ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
B. Kajian Teori
1. Pengertian Gagap
Cahyono (dalam Nurjaya, 2013) menyatakan bahwa gagap atau stuttering
merupakan salah satu bentuk kelainan berbicara yang ditandai dengan tersendatnya
pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur
mengetahui kata itu namun tidak dapat menghasilkannya.
Jadi, gagap merupakan suatu kondisi dimana si penderita mengalami gangguan
berbicara dengan indikasi tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat.
Kelainan ini dapat berupa kehilangan ide untuk mengeluarkan kata-kata, pengulangan
beberapa suku kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu, hingga
kegagalan dalam mengeluarkan kata-kata.
Berdasarkan tipenya, gagap dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, gagap
perkembangan. Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun dan
remaja yang sedang memasuki masa pubertas. Kondisi gagap pada periode usia 2
sampai 4 tahun merupakan keadaan yang masih wajar terjadi karena hanya sebagian
dari proses perkembangan bicara anak. Gagap ini muncul karena kontrol emosi
penderita yang masih relatif rendah serta antusiasme anak untuk mengemukakan ide-
idenya belum disertai dengan kematangan alat bicaranya. Kedua, gagap sementara
atau gagap ringan. Gagap sementara ini biasanya dialami oleh anak-anak usia 6
sampai 8 tahun. Umumnya gagap jenis ini disebabkan oleh faktor psikologis. Ketiga,
gagap menetap. Gagap menetap ini terjadi pada anak usia 3 sampai 8 tahun. Biasanya
gagap ini disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara dan akan terus
berlangsung.
Gagap atau tidaknya seseorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech
(bicara benar) di usia 18 bulan. Kegagapan ini akan tampak jelas saat kanak-kanak
berusia 4 sampai 5 tahun. Pada usia 4 sampai 5 tahun ini seharusnya perkembangan
bahasa anak sudah baik, pemahamannya sudah bagus, pembentukan kalimat, bahasa
ekspresif, kelancaran bicaranya juga sudah bagus, dan sosialisasi anak juga sudah
luas.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang
berbentuk studi kasus. Studi kasus didefinisikan sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam
suatu waktu tertentu dan tingkah laku yang relevan untuk diteliti tidak dapat dimanipulasi.
Melalui pendekatan penelitian kualitatif yang berbentuk studi kasus ini maka penelitian ini
dilakukan dengan mendeskripsikan tingkah laku seseorang yang menderita gangguan
berbhasa yaitu gagap.
Subjek dalam penelitian ini adalah Anto yang berusia 18 tahun. Anto tumbuh sebagai
laki-laki dengan kondisi fisik normal seperti masyarakat pada umumnya. gangguan gagap
mulai dialami Anto saat Ia berusia enam tahun.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab awal munculnya gangguan gagap pada diri Anto.
Wawancara dilakukan melalui media telepon, media ini digunakan karena informan berada di
kota yang berbeda dengan peneliti.
D. PEMBAHASAN
Dalam kondisi yang tenang :
“Anto, udah makan?”
“Uuudah tadi siang,”
Gangguan berbicara yang dialami anto yakni pada kata “udah”
1. Acquired
Gagap jenis ini terjadi pada remaja bahkan orang dewasa akibat cedera yang
terjadi di kepala, gangguan syaraf yang sifatnya progresif.
Hal inilah yang menjadi penyebab gangguan berbicara pada Anto, bahwa ia mengalami
gangguan berbicara gagap Acquired. Yang faktor utama pemicu gagap ini adalah faktor
genetik serta adanya gangguan syaraf yang terlibat dalam kemampuan berbicara.
E. SIMPULAN
Gangguan kegagapan dapat terjadi pada siapa saja. Kegagapan ini terjadi karena
hilangnya konsentrasi si penderita saat berbicara sehingga ia kesulitan untuk mengingat atau
mengucapkan kata yang seharusnya ia ucapkan. Gangguan ini dapat terjadi oleh beberapa
faktor. Salah satu faktornya adalah karena seringnya menerima bentakan saat masa
pembelajaran yang menyebabkan munculnya tekanan mental atau kehilangan rasa percaya
diri pada anak saat berbicara.
Berdasarkan kasus yang peneliti temui, gangguan kegagapan ini muncul dan
berkembang karena kurangnya perhatian kepada masalah si penderita yang menyebabkan Ia
tidak menerima pengobatan yang sewajarnya. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan
berbagai terapi yang berhubungan dengan masalah gangguan berbicara gagap tersebut.
F. REFERENSI
Chaer, Abdul. 2009. Psikoliguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Minati,
Anjar. 2010. “Psikologi”. (online).
http://minatianjar.blogspot.co.id/2010/05/pengertian-gagap.html. (diakses
pada tanggal 10 Mei 2017).
Nurjaya, Hamdani Kamal. 2013. “Analisis Gangguang Berbcara (Gagap) Pada M.H.R:
Suatu Kajian Psikolinguistik”. Onlien.
https://www.academia.edu/27606714/ANALISIS_GANGGUAN_BERBICARA.
(diakses pada tanggal 10 Mei 2017).