Anda di halaman 1dari 11

DISKALKULIA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Psikologi Abnormal

Dosen Pengampu : Nurhayati M.Psi.,Psikolog

Oleh :

Kelompok 3

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2015-2016
DAFTAR NAMA KELOMPOK

NO NAMA PARAF
1. Sinta Anggi Saputri 12020015
2. Novita Sari 13020064
3. Rian Dwi Saputra 120200
4. Pipin Ferawati 120200
5. Emi Yuliawati 12020037
6. Suranto 12020006

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i

DAFTAR NAMA KELOMPOK ........................................................................ii

ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Definisi Diskalkulia.................................................................................1
B. Penyebab Diskalkulia.............................................................................2
C. Karateristik Diskalkulia.........................................................................2
D. Tanda dan Gejala Diskalkulia...............................................................4
E. Deteksi Dini Diskalkulia.........................................................................5
F. Penanganan Diskalkulia……………………………………………….6

DAFTAR PUSTAKA

PEMBAHASAN
DISKALKULIA

iii
A. Definisi Diskalkulia
Secara umum, definisi diskalkulia adalah gangguan kemampuan berhitung yang
mengarah pada bidang studi matematika. Namun, lebih spesifik lagi bahwa
diskalkulia merupakan gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis yang
dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi. Kesulitan belajar
matematika yang sering disebut diskalkulia atau “dyscalculis” (Lerner, 1998)
memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan
sistem saraf pusat. Biasanya anak tidak memahami proses matematis, ditandai
dengan adanya kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol
matematis. Diskalkulia juga dikenal dengan istilah “math difficulty” sebab
menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini
dapat dilihat secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung
(counting) dan kalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan
kesulitan dalam pemahaman konsep atau serangkaian proses matematis. Sebagian
besar, anak yang mengalami diskalkulia mempunyai kesulitan tersendiri dalam
proses visual. Dibeberapa kasus, pada pemrosesan dan pengurutan konsep
matematika memerlukan seperangkat prosedur yang harus diikuti dalam pola yang
berurutan, hal ini juga berkaitan dengan kurangnya memori (memory deficits) anak
diskalkulia, sehingga mereka mengalami kesulitan urutan operasi yang harus diikuti
untuk memecahkan soal-soal matematika.

Sebagian besar, orang yang mengalami diskalkulia atau kesulitan dalam Matematika
mempunyai kesulitan dalam proses visual. Pada beberapa kasus, pada bagian
pemrosesan dan pengurutan, matematika memerlukan seperangkat prosedur yang
harus diikuti dalam pol a yang urut, hal ini juga berkaitan dengan kurangnya
memory (memory deficits). Mereka yang mengalami kesulitan mengingat benda-
benda/angka, akan mengalami kesulitan mengingat urutan operasi (order of
operations) yang harus diikuti atau langkah-langkah pengurutan tertentu yang harus
diambil untuk memecahkan soal-soal matematika

B. Penyebab Diskalkulia

iv
Diskalkulia disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat pada diri individu anak.
Adapun faktor-faktor penyebab anak mengalami diskalkulia, antara lain:
a. Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelainan pada otak anak terutama
dibagian penghubung antara bagian pariental dan temporal otak. Anak diskalkulia
pada umumnya dapat mengikuti pelajaran yang hanya memerlukan hafalan dan
logika, seperti biologi atau bahasa akan tetapi lemah dalam hal konsep berhitung.
Pada mata pelajaran matematika, membutuhkan prosedur penyelesaian yang
berurutan sesuai pola-pola tertentu, namun anak diskalkulia mengalami kesulitan
untuk mengikuti prosedur tersebut. Hal ini tidak menutup kemungkinan anak
akan menjadi fobia terhadap matematika, sehingga muncullah keyakinan bahwa
dia tidak dapat menguasai matematika dengan baik.
b. Adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi dan gangguan spasial
(kemampuan memahami bangun ruang), sehingga berdampak anak sulit fokus
saat menerima pelajaran terutama dibidang matematika.

C. Karakteristik Diskalkulia
Karakteristik atau ciri anak yang mengalami diskalkulia beragam bentuknya. Berikut
ini merupakan karakteristik anak diskalkulia, diantaranya :
1) Biasanya anak tidak memahami proses matematis, yang ditandai dengan
kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
2) Anak kesulitan dalam menggunakan konsep waktu. Seorang anak bingung
mengurutkan masa lampau dan masa sekarang. 
3) Kurangnya pemahaman anak tentang nilai tempat, seperti satuan, puluhan,
ratusan, dan seterusnya.
4) Anak sulit untuk memfokuskan diri khususnya pada matapelajaran matematika.
Akan tetapi memiliki kemampuan berbahasa yang normal (baik verbal,
membaca, menulis maupun mengingat kalimat tertulis sebelumnya).
5) Anak mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti
aturan permainan yang berhubungan dengan sistem skor. 
6) Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberikan
pertanyaan seputar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
7) Anak sulit melakukan hitungan matematis dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya dia sulit menghitung transaksi (berbelanja) termasuk menghitung uang

v
kembalian. Seringkali anak tersebut menjadi takut memegang uang,
menghindari transaksi, maupun kegiatan yang harus melibatkan penggunaan
uang. 
8) Selain lemah pada kemampuan matematika, anak diskalkulia juga sulit
memahami not-not angka dalam pelajaran musik yang menyebabkan anak
kesulitan memainkan alat musik. 
9) Adanya gangguan hubungan keruangan
a. Konsep hubungan keruanganseperti, atas-bawah, puncak-dasar,jauh-dekat,
tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir umumnya telah dikuasai oleh
anak pada saat mereka belum masuk SD.
b. Anak kesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
dan lingkungan social juga sering tidak mendukung terselenggaranya suatu
situasi yang kondusif bagi terjalinnya komunikasi antar mereka.
10) Anak diskalkulia sering mengalami kesulitan melihat berbagai objek dalam
hubungannya dengan kelompok atau set.
11) Anak diskalkulia sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan
sambil menyebutkan bilangannya satu, dua, tiga, empat, lima.
12) Anak diskalkulia sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan
menggunakan symbol-simbol matematika seperti, (+), (-) (=), (>),(<).
13) Anak diskalkulia sering memperlihatkan adanya gangguan penghayatan tubuh
(Body Image), anaka semikian merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-
bagian dari tubuhnya sendiri.
14) Sering sulit membedakan tanda-tanda dalam hitungan
15) Sering sulit mengoperasikan hitungan-bilangan meskipun sederhana
16) Sering salah membilang dengan urut
17) Sering sulit membedakan angka yang mirip misalnya angka 6, 9, 17, 71.

D. Tanda dan Gejala Diskalkulia

vi
1. Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial
(kemampuan memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-
angka pada kolom yang tepat.
2. Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka.
Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung
antara masa lampau dan masa depan).
3. Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama, misalkan angka
7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan
menggunakan kalkulator.
4. Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik
verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).
5. Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka
datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
6. Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.
7. Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan
penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang dengan diskalkulia
tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir
tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi
yang melibatkan uang (misalkan di kasir).
8. Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti
lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
9. Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan
alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta
mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan
mengingat skor dalam pertandingan olahraga.

E Deteksi Dini Diskalkulia

vii
Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan
perkembangan usia.

 Anak usia 4- 5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya
konsep hitungan
 Anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep
jumlah yang menggunakan simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-).
Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep jumlah, maka kemungkinan
nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung. Proses berhitung melibatkan
pola pikir serta kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah.

Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan
simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat bagus untuk digunakan,
karena dalam matematika menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak. Jadi,
supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga anak lebih mudah mengenal konsep
matematika itu sendiri.

Menurut hasil riset (Harwell,2001), yaitu :

a. Factor keturunan/bawaan
b. Gangguan semasa kehamilan saat melahirkan atau premature
c. Kondisi janin yng tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang
merokok, menggunakan obat-obatan (drugs) atau meminum alcohol selama masa
kehamilan.
d. Trauma paska kelahiran, seperti deman yang sangat tinggi, trauma kepala, atau
pernah tenggelam
e. Infeksi telinga pada masa bayi dan balita.
f. Biasanya anak dengan kesulitan belajar mempunyai system imun yang lemah

F. Penanganan Diskalkulia

viii
1) Penanganan Gangguan Belajar Matematika harus dimulai di awal karir
pendidikan anak. tetapi, gangguan belajar matematika biasanya tidak didisadar
dan sulit dideteksi cukup dini atau manajemen ditunda sampai masalah lain
(misalnya, bahasa cacat) yang ditangani.
2) Banyak anak menganggap matematika sebagai subjek terbatas ketat untuk kelas
matematika dan pekerjaan rumah. Remediasi awal dari gangguan belajar
matematika sangat penting untuk memastikan pengakuan anak signifikansi
matematika ‘tidak hanya di kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan informasi baru tersedia untuk membaca gangguan (RDS), strategi
baru yang dirancang untuk pendidik untuk membimbing dan membantu siswa
meningkatkan nonperforming tersedia. Pekerjaan masih diperlukan untuk
mengidentifikasi masalah dasar dengan gangguan belajar matematika, yang
akan membantu menciptakan strategi yang lebih baik untuk membantu anak-
anak. Sementara itu, pedoman berikut ditunjukkan untuk membantu anak-anak
dengan cacat ini meresap.
3) Perbanyak contoh-contoh konkrit untuk memastikan pemahaman yang kuat
sebelum melangkah kepada konsep yang abstrak. Hal ini akan membantu untuk
memberikan strategi untuk memvisualisasikan konsep. Ketika mengerjakan soal
cerita, berikan kesempatan kepada anak untuk membayangakan situasi
kehidupan sehari-hari atau alat yang membantunya memvisualisasikan sebuah
bentuk, konsep, atau pola.
4) Berikan kesempatan untuk menggunakan gambar, kalimat, atau kartu untuk
membantu dalam hal pemahaman soal. Hubungkan permasalahannya dengan
contoh kehidupan sehari-hari.
5) Kembangkan sebuah konsep diri bahwa “saya bisa”, sesering mungkin. jangan
katakan, “Ibu/Ayah tidak pandai matematika, tak heran kamu pun begitu”.
Ingatlah, dengan suasana yang baik, (tutoring, one to one support) dan sikap
yang positif, semua orang pintar matematika
6) Gunakan pendekatan yang positif untuk mengenalkan konsep dasar. Kartu atau
permainan komputer untuk menguasai konsep awal sampai dengan 20 dan tabel
perkalian akan sang at berguna. 10 menit sehari akan berhasil.
7) Remediasi menuntut kerjasama erat antara guru kelas reguler dan mereka yang
terlibat dalam mendukung perbaikan. Banyak anak dengan prestasi dalam
matematika yang memenuhi syarat untuk secara hukum diamanatkan pelayanan

ix
pendidikan khusus di sekolah umum. Perbedaan luas yang diamati dalam
persyaratan layanan, dan kualitas dan intensitas pelayanan nyata bervariasi
antara masyarakat. Mengidentifikasi cacat dari setiap siswa dan menangani itu
di tingkat individu masih penting.

DAFTAR PUSTAKA

x
Abdurrahman,Mulyono Pendidikan bagi anak berkesulitan Belajar.PT Rineka
Cipta.Jakarta 2003

Febrina,Nur.2007.Gangguan Belajar.(Online).(http://www.sukapsikologi.blogspot.com.

xi

Anda mungkin juga menyukai