•Secara terminologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani dari akar kata "philo" dan "sophia" (philosophia). Philo berati cinta
dan Sophia (Sophos) berarti kebijaksanaan, pengetahuan, atau kebenaran. Seiring perkembangan zaman akhirya dikenal juga
dalam berbagai bahasa, dalam bahasa Jerman, Belanda dan Prancis, dikenal dengan istilah"philosophie" dalam bahasa
Inggris; "philosophy" dan "falsafah" dalam bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia lebih banyak dikenal dengan istilah
filsafat, yang merupakan serapan dari bahasa Arab 'falsafah'".Oleh karena itu, 'philosophia' dapat dimakna atau diartikan
sebagai cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Artinya, setiap orang yang berfilsafat diharapkan akan
menjadi orang yang bijaksana® dan mencari, memperjuangkan dan mempertahan kebenaran. Berfilsafat> ialah usaha
menemukakan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius.?- Dari kebenaran itulah akan
muncul nilai-nilai keadilan, keadilan Jdan kebenaran hakikatnya hasil dan buahnya pohon fisafac|(Oleh karena itu,
kebenaran dan keadilan tidak bisa dipisahkan. Orang yang adil akan melahirkan kebenaran dan orang yang benar akan
melahirkan keadilan.Menurut Plato (428 - 348 SM), filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Sedangkan
Cicero (106 - 43 SM mengatakan bahwa filsafat adalah sebagai "ibu dari semua seni" (the mother of all the arts) ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai arts vitae (seni kehidupan).Dalam maksud yang sama Johann Gotlich Fickte (1762 - 1814)L
menyatakan bahwa filsafat sebagai wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu,
Persoalannya adalah apakah orang yang tahu dan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan serta
profesional tegak lurus dengan sikap tingkah laku dan cara berpikir yang melahirkan keadilan. kebenaran,
beretika, dan bermoral?. Jawabannya jelas belum tentu,. sebab dalam realitanya orang yang berilmu
pengetahuan tinggi secara akademik, memiliki keterampilan dan ahili dalam bidang tertentu tidak sedikit yang
melanggar hukum dan norma-norma lain Lebih lanjut, W. Poespoprodjo* mengatakan bahwa filsafat adalah
ilmu tentang prinsip, ilmu yang mempelajari dengan mempertanyakan secara radikal segala realitas melalui
sebab-sebab terakhir, melalui asas-asasnya guna memperoleh pandangan (insight) yang tepat
mengenai realitas)
Secara umumpertualangan tapa henti mengenai makna kebijaksanaan dan kebenaran dalam pentas kehidupan,
balk tentang Than Sang Pencipta, eksistensi dan tujuan hidup manusia, maupun realitas alam semesta.
Jujun s. Suriasumantei mengartikan falsafah sebagal suatucara berpikir yang radikal dan menyeluruh,
suatu cara berpikiryang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Menurut Ahmad Tafsir, 10 pengetahuan manusia itu dibedakan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu; sains;
objeknya empiris, paradigmanyasains, metodenya; sains; kebenarannya ditentukan logis dandibuktikan
empiris. Pengetahuan filsafat objeknya abstrak tetapilogis, paradigmanya logis, metodenya; rasio;
kebenarannya logis atautidak logis. Pengetahuan mistik; objeknya abstrak supralogis atau meta
rasional, paradigmanya mistis; metodenya; latihan atau riyadlah;kebenarannya ditentukan oleh rasa.
Berpikir secara filsafat berbeda dengan berpikir secara biasal Berpikirsecara filsafat dapat disebut
"berfilsafat". Berfilsafat adalah cara berpikiryang dilakukan oleh seseorang dengan
menggunakan akal pikiran yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu secara mendalam, radikal
(dari kata radix yang berarti akar), tentang sesuatu.
Menurut All Mudhofir dalam Zainal Asikin, karakteristik berpikir vefilsafitan, antara lain sebagal berikut, ist.
1. Radikal, artinya berpikir sampal ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2. 1. Universal, artinya pemikiran fisafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir filsafat menurut
Jaspersterletak pada aspek keumumannya;
3. Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya: apakah, kebebasan Itu?Koheren
dan konsisten (runtut).
4. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5. Sistematik, artinya pendapar kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau
Komprehensif, artinya menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
6. Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas.
7. Perikiran filsafat boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis,
kultural, bahlan religius.
8. Bertanggung Jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah _orang yang berpikir sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil
pemikirannya, paling tidak terhadap hati notaninva sendiri.
Khusus(Latar belakang seseorang berfilsafat'" ada banynk sebab. Pertama, karena rasa ingin tahu terhadap
sesuntu, kedua, karena rasa heran terhadap sesuatu yang berbeda dari atau dengan yang lain, ketiga, karena
ingin menjawab pertanyaan mengapa teriadi benturan-benturan dan bagalmana menemukan ketenteraman,
kedamaian, dan keadilan: keempat, karena ada keragu-raguan dari seseorang terhadap pendapat atau realiatas
yang nyata ini. Timbul pertanyaan, mengapa ada keragu-raguan, ada keheranan, atau rasa ingin tahu atau
dengan kata lain mengapa pertanyaan tentang hukum itu lahir dari para filsufitu? Jujun S. Suriasumantri'?
mengatakan bahwa seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang
tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seorang,
yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Lebih lanjut Jujun S.
Suriasumantri menjelaskan bahwa karakteristik berpikir berfilsafat ada 3 (tiga) hal, yaitu menyeluruh,
mendasar dan spekulatif.
melihat ada 5 faktor yang mendorong orang berfilsafat tentang hukum yaitu untuk mencari don menemukan
hakikat hukum, yakni:
1. Adanya ketegangan antara kepercayaan/agama yang dianut dengan hukum yang berlaku; mereka melihat
suatu pertentangan antara peraturan-peraturan yang berlaku dengan peraturan-peraturan agama yang
mereka anut;
2. Adanya perbedaan antara dasar-dasar dari hukum yang berlaku dengan keyakinan orang bidang filsafat,
lepas dari agama dalam hal ini hukum ditinjau sebagai bagian dari suatu sistem filsafattertentu;
3. kesangsian tentang kebenaran, keadilan dari hukum yang berlaku, lepas dari sistem agama tau filsafat
umum (tentang innerlijke waarde hukum).
4. Adanya pertentangan antara hukum positif dengan hukum alam; hukum positif satu-satunya sumber
hukum, hukum alam tidak diakui.
5. Hukum memiliki fungi sosial; hukum suatu gejala masyarakat yang harus meladeni kepentingan-
kepentingan masyarakat.
Secara keilmuan, filsafat alam mulai ada saat manusia (para filsufBarat) mengkaji, mendalami dan meneliti
tentang fenomena alam.Filsafat alam yang paling tua lahir dan dikembangkan di sebuah kotakecil yang
bernama "miletos" pada abad keenam sebel um masehi. Padazaman itu, sederetan nama filsuf yang sangat
terkenal, seperti Thales(624-548), Anaximandros, Anaximenes (590-528), Pitagoras (532),Empedokles (490-
435), Anaxogaros (499-428), dan Demokritos (460-370), termasuk Sokrates, Plato dan Aristoteles.
pada era Sokrates, terjadi perubahan objek penyelidikan filsafat yaitu dari alam ke manusia, sehingga
timbullah"filsafat manusia“
Pemikiran Sokrates tentang filsafat dimaksud, lebih lanjut mempengaruhi pemikiran muridnya yaitu Plato.
Perikiran Plato s yang terkenal adalah tentang bud yang balk. Budi adalah tahu. Orang yang berpengetahuan
dengan sendirinya berbudi baik, oleh sebab itu Plato menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berminat
mencapai kebenaran yang asli
Pada fase berikutnya, pemikiran Plato dikembangkan oleh muridnya Aristoteles. Menurut Aristoteles? bahwa
filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, lopika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan esterika
Pada tahun 1964, Nakonsteen yang dikutip oleh Manuwoto et al, telah membentangkan perkembangan
kronologis filsafat ke dalam 5 (lima) kategori. Kategori
1; Yunani Kuno, meliputi Sekolah Miletus, Socrates, Plato, dan Aristoteles; Kategori
2: Filsafat Timur, meliputi India, Tiongkok, Jepang, Korea, Nusantara; Kategori
3: Filsafat Muslim, meliputi Al-Kindi, Ibunu Sina dan Ibnu Rusyd; Kategori
4: Pilsafat Barat Abad Pertengahan; dan Kategori
5: Pilsafat Barat Modern.
DARI ASPEK KULTURAL DAN ZONA WILAYAH
Dari aspek kultural dan zona wilayah, filsafat dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu filsafat Barat, filsafat Timur dan
Filsafat Islam.Varian filsafar barat sebagaimana dijelaskan di atas ada yang era Yunani Kuno, Pertengahan, Modern dan
Pasca Modern, sedangkan filsafatTimur dapat dibagi ke dalam kekhasan yang didasarkan pada kultur atau agama dan zonase
wilayah. Pertama, zona Filsafar India yang didasarkan pada kultur India dan atas dasar agama Hindu, Weda. Kedua, Filsafat
Cina yang didasarkan pada agama Konfusius, Lao Ise dan Buddisme dengan kaltur Cina. Filaafat Korea, Jepang dan
Nusantara, Pllsafa: Korescertynta dipengaruhi oleh Filanfat Cina dan India dengan ajaran-ajarannyavaltu Shamanisme,
Konfusianisme, Thoisme, dan Budha. Ketiga yang,Terakhir mirip yang ada di India dan Cina dengan beberapa
persgaruh lokalKorea.
Filsafat Islam atau negara-negara Islam dengan kultur dan didasarkan pada agama islam, yang tersebar di belahan Asia,
Eropa, dan Afrika,
Landasan Utama Filsafat
Secara hakiki, semua jenis filsafat di dasarkan pada 3 (tiga) landasan utama yaitu; ontologi, epistimologi, dan aksiologi)
1. Secara etimologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu "ontos" dan"logos". Ontos berarti ada atau keberadaan,
sedangkan logos berarti studi atau ilmu tentang. 1 Atas dasar pengertian tersebut ontologi adalah ilmu tentang ada
atau keberadaan.)
2. Secara historis, istilah epistimologi pertama kali digunakan oleh I.p Ferriers yang pada tahun 1854 mengatakan
epistemology is the branch of philosophy which in investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge.
Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai pengetahuan hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses
adalah usaha pemikiran yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu
objek kajian ilmu.
3. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sementara itu, logos
yang berarti ilmu.Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut
Soetriono dan SRDm Rita HanafieS mengemukakan ada 8 (delapan) manfaat filsafat, yaitu:
1. melatih diri untuk berpikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematis;
2. menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
3. melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai
sesuatu hal secara mendalam dan komprehensif.
4. menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem;
5. membuat diri menjadi manusia yang penuh coleransi dan tenggang,
6. menjadikan alatyang berguna bai manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungannya
dengan orang lain.
7. menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain,
alam sekitarnya dan Than Yang Maha: Esa.
8. menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan yang Maha Esa.
BAB II
KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT, FILSAFAT ILMU,
DAN FILSAFAT HUKUM
• ARTINYA ADALAH SUATU ILMU YANG MEMPELAJARI GEJALA ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI
SALAH SATU BIDANG PENGETAHUAN KHAS MENURUT SEBAB MUSABAB TERAKHIR.
• SERTA PENGETAHUAN YANG MENYELIDIKI TENTANG CIRI-CIRI PENGETAHUAN ILMIAH DAN
CARA-CARA UNTUK MEMPEROLEHNYA.
• SEDANGKAN HAKIKAT FILSAFAT ILMU IALAH ILMU YANG MEMPELAJARI DAN MENGKAJI
TENTANG INTI YANG SESUNGGUHNYA/SEBENARNYA DAN SEHARUSNYA ADA DI DALAM
FILSAFAT ILMU.
• POIN YANG DIBAHAS DALAM FILSAFAT ILMU ITU SENDIRI, YAITU ONTOLOGI ILMU,
EPISTEMOLOGI ILMU, DAN AKSIOLOGI ILMU.
ONTOLOGI ILMU
• MERUPAKAN SALAH SATU BIDANG DALAM FILSAFAT ILMU YANG MENGKAJI DAN
MEMBAHAS TENTANG HAKIKAT SUATU ILMU DAN MENELAAH TENTANG OBJEK
ILMU.
• HAKIKAT ILMU YANG DIMAKSUD ADALAH SEGALA SESUATU HAL YANG
MENGKAJI DAN MEMBAHAS TENTANG SUBSTANSI TENTANG EKSISTENSI ILMU.
• SUBSTANSI ILMU ADALAH SUATU PENGETAHUAN YANG DIHASILKAN DAN
DIKEMBANGKAN MELALUI PROSES PEMIKIRAN MANUSIA YANG TELAH DAN
DAPAT DIUJI KEBENARANNYA DENGAN PROSES DAN METODE-METODE ILMIAH.
EPISTEMOLOGI ILMU
• SALAH SATU CABANG FILSAFAT YANG MEMPELAJARI TENTANG NILAI-NILAI ATAU NORMA-
NORMA TERHADAP SESUATU ILMU.
• MERUPAKAN ISTILAH DARI BAHASA YUNANI YAITU AXIOS YANG BERARTI SESUAI ATAU WAJAR,
SEDANGKAN LOGOS BERARTI ILMU.
• AKSIOLOGI ILMU MELIPUTI NILAI-NILAI, PARAMETER BAGI APA YANG DISEBUT SEBAGAI
KEBENARAN ATAU KENYATAAN ITU SEBAGAIMANA KEHIDUPAN KITA YANG MENJELAJAHI
KAWASAN, SEPERTI KAWASAN SOCIAL, KAWASAN FISIK MATERIIL, DAN KAWASAN SIMBOLIK
YANG MASING-MASING MENUNJUKKAN ASPEKNYA SENDIRI-SENDIRI.
• JUGA MENUNJUKKAN KAIDAH-KAIDAH APA YANG HARUS KITA PERHATIKAN DI DALAM
MENERAPKAN ILMU KE DALAM PRAKSIS.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT
ILMU
• FILSAFAT MEMBERIKAN LANDASAN, PIJAKAN, POKOK POKOK YANG MENDASAR
DALAM RANGKA PENGEMBANGAN FILSAFAT ILMU.
• PENGEMBANGAN FILSAFAT ILMU TIDAK BISA LEPAS DARI 3 PILAR ATAU
LANDASAN UTAMA DALAM FILSAFAT, YAKNI ONTOLOGY, EPISTEMOLOGY, DAN
AKSIOLOGI.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT
HUKUM
• SECARA SEDERHANA DAPAT DIKATAKAN BAHWA FILSAFAT HUKUM SEBAGAI
CABANG FILSAFAT,YAKNI FILSAFAT TINGKAH LAKU ATAU ETIKA, YANG
MEMPELAJARI HAKIKAT HUKUM.
• FILSAFAT HUKUM MERUPAKAN ILMU YANG MEMPELAJARI HUKUM SECARA
FILOSOFIS, JADI OBJEK FILSAFAT HUKUM ADALAH HOKUM, DAN
• OBJEK TERSEBUT DIKAJI SECARA MENDALAM SAMPAI KEPADA INTI ATAU
DASARNYA YANG DISEBUTKAN HAKIKAT.
BAB III
FILSAFAT HUKUM DALAM PERSPEKTIF : ARTI,
SEJARAH, OBJEK, DAN MANFAATNYA
• TUJUAN OBJEKTIF