Disusun oleh :
Puji syukur senantiasa kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya selaku pemakalah diberi
kesempatan dan waktu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Hadits-hadits Tentang Pendidikan Akal”.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hadits Tematik dengan dosen pengampu Bapak Ahmad Fauzan, S.Th,I, M.Ag
Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak lainnya, karena
dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
teman-teman dan pihak lainnya. Semoga Allah berkenan membalas budi bagi
semua pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan kepada
saya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu dengan terbuka
dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................01
PENDAHULUAN..................................................................................................01
BAB II...................................................................................................................02
PEMBAHASAN....................................................................................................02
BAB III...................................................................................................................07
PENUTUP..............................................................................................................07
A. Kesimpulan..........................................................................................07
Daftar Pustaka........................................................................................................08
BAB I
PENDAHULUAN
Islam sebagai pembawa misi rahmatan lil alamin sangat menekankan agar
manusia melaksanakan amanahnya untuk menggerakkan segala potensinya karena
ia sebagai khalifah di bumi.Amanah itu ialah bagaimana manusia mampu
memahami rahasia ilahi yang simpan dibalik alam jagad raya ini.Untuk itulah
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Allah
menitipkan akal untuk berfikir, menitipkan hati untuk berbudi, dan menitipkan
jasmani untuk berkreasi sehingga mampu menemukan rahasia dibalik ciptaanNya.
Akal manusia akan berfungsi apabila terdapat rangsangan-rangsangan
indrawi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang akan diolah oleh akal.
Dengan olah akal inilah manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan yang
akan menjawab semua misteri dibalik alam jagad raya ini. Sedangkan hati
berusaha mengontrol dan mempengaruhi akal untuk senantiasa ingat akan
keagungan Tuhannya, dan jasmani berupaya mengimplementasikan dari kerja
otak dan hati. Disinilah pentingnya suatu pendidikan bagi manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hadits dan terjemahnya yang menjelaskan tentang pendidikan
akal ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan akal ?
3. Bagaimana implikasi hadits terhadap pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hadits dan terjemahnya yang menjelaskan tentang
pendidikan akal.
2. Untuk mengetahui definisi pendidikan akal.
3. Untuk mengetahui implikasi hadits terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits 1
تَفَ َّكرُوْ ا فِ ْي َأالَ ِء هَّللا ِ َوالَ تَفَ َّكرُوْ ا فِ ْي هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل
“Berpikirlah pada makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala dan jangan
berpikir pada Dzat Allah subhanahu wa ta’ala.”(HR. Ath-Thabarani, al-Lalikai,
dan al-Baihaqi dari Ibnu ‘Umar. Lihat ash-Shahihah no. 1788 dan asy-Syaikh al-
Albani menyatakan hasan)
Hadits 2
َ n ُّوب َوقُتَ ْيبَةُ َوابْنُ حُجْ ٍر قَالُوا َح َّدثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل ع َْن ْال َعاَل ِء ع َْن َأبِي ِه ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َأ َّن َر ُس
ِ ول هَّللا َ َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ َأي
َرَأيْتَ ِإ ْنnَ َل َأفn َرهُ قِيnا يَ ْكnn اكَ بِ َمnَك َأخ َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َأتَ ْدرُونَ َما ْال ِغيبَةُ قَالُوا هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ ْعلَ ُم قَا َل ِذ ْك ُر
َ
َُّال ِإ ْن َكانَ فِي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ْد ا ْغتَ ْبتَهُ وَِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِي ِه فَقَ ْد بَهَتهَ ُ َأ
َ َكانَ فِي ِخي َما قو ُل ق َأ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr
mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Al A'laa dari
Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bertanya: "Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab;
'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai
sesuatu yang tidak ia sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah
menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan
yang saya ucapkan? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Apabila
benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah
menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka
berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.' (HR. Muslim No.
4690)
Hadits 3
ير ع َْن َأبِيn
ٍ nِ َّدثَنَا اَأْلوْ زَ ا ِع ُّي ع َْن يَحْ يَى ْب ِن َأبِي َكثnا َل َحnnَك ق
ِ ا َرnnَق َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ َوهُ َو ابْنُ ْال ُمب َ َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ ِإس
َ ْحا
َ َوا قnو ُل فِي َز َع ُمnُلَّ َم يَقnصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس
الn َ ِ ال قِي َل لَهُ َما َس ِمعْتَ َرسُو َل هَّللا َ َاريِّ ق ِ صَ قِاَل بَةَ ع َْن َأبِي َم ْسعُو ٍد اَأْل ْن
س َم ِطيَّةُ ال َّر ُج ِل
َ بِْئ
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yaitu Ibnu Mubarak berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Auza'i
dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Qilabah dari Abu Mas'ud Al Anshari berkata;
ada yang bertanya kepadanya, "Apa yang telah kau dengar dari Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam tentang perkataan 'ZA'AMU'. Beliau bersabda:
"Sejelek-jelek cara bagi seseorang." (maksudnya adalah yaitu orang yang banyak
meriwayatkan hadits yang dia tidak tahu kesahihannya sehingga tidak aman dari
kedustaan, atau kebiasaan yang paling jelek dari seseorang adalah menggunakan
kalimat ZA'AMU, sebagai sarana untuk menyampaikan maksudnya lalu dia
menyampaikan sebagai taklid saja Za'amu maknanya adalah mereka
beranggapan) (HR. Ahmad No. 16.458)
Pengertian Pendidikan Akal yaitu Kata akal berasal dari kata Arab al-Aql (
) العقل, yang merupakan kata benda. Sesungguhnya kata akal sudah familiar dalam
bahasa Indonesia karena memang kata tersebut adalah serapan dari bahasa Arab.
Sedangkan secara bahasa, arti kata dari akal adalah ikatan. Kata ini sangat cocok
dengan pengambilannya. Ibarat tali mengikat unta, maka akal mengikat manusia
agar senantiasa tidak mengikuti hawa nafsunya.
Adapun secara istilah, kata akal setelah dipindahkan dari makna aslinya ialah
pengetahuan atas perkara yang mesti diketahui. Perkara yang dapat diketahui
dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari panca indera dan
pengetahuan yang didapat dari dalam diri sendiri.
Menurut Hamka akal bukanlah suatu sifat yang berdiri sendiri, tetapi hasil dari
tiga sifat yaitu pikiran, kemauan, dan perasaan (al-wijdaan, al-fikr, al-iradah),
rasa, periksa, dan karsa. Dari pemaparan tersebut akal merupakan muara dari
pepaduan pengetahuan luar dan pengetahuan daalam sehingga memunculkan
suatu proses berfikir yang berbuah ilmu. Akal senantiasa membawa manusia
untuk memahami segala fenomena ciptaan tuhan sehingga dengan olah akal
manusia itulah ia menjadi makhluk yang paling utama dari pada makluk lainnya.
Sebagaimana ungkapan Hamka : “Kepada akal bersandar segala perkara yang
wajib dia lakukan atau wajib dia tinggalkan. Adapun hewan jenis lain, yang
dirasainya hanyalah semata-mata kelezatan perasaan kasar. Dikejarnya kelezatan
itu, dengan tidak menimbang dan tidak memikirkan terlebih dahulu.”
Orang yang berakal adalah orang yang senantiasa melihat suatu hal tidak dari
sisi luarnya saja, namun lebih dari itu, orang yang berakal senantiasa melihat isi
dari sesuatu itu. Artinya kecerdasan akal manusia muslim selalu mendapat
pancaran inayah Allah, sehingga akan menjauhkan manusia dari hal-hal yang
negatif.
Orang yang berakal adalah orang yang telah mendapat inayah dari Allah, dan
barang siapa mendapat inayah dari Allah maka dia akan merasa lebih kaya dari
seorang milyoner karena dari dalam batinnya memancar cahaya hidayah
robbaniyah. Pandangan akal manusia muslim tidak hanya melihat dari luar
kulitnya saja, namun juga sampai pada isinya. Akal juga dapat membawa manusia
pada puncak kejayaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata akal berasal dari kata Arab al-Aql ( ) العقل, yang merupakan kata benda.
Sesungguhnya kata akal sudah familiar dalam bahasa Indonesia karena memang kata tersebut
adalah serapan dari bahasa Arab. Sedangkan secara bahasa, arti kata dari akal adalah ikatan.
Kata ini sangat cocok dengan pengambilannya. Ibarat tali mengikat unta, maka akal mengikat
manusia agar senantiasa tidak mengikuti hawa nafsunya.
Adapun secara istilah, kata akal setelah dipindahkan dari makna aslinya ialah
pengetahuan atas perkara yang mesti diketahui. Perkara yang dapat diketahui dibagi menjadi
dua yaitu pengetahuan yang didapat dari panca indera dan pengetahuan yang didapat dari
dalam diri sendiri.
Metode pendidikan akal ada banyak sekali, namun diantaranya adalah dengan
penjagaan dan penyelidikan. Maksudnya adalah kita menjaga akal kita dengan senantiasa
menghindari dari hal-hal yang dapat menumpulkan akal diantaranya adalah bermaksiat
kemudian maksud dari penyelidikan adalah kita harus senantiasa berfikir, jangan pernah
berhenti berfikir agar akal kita tetap terpelihara.
Kemudian implikasi hadits terhadap pendidikan yaitu :
1. Kita dituntut untuk selalu berfikir
2. Metode pembelajaran yang digunakan salah satunya dialog
3. Terjadi komunikasi yang baik antara guru dan murid
4. Kita tak boleh taklid dalam berilmu
5. Menjaga akal agar selalu sehat adalah dengan cara digunakan
DAFTAR PUSTAKA