Anda di halaman 1dari 7

Bani Abbasiyah

Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah.


Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan naskah
asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan
ilmu dan perpustakaan dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai
buah dari kebebasan berfikir. Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang pada
masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab,
sejarah, ilmu bumi dan astronom.Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang
pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf. Tak heran jika dinasti ini
dikenang sebagai dinasti yang membawa peran penting dalam peradaban agama Islam.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan
Abbas, paman nabi Muhammad SAW, yang bernama Al-Abbas bin Abdul Muththalib ibn
Hasyim

A) Sejarah Bani Abbasiyah


Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi
Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
berlangsung dari tahun 750-1258 M (Syalaby,1997). Pada abad ketujuh terjadi
pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak
dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan
Marwan Ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Kekhalifahan Abbasiyah berusaha
menggulingkan Kekhalifahan Umayyah karena mengklaim sebagai penerus sejati Nabi
Muhammad, berdasarkan garis keturunan mereka yang lebih dekat yang akhirnya
dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat
Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah (A. Syalabi.
2008: 175). Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak keemasan pada
masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti bidang
pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya. Masa keemasan Islam ini terjadi
pada masa kepemimpinan Bani Abbasiyah, tepatnya pada saat kepemimpinan Khalifah Harun
al-Rasyid (786-809 M.) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M.).
Adapun rincian susunan penguasa pemerintahan Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut:
a. Bani Abbas (750-932 M.)
1) Khalifah Abu Abas al-Saffah (750-754 M.)
2) Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M.)
3) Khalifah al-Mahdi (775-785 M.)
4) Khalifah al Hadi (775-776 M.)
5) Khalifah Harun al-Rasyid (776-809 M.)
6) Khalifah al-Amin (809-813 M.)
7) Khalifah al-Makmun (813-633 M.)
8) Khalifdah al-Mu’tasim (833-842 M.)
9) Khalifah al-Wasiq ( 842-847 M.)
10) Khalifah al-Mutawakkil (847-861 M.)
b. Bani Buwaihi (932-107 5M.)
1) Khalifah al-Kahir (932-934 M.)
2) Khalifah al-Radi (934-940 M.)
3) Khalifah al-Mustaqi (943-944 M.)
4) Khalifah al-Muktakfi (944-946 M.)
5) Khalifal al-Mufi (946-974 M.)

c. Bani Saljuk
1) Khalifah al-Muktadi (1075-1048 M.)
2) Khalifah al-Mustazhir (1074-1118 M.)
3) Khalifah al-Mustasid (1118-1135 M.)

B) Periode Bani Abbasiyah


Mengutip dari jurnal berjudul Bani Abbasiyah (Pembentukan, Perkembangan dan
Kemajuan) karya Edianto, para sejarawan mengklasifikasikan perkembangan Dinasti Bani
Abbasiyah ke dalam lima periode, yaitu:
1. Periode Pertama: Masa Pengaruh Persia (750-847 M)
Pada periode pertama, Dinasti Bani Abbasiyah mengalami banyak kemajuan dan mencapai
abad kejayaannya (masa keemas an ). Pada periode awal pemerintahan Dinasti Abasiyah
masih menekankan pada kebijakan perluasan daerah Kemajuan dinasti ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu karena terjadinya asimilasi dalam Dinasti Bani Abbasiyah. Kemudian
partisipasi orang-orang nonarab dalam perkembangan dinasti ini, khususnya orang-orang
persia. Dan perkembangan dinasti yang berfokus pada pembangunan peradaban Islam.
2. Periode Kedua: Masa Pengaruh Turki (232 H./847 M. – 334H./945M.)
Berbeda dengan periode pertama, pada periode kedua ini justru Dinasti Bani Abbasiyah
mengalami kemunduran. Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani
Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang harus
dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua, profesionalisasi tentara menyebabkan
ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena
beban pembiayaan tentara sangat besar.Saat itu kekhalifahan yang dipimpin oleh Al-
Mutawakkil sangat lemah dalam menjalankan pemerintahan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
orang-orang Turki pada masa Al-Mu’tashim untuk mengambil alih kekuasaan. Perebutan
kekuasaan ini menyebabkan ketidakstabilan politik yang memicu kemunduran Dinasti Bani
Abbasiyah. Namun kekacauan ini akhirnya dapat diatasi sehingga tidak ada lagi perebutan
kekuasaan antar khalifah.
3. Periode Ketiga: Masa Pengaruh Dinasti Buwaihi (334 H./945 M.-447 H./1055
M.)
Pada periode ini Dinasti Bani Abbasiyah semakin mengalami kemunduran.
Ini disebabkan oleh kekhalifahan Dinasti Bani Abbasiyah yang didominasi Dinasti Buwaihi
dan akhirnya menimbulkan banyak masalah politik dalam dinasti. Keadaan Khalifah lebih
buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran
Syi’ah. Meskipun politik di periode ini kacau, namun Dinasti Bani Abbasiyah tetap konsisten
mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Banyak ilmuwan lahir di periode
ini seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Maskawaih.
4. Periode Keempat: Masa Pengaruh Dinasti Seljuk (447 H./1055M.-590 H./1199
M.)
Pada periode ini pengaruh Dinasti Buwaihi mulai memudar dan digantikan dengan pengaruh
Bani Seljuk. Paham syiah yang dibawa oleh Bani Buwaihi pun mulai ditinggalkan dan
kekhalifahan sedikit membaik. Namun dominasi Bani Seljuk pada Dinasti Bani Abbasiyah
tidak berlangsung lama. Terjadi konflik internal yang akhirnya menyebabkan Dinasti Bani
Abbasiyah terbebas dari pengaruh dinasti lain.
5. Periode Kelima: Terbebas dari Dinasti-dinasti Lain (590 H./1199 M.-656
H./1258 M.)
Di periode kelima ini akhirnya Dinasti Bani Abbasiyah terbebas dari pengaruh dinasti lain.
Meskipun begitu, bani abbasiyah ini terus mengalami kemunduran. Perluasan wilayah yang
terhenti, kondisi politik yang semakin kacau, kemerosotan ekonomi, memperparah
kemunduran Bani Abbasiyah dilanjtkan dengan Serangan bangsa mongol dan jatuhnya
Baghdad. Hingga akhirnya runtuh pada tahun 1258 Masehi dan meninggalkan kesan bagi
umat Islam. Di antaranya ilmuwan yang masyhur, ilmu pengetahuan dan pemikiran yang
modern, serta bangunan-bangunan bersejarah.

C) Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Pemerintahan Dinasti Bani


Abbasiyah
Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola
pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan budaya. Salah satu
pencapaian terbesarnya adalah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan
dunia. Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan Beberapa langkah atau
kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah
sebagai berikut.
1. Menggalang penyusunan buku. Penyusunan buku pada masa pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama kemudian
disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi penerus.
2. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing.
Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan
dari bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki umat
Islam semakin luas dan berkembang.
3. Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah menjadi salah satu
kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di setiap majelis hingga tempat-
tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka miliki.
4. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan. Kekhalifahan
Abbasiyah gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus
menjadi perpustakaan. Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah
universitas di masa sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu
cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.

D) Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa


Abbasiyah
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain. Terjadinya
asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan
Abbasiyah, banyak bangsa non-Arab yang masuk Islam dan memberi warna baru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Contohnya bangsa Persia berjasa dalam perkembangan
ilmu filsafat dan sastra serta pengaruh budaya India yang terlihat pada bidang kedokteran,
matematika, dan astronomi.
2. Gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada
masa Khalifah al-Mansur hingga Harun ar-Rasyid. Pada periode ini yang diterjemahkan
adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantik (logika). Fase kedua berlangsung
sejak masa Khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang diterjemahkan adalah
buku dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H,
terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan pun
semakin beragam, mengikuti perkembangan.

E) Ilmu yang berkembang pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah


1. Ilmu Tafsir
Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran ilmu tafsir yang terus digunakan
hingga sekarang, yaitu tafsir bi al-ma’tsur yang menekankan pada penafsiran ayat-ayat Al-
Quran dengan hadis dan pendapat para sahabat, dan tafsir bi ar-ra’yi yang berpijak pada
logika daripada nas syariat. Sementara tokoh ilmuwan dalam bidang tasfir adalah Ibnu Jarir
at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, As-Suda, Mupatil bin Sulaiman, dan Muhammad bin
Ishak.
2. Filsafat Islam
Perkembangan filsafat Islam dimulai saat penerjemahan filsafat Yunani dalam Bahasa
Arab sekaligus diadakan penyesuaian dengan ajaran Islam. Beberapa ilmuwan muslim dalam
ilmu filsafat Islam adalah Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Abu Bakar Ibnu
Tufail, Al-Ghazali, dan Abu Bakar Muhammad bin as-Sayig (Ibnu Bajjah).
3. Ilmu Hadis
Beberapa karya para ilmuwan muslim terkenal dalam bidang ilmu hadis adalah sebagai
berikut.
- Sahih Bukhari, disusun oleh Imam Bukhari
- Sahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim
- Sunan Abu Daud, disusun oleh Imam Abu Daud
- Sunan at-Tirmizi, disusun oleh Imam at-Tirmizi
- Surat an-Nasa'i, disusun oleh Imam an-Nasa'i
4. Ilmu Fikih
Setelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan bagi
umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih. Beberapa di antaranya adalah Imam Hanafi,
Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali.
5. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Ilmuwan termasyur dalam
bidang ini adalah Wasil bin Ata', Abu Hasan al-Asy'ari, Imam al-Ghazali, Abu Huzail al-
Allaf, dan Ad-Dhaam.
6. Ilmu Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara ber-taqarub dengan benar kepada
Allah SWT. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Al Gazali, Al-Qusyairy, dan
Syahabbudin.
7. Ilmu Tarikh (Sejarah)
Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus. Para
ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib Bagdadi, Ibnu
Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.
8. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib. Orang-orang Barat bahkan
juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam. Para dokter muslim yang terkenal adalah
sebagai berikut. Ibnu Sina, dikenal sebagai bapak dokter Islam Jabir bin Hayyan dikenal
sebagai bapak kimia Ar-Razi, karyanya berjudul al-Hawi yang membahas tentang campak
dan cacar.
9. Ilmu Geografi
Ilmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta
perdagangan. Pada saat itu, sering diadakan perjalanan ilmiah juga perjalanan untuk pesiar,
dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke dalam kitab. Beberapa ilmuwan dalam
bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut al-Hamawy, dan Ibnu Khardazabah.
10. Ilmu Bahasa
Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai
bahasa resmi negara. Ilmu bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf, ma'ani,
bayan, dan badi. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Sibawaihi, Muaz al-
Harra', dan Al-Kisai.
11. Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari tentang matahari, bulan, bintang,
dan planet-planet. Beberapa contoh ilmuwan dari bidang ini adalah sebagai berikut. Ibnu
Haitam, ilmuwan muslim pertama yang mengubah konfigurasi Ptolomeus Abu Ishaq az-
Zarqali, menemukan bahwa orbit planet adalah edaran eliptik, bukan sirkular Ibnu Rusyid,
ilmuwan yang menentang paham astronomi oleh Ptolomeus Ibnu Bajjah, yang
mengemukakan gagasan adanya galaksi Bimasakti
12. Ilmu Matematika
Ilmu matematika juga berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai berikut. Al-
Khawarizmi, penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar ,Umar bin Farukhan.
Banu Musa (Muhammad bin Musa bin Syakir)

F) Sistem Politik Bani Abbasiyah


Menurut pandangan para pemimpin dinasti Abbasiyah, Konsep kedaulatan dan sistem politik
yang ada pada pemerintahan (khalifah) adalah berasal dari Allah. Bukan berasal dari rakyat
sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman Khulafaur Rasyidin. Pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan social, politik,
ekonomi dan budaya yang terjadi disetiap masa tersebut. Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi 5
fase pemerintahan, dan sistem politik yang dijalankan oleh dinasti Abbasiyah I adalah :
 Para khalifah tetap dari keturunan arab, sedang para Menteri, panglima, gubernur, dan
para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
 Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, social dan kebudayaan.
 Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
 Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia yang diakui sepenuhnya.
 Para Menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintahan.
Dalam menjalankan pemerintahan, Abbasiyah dibantu oleh seorang wazir (perdana Menteri)
dan jabatannya disebut dengan wizarat. Sedangkan wizarat terbagi menjadi 2 yaitu,
 Wizarat tanfiz (sistem pemerintahan presidensial) yaitu wazir hanya sebagai
pembantu khalifah dan bekerja atas nama khalifah.
 Wizarat tafwidl (parlemen cabinet) yang mana wazir memiliki kuasa penuh atas
pemerintahan dan khalifah hanya sebatas formalitas lambang atau sebagai pengukuh
dinasti lokal atau gubernurnya khalifah.
Untuk membantu khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan
yang bernama diwanul kitabah (secretariat negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kitab
(sekretaris negara), dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa
raisul diwan (Menteri departemen). Tata usaha negara bersifat sentral yang dinamakan an-
Nidzamul Idary al-Markazy. Selain itu, dalam zaman daulah Abbasiyah juga didirikan
Angkatan perang, Amirul umara, Baitul mal, organisasi kehakiman, dsb. Selama dinasti ini
berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
social, ekonomi dan budaya

G) Apakah Konsep Khilafah Masih Relevan Diterapkan Di NKRI?


Sistem pemerintahan khilafah tidak akan bisa diterapkan di Indonesia, yang memiliki
penduduk majemuk dengan dan berbagai agama serta suku bangsa. Paham Islam di Indonesia
sudah termasuk paham yang sempurna atau kaffah, menurut ruang dan waktunya. Karena di
Indonesia sendiri terdiri dari berbagai agama dan suku bangsa yang berbeda, sehingga tidak
bisa diterapkan sistem syariat Islam atau khilafah secarah penuh dan keseluruhan. Namun,
ada banyak hal yang dapat diserap dari bani Abbasiyah ini salah satunya, pada sistem politik,
ilmu dianggap suatu hal yang sangat penting karena dengan ilmu negara dapat terus membaik
dan berkembang dengan salah satu caranya mengembangkan dan mendukung pusat-pusat
ilmu, Hal yang dapat diserap selanjutnya, Negara aman karena ketentaraan berjalan dengan
semestinya yaitu mencakup alat atau senjata yang lengkap dan canggih diikuti dengan
memliki strategi peperangan yang teratur bukan hanya dengan ilmu tetapi juga iman, serta
sifat Bersatu yang kuat. Melalui bani Abbasiyah, negara juga dapat mengambil bahwa
lemahnya komunikasi, lemahnya pemimpin, dan politik yang hancur dapat meruntuhkan
suatu dinasti.
Referensi

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1277/1244

Aminullah, A. Najili. DINASTI BANI ABASSIYAH, POLITIK, PERADABAN DAN


INTELEKTUAL.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/24/161617779/perkembangan-ilmu-
pengetahuan-pada-masa-dinasti-abbasiyah., diakses pada tanggal 7 juli 2021 pukul 21.30
Al Aziiz, Arief Nur Rahman. (2019). Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Daulah
Abbasiyah. Klaten: Cempaka Putih.

Anda mungkin juga menyukai