Anda di halaman 1dari 48

KEPERAWATAN KOMUNITAS

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN


KERJA

Dosen Pembimbing : Dr. Yessy Dessy Arna,


M.Kep., Sp.Kom.
LANDASAN HUKUM KESELAMATAN KERJA
Peraturan menteri kesehatn No.100 tahun 2015 ini membahas Pos Upaya
Kesehatan Kerja (UKK), upaya kesehatan berbasis masyarakat pada pekerja
sektor informal yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat pekerja melalui pemberian pelayanan kesehatan dengan pendekatan
utama preventif dan promotif, disertai kuratif dan rehabilitatif sederhana yang
bertujuan menurunkan insiden dan prevelensi penyakit pada pekerja sehingga
dapat meningkatkan produktifitas pekerja. Adapun yang dibahas diantaranya
persyaratan pembentukan, saran dan prasarana, pendanaan, pencatatan dan
pelaporan, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi.
PENGERTIAN DAN TUJUAN KESEHATAN
KERJA
Keperawatan kesehatan kerja adalah cabang khusus dari keperawatan komunitas
yang merupakan aplikasi dari konsep dan frame work dari berbagai disiplin ilmu
(keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu sosial dan perilaku,
prinsip-prinsip manajemen) yang bertujuan meningkatkan dan memelihara status
kesehatan pekerja serta melindungi pekerja dari kecelakaan kerja dan faktor
risiko bahaya di tempat kerja (health hazards) dalam konteks lingkungan kerja
yang sehat dan aman.
Peran dan Fungsi Kesehatan Kerja
peran dan fungsi UKK hanya terfokus pada penanganan kasus
kegawatdaruratan dan penyakit akut yang dialami pekerja di tempat kerja
maka, saat ini peran dan fungsi UKK menjadi lebih luas dan kompleks
mengidentifikasi 8 peran UKK. Kedelapan peran tersebut adalah:
1 Pemberi pelayanan kesehatan
2 Penemu kasus
3 Pendidik kesehatan
4 Perawat pendidik
5 Pemberi layanan konseling
6 Manajemen kasus
7 Konsultan, serta
8 Peneliti.
Faktor yang Mempengaruhi Upaya Kesehatan Kerja
Ketiga faktor yang saling berpengaruh :
a) Pekerja (Host)
​Pekerja merupakan host pada populasi pekerja. Host memiliki karakteristik yang
berhubungan dengan meningkatnya risiko untuk terpapar health hazards di tempat
kerja. Karakteristik tersebut meliputi:
1. usia
2. Jenis kelamin
3. Memiliki atau tidak memiliki penyakit kronis
4. Aktifitas di tempat kerja
5. Status imunologi
6. Etnik
7. Gaya hidup
b) Faktor resiko bahaya di tempat kerja

​Health hazards berupa faktor kimia, fisika, biologi, c) Lingkungan

enviromechanical dan psikologi, terdapat pada hampir semua ​Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang

bentuk institusi kerja (Stanhope & Lancaster, 2004). Tanpa mempengaruhi interaksi antara host dan agent dan dapat

memandang jenis institusi kerja bersifat tradisional atau modern menjadi mediasi antara host dan agent. Lingkungan

yang menggunakan teknologi tinggi. Perusahaan yang mengelola digolongkan menjadi fisik dan psikologis. Lingkungan fisik

jasa (bank, institusi pelayanan kesehatan,hotel dan restoran) juga berupa panas, bau, ventilasi yang mempengaruhi interaksi

tidak luput dari bahaya health hazards bagi pekerja host dan agent. (Stanhope & Lancaster, 2004). Lingkungan

(Depnakertrans RI, 2005). fisik yang kurang nyaman menimbulkan ketegangan bagi

​Health hazards biologi berupa bakteri patogen, jamur, dan virus pekerja serta memperberat risiko interaksi negatif antara

masuk ke tubuh manusia melalui sistem pernafasan, kontak host dan agent. Misalnya pekerja yang terpapar health

langsung dengan kulit, sistem pencernaan, penglihatan. Dampak hazards kimia berada di lingkungan kerja panas dan kurang
terhadap kesehatan adalah mengalami penyakit infeksi virus, ventilasi maka akan memperberat risiko timbulnya
bakteri, jamur, seperti penyakit hepatitis B, kulit, infeksi yang masalah kesehatan pekerja tersebut.
menyerang sistem organ manusia.
Sarana Manajemen Program Upaya Kesehatan
Kerja
Sarana Manajemen Program Upaya Kesehatan Kerja
2.2.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang terdapat pada pelaksanaan upaya kesehatan
kerja yaitu sebagai berikut.
a) Kelompok pekerja sektor informal
b) Kader pos UKK
c) Stakeholder
2. DANA
Pendanaan Pos UKK dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan
sumber lain yang tidak mengikat seperti partisipasi masyarakat pekerja dan
pengusaha/swasta sesuai peraturan yang berlaku. Contoh sumber lainnya
adalah arisan, koperasi, wirausahaan lain atau dana bergulir (Kemenkes RI,
2015).
3. Fasilitas Pos UKK
Fasilitas Pos UKK terdiri dari sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan
kegiatan di Pos UKK. Untuk melaksanakan kegiatan Pos UKK bisa
menggunakan sarana yang tersedia (dalam ruang atau luar ruang) baik
sendiri maupun gabungan dengan usaha lain yang bisa difungsikan untuk
tempat berkumpul dan melakukan kegiatan. Lokasi Pos UKK harus berada
pada wilayah kelompok pekerja.
Pos UKK harus memiliki prasarana paling sedikit meliputi meja, kursi,
tempat tidur, alat tulis dan buku untuk pencatatan pelaporan, buku
panduan, dan media komunikasi informasi edukasi.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA DI
MASYARAKAT

Strategi IntervensiKkeperawatan Kesehatan Kerja


a) Pendidikan kesehatan
b) Proses Kelompok
c) Kemitraan/Partnership
d) Pemberdayaan masyarakat/community empowerment
Level Dan Bentuk Intervensi Keperawatan
Pada Uapaya Kesehatan Kerja

a) Pencegahan Primer
b) Pencegahan Sekunder
c) Pencegahan Tersier
Teori dan Model yang Dapat Diaplikasikan Dalam Pelayanan

Keperawatan Kesehatan Kerja


Teori dan model tersebut antara lain adalah:
1 Model Epidemiologi,
2 Model Keperawatan Kesehatan Kerja dari Rogers (1994)
Model Rogers juga menjelaskan praktek pelayanan yang dipengaruhi oleh empat
faktor utama yang berhubungan dengan situasi sosial, ekonomi serta perkembangan
teknologi dalam masyarakat, yaitu:
− Keadaan ekonomi
− Kecendrungan populasi/ trend populasi
− Legislasi politik; serta
− Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi.
3 Model Promosi Kesehatan untuk Pekerja dari Downie dan Tannahill (1996)
Proses Manajemen Program Upaya Kesehatan Kerja
a) Perencanaan
1. Melakukan sosialisasi di internal Puskesmas.
2. Pembentukan Tim Kesehatan Kerja yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
3. Membuat rencana kerja untuk kegiatan penyelenggaraan Pos UKK.
4. Advokasi kepada camat, kepala desa/lurah, pamong/tokoh masyarakat/tokoh agama,
pengusaha untuk mendapat dukungan/penguatan komitmen dan penyebarluasan informasi
tentang kegiatan Pos UKK serta koordinasi lintas sektor.
5. Survei Mawas Diri (SMD) dalam rangka mengumpulkan data dasar, informasi besaran masalah
pada pekerja, jumlah pekerja, jenis pekerjaan di berbagai sektor khususnya pada kelompok usaha
skala mandiri dan kecil, sarana prasaran dan sumber daya di tingkat kecamatan/kelurahan/desa.
6. Pertemuan Tingkat Kecamatan dan Kelurahan/Desa (Musyawarah Masyarakat Desa).
b) Perorganisasian
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja pada Pos UKK adalah sebagai berikut.
1. Penanggungjawab: Kepala desa/Lurah
2. Pembina: Kepala Puskesmas
3. Tenaga pelaksana: Kader

c) Pelaksanaan
1. Pelayanan Jesehatan Promotif
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
3. Pelayanan Kesehatan Kuratif
4. Pelayanan Kesehatan Rehabilitasi
5. Upayan Rujukan
6. Pelatihan Kader dan Masyarakat Kerja
b) Pengontrolan
Pengontrolan yang dimaksud adalah monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi pada
pelaksanaan Pos UKK dilaksanakan secara berjenjang minimal setiap 3 bulan sekali dengan
menggunakan cek list. Hasil monitoring dan evaluasi dapat dipergunakan pemangku kepentingan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan upaya kesehatan kerja
guna meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas pekerja. Monitoring dan evaluasi
dilakukan penilaian terhadap pembinaan dan penyelenggaran Pos UKK.
penilaian keberhasilan penyelenggaraan Pos UKK dengan rincian kriteria berdasarkan Permenkes
No. 100 tahun 2015 sebagai berikut.
1. Jumlah kader aktif yang berasal dari pekerja atau masyarakat.
2. Adanya sarana untuk pelaksanaan kegiatan promotif, preventif, dan kuratif.
3. Frekuensi pelaksanaan kegiatan promotif, preventif, dan kuratif.
4. Adanya pembinaan dari lintas program dan lintas sektor.
5. Adanya pencatatan dan pelaporan.
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Teori


Keperawatan Kesehatan Kerja
a) Pengkajian
Analisi Data
Diagnosa Keperawatan
Perumusan Diagnosa
Yaitu menyusun dan menentukan diagnosa yang tepat sesuai dengan kasus klien.
Diagnosa keperawatan harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan data penunjang klien yang telah didapatkan baik dengan melalui
pemeriksaan medis maupun anamnesa.
3.1.3.2 Prioritas Diagnosa
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa
keperawatan.
Mengurutkan masalah atau diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas.
Menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah ditemukan.
Tujuan prioritas masalah yaitu untuk mengetahui diagnosa keperawatan
komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat.
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih
dahulu
Skor penentuan prioritas diagnosa keperawatan :
1.Pentingnya penyelesaian masalah (1=Rendah, 2=Sedang, 3=Tinggi)
2.Perubahan positif untuk penyelesaian di komunitas (0=tidak ada, 1=Rendah,
2=Sedang, 3= Tinggi)
Penyelesaian untuk peningkatan kualitas hidup (0=tidak ada, 1=Rendah,
2=Sedang, 3= Tinggi)
Intervensi (Perencanaan)
1)Analisis SWOT:
a.Strengt/kekuatan
1.Adanya dukungan dari akademik dan pemilik perusahaan.
2.Adanya kerja sama antara mahasiswa yang diwujudkan melalui pembagian penanggung jawab
masing-masing kegiatan sehingga kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana/target waktu
yang ditetapkan.
3.Perencanaan program di perusahaan merupakan hasil dari diskusi mahasiswa.
b.Weakness/kelemahan
Tidak tepatnya waktu yang direncanakan untuk melakukan pengkajian dan penyuluhan.
c.Opportunity/kesempatan
1.Adanya pekerja yang memeliki waktu luang untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang
direncanakan sehingga mereka menyempatkan diri sebagai responden dalam beberapa kegiatan.
Adanya beberapa perencanaan yang merupakan program yang sudah berjalan pada pekerja.
d.Threat/ancaman
1.Kemungkinan peran serta aktif para pekerja dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang
berhubungan denagan kesibukan pekerja.
2.Kemungkinan nantinya para pekerja lupa materi penyuluhan.
2)Menetapkan Sasaran dan Tujuan
Sasaran : Masyarakat dengan resiko tinggi terpapar penyakit akibat kerja, dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Tujuan :
- Dibuat berdasarkan hasil akhir yang diharapkan (Berorientasi pada masyarakat).
- Perilaku yang diharapkan berubah (Berorientasi pada masalah dan faktor-faktor
3)Menentukan metode, waktu, dan tempat.
Metode : Yaitu cara yang dilakukan untuk memenuhi intervensi tersebut.
Waktu : Lama proses keperawatan berlangsung.
Tempat : Ruang yang akan digunakan untuk melaksanakan intervensi tersebut.
Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yangtelah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat Kesehatan masyarakat harus bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam halini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan
anggota masyarakat (Mubarak,2009). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah:
1.Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi(IPTEK) dan berdasar pada iman dan
taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)
2.Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim kesehatan
lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).
3.Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatanharus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak,
2009)
4.Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dankemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak,2009).
5.Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya ataskemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatanyang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadifokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi :
Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapatdilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan
sebelumnya(Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendi,
1998:
1.Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2.Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
3.Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi.
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan
Selamat Belajar dan Semoga Sukses Selalu
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai