Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah: Metode Penelitian Kuantitatif

Tugas Individu
BAB I: PENDAHULUAN
Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa

Khaerina Fathimah K.
Q111 12 902
Psikologi B
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Orang tua merupakan pendidik pertama dan paling utama bagi anaknya di rumah,
sehingga sikap dan cara mendidik orang tua selama anak tinggal di rumah akan
berpengaruh terhadap kepribadiannya. Gunarsa (1987) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan yang cukup erat antara kepribadian anak dengan orang yang berada atau dekat
dengan lingkungan anak, yang meliputi orang tua, guru, teman sebaya dan masyarakat
tempat anak bersosialisasi. Selain itu, Natawidjaja (1989) menegaskan bahwa sikap-sikap
dan tingkah laku individu sepanjang kehidupannya sangat dipengaruhi oleh pengalaman-
pengalaman dari lingkungan di masa kecilnya, yaitu lingkungan keluarga. Oleh karena itu,
keluarga memainkan peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan kepribadian anak
nantinya. Meskipun banyak faktor yang dapat memengaruhi kepribadian anak,
lingkungan keluarga dan orangtua menjadi faktor utama yang akan menjamin kesuksesan
pendidikan anak di masa depan.
Gunarsa (1987) lebih lanjut menjelaskan bahwa sikap dan pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua akan berpengaruh terhadap kepribadian dan penampilan anak
di sekolah. Interaksi anggota keluarga yang kurang harmonis, perpecahan keluarga atau
kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, akan berkontribusi pada turunnya prestasi
belajar anak di sekolah (Winkel, 1997). Dengan demikian, pola asuh yang diterapkan
orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan sikap maupun prestasi belajar anak di sekolahnya.
Pola asuh berfokus pada dua elemen pengasuhan, yaitu parental responsiveness dan
parental demandingness (Macoby & Martin, 1983). Parental responsiveness mengacu
pada perilaku orang tua yang sengaja menjaga sikap individualitas, regulasi diri dan self-
assertion pada anak dengan menjadi orang tua yang suportif terhadap kebutuhan dan
tuntutan anak (Baumrind, 1991). Di sisi lain, parental demandingness mengacu pada
tuntutan orangtua kepada anaknya untuk lebih dewasa namun tetap mengawasi,
mendisiplinkan anak dan akan mengkonfrontasi anak bila melanggar peraturannya.
Baumrind (1991) lebih lanjut mengklasifikasikan pola asuh menjadi tiga, yaitu
otoriter, permisif dan demokratis. Masing-masing memiliki pola perilaku yang berbeda
dibandingkan satu sama lain. Pola asuh demokratis telah terbukti dapat membantu anak-
anak dan remaja dalam membentuk kompetensi instrumental yang terlihat dari
kemampuannya untuk menyeimbangkan kebutuhan dan tanggung jawab masyarakat dan
pribadi (Baumrind, 1991). Pola asuh ini dicirikan dengan adanya dukungan emosional
seperti menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan anak, pemberian otonomi yang
sesuai dengan kondisi anak, dan komunikasi dua arah, Pola asuh demokratis memiliki
parental responsiveness dan demandingness yang seimbang. Orangtua akan responsif
terhadap apa yang ingin dikatakan oleh anak, namun juga memiliki tuntutan-tuntutan
yang harus dilaksanakan oleh anak tersebut (Macoby dan Martin, 1983).
Menurut Syah Muda (2012), beberapa efek positif dari pola asuh demokratis
terhadap perilaku belajar anak, antara lain adalah anak akan lebih mandiri, tegas terhadap
diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri. Anak juga
mudah untuk bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadap aturan. Selain itu,
karena memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan bersemangat dalam belajar, anak akan
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, Kemampuan sosial anak yang
dididik dengan pola asuh demokatis, juga lebih baik. Anak juga cenderung lebih kreatif
dan memiliki motivasi dalam berprestasi tinggi di sekolah. Prestasi belajar yang baik di
sekolah ditandai dengan konsistennya nilai tinggi yang tertulis pada rapor anak.
Meskipun prestasi belajar tidak selalu menjadi jaminan kesuksesan anak ke
depannya, prestasi belajar akan diperhitungkan saat anak ingin melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu contohnya adalah ketika anak
ingin melanjutkan pendidikannya pada salah satu sekolah unggulan, sekolah tersebut
akan mematok standar prestasi belajar tertentu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sekolah biasa. Untuk bisa menjadi siswa di sekolah tersebut, anak harus memenuhi
persyaratan nilai yang telah ditetapkan menjadi patokan standar prestasi belajar.
Pola asuh demokratis telah terbukti menjadi cara yang paling efektif dalam
mengembangkan tanggung jawab sosial dan pribadi dalam seorang remaja, tanpa
menahan otonomi maupun individualitas mereka (Glasgow et al., 1997). Karakteristik-
karakteristik tersebut kemudian akan berlanjut untuk berpengaruh pada prestasi belajar
anak. Selain itu, beberapa studi telah mendokumentasikan dampak positif pola asuh
demokratis terhadap prestasi akademik. Studi-studi ini telah mengindikasikan bahwa
penggunaan pola asuh demokratis berhubungan dengan prestasi belajar yang tinggi
(Amato & Gilbreth, 1999; Steinberg et al., 1992), dan akan berakibat pada prestasi anak
di sekolah (Steinberg et al., 1988). Hasil penelitian dari Steinberg et al. (1992)
menunjukkan bahwa pola asuh demokratis dan keterlibatan orang tua dalam
penyekolahan anak akan berkorelasi secara positif dengan prestasi akademik remaja.
Kota Makassar, sebagai salah satu kota metropolitan, sudah tentu memiliki standar
dan biaya hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia
Timur. Dengan adanya standar-standar yang tinggi ini, orangtua akan bekerja lebih keras
dan lebih lama agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, terutama bagi
anaknya yang masih menempuh pendidikan di sekolah, Akibatnya, orangtua kurang
memiliki waktu untuk berkomunikasi dan mengawasi pendidikan beserta perkembangan
anaknya.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk membahas dan menelaah lebih
lanjut mengenai sikap dan perilaku orangtua yang diterapkan dalam pengasuhan dan
pendidikan anak khususnya di kota Makassar, karena pola asuh yang baik akan
berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar anak di sekolah. Oleh karena itu,
peneliti menentukan kajian dalam judul Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan
Prestasi Belajar Siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara pola
asuh demokratis dengan prestasi belajar siswa di kota Makassar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara pola asuh
demokratis dengan prestasi belajar siswa di kota Makassar.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
masukan bagi perkembangan ilmu psikologi dan menambah kajian ilmu psikologi
perkembangan dan pendidikan, khususnya bagi yang ingin meneliti mengenai pola
asuh demokratis maupun prestasi belajar di kota Makassar.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak orangtua maupun anak di kota Makassar. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu dalam penyajian informasi untuk penelitian serupa.


Daftar Pustaka
Amato, P. R., & Gilbreth, J. G. (1999). Nonresident fathers and childrens well-being: A meta-
analysis. Journal of Marriage and the Family, 61, 557-573.
Baumrind, D. (1991). Parenting styles and adolescent development dalam R.M. Lerner, A. C.
Peterson, & J. Brooks- Gunn, Encyclopedia of adolescence (hal.746-758). New York:
Garland Publishing, Inc.
Dewi, I Kurnia. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Berprestasi Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 28 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Tesis tidak diterbitkan.
Salatiga: Repository UKSW.
Glasgow, K. L., Dornbusch, S. M., Troyer, L., Steinberg, L., & Ritter, P. L. (1997). Parenting
styles, adolescents attributions, and educational outcomes in nine heterogeneous high
schools. Child Development, 68, 507-529.
Gunarsa, Singgih D. (1987). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Hidayati, Awik. (2004). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap
Prestasi Belajar dalam Jurnal Pendidikan, Jilid 13, Nomor 3 hal. 267-276.
Maccoby, E. E., & Martin, J. A. (1983). Socialization in the context of the family: Parent-child
interaction dalam P. H. Mussen, Handbook of child psychology (Vol. 4, pp. 1-101). New
York: Wiley.
Natawidjaja, Rochman. (1989). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Arbadin.
Riyanto, Theo. (2002). Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Steinberg, L., Brown, B. B., Cazmarek, N., Cider, M., & Lazarro, C. (1988). Noninstructional
influences on high school student achievement. University of Wisconsin, Madison: National
Center for effective Secondary Schools.
Steinberg, L., Lamborn, S. D., Dornbusch, S. M., & Darling, N. (1992). Impact of parenting
practices on adolescent achievement: Authoritative parenting, school involvement an
encouragement to succeed. Child Development, 63, 1266-1281.
Widowati, S. Nurcahyani Desy. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi
Belajar, Kedewasaan Dan Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa
Kelas XI Sma Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Repository
UNS.
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai