Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS GANGGUAN GAGAP PADA ANAK USIA REMAJA

Satrio Eka Pratama


NPM : 2010013111002

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Bung Hatta

ABSTRAK

Gangguan berbahasa dapat disebabkan oleh gangguan medis dan faktor


lingkungan. Secara medis gangguan berbahasa dapat diklasifikasikan mejadi tiga, yaitu
gangguan berbicara, gangguan berbahasa, dan gangguan berpikir.  Gangguan berbicara
merupakan gangguan yang terjadi karena ganguan atau kerusaka pada organ bicara seseorang
yang menyebabkan terganggunya komunikasi normal.  Selain itu, gangguan berbicara juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain, baik itu faktor kejiwaan atau faktor sosial.
Gangguan gagap dapat terjadi karena tekanan psikologis pada saat awal pemerolehan bahasa
dalam masa perkembangan. Subjek dalam penelitian ini adalah Anto yang berusia 18 tahun.
Anto tumbuh sebagai laki-laki dengan kondisi fisik normal seperti masyarakat pada
umumnya. gangguan gagap mulai dialami Anto saat Ia berusia enam tahun. Hasil penelitian
ini bahwa gangguan berbicara gagap bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kondisi
suasana tertentu saat berbicara, faktor genetik.

A. PENDAHULUAN

Hasil kajian psikolinguistik banyak dimanfaatkan dalam memahami pemerolehan


bahasa pertama maupun dalam pembelajaran bahsa kedua, termasuk di dalamnya
permasalahan atau gangguan-gangguan yang terjadi pada hal-hal yang berkaitan dengan
bahasa maupun berbahasa. Gangguan berbahasa dapat disebabkan oleh gangguan medis dan
faktor lingkungan. Faktor penyebab gangguan berbcara yang berasalh dari gangguan medis
dapat terjadi akibat kelainan fungsi otak maupun kelainan pada alat ucap. Sedangkan
gangguan yang terjadi karena faktor lingkungan dapat terjadi karena lingkungan hidup yang
tidak alamiah, misalnya tersisih atau terisolasi dari lingkungan masyarakat normal.

Secara medis gangguan berbahasa dapat diklasifikasikan mejadi tiga, yaitu gangguan


berbicara, gangguan berbahasa, dan gangguan berpikir. Gangguan berbicara merupakan
gangguan yang terjadi karena ganguan atau kerusaka pada organ bicara seseorang yang
menyebabkan terganggunya komunikasi normal. Selain itu, gangguan berbicara juga dapat
disebabkan oleh beberapa faktor lain, baik itu faktor kejiwaan atau faktor sosial. Gangguan
gagap dapat terjadi karena tekanan psikologis pada saat awal pemerolehan bahasa dalam
masa perkembangan.

Berdasarkan penjabaran di atas, penulis melakukan penelitian terhadap seorang


remaja yang mengalami gagap saat berbicara. Penelitian ini akan membahas dan
mendeskrisikan penyebab terjadinya gagap, karakteristik atau gejala, serta penanganan pada
anak yang mengalaminya. Selain itu, penulis akan meneliti mengenai titik temu teori-teori
gagap dengan kasus gagap yang penulis temui.

B. Kajian Teori

1. Pengertian Gagap
Cahyono (dalam Nurjaya, 2013) menyatakan bahwa gagap atau stuttering
merupakan salah satu bentuk kelainan berbicara yang ditandai dengan tersendatnya
pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur
mengetahui kata itu namun tidak dapat menghasilkannya.
Jadi, gagap merupakan suatu kondisi dimana si penderita mengalami gangguan
berbicara dengan indikasi tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat.
Kelainan ini dapat berupa kehilangan ide untuk mengeluarkan kata-kata, pengulangan
beberapa suku kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu, hingga
kegagalan dalam mengeluarkan kata-kata.
Berdasarkan tipenya, gagap dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, gagap
perkembangan. Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun dan
remaja yang sedang memasuki masa pubertas. Kondisi gagap pada periode usia 2
sampai 4 tahun merupakan keadaan yang masih wajar terjadi karena hanya sebagian
dari proses perkembangan bicara anak. Gagap ini muncul karena kontrol emosi
penderita yang masih relatif rendah serta antusiasme anak untuk mengemukakan ide-
idenya belum disertai dengan kematangan alat bicaranya. Kedua, gagap sementara
atau gagap ringan. Gagap sementara ini biasanya dialami oleh anak-anak usia 6
sampai 8 tahun. Umumnya gagap jenis ini disebabkan oleh faktor psikologis. Ketiga,
gagap menetap. Gagap menetap ini terjadi pada anak usia 3 sampai 8 tahun. Biasanya
gagap ini disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara dan akan terus
berlangsung.
Gagap atau tidaknya seseorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech
(bicara benar) di usia 18 bulan. Kegagapan ini akan tampak jelas saat kanak-kanak
berusia 4 sampai 5 tahun. Pada usia 4 sampai 5 tahun ini seharusnya perkembangan
bahasa anak sudah baik, pemahamannya sudah bagus, pembentukan kalimat, bahasa
ekspresif, kelancaran bicaranya juga sudah bagus, dan sosialisasi anak juga sudah
luas.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Gagap


Menurut Chaer (2009:153-154), kegagapan dapat terjadi karena beberapa faktor
berikut.
a. Faktor Genetik
b. Pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Neurogenik
d. Trauma emosional, dll
Nujaya (2013) menyatakan bahwa gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik
maupun psikologis. Faktor fisik kemungkinan berasal dari keturunan yang
menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik seperti gangguan pada syaraf bicara,
gangguan alat bicara, dan keterbatasan lidah. Sedangkan faktor psikologis yaitu
ketagangan yang berasal dari reaksi seseorang terhadap linngkungan, diantaranya
adalah stres mental karena sesuatu yang dirasakan namun tidak mampu untuk
dilakukan.
Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis
dibandingkan fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa
kecil menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang
kedua orangtuanya sering bertengkar sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan
sering menangis.

3. Cara Penanganan Gangguan Berbicara Gagap


Gagap tidak akan berlanjut sampai dewasa apabila anak segera diterapi dengan
baik. Selain itu, dukungan dari lingkungan keluarga dan sekitarnya juga menjadi
faktor penting dalam usaha penyembuhan gangguan gagap ini. Jika kanak-kanak
dalam kurun waktu yang cukup lama masih menunjukkan kegagapannya dalam
berbicara, maka diperlukan adanya konsultasi dengan ahli, baik itu dokter syaraf
untuk mengetahui kerusakan pada bagian syaraf tertentu, atau dengan psikolog untuk
mengatasi masalah kecemasan yang dimiliki anak (dalam Nurjaya, 2013).

C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang
berbentuk studi kasus. Studi kasus didefinisikan sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam
suatu waktu tertentu dan tingkah laku yang relevan untuk diteliti tidak dapat dimanipulasi.
Melalui pendekatan penelitian kualitatif yang berbentuk studi kasus ini maka penelitian ini
dilakukan dengan mendeskripsikan tingkah laku seseorang yang menderita gangguan
berbhasa yaitu gagap.
Subjek dalam penelitian ini adalah Anto yang berusia 18 tahun. Anto tumbuh sebagai
laki-laki dengan kondisi fisik normal seperti masyarakat pada umumnya. gangguan gagap
mulai dialami Anto saat Ia berusia enam tahun.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab awal munculnya gangguan gagap pada diri Anto.
Wawancara dilakukan melalui media telepon, media ini digunakan karena informan berada di
kota yang berbeda dengan peneliti.

D. PEMBAHASAN
Dalam kondisi yang tenang :
“Anto, udah makan?”
“Uuudah tadi siang,”
Gangguan berbicara yang dialami anto yakni pada kata “udah”

“Udah sholat dzuhur?”


“iiya bentar lagi”
Gangguan berbicara anto hanya pada kata “iya”
Dalam percakapan tersebut, hanya pada situasi yang santai sehingga jawaban yang
keluar dari pengucapan Anto kata atau kalimat yang ia ucapkan hanya mengalami kendala
gagap diawal kalimat saja.

Pada kondisi yang tidak tenang :


“habis dari mana?”
“Aaabis daadriii lari sore”
Gangguan berbicara gagap pada kata “abis dan dari”
Dalam kondisi yang membuat tidak tenang, Anto menjawab pertanyaan yang
diucapkan dengan sangat cepat, sehingga kata yang ingin disampaikan tertahan akibat ia
menjawab dengan begitu cepat, kondisi tubuh yang menghelanapas dengan cepat sehingga
kata yang tersusun di otak tidak keluar dengan lancar, hal ini yang mengakibatkan gangguan
berbicara gagap, salah satu jenis gagap yang terjadi pada Anto yaitu :

1. Acquired
Gagap jenis ini terjadi pada remaja bahkan orang dewasa akibat cedera yang
terjadi di kepala, gangguan syaraf yang sifatnya progresif.

Hal inilah yang menjadi penyebab gangguan berbicara pada Anto, bahwa ia mengalami
gangguan berbicara gagap Acquired. Yang faktor utama pemicu gagap ini adalah faktor
genetik serta adanya gangguan syaraf yang terlibat dalam kemampuan berbicara.

E. SIMPULAN
Gangguan kegagapan dapat terjadi pada siapa saja. Kegagapan ini terjadi karena
hilangnya konsentrasi si penderita saat berbicara sehingga ia kesulitan untuk mengingat atau
mengucapkan kata yang seharusnya ia ucapkan. Gangguan ini dapat terjadi oleh beberapa
faktor. Salah satu faktornya adalah karena seringnya menerima bentakan saat masa
pembelajaran yang menyebabkan munculnya tekanan mental atau kehilangan rasa percaya
diri pada anak saat berbicara.
Berdasarkan kasus yang peneliti temui, gangguan kegagapan ini muncul dan
berkembang karena kurangnya perhatian kepada masalah si penderita yang menyebabkan Ia
tidak menerima pengobatan yang sewajarnya. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan
berbagai terapi yang berhubungan dengan masalah gangguan berbicara gagap tersebut.
F. REFERENSI

Chaer, Abdul. 2009. Psikoliguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Minati,
Anjar. 2010. “Psikologi”. (online).
http://minatianjar.blogspot.co.id/2010/05/pengertian-gagap.html. (diakses
pada tanggal 10 Mei 2017).

Nurjaya, Hamdani Kamal. 2013. “Analisis Gangguang Berbcara (Gagap) Pada M.H.R:
Suatu Kajian Psikolinguistik”. Onlien.
https://www.academia.edu/27606714/ANALISIS_GANGGUAN_BERBICARA.
(diakses pada tanggal 10 Mei 2017).

Handoko. 2014. “Gangguan berbicara”.


https://staff.unand.ac.id/handoko/2014/06/09/gangguan-berbicara/. (diakses pada 20
Desember 2022)

Anda mungkin juga menyukai