut Chapman (2003:88) komunikasi gunakan skala kebiasaan belajar. Skala kebia-
yang berkualitas antara anak dengan orang tua saan belajar mempunyai nilai reliabilitas sebesar
adalah percakapan atau dialog diantara anak dan 0,971. Skala kebiasaan belajar mempunyai 66
orang tua ketika masing-masing bebas mengemu- aitem valid dari aitem awal sejumlah 70 aitem
kakan pengalaman, pikiran, perasaan, dan hasrat dengan rentang nilai vailiditas dari 0,344 sampai
dengan suasana yang bersahabat dan penuh per- dengan 0,852, dengan dasar penentuan jika sig-
hatian serta terdapat penerimaan. Komunikasi nifikasnsi koefisien korelasinya >5% maka aitem
dalam keluarga yang terganggu bersifat tertutup, dinyatakan tidak valid, sebaliknya jika signifikan-
tidak jelas, tidak luwes dan tidak spesifik, sebalik- si koefisien korelasinya <5% maka aitem dinyata-
nya dalam sistem keluarga yang terbuka , komu- kan valid. Kualitas komunikasi anak dan orang
nikasi bersifat langsung, spesifik, dan mendorong tua diukur dengan skala kualitas komunikasi
pertumbuhan. anak dan orang tua. Skala kualitas komunikasi
Terdapat beberapa aspek dalam kualitas anak dan orang tua mempunyai nilai reliabilitas
komunikasi, antara lain : Keterbukaan (openess) sebesar 0,964. Skala kualitas komunikasi anak
yaitu adanya saling keterbukaan antara komu- dan orang tua mempunyai 45 aitem valid dari ai-
nikan dengan komunikatorakan sangat mendu- tem awal sejumlah 50 aitem dengan rentang nilai
kung proses terjadinya komunikasi antar pribadi validitas dari 0,338 sampai dengan 0,771, dengan
yang baik, Pengertian yaitu anak merasa bahwa dasar penentuan jika signifikasnsi koefisien kore-
dirinya didengar dan dimengerti serta dipahami lasinya >5% maka aitem dinyatakan tidak valid,
saat melakukan komunikai,Empati (empaty) yaitu sebaliknya jika signifikansi koefisien korelasinya
kemampuan seseorang memproyeksikan dirinya <5%. Uji korelasi menggunakan teknik korelasi
pada perasaan orang lain, Dukungan (supportive- product moment yang dikerjakan menggunakan
ness) yaitu perilaku seseorang dalam menghadapi bantuan SPSS 17.0 for windows.
situasi komunikas yang defensive. dan Kesetaraan Hasil penelitian menunjukkan variabel ke-
(equality) yaitu pengakuan secara diam-diam bah- biasaan belajar pada subjek penelitian tergolong
wa kedua belah pihak saling menghargai, dan sedang sampai tinggi. Variabel kualitas komuni-
berguna bagi orang lain. kasi anak dan orang tua pada subjek penelitian
tergolong sedang sampai tinggi. Hal ini tidak se-
METODE suai dengan fenomena yang telah peneliti laku-
kan, dikarenakan pada studi pendahuluan subjek
Populasi. Semua siswa SMP Negeri 13 Se- yang diambil hanya sebagian kecil dari jumlah
marang yang tinggal bersama orang tua sebanyak siswa, yaitu hanya 35 siswa dari jumlah siswa
761 siswa. Subjek Penelitian. Subjek ditetapkan 729 siswa. Selain itu, studi pendahuluan dilaku-
untuk diambil 10% secara random sebagai sam- kan pada tahun ajaran sebelumnya, yaitu tahun
pel dari populasi yang berjumlah 761 siswa yaitu ajaran 2010-2011 dan subjek yang diambil pada
72 siswa dengan menggunakan teknik proportio- waktu itu sebagian besar adalah kelas VIII dan
nal stratified random sampling. IX. Kelas VIII sekarang naik menjadi kelas IX,
Pengumpulan data dalam penelitian ini dan kelas IX sudah keluar dari sekolah untuk me-
menggunakan skala kebiasaan belajar dengan lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Rentang
aitem yang dibuat adalah 70 aitem dari delapan waktu antara studi pendahuluan dan penelitian
aspek yang meliputi pembuatan jadwal belajar cukup jauh yaitu lima bulan, sehingga diduga
dan pelaksanaannya, waktu untuk melakukan be- dalam rentang waktu tersebut subjek menerima
lajar, mengulang materi pelajaran, membaca dan bimbingan dari guru BK akan kebiasaan belajar
menulis catatan, mengerjakan tugas, pelajaran yang baik yang seharusnya dilakukan. Selain itu
di kelas, menghadapi ujian, dan memanfaatkan jumlah siswa per kelas saat ini dikurangi menja-
4
Nurul Rahmawati, Tri Esti Budiningsih / Intuisi Journal 4 (1) (2012)
di lebih sedikit, dari 40 siswa menjadi maksimal perasaan, dan hasrat tanpa ada yang ditutup-tu-
30 siswa per kelas. Hal ini menyebabkan kondisi tupi dengan suasana yang bersahabat dan penuh
belajar menjadi lebih intensif dan secara tidak perhatian serta mendapat penerimaan. Sesuai
langsung siswa lain yang mempunyai kebiasaan dengan hasil penelitian bahwa kualitas komuni-
belajar yang baik akan mempengaruhi kebiasaan kasi antara anak dan orang tua yang tinggi me-
belajar siswa lainnya. nyebabkan kebiasaan belajar siswa SMP Negeri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 13 Semarang juga tergolong sedang sampai ting-
hubungan antara kualitas komunikasi anak dan gi, artinya bahwa siswa dapat mengatur waktu
orang tua dengan kebiasaan belajar siswa SMP belajar baik di rumah maupun di sekolah, rajin
Negeri 13 Semarang dengan koefisien korelasi membaca, serta melakukan kegiatan belajar di
r = 0,717 dengan signifikansi 0,000 dimana p kelas atau sekolah dengan baik, seperti mem-
>0,01 . Hal tersebut menunjukkan bahwa 71,7% perhatikan penjelasan guru, aktif dalam kelas,
kebiasaan belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas mengerjakan tugas. Dengan memiliki kebiasaan
komunikasi anak dan orang tua, sissanya 28,3% belajar yang baik maka setiap usaha belajar akan
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terungkap memberikan hasil yang memuaskan, khususnya
pada penelitian ini. dalam hal prestasi. Kedua hal tersebut, yaitu
Berdasarkan hasil penelitian dapat disim- kualitas komunikasi antara anak dengan orang
pulkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hu- tua dan kebiasaan belajar merupakan hal yang
bungan antara kualitas komunikasi antara anak tidak bisa dipisahkan. Karena siswa yang tidak
dan orang tua dengan kebiasaan belajar siswa mempunyai komunikasi yang berkualitas dengan
SMP Neggeri 13 Semarang diterima. orang tua tidak memiliki kebiasaan baik maka
Interaksi dan komunikasi yang harmonis tidak akan menghasilkan apa yang diinginkan
akan terjadi jika terdapat rasa saling percaya dan yaitu prestasi yang memuaskan. Sebaliknya, ko-
keterbukaan. Sikap orang tua yang mempercayai munikasi yang terjalin antara siswa dan orang tua
anak membuat anak merasa dimengerti. Hal itu- berkualitas, kebiasaan belajar juga akan baik atau
lah yang menjadi landasan kenyamanan dalam meningkatkan, maka hasil atau prestasi yang
keluarga. diinginkan pun akan memuaskan.
Anak akan melakukan kegiatan kebiasaan-
kebiasaan belajar yang baik artinya bahwa anak SIMPULAN
rajin melakukan kegiatan belajar apabila anak
merasa nyaman dalam lingkungan keluarga. Jika Berdasarkan hasil penelitian dapat disim-
anak merasa nyaman di rumah, maka anak terse- pulkan hal-hal sebagai berikut:
but akan dapat mengatasi tugas- tugasnya di seko- Hasil analisis deskriptif kualitas komuni-
lah secara memadai sehingga dapat mencapai ke- kasi, menunjukkan bahwa kualitas komunikasi
berhasilan dalam belajar di sekolah. Sebaliknya, antara anak dengan orang tua siswa SMP Negeri
anak tidak mungkin melakukan kebiasaan belajar 13 Semarang berada pada kategori sedang sam-
yang baik jika keluarga atau orang tua tidak men- pai tinggi dengan presentase sedang sebanyak
ciptakan iklim yang yang mendukung untuk hal 43,06% atau 31 siswa, dan tinggi sebesar 52,78%
itu, yaitu tidak membuat anak merasa nyaman, atau 38 siswa. Hal ini berarti komunikasi yang
akrab dan bersahabat dengan melakukan komu- terjalin antara anak (siswa) dengan orang tua me-
nikasi yang tidak berkualitas. Dengan kata lain reka berkualitas.
semakin tinggi kualitas komunikasi antara anak Hasil deskriptif kebiasaan belajar siswa
dan orang tua maka akan semakin tinggi pula ke- menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa
biasaan belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah SMP Negeri 13 Semarang tergolong sedang sam-
kualitas komunikasi antara anak dengan orang pai tinggi dengan presentase sedang sebanyak
tua maka semakin rendah kebiasaan belajarnya. siswa 41,66% atal 30 siswa dan tinggi sebesar
Hal tersebut terbukti dengan hasil penelitian yang 52,78% atau 38 siswa. Artinya siswa SMP Nege-
dilakukan peneliti bahwa kualitas komunikasi an- ri 13 Semarang memiliki kebiasaan belajar yang
tara anak dengan orang tua tergolong tinggi dan baik.
kebiasaan belajar yang dimiliki siswa juga berada Uji hipotesis antara kualitas komunikasi
pada kriteria tinggi. anak dan orang tua dengan kebiasaan belajar di-
Kualitas komunikasi antara siswa SMP terima. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ada
Negeri 13 Semarang dengan orang tua mereka hubungan yang signifikan antara kualitas komu-
tergolong sedang sampai tinggi. Hal ini berarti nikasi anak dan orang tua dengan kebiasaan be-
bahwa siswa dan orang tua mereka masing-ma- lajar siswa.
sing bebas mengemukakan pengalaman, pikiran,
5
Nurul Rahmawati, Tri Esti Budiningsih / Intuisi Journal 4 (1) (2012)