Anda di halaman 1dari 9

Proses Industri Kimia (semen)

Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolis, artinya jika
dicampur dalam air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu
kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras. Secara umum semen dapat
didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat merekatkan bagian-bagian benda padat
menjadi bentuk yang kuat kompak dan keras.
Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan
hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium
Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir
dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50
kg.

JENIS-JENIS SEMEN
1. Portland Cement
Semen Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis,
bersama bahan tambahan yang biasanya digunakan adalah gypsum. Klinker adalah
penamaan untuk gabungan komponen produk semen yang belum diberikan tambahan
bahan lain untuk memperbaiki sifat dari semen.
Tipe-tipe semen Portland :
a. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Ordinary Portland Cement adalah semen Portland yang dipakai untuk segala macam
konstruksi apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap
sulfat, panas hiderasi dan sebagainya. Ordinary Portland Cement mengandung 5%
MgO, dan 2,5-3% SO3. Sifat-sifat Ordinary Portland Cement berada diantara sifat-
sifatmoderate heat semen dan hight early strength Portland cement.
b. Tipe II (Moderate Heat Portland Cement)
Moderate Heat Portland Cement adalah semen Portland yang dipakai untuk pemakaian
konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang,
biasanya digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Moderate
Heat Portland Cement terdiri dari 20% SiO2, 6% Al2O3, 6% MgO, dan 8% C3A.
Semen tipe ini lebih banyak mengandung C2S dan mengandung lebih sedikit C3A
dibandingkan dengan semen tipe I.
c. Tipe III (High Early Strength Portland Cement)
High Early Strength Portland Cement adalah semen portland yang digunakan keadaan-
keadaan darurat dan musim dingin. Juga dipakai untuk produksi beton tekan. High
Early Strength Portland Cement ini mempunyai kandungan C3S lebih tinggi
dibandingkan dengan semen tipe lainnya sehingga lebih cepat mengeras dan cepat
mengeluarkan kalor. High Early Strength Portland Cement tersusun atas 6% MgO, 3,5-
4,5% Al2O3, 35% C3S, dan 15% C3A. Semen tipe ini sangat cocok digunakan untuk
pembangunan gedung-gedung besar, pekerjaan-pekerjaan berbahaya, pondasi,
pembetonan pada udara dingin, dan pada prestressed coccretel, yang memerlukan
kekuata awal yang tinggi.
d. Tipe IV (Low Heat Portland Cement)
Low Heat Portland Cement adalah semen Portland yang digunakan untuk bangunan
dengan panas hiderasi rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik
sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini mempunyai
kandungan C3S dan
C3A lebih rendah sehingga pengeluaran kalornya lebih rendah. Low Heat Portland
Cement tersusun atas 6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7% C3A. Semen ini biasanya
digunakan untuk pembuatan atau keperluan hidraulik engineering yang memerlukan
panas hiderasi rendah.
e. Tipe V (Shulphato Resistance Portland Cement)
Shulphato Resistance Portland Cement adalah semen Portland yang mempunyai
kekuatan tinggi terhadap sulfur dan memiliki kandungan C3A lebih rendah bila
dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya, sering digunakan untuk bangunan di daerah
yang kandungan sulfatnya tinggi, misalnya pelabuhan, terowongan, pengeboran di laut,
dan bangunan pada musim panas. Shulphato Resistance Portland Cement tersusun atas
6% MgO, 2,3% SO3, dan 5% C3A.
f. Semen Putih (White Cemen)
Semen Putih adalah semen yang dibuat dengan bahan baku batu kapur yang
mengandung oksida besi dan oksida magnesia yang rendah (kurang dari 1%) sehingga
dibutuhkan pengawasan tambahan agar semen ini tidak terkontaminasi dengan
Fe2O3selama proses berlangsung. Pembakaran pada tanur putar menggunakan bahan
bakar gas. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi terhadap abu hasil
pembakaran, juga terhadap oksida mangan sehingga warna dari semen putih tersebut
tidak terpengaruh. Semen Putih mengandung 24,2% SiO2, 4,2% Al2O3, 0,39% Fe2O3,
65,8% CaO, 1,1% MgO, dan 0,02% Mn2O3. Semen Putih digunakan untuk bangunan
arsitektur dan dekorasi.
g. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
Semen Sumur Minyak adalah semen Portland yang dicampur dengan bahan retarder
khusus seperti lignin, asam borat, casein, gula, atau organic hidroxid acid. Semen
Sumur Minyak mengandung 6% MgO, 3% SO3, 48-65% C3S, 3% C3A, 24% C4AF +
2C3A, dan 0,75% alkali (NO2). Fungsi retarder disini adalah untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen atau memperlambat waktu pengerasan semen, sehingga
adukan dapat dipompakan kedalam sumur minyak atau gas. Semen Sumur Minyak
digunakan antara lain untuk melindungi ruangan antara rangka sumur minyak dengan
karang atau tanah sekelilinginya, sebagai rangka sumur minyak dari pengaruh air yang
korosif.
h. Semen Masonry
Semen Masonry adalah semen hidraulik yang digunakan sebagai adukan
konstruksimasonry, mengandung satu atau lebih blast furnance slagcement (semen
kerak dapur tinggi), semen Portland pozzolan, semen alam atau kapur hidraulik dan
bahan penambahnya mengandung satu atau lebih bahan-bahan seperti: kapur padam,
batu kapur, chalk, calceous shell, talk, slag, atau tanah liat yang dipersiapkan untuk
keperluan ini. Sifat semen ini mempunyai penyerapan air yang baik,
berdayaplastissitas yang tinggi dan kuat tekan yang rendah
i. Semen Berwarna
Sering dibutuhkan semen yang mempunyai warna yang sama dengan bahan atau
material yang akan direkatkan. Semen Berwarna dibuat dengan menambahkan zat
warna (pigmen) sebanyak 5-10% pada saat semen putih digiling. Zat warna yang
ditambahkan harus tidak mempengaruhi selama penyimpanan atau selama pemakaian
semen tersebut.

Tabel II.1 Zat warna dari warna yang dihasilkan

j. Semen Cat
Semen Cat merupakan tepung semen dari semen portland yang digiling bersama-sama
sengan zat warna, filter, dan water repellent agent. Semen Cat biasanya dibuat warna
putih yaitu dengan titanium oksida atau ZnS. Sebagai filter biasanya dipakai water
water repellent agent atau bahan silika, sedangkan sebagai accelerator dipakai CaCl2dan
sebagai water repellent agent dipakai kalsium atau alumunium stearat.
Tabel II.2 Komposisi kimia semen portland
Tabel II.3 Sfesifikasi fisika semen portland
2. Semen Non Portland
a. Semen Alam (Natural Cement)
Semen alam merupakan semen yang dihasilkan dari proses pembakaran batu kapur dan
tanah liat pada suhu 850-1000oC kemudian tanah yang dihasilkan digiling menjadi
semen halus.

b. Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)


Semen Alumina Tinggi pada dasarnya adalah suatu semen kalsium aluminat yang
dibuat dengan meleburkan campuran batu gamping, bauksit, dan bauksit ini biasanya
mengandung oksida besi, silika, magnesia, dan ketidak murnian lainnya. Cirinya ialah
bahwa kekuatan semen ini berkembang dengan cepat, dan ketahanannya terhadap air
laut dan air yang mengandung sulfat lebih baik.
c. Semen Portland Pozzolan
Semen Portland Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina
dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen akan tetapi
dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan
bereaksi membentuk kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis.
Reaksi :

Bahan pozzolan tersusun atas 45-72 % SiO2, 10-18 % Al2O3, 1-6 % Fe2O3, 0,5-3 %
MgO, 0,3-1,6 % SO3.
Semen portland pozzolan merupakan suatu bahan pengikat hidraulis yang dibuat
dengan menggiling bersama-sama terak semen portland dan bahan yang mempunyai
sifat pozzolan, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dan bubuk bahan
lain yang mempunyai sifat pozzolan. Bahan pozzolan yang ditambahkan besarnya
antara 15-40 %.
d. Semen Sorel
Semen Sorel adalah semen yang dibuat melalui reaksi eksotermik larutan magnesium
klorida 20 % terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan dari kalsinasi magnesit
dan magnesia yang didapatkan dari larutan garam.
Reaksi :

Semen Sorel mempunyai sifat keras dan kuat, mudah terserang air dan sangat korosif.
Penggunaannya terutama adalah semen lantai, dan sebagai dasar pelantai dasar seperti
ubin dan terazu.
e. Portland Blast Furnance Slag Cement
Portland Blast Furnance Slag Cement adalah semen yang dibuat dengan cara
menggiling campuran klinker semen portland dengan kerak dapur tinggi (Blast
Furnance Slag) secara homogen. Kerak (slag) adalah bahan non metal hasil samping
dari pabrik pengecoran besi dalam tanur (Dapur Tinggi) yang mengandung campuran
antara kapur (CaCO3) silika (SiO2), dan alumina (Al2O3). Sifat semen ini jika
kehalusannya cukup, mempunyai kuat tekan yang sama dengan semen portland,
betonnya lebih stabil dari beton semen portland, permeabilitinya rendah, pemuaian dan
penyusutan dalam udara kering sama dengan semen portland.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :

1. Proses basah :
Semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian
dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini
jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
Keuntungan :
Umpan lebih homogeny, semen yang diperoleh lebih baik
Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan suatu unit homogenizer
Debu yang timbul relative sedikit
Kerugian :
Bahan bakar yang digunakan lebih banyak, butuh air yang cukup banyak
Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zone dehidrasi yang lebih
panjang untuk mengendalikan kadar air
Biaya produksi lebih mahal

2. Proses kering :
Menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar
batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi
yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
Proses pendinginan terak.
Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Keuntungan :
Tanur yang digunakan relative pendek
Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai relative sedikit, dan
membutuhkan air yang relative sedikit pula
Kapasitas produksi lebih besar

Kerugian :
Kadar air sangat mengganggu proses, karena material menempel pada alat
Campuran umpan kurang homogen
Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu

Jenis-jenis proses pembuatan semen :

http://chemistryismyworld.blogspot.com
Beberapa Jenis Semen Khusus
Disebut khusus, karena jenis ini dibuat bukan untuk penggunaan aplikai umum, tetapi untuk
keperluan penggunaan yang khusus. Berikut beberapa jenis semen khusus.

1. Semen Sumur Pemboran ( Oil Well Cement, OWC )


Semen sumur pemboran dikembangakan untuk penggunaan dalam bidang sumur migas
dan didesain agar mengeras pada suhu dan tekanan tertentu di dalam sumur. Semen jenis ini
harus memiliki karakteristik permebilitas yang rendah, mampu memberikan ikatan yang baik
antara batuan dan selimut lubang pemboran, serta mampu mempertahankan karakteristikanya
dalam kondisi ekstrim temperatur dan tekanan pada lubang pemboran. API spec-10 dari
American Petroleum Institute mengklasifikasikan semen ini ke dalam delapan kategori sebagai
berikut :
Kelas A, untuk kedalaman hingga 1.830 m dan tidak memerlukan persyaratan khusus.
Kelas B, untuk kedalaman hingga 1.830 m dan memerlukan ketahanan terhadap Sulfat.
Kelas C, untuk kedalaman 1.830 m dan memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi.
Kelas D, untuk kedalam,an antara 1.830 hingga 3.050 m dan memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan tahan terhadap kondisi tekanan serta temperatur sedang.
Kelas E, untuk kedalaman antara 3.050- 4.270 m dan memerlukan ketahanan temperatur dan
tekanan sedang hingga tinggi.
Kelas FF, untuk kedalam 2.050-4.880 m, memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan tahan
terhadap temperatur dan tekanan yang ekstrim
Kelas G dan H, untuk kedalam hinggan 2.440m. digunakan bersama accelators atau retardes,
dan mempunyai ketahanan terhadap serangan sulfat.

Quick Setting Cement


Quick Setting Cement as the name indicates, these types of cements are used where quick
setting is needed. The quick setting cement is manufactured by adding a small percentage of
aluminium sulphate and then it is finely grinded with cement. And also for quick setting action
a small percentage of gypsum or retarder is added. The aluminium sulphate is mainly added to
accelerate the setting time fast. Quick setting cement when mixed with water starts to set in
five minutes and become hard like stone in just 30 minutes.
Uses:
1. It is used in under water construction.
2. It is also used in rainy & cold weather conditions.
3. Where, quick strength is needed in short span of time.

Disadvantages:
1. When water is added the work should be completed fast or else it sets and difficult to mix.
2. It is not widely available.
3, It is expensive.
Pengaturan Cepat Semen
Pengaturan Cepat Semen sebagai nama menunjukkan, jenis semen digunakan di tempat
pengaturan cepat diperlukan. Semen pengaturan cepat dibuat dengan menambahkan
sebagian kecil aluminium sulfat dan kemudian digiling halus dengan semen. Dan juga untuk
tindakan pengaturan cepat, sebagian kecil gypsum atau retarder ditambahkan. Aluminium
sulfat terutama ditambahkan untuk mempercepat pengaturan waktu dengan cepat.
Pengaturan cepat semen saat dicampur dengan air mulai diatur dalam lima menit dan menjadi
keras seperti batu hanya dalam 30 menit.
Kegunaan:
1. Digunakan di bawah konstruksi air.
2. Hal ini juga digunakan dalam kondisi cuaca hujan & dingin.
3. Dimana, kekuatan cepat dibutuhkan dalam rentang waktu yang singkat.

Kekurangan:
1. Bila air ditambahkan maka pekerjaan harus diselesaikan dengan cepat atau jika tidak maka
akan sulit untuk dicampur.
2. Ini tidak banyak tersedia.
3, itu mahal

https://theconstructor.org/building/types-of-cement-composition-uses/5974/

Small percentage of
Used in works is to be completed
aluminum sulphate as an
Quick setting in very short period and
accelerator and reducing
cement concreting in static and running
percentage of Gypsum with
water
fine grinding

Persentase kecil aluminium sulfat sebagai akselerator dan pengurangan persentase Gypsum
dengan fine grinding.

Digunakan dalam pekerjaan akan selesai dalam waktu yang sangat singkat dan terkonsentrasi
di air statis dan mengalir

Anda mungkin juga menyukai