Indonesia.
Yani Abidin
Yaniabidinarrohim270599@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang
Masuknya agama Budha ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada
tahun 400 M dipastikan agama Budha telah berkembang di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti
tersebut menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Budha masuk ke
Indonesia sebelum tahun tersebut. Siapa yang membawa kedua agama tersebut ke
Indonesia? Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang pembawa agama
Budha ke Indonesia.
Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah
satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5.
Pada dasarnya, Agama Buddha yang berasal dari India, masuk di Indonesia
pertama kali dibawa oleh orang India yang datang untuk berdagang dengan
memanfaatkan angin musim. Setelah selesai berdagang dan sambil menunggu
angin musim yang mengantar para pedagang kembali ke India, mereka
menyebarkan Agama Buddha kepada penduduk setempat. Agama Buddha tersebut
diterima dengan baik oleh masyarakat dan kemudian berkembang pesat, sehingga
muncul kerajaankerajaan yang menganut Agama Buddha, seperti kerajaan
Sriwijaya (680- 1337) yang merupakan pusat kebudayaan Buddha di Asia
Tenggara, kerajaan Sailendra (775–850) yang merupakan kerajaan dengan paling
banyak peninggalan sejarah dan salahnya satu adalah candi Borobudur, serta
kerajaan Majapahit (1292 – 1478) sebagai kerajaan Buddha terakhir di Indonesia.
1
Sudtadjat, Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha, jurusan pendidikan sejarah Fakultas ilmu sosial
Universitas Negeri Yogyakarta 2012,
Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia, membuat keberadaan
Agama Buddha di Indonesia berangsur baik.
Metedologi
Pembahasan
Kata Budha berasal dari akar kata Bodhi (hikmat), yang dalam deklensi (Tashrif)
menjadi budhi (nurani) dan juga budha (yang beroleh terang). Oleh karenanya
sebutan budha pada masa selanjutnya memperoleh berbagai pengertian sebagai
berikut: a. Yang sadar (awaken one) b. Yang beroleh terang (enlightened one)
Panggilan itu diperoleh Sidharta sesudah menjalani sikap hidup penuh
kesucian,bertapa, mengembara untuk menemukan kebenaran, hamper tujuh tahun
lamanya di bawah sebuah pohon (yang dewasa ini berada di kota Gaya). Ia pun
2
http://repository.maranatha.edu/17220/2/0863110_Chapter1.pdf
3
Nofiyah Mardiani, Umasih, Murni Winarsih Program Pascasarjana, Materi Sejarah Masa Hindu-
Buddha dan Penggunaan Sumber Belajar Sejarah dalam Pembelajarannya di SMK, jurnal IAIN Syekh
Nurjati Cirebon, Tamadun Vol 7 No 02, Desember 2019, hal
memperoleh hikmat dan terang, hingga pohon itu sampai sekarang disebut dengan
pohon hikmat (Tree of Bodhi). 4
Agama Buddha atau Buddhisme adalah sebuah agama nonteistik atau filsafat
(Sanskerta: dharma; Pali: dhamma) yang berasal dari anak benua India yang
meliputi beragam tradisi, kepercayaan, dan praktik spiritual yang sebagian besar
berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara
umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar”). Dia dikenal oleh
umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang
membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri
penderitaan mereka dengan melenyapkan ketidaktahuan/kebodohan/kegelapan
batin (moha), keserakahan (lobha), dan kebencian/ kemarahan (dosa).
Berakhirnya atau padamnya moha, lobha, dan dosa disebut dengan Nibbana. Untuk
mencapai Nibbana seseorang melakukan perbuatan benar, tidak melakukan
perbuatan salah, mempraktikkan meditasi untuk menjaga pikiran agar selalu pada
kondisi yang baik atau murni dan mampu memahami fenomena batin dan jasmani.
5
4
Khairiah, Agama Budha, Kalimedia ( Yogyakarta: 2018). Hal 1
5
Ibid hal 3
Pada akhir abad ke-5, seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah
kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah sekarang. Pada akhir abad ke- 7, I
Tsing, seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau Sumatera
(kala itu disebut Swarnabhumi), yang kala itu merupakan bagian dari kerajaan
Sriwijaya. Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas oleh rakyat, dan
ibu kota Sriwijaya (sekarang Palembang), merupakan pusat penting untuk
pembelajaran Buddhisme (kala itu Buddha Vajrayana). I Tsing belajar di Sriwijaya
selama beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanannya ke India. Pada
pertengahan abad ke-8, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja Dinasti
Syailendra yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai
monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu Candi Borobudur. Monumen
ini selesai di bagian awal abad ke-9. Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di
puncak kejayaan dalam kekayaan dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya
telah menguasai Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Semenanjung Malaya. 6
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan
bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera
dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan
mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era
ini.
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan
adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat
sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta
Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan,
yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu
masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur
laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya
sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta
mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum
Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut
pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India
sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa
6
Ibid hal 23
banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur
India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses
penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang
berkembang di Indonesia berbeda dengan di India. 7
Ajaran Agama Budha
Kitap Suci ajaran Budha
Kitab suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada adalah kitab suci
Tripitaka yang dikenal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha
yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa
Pali/Magadhi Kuno, yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai
“pitaka” atau “keranjang”) yaitu: Vinaya Pitaka, Sutta Pimaka, dan Abhidhamma
Pitaka. Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha
8
dinamakan Tipitaka (Pali). Ajaran agama Budha bersumber pada kitab Tipitaka
(Tripitaka) yang merupakan kumpulan khotbah, keterangan, perumpamaan dan
percakapan yang pernah dilakukan Sang Budha dengan para siswa dan
pengikutnya. Karena itu isi kitab tersebut tidak semuanya berasal dari Sang Budha
sendiri, melainkan juga katakata dan komentar murid-muridnya. Oleh para
muridnya sumber ajaran tersebut dipilah menjadi tiga kelompok besar, yang
dikenal dengan pitaka atau keranjang, yaitu Suta Pitaka, Vinaya Pitaka dan
Abidhamma Pitaka. 9
Sebenarnya Budhisme dalam wujud yang semula tidak dapat disebut sebagai
agama.Karena ajarannya tidak mempunyai konsep ketuhanan, gambaran sifat sifat
Tuhan, kewajiban manusia terhadap Tuhan dan sebagainya.Paham Budhisme
mengenai dewa itu seperti makhluk, artinya rusak dan berubah, sebagaimana
halnya manusia.Roh pun tidak dikenal dalam ajaran Budha, demikian juga
7
Https://Repository.Dinus.Ac.Id/Docs/Ajar/Sejarah_Kebudayaan_Indonesia_Zaman_Hindu_Budha.
Doc. hal 8
8
Khairiah, Agama Budha, Kalimedia ( Yogyakarta: 2018). Hal : 27
9
Ibid hal 32.
sembahyang kepada Tuhan. Dalam konteks itulah Budhisme mungkin hanya dapat
dinamakan filsafat hidup (philosophy of life) yang memuat beberapa ajaran tentang
budi pekerti, moral, delapan jalan pembebasan, keyakinan terhadap nirvana
dengan semboyan; “Carilah sendiri keselamatan dirimu dalam pergaulan alam yang
luas ini” karena itu sering kita lihat di Tiongkok orang Budha bersembahyang di
kuil agama Tao dan di Jepang mereka bersembahyang di kuil agama Shinto.
Pengajaran tentang karma dan phunarbhawa (reinkarnasi: penjelmaan kembali ke
bumi) mendapat posisi yang urgen dalam ajaran Budhisme. Akan tetapi Budhisme
tidak mengenal roh atau jiwa.Dalam ajaran Budha yang menjelma itu bukan roh
manusia, melainkan keinginan manusia.Keinginan itu akan terus hidup. Oleh
karena itulah manusia terus lahir berulang-ulang kali ke dunia menurut karmanya.
Dalam agama Budha tidak diakui tentang adanya kasta. Semua orang sama haknya
dan dapat mencapai nirvana yang merupakan tujuan akhir bagi ajaran Budha. 10
Adapaun inti sari dari ajaran Budha secara ringkas terdapat dalam kitap
Dhammapada 183, yaitu : Janganlah berbuat jahat, Tambahkan kebaikan, sucikan
pikiran, inilah ajaran para Budha. 11
Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia atau Empat
Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani), yakni:
1. Hakikat hidup adalah Dukha(Dukkha Ariya Sacca) Hidup manusia itu pasti
disertai penderitaan. Yang dimaksud penderitaan di sini ialah kelahiran, umur
tua dan kematian
2. Sumber Dukha adalah Tanha(Dukkha Samudaya Ariya Sacca) Penyebab
penderitaan ialah keinginan
3. Dukha dapat dihilangkan dengan memadamkan Tanha(Dukkha Nirodha Ariya
Sacca) Penderitaan dapat dihilangkan dengan memadamkan keinginan dan
karenanya manusia dapat mencapai nirvana.
10
Ibid hal 41
11
Upa Sasanesana sang Hansen, Ikhtisar ajaran Budha, Insight ( Kenari: 2008) hal 6
4. Memadamkan keinginan dan mencapai nirvana itu dapat dilaksanakan dengan
hidup menurut yang ditetapkan oleh Budha yang dikenal dengan nama delapan
jalan. 12
12
Ibid hal 8
13
Abdul Syukur, Kebangkitan Agama Buddha: Analisis Historis tentang Latar Belakang Kebangkitan
Agama Buddha di Indonesia, Bandung: Gunung Djati Press, 2009, hal 34
14
George Coedes, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2010. Hal 310.
Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan gerakan kebangkitan agama Buddha
Indonesia tersebut dianggap bercorak Buddhayana karena lebih diwarnai dengan
adanya upaya-upaya bhikku Ashin Jinarakkhita dalam menyesuaikan agama
Buddha dengan kultur dan tradisi bangsa Indonesia dalam wadah Buddhayana.
Kebangkitan yang sesungguhnya itu sendiri terjadi pada saat terjadinya peristiwa
upacara Waisak di candi Borobudur tahun 1953, ditahbiskannya seorang putra
Indonesia menjadi bhikkhu dan didirikannya organisasi missi agama Buddha
tahun 1954, sehingga dapat dikatakan bahwa gerakan perkembangan agama
Buddha secara berorganisasi baru dimulai tahun 1954 dengan lahirnya PUUI.
Bilamana ada Sam Kauw Hwe dan Perhimpunan Theosofi Indonesia sejak sebelum
Indonesia merdeka, kedua lembaga itu belum mengemban mission yang berusaha
untuk mengembangkan agama Buddha di indonesia, tetapi baru tahap
mempelajari agama Buddha. 15
Peniggalan Kebudayaan Budha di Indonesia
Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap
perkembangan kebudayaan di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya
memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru
tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian
dengan kebudayaan asli Indonesia. Terjadilah proses akulturasi kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia ini dapat dilihat dari
peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain:
1. bidang agama, dibuktikan dengan berkembangnya agama Hindu dan Budha di
Indonesia. Pada awalnya, masyarakat Indonesia banyak menganut animisme dan
dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap arwah nenek moyang
sedangkan dinamisme adalah kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan benda-
benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatankekuatan alam. Setelah
masuknya pengaruh India, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini kemudian
berakulturasi dengan agama Hindu- Budha. Akibat dari akulturasi antara
animismedinamisme dan Hindu-Buddha, beberapa upacara keagamaan Hindu-
Budha yang berkembang di Indonesia tidak selalu sama dengan ajaran Hindu-
15
Busro, Agama Budha di Indonesia: Sejarah, Kebagkitan dan Kemunduran, Uin Sunan Gunung Jati
Bandung.
Buddha India. Akulturasi kebudayaan tersebut menghasilkan sinkretisme antara
kebudayaan agama Hindu-Budha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2. bidang politik dan pemerintahan. Lahirnya berbagai kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha di Indonesia merupakan salah satu bukti adanya\pengaruh Hindu-
Buddha di Indonesia. Pada awalnya, masyarakat Indonesia belum mengenal
pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan yang berlangsung di
Indonesia masih berupa pemerintahan kesukuan yang dipimpin oleh seorang
kepala suku. Dengan demikian, masuknya pengaruh India membawa pengaruh
pada terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia.
3. bidang Pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan semacam asarama
merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu
keagamaan.
4. bidang sastra dan bahasa. Pengruh Hindu-Budha pada bahasa adalah dikenal
dan digunakannya bahasa Sansakerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat
Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Indonesia seni sastra sangat
berkembang terutama pada zaman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu
antara lain:
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan
Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada zaman kerajaan
Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada zaman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada zaman
kerajaan Majapahit
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada zaman kerajaan Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada zaman
kerajaan Majapahit.
5. bidang seni tari. Relief-relief yang terdapat pada candi-candi terutama candi
Borobudur dan Prambanan menunjukan adanya bentuk taritarian yang
berkembang pada masa itu. Tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan
(tari topeng) merupakan jenis tarian yang terlihat di relief candi tersebut. Alat
gamelan nampaknya digunakan untuk mengiringi tarian tersebut. Alatalat gamelan
tersebut, antara lain gendang, gong, kecer, gambang, saron, dan kenong.
6. hiasan pada candi atau sering disebut dengan relief yang terdapat pada
candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang
dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Epik yang tertera dalam
relief candi Prambanan misalnya mengambil dari cerita Ramayana dan relief pada
candi Penataran mengambil epik kisah Mahabharata.
7. Wujud akulturasi pemujaan arwah leluhur dengan ajaran Hindu-Budha
dapat dilihat dari bentuk arca dan patung yang ditempatkan di candi. Seni
arca yang berkembang di Indonesia memperlihatkan unsur kepribadian dan
budaya lokal dan tidak meniru dari India. Contoh raja yang diarcakan adalah raja
Rajasa yang didewakan sebagai Siwa di candi makam Kagenengan, raja Anusapati
sebagai Siwa di candi makam Kidal, raja Wisnuwardhana sebagai Budha di candi
makam Tumpang, raja Kertanegara sebagai Wairocana Locana di candi makam
Segala dan raja Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi makam
Simping. Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan peninggalan
sejarah di Indonesia, antara lain:
Indonesia Pada Masa Hindu-Budha 175
a. arca Tribhuwanattunggadewi,
b. arca batu Wisnu,
c. arca Siwa Mahadewa,
d. arca Lorojongrang,
e. arca Ganesha, dan
f. arca Brahma
8. Pengaruh Hindu-Budha terdapat juga pada seni pertunjukan terutama seni
wayang. Seni wayang sampai sekarang masih populer di kalangan masyarakat
Indonesia. Seni wayang beragam bentuknya seperti wayang kulit, wayang golek
dan wayang orang. Pada masa Hindu- Budha, kebudayaan pertunjukkan wayang
ini yang mengambil epik cerita Ramayana dan Mahabharata. Meskipun demikian,
cerita yang dikembangkan merupakan perpaduan antara cerita Hindu-Budha dan
unsur-unsur budaya asli. Adanya unsur budaya asli dapat terlihat dari
dimasukkannya tokoh-tokoh “baru” yang kita kenal dengan sebutan Punakawan.
Tokoh-tokoh punakawan seperti Bagong, Petruk dan Gareng (dalam seni wayang
golek disebut Astrajingga/ Cepot, Dewala dan Gareng).
9. bidang seni bangunan. Bidang seni bangunan adalah salah satu peninggalan
budaya Hindu- Budha di Indonesia yang sangat menonjol antara lain berupa candi
dan stupa. Berikut ini candicandi yang ditemukan di Indonesia.
a Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, antara lain: Candi Borobudur, Candi
Mendut, Candi Pawon, Candi Prambanan, Kelompok Candi Dieng, Candi Sukuh ,
Candi Sarjiwan Candi Lumbung Candi Sewu, dan Candi Sari atau Candi Bendah
b. Candi-candi di Jawa Timur, antara lain: Candi Badut, Candi Jago (Candi Jajaghu),
Candi Kidal, Candi Panataran, Candi Jajawa (Candi Jawi), Candi Singhasari, Candi
Rimbi, Candi Bajang Ratu dan Candi Sumber Awan
c Candi di Jawa Barat, antara lain: candi Cangkuang
d Candi-candi di luar Jawa, antara lain: di Sumatera terdapat beberapa candi
seperti candi Muara Jambi, Candi Muara Takus, Candi Tua, Candi Bungsu, Candi
Mahligai, dan Candi Gunung Tua. Di Bali terdapat Candi Padas atau Candi Gunung
Kawi yang terletak di Desa Tampak Siring Kabupaten Gianyar. 16
Kesimpulan
1. Agama Buddha yang berasal dari India, masuk di Indonesia pertama kali dibawa
oleh orang India yang datang untuk berdagang dengan memanfaatkan angin
musim. Setelah selesai berdagang dan sambil menunggu angin musim yang
mengantar para pedagang kembali ke India, mereka menyebarkan Agama Buddha
kepada penduduk setempat. Agama Buddha tersebut diterima dengan baik oleh
masyarakat dan kemudian berkembang pesat, sehingga muncul kerajaankerajaan
yang menganut Agama Buddha. Seperti kerajaan Sriwijaya yang merupakan pusat
Kebudayaan Buddha di Asia Tenggara.
2. Kitap suci ajaran agama Buddha adalah Therevada atau Tripataka. Emapat
ajaran agama Buddha yaitu 1. Hakikat hidup adalah Dukha(Dukkha Ariya Sacca)
Hidup manusia itu pasti disertai penderitaan. Yang dimaksud penderitaan di sini
16
Iwan Setiawan dkk, Wawasan Sosial Ilmu pengatuahan sosial kelas VII,Pusat Pembukuan
Depertemen Pendidikan Nasional ( Jakarta: 2008) hal 176.
ialah kelahiran, umur tua dan kematian 2. Sumber Dukha adalah Tanha(Dukkha
Samudaya Ariya Sacca) Penyebab penderitaan ialah keinginan 3. Dukha dapat
dihilangkan dengan memadamkan Tanha(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)
Penderitaan dapat dihilangkan dengan memadamkan keinginan dan karenanya
manusia dapat mencapai nirvana. 4. Memadamkan keinginan dan mencapai
nirvana itu dapat dilaksanakan dengan hidup menurut yang ditetapkan oleh Budha
yang dikenal dengan nama delapan jalan.
3. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap
perkembangan kebudayaan di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya
memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru
tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian
dengan kebudayaan asli Indonesia. Terjadilah proses akulturasi kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia ini dapat dilihat dari
peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain: bidang
agama, seni, arsitektur, politik dan pemerintahan, pendidikan, sastra dan bahasa,
dan seni Bangunan.
Daftar Pustaka
Syukur, Abdu. 2009.Kebangkitan Agama Buddha: Analisis Historis tentang Latar
Belakang Kebangkitan Agama Buddha di Indonesia, Bandung: Gunung Djati Press.
Busro. Agama Budha di Indonesia: Sejarah, Kebagkitan dan Kemunduran, Uin
Sunan Gunung Jati Bandung.
Coedes , George. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia,
Iwan Setiawan dkk. 2008. Wawasan Sosial Ilmu pengatuahan sosial kelas VII, Pusat
Pembukuan Depertemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Khairiah. 2018. Agama Budha. Kalimedia. Yogyakarta
Mardiani, Nofiyah. Umasih, Winarsih Murni. Program Pascasarjana, Materi
Sejarah Masa Hindu-Buddha dan Penggunaan Sumber Belajar Sejarah dalam
Pembelajarannya di SMK. jurnal IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Tamadun Vol 7 No 02,
Desember 2019.
Sudtadjat. 2012. Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha, jurusan pendidikan sejarah
Fakultas ilmu sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Hansen, Upa Sasanesana sang. 2008. Ikhtisar ajaran Budha. Insight. Kenari
Surti Nasiti, Titi. Jejak-Jejak Peradapan Hindu-Budha di Nusantara, Majalah
Arkeologi Vol 23 No 1 2014 hal 1-80.
http://repository.maranatha.edu/17220/2/0863110_Chapter1.pdf
Https://Repository.Dinus.Ac.Id/Docs/Ajar/Sejarah_Kebudayaan_Indonesia_Zaman
_Hindu_Budha.Doc.