Anda di halaman 1dari 7

DEFINISI

Plantar Fasciitis adalah salah satu penyebab tersering dari Heel Pain. Plantar
Fasciitis adalah penyakit akibat microtrauma berulang dan kronis pada plantar
fascia. Microtrauma ini disebabkan oleh aktivitas weight-bearing yang terus
menerus.

Berdasarkan penelitian terminologi Fasciosis lebih tepat digunakan daripada


Fasciitis. Penyakit ini bukan hasil dari suatu proses inflamasi akut, melainkan
akibat suatu proses degenerasi. Hal ini terbukti dari kronisitas penyakit yang
ditemukan pada penyakit ini dan dari pengamatan histopatologis yang
membuktikan adanya tanda-tanda proses degeneratif pada plantar fascia seperti
disorganisasi dari fibrous tissue, dan tidak ditemukannya tanda-tanda inflamasi
akut.

ANATOMI
Plantar Fascia atau Aponeurosis Plantar adalah jaringan ikat yang
menghubungkan Os. calcaneus dan kelima jari kaki. The plantar fascia extends
from the calcaneus to the distal part of metatarsophalangeal joints of each toe and
is divided in central, medial, and lateral sections. The broadest and strongest
component of the fascia is the central portion.2 . Plantar fascia berfungsi untuk
menopang medial longitudinal arch (MLA) dan berperan sebagai shock
absorber. Secara umum, plantar fascia berfungsi membantu mendistribusikan
beban secara merata pada telapak kaki, baik pada kondisi statis maupun dinamis.

Medial longitudinal arch (MLA) adalah suatu lengkungan yang terbentuk di sisi
medial plantar pedis. Lengkungan ini berperan dalam mekanisme pendistribusian
beban pada telapak kaki, terutama pada mekanisme berjalan. MLA terdiri dari 2
komponen, yaitu anterior rod dan posterior rod. Anterior rod tersusun atas Os.
Naviculare, tiga Os. Cuneiformis (medial, intermediate, dan lateral), dan Os.
Metatarsal. Rear rod terdiri atas media tubercle dari Os. Calcaneus dan Os. Talus.

Central band merupakan bagian utama dari plantar fascia. Bagian ini berbentuk
segitiga dengan apex nya berada pada medial tubercle Os. Calcaneus, atau tempat
berawal nya plantar fascia itu sendiri. Central band memanjang kea rah distal dan
membentuk cabang superficial dan profundus. Dari 5 cabang superficial, 2
cabang superficial yang berada pada sisi marginal berjalan secara oblique menuju
sisi medial dan lateral dari plantar pedis, sedangkan 3 cabang superficial lainnya
menuju ke i) interphalangeal digiti I dan II ii) interphalangeal digiti III dan IV
atau basis dari digiti III iii0 interphalangeal digiti IV dan V atau basis dari digiti
V. Pada anterior dari caput metatarsal, central band membentuk 1 cabang
superficial yang terhubung ke dermis dan membentuk ligament mooring dan
natatory.

PATOGENESIS

Meskipun etiologi dari plantar fasciitis cenderung multi-faktorial, namun faktor


yang paling dominan pada plantar fasciitis adalah adanya mechanical overload
pada plantar fascia. (Wearing et al, 2006) Mechanical overload dapat dipicu oleh
beberapa faktor resiko. Pada pasien non-atlet, faktor resiko obesitas ditemukan
pada 70 % kasus (Tahirian et al, 2012). Selain obesitas, penyebab lainnya adalah
faktor kebiasaan seperti berdiri selama berjam-jam, sering berjalan pada
permukaan yang keras atau tidak rata, alas kaki yang tidak ideal, atau kelainan
anatomi seperti pes planus atau pes canus. Pada pasien lanjut usia, biasanya
penyebab nya adalah kekuatan otot intrinsik yang melemah, ditambah proses
penyembuhan alamai tubuh yang sudah melambat. Pada pasien DM, peripheral
motor neurpathy dapat menyebabkan atrofi otot, sehingga menyebabkan
perubahan struktur anatomi pada kaki (pes planus, pes cavus, clawtoes, etc.).
Pada pasien atlet, penyebab tersering nya adalah akibat penggunaan berlebihan
(overuse), kesalahan dalam latihan, atau trauma saat latihan. (Roxas et al, 2005)

Dengan adanya keberadaan faktor-faktor resiko tersebut, gerakan berulang seperti


berjalan dan berlari dapat memicu terjadinya trauma pada plantar fascia secara
mikroskopis (micro-tearing). Akhirnya terjadi proses inflamasi sebagai respon
dari adanya kerusakan plantar fascia. Namun, jika faktor penyebab tidak
disingkirkan dan micro-tearing terus berjalan, maka proses inflamasi akan
berjalan terus hingga akhirnya proses penyembuhan (repair process) yang normal
akan terhambat. Akhirnya terjadi proses inflamasi kronis pada plantar fascia yang
akan berlanjut menjadi proses degeneratif.
Pada dasarnya, mekanisme apapun yang dapat mengubah ketinggian MLA, baik
itu menjadi lebih rendah atau lebih tinggi, dapat membuat plantar fascia harus
menopang tekanan lebih berat dari kemampuan normalnya dan dapat membuat
plantar fascia lebih tegang, terutama pada bagian insersi plantar fascia di media
tubercle os. Calcaneus. Jika terjadi secara berulang, akhirnya akan
mengakibatkan trauma berulang pada plantar fascia.

TATALAKSANA

1. Modifikasi gaya hidup


Obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang paling banyak ditemukan
pada plantar fasciitis (80% kasus). One study observed that individuals with a
body mass index (BMl) > 30 kg/m- (the cutoff for grade-II obesity) had an
odds ratio of 5.6 for PF compared to those with a BMI < 25 kg/m2. Karena
itu modifikasi gaya hidup untuk mengurangi berat badan pasien obesitas
diperlukan untuk membantu penyembuhan plantar fasciitis.

2. Kompres Es
Tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan robekan dan mengurangi
peradangan sekaligus mencegah kambuh kembali. Kompres dengan es dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga bisa mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki aliran darah. Lakukan 20 menit 3 kali sehari
setelah melakukan kegiatan.

3. Stretching dan Massage


a. Latihan Wall Stretches
Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari
tembok, lakukan dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan
kaki yang sakit di belakang dan kaki lainnya dibelakang. Dorong
tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara
meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang
menempel di lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi
ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3
kali sehari.
b. Latihan Peregangan dengan Counter Top

Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki


terpisah dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut
sampai dalam posisi jongkok tahan. Posisi tumit tahan dilantai selama
mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan posisi ini selama
10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.
c. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage.
Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat
bangun tidur atau setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena
saat kita tidur plantar fascia semakin mengencang.

a. Latihan-latihan tambahan.
Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas
dengan berdiri dalam jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).
Peregangan dengan latihan-latihan diatas ternyata berhasil untuk 83%
penderita plantar fascia pada suatu studi.

 Arch support dan orthotics

Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk
mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat dibantu
dengan Arch support dan orthotics yang berfungsi untuk mengurangi tekanan
pada kaki dan mengontrol biomekanik dari kaki.
Farmakoterapi

1. NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drugs)

Untuk menghambat reaksi peradangan dan nyeri dengan menurunkan


sintesa prostaglandin digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesik,
diberikan per oral. Pengobatan ini cara yang paling baik dan aman.
Contohnya: Ibuprofen ( advil, motrin )

2. Injeksi Kortikosteroid: Suntikan 25 mg Cortison acetat (IV)


Suntikan 25 mg cortison acetat (IV) di insersio paponeurosis plantaris
pada os. calcaneus atau tepat pada samping tubulus medial os.
calcaneus. Suntikan yang terlalu banyak dapat melemahkan serta
merusak plantar fascia serta menyusutkan bantalan lemak di sekeliling
tumit.

. Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)

ESWT adalah gelombang suara yang dikirim kepada jaringan yang meradang
untuk memisahkan jaringan dari radang sehingga merangsang jaringan ini
untuk memperbaiki daerah yang luka dan mengurangi rasa sakit. Terapi ini
tidak boleh untuk anak-anak dan wanita hamil.

 Night splints (Bidai malam)

Night splints dirancang untuk menjaga mata kaki seseorang dalam posisi netral
sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki
dalam posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi
yang memendek. A Night dorsoflexion splint (bidai dorsofleksi malam)
memungkinkan peregangan pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur.
Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat
itu plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan
tegangan saat melangkah pertama di pagi hari.

Anda mungkin juga menyukai

  • KSJDVK
    KSJDVK
    Dokumen62 halaman
    KSJDVK
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Dfvaenr
    Dfvaenr
    Dokumen10 halaman
    Dfvaenr
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Ndfvebt
    Ndfvebt
    Dokumen2 halaman
    Ndfvebt
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • XKJCHBVSIDH
    XKJCHBVSIDH
    Dokumen24 halaman
    XKJCHBVSIDH
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Kdnevoek
    Kdnevoek
    Dokumen16 halaman
    Kdnevoek
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Hemoroid
    Hemoroid
    Dokumen30 halaman
    Hemoroid
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Referat Laringitis Akut
    Referat Laringitis Akut
    Dokumen25 halaman
    Referat Laringitis Akut
    delariyani
    100% (1)
  • SDRH
    SDRH
    Dokumen2 halaman
    SDRH
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • SKDJNW
    SKDJNW
    Dokumen1 halaman
    SKDJNW
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading-Translate
    Journal Reading-Translate
    Dokumen12 halaman
    Journal Reading-Translate
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Jhbiyh
    Jhbiyh
    Dokumen14 halaman
    Jhbiyh
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Kvmkejr
    Kvmkejr
    Dokumen9 halaman
    Kvmkejr
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Jhbiyh
    Jhbiyh
    Dokumen14 halaman
    Jhbiyh
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • DETEKSI DINI DELAYED SPEECH
    DETEKSI DINI DELAYED SPEECH
    Dokumen27 halaman
    DETEKSI DINI DELAYED SPEECH
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Bimbingan BPH
    Bimbingan BPH
    Dokumen26 halaman
    Bimbingan BPH
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • MHGCHG
    MHGCHG
    Dokumen9 halaman
    MHGCHG
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Ultrasonograf (USG)
    Ultrasonograf (USG)
    Dokumen9 halaman
    Ultrasonograf (USG)
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Kjcnekr
    Kjcnekr
    Dokumen3 halaman
    Kjcnekr
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Ervet
    Ervet
    Dokumen38 halaman
    Ervet
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Adfbe
    Adfbe
    Dokumen2 halaman
    Adfbe
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Fbaerh
    Fbaerh
    Dokumen3 halaman
    Fbaerh
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • LAPJAG NY C Ralat DR Syai
    LAPJAG NY C Ralat DR Syai
    Dokumen10 halaman
    LAPJAG NY C Ralat DR Syai
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • F Tvlemf
    F Tvlemf
    Dokumen1 halaman
    F Tvlemf
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Ekrlvelr
    Ekrlvelr
    Dokumen1 halaman
    Ekrlvelr
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Fvsetb
    Fvsetb
    Dokumen13 halaman
    Fvsetb
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Ksdvnsij
    Ksdvnsij
    Dokumen19 halaman
    Ksdvnsij
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Plantar Fasciitis: Disusun Oleh: Fadhila Ayu Safirina 1102013101 Pembimbing: Dr. Ridwan, SP.S
    Plantar Fasciitis: Disusun Oleh: Fadhila Ayu Safirina 1102013101 Pembimbing: Dr. Ridwan, SP.S
    Dokumen27 halaman
    Plantar Fasciitis: Disusun Oleh: Fadhila Ayu Safirina 1102013101 Pembimbing: Dr. Ridwan, SP.S
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • Skjdnver
    Skjdnver
    Dokumen14 halaman
    Skjdnver
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat
  • SDFBRGT
    SDFBRGT
    Dokumen9 halaman
    SDFBRGT
    Dhila Safirina
    Belum ada peringkat