Anda di halaman 1dari 9

TUGAS GERONTIK

PIPIT PUSPITA SARI


NPM 230101088P

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
PROGRAM NASIONAL LANSIA

Program kementerian kesehatan di indonesia dalam upaya untuk meningkatkan status


kesehatan para lansia, diantaranya:
1. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan dasar,
khususnya puskesmas dan kelompok lansia melalui konsep puskesmas santun lanjut usia.
2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia di rumah sakit,
3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi lansia,
4. Sosialisasi program kesehatan lansia, serta pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan dan pembinaan kelompok usia lanjut/posyandu lansia di masyarakat (Iin
Cintami Pangabean, 2013).

Kegiatan-kegiatan dalam pembinaan lansia


1. Upaya promotif
Upaya promotif yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat
2. Upaya preventif
Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit
maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
3. Upaya kuratif
Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut. Bertambahnya umur pada lansia
akan menyebabkan banyak gangguan fisik maupun psikologis. Kegiatan dapat brupa
pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan spefikikasi melalui sistem rujukan.
4. Upaya rehabilitative
Upaya rehabilitative yaitu upaya mengembalikan fungsi organ tubuh yang telah
menurun.
5. Upaya penyuluhan kesehatan
Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral dari setiap
program kesehtan.
ISU-ISU STRATEGI DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG YANG
TERLIBAT MERAWAT LANSIA

Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer.
Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup
mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi
kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan
imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal — hal
yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus
ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan.
Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan
1. Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O'Malley dan Blakeney, 1994 )

Bentuk Dukungan Keluarga Caplan dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu :
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi
tentang dunia.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan
perhatian.
3. Dukungan intrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat serta terhindarnya penderita dari kelelahan.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
KOMUNIKASI DENGAN LANSIA

Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan masalah
hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan
hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13). Lansia
merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya bisa dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang akan
melewati tiga tahap dalam kehidupannya yaitu masa anak, dewasa dan juga tua.(Mawaddah,
2020).

Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Lansia


1. Faktor Klien
Komunikasi dengan lanjut usia dapat menjadi lebih sulit akibat dari gangguan sensori yang
terkait usia dan penurunan memori.
2. Faktor Perawat
Meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidakpahaman perawat. Pasien lanjut usia
umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan tenaga
kesehatan.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia dan terganggunya
penerimaan pesan yang disampaikan.

Beberapa Teknik Komunikasi Dengan Lansia Yang Dapat Digunakan menurut Mundakir (2006)
yaitu:
1. Teknik asertif
2. Responsif
3. Fokus
4. Suportif
5. Klarifikasi
6. Sabar dan ikhlas
KOMUNIKASI KELOMPOK KELUARGA DENGAN LANSIA

Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa hal yaitu faktor fisik, psikologi,
dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus
menggunakan konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia
juga mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi (Zen, 2013)

Beberapa Teknik Komunikasi Dengan Lansia Yang Dapat Digunakan menurut Mundakir (2006)
yaitu:
1. Teknik asertif
2. Responsif
3. Fokus
4. Suportif
5. Klarifikasi
6. Sabar dan ikhlas

Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia

a. Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi.


b. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan
respon pada pertanyaan seseorang.
c. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
d. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
MASALAH KOMUNIKASI YANG UMUM TERJADI PADA LANSIA

Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian pesan atas gagasan dari petugas perawat
kepada lansia dan diperoleh tanggapan (feedback) sehingga diperoleh kesepakatan tentang isi
pesan komunikasi

Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia


1. Agresif
2. Non asertif

Hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi dengan lansia


1. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal menimbulkan
perasaan bahwa ia mengetahui segalanya.
2. Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk
mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya
3. Acuh tak acuh
Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara
atau berkomunikasi.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang
membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi.
5. Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau
tingkat stres yang dialami oleh lansia.
6. Mempermalukan orang lain di depan umum
Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan
orang lain di depan umum.
7. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak dari
mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara.
8. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan penglihatan pada
lansia.
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KOMUNIKASI
Dalam perumusan Diagnosis keperawatan memiliki 3 komponen utama, yaitu:
1. Problem/Masalah
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah
kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yangseharusnya tidak terjadi.
2. Etiologi/penyebab
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yangmemberikan arah terhadap
terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan
lingkungan.
3. Sign & Sympton /Tanda& gejala
Adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan
diagnosis keperawatan.
PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KOMUNIKASI

Perencanaan keperawatan dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil dengan
menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam mengatasi masalah pasien.
Dalam penentuan rencana tindakan, terdapat beberapa instruksi tindakan keperawatan yang
merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukkan perawatan dan pengobatan khusus
dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan kepada pasien tertentu.
Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu pencapaian satu atau lebih tujuan
perawatan sehingga dapat mengurangi, mencegah, atau menghilangkan masalah pasien
(Hidayat, 2022).

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi gangguan komunikasi verbal sesuai dengan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia. Menurut PPNI (2018), standar intervensi yang
direkomendasikan yaitu promosi komunikasi: defisit bicara, promosi komunikasi: defisit
pendengaran, promosi komunikasi: defisit visual, dukungan kepatuhan program pengobatan,
dukungan pengambilan keputusan, dukungan perawatan diri, latihan memori, manajemen
demensia, manajemen energi, manajemen lingkungan, manajemen medikasi, perawatan telinga,
reduksi ansietas, terapi seni, terapi sentuhan, dan terapi validasi.
KONSEP PENSIUN DAN DISKONTINUITAS PERAN MENURUT TEORI
LETTY G. KUAN

Konsep Utama
1. Usia Fisiologis adalah ketahanan sel dan jaringan dalam menghadapi fenomena
kerusakan pada tubuh manusia.
2. Peran mengacu pada serangkaian harapan bersama yang terfokus pada posisi tertentu.
Hal ini juga merupakan serangkaian ekspektasi bersama dari pengalaman sosialisasi
pensiunan dan nilai-nilai yang diinternalisasikan saat mempersiapkan posisi tersebut
serta adaptasi terhadap ekspektasi yang ditetapkan secara sosial untuk posisi itu sendiri.
3. Perubahan Hidup adalah periode antara tahun mendekati pensiun dan tahun pasca
pensiun. Secara mediko-fisiologis, hal ini disamakan dengan periode klimakterik
penyesuaian dan penyesuaian kembali ke tempo kehidupan yang lain.
4. Pensiunan adalah orang perseorangan yang meninggalkan jabatan yang didudukinya
selama beberapa tahun terakhir dalam kehidupan produktif karena telah mencapai usia
pensiun yang ditetapkan atau telah menyelesaikan masa kerja yang dipersyaratkan.
5. Diskontinuitas Peran adalah terputusnya garis status yang dinikmati atau peran yang
dijalankan. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kecelakaan, keadaan darurat, dan
perubahan posisi atau pensiun.
6. Pendekatan Mengatasi (Coping Approach) mengacu pada intervensi atau tindakan
yang diterapkan untuk memecahkan situasi atau keadaan bermasalah guna memulihkan
atau menjaga keseimbangan dan fungsi normal.

Anda mungkin juga menyukai