Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEISTIMEWAAN GUA HIRA DAN ORANG BERKHALWAT

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Analisis Pendidikan Islam dan Dakwah

Dosen Pengampu:

AG. Dr. K.H.M. Yunus PasanresengAndi Padi, M. Ag.

Dr. Ibrahim M, S. Ag., M.Si.

Disusun oleh:

USMAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM
AS’ADIYAH SENGKANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis Pendidikan dan
Dakwah. Makalah yang berjudul “Keistimewaan Gua Hira dan Orang
Berkhalwat” Selama penyusunan makalah ini, kami menghadapi banyak hambatan.
Namun dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat diatasi
sehingga kamidapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan semangat, doa, dan materi
selama proses penyusunan makalah.
2. AG. Dr. K.H.M Yunus Pasanreseng Andi Padi, M.Ag dan Dr. Ibrahim, M.
Ag., M. Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Pendidikan dan
Dakwah.
3. Teman-teman seperjuangan pascasarjana Institut Agama Islam As’adiyah
Sengkang khususnya kelas sebatik C.
4. Dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari proses penyusunan dan penulisan makalah ini
belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kamiharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat secara khusus
bagikami dan pembaca pada umumnya.

Sebatik, 02 Februari 2023


Penyusun,

Usman

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Sejarah Gua Hira dan Proses Turunnya Wahyu .................................... 3

B. Pengangkatan Muhammad Saw Menjadi Nabi dan Rasul ..................... 6

C. Kondisi Psikis Muhammad Saw Sesudah Diangkat Menjadi Nabi

Dan Rasul ............................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13

A. Simpulan ............................................................................................... 13

B. Saran ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nabi Muhammad saw adalah simbol manusia sempurna, lewat

keindahan akhlaqnya, lurus prilakunya, kebersihan fitraahnya, keluasan

pengalaman hidupnya, mulai berdagang ketika masih kecil, berangkat ke

Syam untuk berdagang dalam perjalanan musim dingin, yang dengan safar dan

dagang itu memberinya pengalaman tentang manusia, berperan serta bersama

mereka dalam kehidupan nyata, memperluas wawasan.

Semua pekerjaannya, perniagaannya, keluarganya tidak merubahnya

dari perenungan dan berfikir tentang kekuasaan langit dan bumi. Tidak

merubahnya dari tabiatnya yang lama terdiam, suka berkhalwah (menyendiri)

dari kaumnya, sehingga ia lepas dari kesibukannya. Apa yang dilakukan

kaumnya yang menyembah berhala yang mereka buat sendiri, tidak nyaman di

matanya, dan tidak dapat diterima akalnya.

Hal ini terjadi tidak karena kekerdilan jiwa atau menghindari

kehidupan sosial. Ia terlibat aktif dalam hilful fudhul sebelum Islam. Demikian

juga statusnya sebagai pedagang tidak mungkin menyendiri dari kamunitas

kaumnya. Akan tetapi khalwah itu disebabkan oleh ketinggian jiwa, kemuliaan

diri dari kehinaan kaumnya yang terbiasa dengan tradisi nenek moyangnya,

seperti menyembah berhala, minum khamr, berjudi, berlebihan dalam

kelalaian dan kenikmatan, makan harta orang lain dengan batil.

1
Dan setelah menikahi Khadijah beliau mendapat tugas untuk menjadi

Nabi dan Rasul bagi seluruh umat di dunia

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Gua Hira dan Proses Turunnya Wahyu?

2. Bagaimana Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rasul?

3. Bagaimana Kondisi Psikis Muhammad SAW Sesudah Diangkat Menjadi

Nabi dan Rosul?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

penulisan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Gua Hira dan Proses Turunnya

Wahyu

2. Untuk mengetahui Bagaimana Pengangkatan Muhammad SAW menjadi

Nabi dan Rasul

3. Untuk mengetahui Bagaimana Kondisi Psikis Muhammad SAW Sesudah

Diangkat Menjadi Nabi dan Rosul


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Gua Hira dan Proses Turunnya Wahyu

1. Sejarah Gua Hira

Gua Hira terletak di puncak Jabal Nuur yang terletak di sebelah

timur kota Mekah, sekitar 4 km dari Masjidil Harom. Tinggi Jabal Nuur

sekitar 634 meter. Letak Gua Hira sekitar 20 meter sebelum mencapai

puncak Jabal Nuur. Gua Hira adalah semacam celah di dekat puncak

gunung yang pintunya mengarah ke utara, tinggi celah tersebut 4 hasta dan

lebarnya 1,75 hasta (lihat Ar-Rohiiq al-Makhtuum hal 55). Dan

memungkinkan 5 orang untuk duduk di dalam goa tersebut. Orang yang

memasuki Gua Hira mengarah ke arah ka‟bah, dan memungkinkan bagi

seseorang yang berdiri di atas Jabl Nuur untuk melihat Mekah beserta

bangunan-bangunannya.

Di Gua Hira inilah Nabi shallallahu álaihi wasallam pertama kali

menerima wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril. Allah menurunkan

ayat 1-5 dari surat al-Álaq.

Sebelum menerima wahyu Nabi shallallahu álaihi wasallam senang

untuk menyendiri di Gua Hira karena ingin menjauh dari kerusakan dan

kemaksiatan serta kesyirikan yang terjadi di kota Mekah. Beliau ingin

lebih dekat kepada Pencipta alam semesta, hanya saja beliau tidak tahu apa
3
yang harus beliau lakukan, sehingga beliau memilih untuk menjauh

(úzlah) ke Gua Hira, hingga akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada

beliau.

2. Proses Turunnya Wahyu

Adapun proses turunnya wahyu maka sebagaimana disebutkan

dalam hadits yaitu Nabi suka bermimpi terlebih dahulu, lalu beliau suka

berkholwat (menyendiri) di Gua Hira‟, lalu baru turunlah wahyu. Berikut

„Āisyah radhiyallāhu Ta‟āla „anhā, menuturkan:

ٖ‫ َش‬َٚ َ‫ فَ َكاٌَ ال‬،‫ انَُّ ْٕ ِو‬ِٙ‫صا ِن َحةُ ف‬


َّ ‫ا ان‬َٚ ْ‫انشؤ‬ َ ٍَ‫سهَّ َى ِي‬
ُّ ِ ٙ ْ‫انٕح‬ َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهَّٗ هللاُ َعه‬ َّ ‫سٕ ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ‫أ َ َّٔ ُل َيا بُ ِذ‬
ُ ‫ئ ِب ِّ َس‬

ِ‫صبْح‬ ِ َ‫ت ِيثْ َم فَه‬


ُّ ‫ق ان‬ ْ ‫َا ِإ َّال َجا َء‬ٚ ْ‫ُسؤ‬

“Wahyu pertama kali turun kepada Rasulullah shallallāhu „alayhi

wa sallam dalam bentuk mimpi yang benar tatkala tidur. Dan tidaklah

Rasūlullāh shallallāhu „alayhi wa sallam bermimimpi kecuali mimpi

tersebut datang seperti cahaya shubuh (sangat jelas).”([1])

„Aisyah melanjutkan tuturannya:

ٌْ َ ‫ت ان َعذَ ِد قَ ْب َم أ‬ َ ‫َا ِن‬َّٛ‫ ِّ – َْٔ َُٕ انت َّ َعبُّذ ُ – انه‬ِٛ‫ث ف‬


ِ ‫ رَ َٔا‬ٙ ِ ‫َ ْخهُٕ بِغ‬ٚ ٌَ‫ َٔ َكا‬،‫ ِّ ان َخالَ ُء‬ْٛ َ‫ب ِإن‬
ُ َُّ‫َت َ َح‬َٛ‫َاس ِح َشاءٍ ف‬ َ ّ‫ث ُ َّى ُح ِب‬

ِ َ ِٙ‫ َحتَّٗ َجا َءُِ ان َح ُّق َْٔ َُٕ ف‬،‫ت َزَ َّٔد ُ ِن ًِثْ ِه َٓا‬َٛ َ‫ َجةَ ف‬ِٚ‫َ ْش ِج ُع إِنَٗ َخذ‬ٚ ‫ ث ُ َّى‬، َ‫َت َزَ َّٔد ُ ِنزَنِك‬َٚٔ ،ِّ ‫ع إِنَٗ أ َ ْْ ِه‬
‫َاس‬ َ ‫َ ُْ ِز‬ٚ

ٍ‫ِح َشاء‬

“Kemudian Nabi dijadikan Allāh menyukai berkhalwat, Beliau ‫ﷺ‬

pergi ke Gua Hirā dan beribadah([2]) di sana beberapa malam sebelum ia


kembali ke istrinya (Khadijah). Ia membawa bekal untuk berkholwat,

kemudia beliau kembali lagi ke Khadijah lalu menyiapkan bekal seperti itu

lagi. Sampai datangnya malaikat Jibrīl dan Beliau berada didalam Gua

Hirā.([3])”

„Aisyah melanjutkan tuturannya :

َّ َ‫ فَغ‬ََِٙ‫ فَأ َ َخز‬،‫ئ‬


َّٗ‫ َحت‬ُِٙ ‫ط‬ ِ َ‫ َيا أَََا ِبق‬: ُ‫ ” فَقُ ْهث‬:‫سهَّ َى‬
ٍ ‫اس‬ َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهَّٗ هللاُ َعه‬ ُّ ‫ فَقَا َل نَُّ انَُّ ِب‬،ْ‫ ا ْق َشأ‬:َ‫ فَقَال‬،ِّ ِٛ‫فَ َجا َءُِ ان ًَهَكُ ف‬
َ ٙ
َّ َ‫ فَغ‬ََِٙ‫ فَأ َ َخز‬،‫ئ‬
‫ ث ُ َّى‬،ُ‫ ان َج ْٓذ‬ُِّٙ‫َةَ َحتَّٗ بَهَ َغ ِي‬َِٛ‫ انثَّا‬ُِٙ‫ط‬ ِ َ‫ َيا أَََا بِق‬: ُ‫ فَقُ ْهث‬،ْ‫ ا ْق َشأ‬:َ‫ فَقَال‬َُِٙ‫سه‬
ٍ ‫اس‬ َ ‫ ث ُ َّى أ َ ْس‬،ُ ‫ ان َج ْٓذ‬ُِّٙ‫بَهَ َغ ِي‬

َ ‫أ َ ْس‬: ‫ فَقَا َل‬َُِٙ‫سه‬


‫ فَقَا َل‬َُِٙ‫سه‬ َ ‫ ث ُ َّى أَ ْس‬،ُ ‫ ان َج ْٓذ‬ُِّٙ‫ انثَّا ِنثَةَ َحتَّٗ بَهَ َغ ِي‬ُِٙ‫ط‬
َّ َ‫ فَغ‬ََِٙ‫ فَأ َ َخز‬،‫ئ‬ ِ َ‫ َيا أَََا بِق‬: ُ‫ فَقُ ْهث‬،ْ‫ا ْق َشأ‬: { ْ‫ا ْق َشأ‬
ٍ ‫اس‬

‫ َحتَّٗ بَهَ َغ‬-]1 :‫{ – بِاس ِْى َسبِّكَ انَّزِ٘ َخهَقَ } [انعهق‬5 :‫َ ْعهَ ْى} [انعهق‬ٚ ‫ساٌَ َيا نَ ْى‬ ِ ‫] َعهَّ َى‬
َ َْ ‫اإل‬

Maka malaikat (Jibril) mendatanginya di gua Hira‟, lalu berkata;

“Bacalah!”. Nabi shallallahu‟alaihi wa sallam menjawab: “Saya sungguh tidak

bisa membaca.” Beliau menuturkan: “Lalu ia memegangku dan mendekapku

hingga aku sangat kepayahan. Kemudian ia melepaskanku dan berkata;

“Bacalah!”. Aku berkata; “Sungguh aku tidak bisa membaca.” Lalu ia

memegangku dan memelukku kembali untuk yang kedua kalinya hingga aku

sangat kepayahan. Kemudian ia melepaskanku lalu berkata; “Bacalah!”. Aku

kembali menjawab; “Sungguh aku tidak bisa membaca.”([4]) Ia pun

memegangku dan mendekapku dengan erat untuk yang ketiga kalinya hingga

aku pun sangat kepayahan. Kemudan ia melepaskanku lalu berkata; َ‫ا ْق َشأْ ِباس ِْى َس ِبّك‬

َ‫( انَّزِ٘ َخهَق‬bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan)

sampai kepada ayat ‫َ ْعهَ ْى‬ٚ ‫ساٌَ َيا َن ْى‬ ِ ‫( َعهَّ َى‬Dia mengajarkan manusia apa yang
َ َْ ‫اإل‬

tidak manusia ketahui).”


B. Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rasul

Selagi usia Rasulillah Shallallahu Alaihi wa Sallam hampir mencapai

empat puluh tahun, sesuatu yang paling disukai adalah mengasingkan diri.

Dengan membawa roti dari gandum dan air beliau pergi ke gua Hira di Jabal

Nur, yang jaraknya kira-kira dua mil dari Makkah. Suatu gua Hira yang tidak

terlalu besar, dan panjangnya empat hasta dan lebarnya antara tiga perempat

hingga satu hasta. Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah,

memikirkan keagungan alam di sekitarnya dan kekuatan yang tak terhingga di

balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas melihat keyakinan kaumnya yang

penuh dengan kemusyrikan dan segala persepsi mereka yang tak pernah lepas

dari tahayul. Sementara itu, di hadapan beliau juga tidak ada jalan yang jelas

dan mempunyai batasan-batasan tertentu, yang biasa menghantarkan kepada

keridhaan dan kepuasan hati beliau.

Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk satu sisi dari

ketentuan Allah atas diri beliau, sebagai langkah persiapan untuk menerima

urusan besar yang sedang ditunggunya. Ruh manusia manapun yang realitas

kehupannya akan di susupi suatu pengaruh dan di bawa kea rah lain, maka ruh

itu akan di buat kosong dan mengasingkan diri untuk beberapa saat, dipisahkan

dari kesibukan duniawi dan gejolak kehidupan serta kebisingan manusia yang

membuatnya sibuk pada urusan kehidupan.

Begitulah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Muhammad

Shallallahu Alaihi wa Sallam, untuk mengemban amanat yang besar, merubah

wajah dunia dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan
ini selama tiga tahun bagi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum

membebaninya dengan risalah. Beliau pergi untuk mengasingkan diri ini

selama jangka waktu sebulan, dengan disertai ruh yang suci sambil mengamati

kegaiban yang etrsembunyi dibalik alam nyata, hingga tiba saatnya untuk

berhubungan dengan kegaiban itu tatkala Allah sudah memperkenankannya.

Pada bulan rhamadhan pada tahun ke tiga dari masa pengasingan di

goa hiro, allah berkehendak untuk melimpahkan rahmadnya kepada penghuni,

memuliakan beliau dengan nubuah dengan menurunkan malaikat jibril pada

beliau sambil membawa ayat-ayat al-qur‟an.1

Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur di gua Hiro, ketika itulah datang

Malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya; ‫(اقشاء‬bacalah)

dengan terkejut Muhammad menjawab ‫(يا اقشء‬saya tidak dapat membaca). Ia

merasa seolah malaikat itu mencekiknya kemudian dilepaskan lagi seraya

katanya lagi ‫(اقشاء‬bacalah) masih dalam ketakutan akan dicekik lagi

Muhammad menjawab ‫(يا را اقشء؟‬apa yang akan saya baca) seterusnya malaikat

itu berkata

Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.

Dia telah menciptakan manusiadari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu

itu maha mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar

manusia apa yang tidak mereka ketahui. Dengan wahyu pertama itu, berarti

Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia

1
Syeh shafiurrohman al mubarok furi, siroh namawiyah, (alkautsar buku islam utama,
2006), hlm 89-90
belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama”. QS 96:

1-522

Muhammad terdiam bak patung dan tubuhnya gemetar. Ia menyimak

kalimat itu dengan susah payah. Usia beliau saat itu 40 tahun,6 bulan,dan 12

hari berdasarkan penanggalan Hijriyah, atau sekitar 39 tahun,3 bulan,dan 20

hari menurut kalender Masehi. Malam itu adalah awal dari masa kenabian

Muhammad

C. Kondisi Psikis Muhammad SAW Sesudah Diangkat Menjadi Nabi dan

Rosul

Kemudian ia terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya kepada

dirinya: gerangan apakah yang dilihatnya?! Ia menoleh ke kanan dan ke kiri,

tapi tak melihat apa-apa. Ia diam sebentar, gemetaran ketakutan. Kuatir ia akan

apa yang terjadi dalam gua itu. Ia lari dari tempat itu semuanya serba

membingungkan. Tak dapat ia menafsirkan apa yang telah dilihatnya itu.

Cepat-cepat ia menyusuri celah-celah gunung, sambil bertanya-tanya

dalam hatinya siapa gerangan yang menyuruh membaca itu?! Kemudian ia

memasuki pegunungan itu masih dalam rasa ketakutan dan masih bertanya-

tanya. Tiba-tiba ia mendengar suara yang dahsyat memanggilnya. Ia melihat ke

permukaan langit. Tiba-tiba yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk

manusia. Dalam keadaan demikian khadijah telah mengutus orang untuk

mencari Muhammad namun tidak menemukannya.3

2
Muhammad husain haikal,Sejarah Hidup Muhammad.Jakarta,Litera Antar Nusa,2001
hal.79
3
Ibid, hal.80
Rasulullah SAW lalu pulang menemui Khadijah bin khuailid, seraya

bersabda” selimutilah aku, selimuti aku! “ maka beliau di selimuti hingga

badan beliau tidak lagi mengigil layakya terkena demam.

”Apa yang terjadi padaku beliau bertanya pada khadijah. Maka dia

memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau bersabda, “ aku kawatir

terhadap keadaan diriku sendiri.”

Khadijah berkata, “ tidak. Demi Allah, Allah tidak akan

menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali

persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang

miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.4

Seperti juga dalam suasana tahannuth dan dalam suasana ketakutannya

akan kesurupan, Khadijah yang penuh rasa kasih sayang, hati yang

kehawatiran dan gelisah. Tapi ia tidak memperlihatkan rasa khawatir atau

curiga bahkan dilihatnya Nabi Muhammad dengan pandangan penuh hormat,

seraya berkata:

“Oh putra pamanku. Bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi

dia yang memegang hidup Khadijah , aku berharap kiranya engkau akan

menjadi nabi atas umat ini. Samasekali Allah takkan mencemooh kau; sebab

engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata, kau yang

mau memikul beban orang lain dan menghormati serta menolong mereka yang

dalam keulitan atas jalan yang benar.” Nabi Muhammad sudah merasa tenang

4
Syeh shafiurrohman al mubarok furi, siroh namawiyah, (alkautsar buku islam utama,
2006), hlm.92
kembali. Dipandangnya dengan mata penuh rasa terima kasih. Sekujur

badannya terasa letih dan perlu sekali ia tidur.

Nabi Muhammad sedang tidur. Khadijah menatapnya dengan hati

penuh kasih dan harapan, kasih dan harapan terhadap orang yang tadi

mengajaknya bicara, setelah dilihatnya tertidur dengan nyenyak, kemudian

Khadijah pergi menjumpai saudara sepupunya (anak paman) waraqah b.

naufal. Waraqah B. Naufal adalah seorang penganut agama nasrani yang sudah

mengenal bible dan sudah pula menerjemahkan sebagian ke dalam bahasa

arab. Ia menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar oleh nabi

muhammad dan menceritakan pula apa yang dikatakan Muhammad

kepadanya. Waraqah menekur sebentar kemudian berkata : “maha kudus ia,

maha kudus. Demi dia yang memegang hidup waraqa. Khadijah, percayalah,

dia telah menerima Namus Besar seperti yang telah diterima Musa. Dan

sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakana kepadanya supaya tetap tabah

Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur.

Dipandangnya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur

harap dan cemas. Dalam tidur yang demikian itu. Tiba-tiba Ia menggigil,

nafasnya terasa sesak dengan keringat yang telah membasahi wajahnya. Ia

terbangun, manakala didengarnya Malaikat datang membawakan wahyu

kepadanya:

“hai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan

peringatan. Dan agungkan tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan


dari perbuatan dosa. Jangan kau memberi karena ingin mendapatkan lebih

banyak. Dan demi tuhanmu, tabahkan hatimu.”

Dipandangnya ia oleh khodijah, dengan rasa kasih sayang yang

besar. Didekatinya ia perlahan lahan seraya dimintanya, supaya ia kembali

tidur dan beristirahat.

“waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah.” Jawabnya.

“jibril membawa perintah supaya aku member peringatan kepada umat

manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadat hanya kepada Allah.

Tapi siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?

Khadijah berusaha menentramkan hatinya. Cepat-cepat ia

mendengarkan apa yang didengarkannya dari Waroqoh tadi. Dengan penuh

gairah dan bersemangat sekali kemudian ia menyatakan dirinya beriman atas

kenabiannya itu. Sudah sewajarnya apabila Khadijah cepat-cepat percaya

kepadanya. Ia sudah mengenalnya benar. Selama hidupnya laki-laki itu selalu

jujur, orang berjiwa besar dan selalu berbuat kebaikan dengan penuh rasa kasih

sayang. Selama dalam tahannuth, dilihatny betapa besar kecenderungannya

kepada kebenaran. Dan begitu juga pertama kali tatkala dia keluar dan kembali

dari Gua Hiro, sesudah kerosulannya. Ia bingung sekali kemudian dimintanya

oleh Khadijah, apabila malaikat itu nanti datang supaya diberitahukan

kepadanya.

Bilamana kemudian Muhammad melihat malaikat itu datang,

didudukkannya ia oleh Khadijah di paha kirinya kemudian di paha kanan dan

pangkuannya. Malaikat itupun masih dilihatnya. Khadijah menghalau dan


mencampakkan tutup mukanya. Waktu itu tiba-tiba Muhammad tidak lagi

melihatnya. Khadijah tidak ragu bahwa itu malaikat, bukan setan.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pada bulan rhamadhan pada tahun ke tiga dari masa pengasingan di goa

hiro, allah berkehendak untuk melimpahkan rahmadnya kepada penghuni,

memuliakan Nabi Muhammad dengan nubuwwah dengan menurunkan

malaikat jibril pada beliau sambil membawa ayat-ayat al-qur‟an, Usia

beliau saat itu 40 tahun,6 bulan,dan 12 hari berdasarkan penanggalan

Hijriyah, atau sekitar 39 tahun,3 bulan,dan 20 hari menurut kalender

Masehi. Malam itu adalah awal dari masa kenabian Muhammad

2. Setelah kenabian atau penerimaan wahyu pertama rasulullah mengalami

kegelisahan dan istri beliau Khadijah lah yang menjadi sandaran beliau

ketika dalam gejolak jiwa hingga pada wahyu yang kedua.setelah

Turunnya wahyu kedua, yaitu surat al-Muddatstsir, membuat Rasulullah

saw memasuki tahapan baru dalam berdakwah.

3. Beliau mulai menyebarkan ajaran islam secara sembunyi. hingga turunlah

wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-

terangan dan menghadapi kebatilan dengan kebaikan.

13
B. Saran

Dengan segala keterbatasan kami, demikianlah makalah ini di buat.

Kesempurnaan hanyalah ada pada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. oleh karena itu

sudah pasti makalah ini memerlukan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca yang baik hatinya demi lebih baiknya makalah setelah ini. Selamat

membaca dan semoga bermanfaat. Amin.


DAFTAR PUSTAKA

Furi Syeh Shafiurrohman al Mubarok, 2006 Siroh Nabawiyah, alkautsar buku

islam utama, Jakarta

Haekal Muhammad Husain, 2007. Sejarah Hidup Muhammad. Litera Antar

Nusa, Jakarta.

Thohir Ajid, 2004. Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasululloh Saw,

Bandung.

Yatim Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, RajaGrafindo persada

https://muhfathurrohman.wordpress.com/sejarah/ diakses pada taggal 25/03/2015

pukul 10:25

Anda mungkin juga menyukai