Anda di halaman 1dari 6

Dinasti Seljuk

Seljuk (juga disebut Seljuq) atau Turki Seljuk (dalam Bahasa Turki:Selçuklular; dalam bahasa


Persia: ‫سلجوقيان‬ Ṣaljūqīyān; dalam Bahasa Arab ‫سلجوق‬, Saljūq, atau ‫السالجقة‬ al-Salājiqa) adalah
sebuah dinasti Islam yang pernah menguasai Asia Tengah dan Timur Tengah dari abad ke
11 hingga abad ke 14. Mereka mendirikan kekaisaran Islam yang dikenali sebagai Kekaisaran
Seljuk Agung yang mulai terkenalnya pada masa dipimpin Turgil Beq .Kekaisaran ini
terbentang dari Anatolia hingga ke Rantau Punjab di Asia Selatan. Kekaisaran ini juga adalah
sasaran utama Tentara Salib Pertama. Dinasti ini didirikan oleh suku Oghuz Turki yang berasal
dari Asia Tengah. Dinasti Seljuk juga menandakan penguasaan Bangsa Turki di Timur Tengah.
Pada hari ini, mereka dianggap sebagai pengasas kebudayaan Turki Barat yang ketara
di Azerbaijan, Turki dan Turkmenistan dan Seljuk juga dianggap sebagai penaung
Kebudayaan Persia.
Dinasti Seljuk berasal dari daerah pegunungan dan stepa Turkistan. Menjelang akhir abad ke-2 H
atau abad ke-8 M. orang-orang Oghuz pindah ke arah barat melalui dataran
tinggi Siberia ke Laut Arab dan sebagian ke wilayah Rusia.
1. Seljuq bin Duqaq (900an-1038)
Suku Seljuk dipersatukan oleh Seljuq bin Duqaq, seorang pemimpin konfederasi suku-suku Turki
yang mengabdi kepada salah seorang Khan di Turkistan. Seljuk pindah dari dataran
tinggi Kirghiz (Kazakhstan) bersama seluruh anggota sukunya ke Jand di provinsi Bukhara, dan
mendiami daerah tersebut atas izin penguasa Samaniah. Ketika Dinasti Samaniah (Samanid)
dikalahkan oleh Dinasti Gaznawiyah, Seljuk memerdekakan diri dan menguasai wilayah yang
sebelumnya dikuasai Dinasti Samaniah tersebut.
2. Tugril Beq (1038 - 1063)
Kemudian di bawah kepimpinan Tugril Beq (1038 - 1063), Dinasti Seljuk berhasil mengalahkan
Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah tersebut. Tugril Beq menduduki jabatan sultan dan
secara resmi mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah saat itu. Daerah kekuasaan Tugril Beq
meliputi Iran dan Transoksania. Ia lalu memperluas kekuasaanya hingga hampir ke seluruh Iran.
Pada masa kejayaannya, Tugril Beq mengontrol kekhalifahan Abbasiah pada tahun 447 H/1055 M.
3. Sultan Alp Arslan (1063 - 1072)
Pada tahun 1063, Tugril Beq wafat dan tidak memiliki keturunan laki-laki. Sehingga keponakan
tertuanya, Alp Arslan (1029 - 1072) dinobatkan sebagai Sultan. Selama masa pemerintahannya, Alp
Arslan berhasil mengatasi perlawanan dari saudara-saudaranya dan menyelesaikan konflik internal
yang ada. Dalam pemerintahannya, ia didampingi seorang perdana menteri bernama Nizham Al-
Mulk. Nizham juga mendampingi putra Alp Arslan, Maliksyah, yang kemudian naik tahta sepeninggal
Alp Arslan pada tahun 1072 dan memerintah 20 tahun berikutnya.
4. Sultan Maliksyah (1072 - 1092)
Dia adalah penguasa ke-4 Dinasti Seljuk. Pada masa pemerintahannya, Maliksyah mendapat
perlawanan keras dari pamannya, Qaurad bin Jufri (Kavurt) yang menguasai Seljuk Kirman. Dia
menuntut agar kesultanan diserahkan padanya. Maka terjadilah pertarungan antara paman -
keponakan di sebuah tempat dekat Hamadzan. Qaurad kalah dalam pertarungan itu dan terbunuh.
Dengan demikian maka Maliksyah mampu menguasai kerajaan Seljuk yang berada di Kirman.
Kemudian dia mengangkat Syah bin Alp Arslan sebagai sultan di tempat itu. Peristiwa tersebut
terjadi pada tahun 465 H/1073 M.
Kekuasaan Maliksyah semakin meluas dari Afghanistan sampai ke Asia Kecil. Maliksyah
menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasai di negeri Syam pada saudaranya yang bernama Tajud
Daulah Tatmasy pada tahun 470 H/1077 M. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengawasi
jalannya penaklukan-penaklukan di daerah lainnya. Tajud Daulah Tatmasy inilah yang mendirikan
pemerintahan Seljuk di Syam. Sultan juga mengangkat seorang kerabatnya, Sulaiman bin
Qatalmasy bin Israil untuk memerintah di wilayah Asia Kecil, yang sebelumnya berada di bawah
kekuasaan Romawi pada tahun 470 H/1077 M. Hal ini juga dilakukan sebagai usaha mengawasi
wilayah-wilayah yang ditaklukkan. Sulaiman bin Qatalmasy inilah yang kemudian mendirikan
pemerintahan Seljuk Ruum (Romawi).
5. Sultan Mahmud Maliksyah (1092 - 1094)
Sultan ke-5 Dinasti Seljuk, yang sebenarnya berhasil menjadikan Maliksyah sebagai sultan, tetapi
tidak mendapat kekuasaan dari Maliksyah dan Alp Arslan.
6. Sultan Bakiyaruq Bin Maliksyah (1094 - 1105)
Putra Sultan Maliksyah ini naik tahta di usia sebelas tahun dan musuhnya menganggapnya belum
berpengalaman. Dia berperang untuk mendapatkan kembali kontrol dari tanah Seljuk yang strategis,
tanah yang saat ini bagian dari Irak dan Iran. Wilayahnya berbatasan dengan Suriah ketika
pasukan Eropa tiba untuk Perang Salib Pertama, tetapi perhatian utamanya terletak
di Damaskus, Aleppo, dan Mosul yang dikuasai oleh musuh. Pada tahun 1105 Bakiyaruq meninggal
di Borujerd dan dikebumikan di Isfahan

7. Sultan Maliksyah II (1105)


Cucu dari Sultan Maliksyah, secara teoretis dia adalah kepala negara, meskipun pada praktiknya,
saudaranya Ahmad Sanjar di Khurasan memegang kekuasaan secara lebih efektif.
8. Sultan Muhammad Tapar alias Mehmed I (1105 - 1118)
Putra dari sultan Maliksyah dan saudara tiri dari Bakiyaruq, Muhammad Tapar atau Mehmed I
bersekutu dengan Radwan dari Aleppo dalam pertarungan sungai Khabur melawan Killij Arslan I,
yang merupakan Sultan Rum pada tahun 1107. Ia kemudian berhasil mengalahkan Killij. Menyusul
konflik intern dengan saudari tirinya, Barkiyaruq, dia diberi gelar Malik dari
provinsi Armenia dan Azerbaijan. Tidak puas dengan jabatan ini, dia memberontak tetapi akhirnya
harus melarikan diri ke Armenia. Tahun 1104 Barkiyaruq jatuh sakit akibat kelelahan berperang dan
setuju untuk membagi wilayah kesultanan dengan Mehmed I. Mehmed I menjadi Sultan setelah
Barkiyaruq wafat pada tahun 1105.
9. Ahmad Sanjar (1118 - 1157)
Putra dari Sultan Maliksyah dan adik dari Mehmed I. Awalnya menjabat Sultan Khorasan sampai ia
mendapatkan sisa wilayah itu setelah kematian Muhammad I (Mehmed I). Ia diberi wilayah khurasan
dan memerintah di bawah kekuasaan kakaknya, Mehmed I. Selama beberapa tahun berikutnya
Ahmed Sanjar menjadi penguasa sebagian besar Persia dengan ibu kota di Nishapur. Sejumlah
penguasa memberontak terhadap kepemimpinannya sehingga terus menimbulkan perpecahan di
kekaisaran Seljuk Agung.
Sanjar melakukan kampanye untuk menghilangkan Assasin Alamut, dan berhasil mengusir mereka
dari sejumlah benteng-benteng mereka. Namun, skenario menunjukkan bahwa dalam perjalanan ke
benteng mereka di Alamut, Sanjar terbangun dan menemukan belati di sampingnya yang
merupakan pesan dari Hasan Bin Sabah, yang merupakan pemimpin kelompok Assassin Alamut
dan dalam pesannya Hasan meminta untuk berdamai. Sanjar terkejut dan langsung mengirim
utusan untuk membicarakan hal ini dan kemudian keduanya menyetujui perdamaian tersebut.
Tahun 1141, Sanjar bersiap untuk menghadapi pasukan Khara Khitai yang melibatkan pertempuran
di Samarkand. Perang ini dinamakan perang Qutwan, Sanjar mengalami kekalahan dan harus
kehilangan wilayahnya di timur. Sanjar wafat pada tahun 1157 dan dimakamkan di Merv. Makamnya
dihancurkan oleh pasukan Mongol pada tahun 1221 ketika Mongol menyerang Samarkand dan
membumihanguskannya.

Pembagian Wilayah
Wilayah Imperium Turki Seljuk dibagi menjadi lima bagian:

1. Seljuk Besar (Iran); wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia
merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang.
Pada masa Maliksyah, wilayah dinasti Seljuk sangat luas, sehingga kemudian wilayahnya
tersebut dibagi-bagikan kepada saudara-saudaranya. Ia sendiri tetap menduduki wilayah
kekuasaannya di Seljuk Iran yang disebut Seljuk Besar. Seljuk Iran merupakan induk bagi
cabang cabang Seljuk lainnya. Sepeninggal Maliksyah, anaknya, Barkiyaruk naik tahta atas
dukungan dari kaum Madrasah Nizam Al Mulk.
2. Seljuk Al-Qawurdiyun (Kirman); wilayah kekuasaannya berada di bawah keluarga Qawurt
Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.
Disebut al - Qawurdiyun, nama yang dinisbahkan pada pendirinya, Qawur Qara Arslan Beq,
saudara seayah Alp Arslan yang pergi ke Kirman dengan kelompok Guzz dan berhasil
mendirikan pemerintahan di daerah Persia itu. Saat Maliksyah berkuasa, Qawurd berusaha
menggulingkannya, tetapi ia kemudian dibunuh, lalu Maliksyah memberikan wilayah itu
kepada Syah Bin Qawurd yang mewariskan daerah itu untuk keturunannya.

3. Seljuk Al-Iraq (Irak dan Kurdistan); pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud.


Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh, dimulai dari kekuasaan
Sultan Muhammad Bin Maliksyah, setelah ia mendapat bagian utara dari wilayah
kekuasaan Seljuk. Sultan berikutnya adalah Mahmud, anak sulung Sultan Muhammad yang
secara de facto hanya berkuasa di Irak. Namun semakin lama semakin banyak terjadi
kekacauan menyangkut pengangkatan sultan sultan baru. Situasi ini sering kali
dimanfaatkan oleh Khalifah Abbasiyah untuk mengurangi pengaruh mereka.

4. Seljuk As-Syam (Suriah); diperintah oleh keluarga Tutush ibnu Alp Arselan ibnu Daud ibnu
Mikail ibnu Seljuk, yang memerintah Suriah atas perintah Sultan Maliksyah. Jumlah syekh
yang memerintah lima orang. Namun sepeninggal Tutusy, Seljuk Suriah tidak berumur
panjang. Anaknya, Ridwan, yang memeintah Allepo meninggal dunia dan tidak memiliki
penerus yang kuat. Syams- al Muluk, anak Tutusy yang memerintah Damaskus juga wafat.
Kemudian Seljuk Suriah jatuh ke tangan wali dan penguasa daerah.

5. Seljuk Ar-Ruum (Romawi/Asia Kecil); diperintah oleh keluarga Qutlumish ibnu Israil ibnu
Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang. Kejayaan kesultanan
ini berlangsung pada masa Sulaiman bin Qutulmisy, sepupu Alp Arslan atas perintah Sultan
Maliksyah. Ketika sulaiman tewas saat berperang dengan Tutusy, Maliksyah mengangkat
anaknya yaitu Killij Arslan I untuk menggantikan ayahnya. Dinasti ini dapat bertahan lama
dibanding dinasti lainnya meskipun banyak permasalahan intern.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan


Pada era kekuasaan Seljuk terdapat sejumlah penelitian mengenai kemajuan ilmu pengetahuan.
Ada sejumlah peneliti yang menyebutkan bahwa pada masa ini terjadi stagnasi di bidang ilmu
pengetahuan, sastra, seni, juga ilmu filsafat di Dunia Islam.
Ada dua institusi penting yang berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk,
yakni madrasah dan rumah sakit. Pada masa itu, madrasah dan rumah sakit dibangun di mana-
mana. Madrasah, perpustakaan, dan rumah sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai
Dinasti Seljuk, seperti
kota Baghdad, Merv, Isfahan, Nishapur, Mosul, Damaskus, Kairo, Aleppo, Amid (Diyarbakir), Konya, 
Kayseri, dan Malatya.
Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam. Pada masa pemerintahan
Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang terbuat dari batu-batuan yang tahan lama.
Sehingga berbagai macam bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan
selama beberapa abad. Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak padam pada
masa pemerintahan Dinasti Seljuk adalah banyaknya para ilmuwan dan intelektual Muslim yang
terus mengembangkan ilmunya.
Beberapa ilmuwan dan budayawan terkemuka yang lahir pada masa itu antara lain: Al-Juwayni, Abu
Ishaq asy-Syirazi, Umar al-Khayyam, Al-Badi' al-Usthurlabi, Abul-Barakat Hibatullah bin Malka al-
Baghdadi, Samuel al-Maghribi, Syarafuddin ath-Thusi, Kamaluddin bin Yunus, Shihabuddin Yahya
bin Habsy as-Suhrawardi, Fakhruddin ar-Razi, Ibnu ar-Razzaz al-Jazari, Ibnu al-Atsir,
serta Sayfuddin al-Amidi.
Versi lain Para ilmuan yang muncul di masa Bani Saljuq adalah Umar Khayam dengan karya
besarnya Taqwimul Islam, yaitu penanggalan Islam. Ibnu Thufail, Ibnu Bajjah, Ibnu Sina, Al-
Khazini (ahli Meteorologi), Ibnu Rusyd, Ibnu Thufail (ahli filsafat) serta AlGhazali, al-Jailani, Al
Qusyairi (ahli Tasawuf). Kemudian dalam bidang sastra lahirlah beberapa penyair terkenal
seperti, Adib Shabir, Mu’adzi, Al-Anwari, Al Haqani. Dalam bidang tafsir telah lahir Al-Jarullah
Imam Zamakhsyari, dalam bidang teologi seperti Al Ghazali, Al-Juwaini, Al-Baqillani,
Nashiruddin at-Thusi, dan lain - lain
Pada era kepemimpinan Sultan Meliksah I (1072 - 1092) pernah berdiri observatorium besar di
kota Isfahan. Ilmuwan, seperti Omer el-Hayyam dan teman-temannya, memanfaatkan
observatorium tersebut untuk melakukan penelitian hingga akhirnya menghasilkan karya berjudul
Zic-i Melikshahi atau (Buku Tabel Astronomi) dan Takvim-i Jalali (Kalender Jalalaean).
Pada masa itu, seorang ilmuwan bernama El-Bed' al-Usturlabi menuliskan bukunya yang berjudul
al-Zij al-Mahmudi (Buku Tabel Astronomi Mahmudi). Sedangkan seorang ilmuwan yang bernama
Ebu Mansur membuat karya berjudul el-Zij al-Senceri (Buku Tabel Astronomi Senceri). Istana para
Sultan Seljuk di Baghdad, Isfahan, dan Merv selalu dipenuhi para pelajar, ilmuwan, juga para
penulis. Mereka menuliskan karya-karyanya baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia.
Bahkan literatur Islam Persia mulai mendunia di bawah Dinasti Seljuk.
Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini antara lain karya
Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar, Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut
hidup dan mempersembahkan karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk. Kondisi ekonomi
dan kesehatan masyarakat yang membaik di bawah kekuasaaan Dinasti Seljuk berhasil
meningkatkan aktivitas dan prestasi masyarakatnya dalam bidang literatur, seni dan ilmu
pengetahuan. Peningkatan aktivitas masyarakat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan ini
mendapat dorongan yang signifikan dari pemerintah Dinasti Seljuk.
Sejak abad-ke 14 M, ratusan madrasah ditemukan tersebar luas di Anatolia. Hampir setiap wilayah
Anatolia terdapat madrasah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Dinasti Seljuk sangat memperhatikan
dunia pendidikan bagi rakyatnya. Gambaran berbeda terlihat di pusat Kekuasaan Islam di wilayah
yang dikuasai bangsa lain, seperti Mesir, Suriah, dan Palestina, di mana madrasah hanya
ditemukan di kota-kota besar saja, tidak seperti di Anatolia, baik di desa maupun di kota, pemerintah
membangun madrasah. Madrasah-madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk tersebut masih banyak
yang berdiri dengan tegak hingga saat ini dan dapat ditemukan di berbagai kota besar, kota kecil,
bahkan di pedesaan yang ada di Anatolia.
Peninggalan Bersejarah
Mausoleum Turki Seljuk

Berbagai macam peninggalan yang diwariskan Dinasti Seljuk telah menjadi bukti bahwa ilmu
pengetahuan berkembang dengan baik, seperti ilmu fisika dan geometri. Hal itu tampak dari
bangunan-bangunan peninggalan Dinasti Seljuk yang hingga kini masih berdiri kokoh dan megah.
1. Masjid

Karavanserai

Kehebatan para arsitek Dinasti Seljuk terlihat pada arsitektur dan teknik bangunan masjid-
masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil
yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas
masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini sering kali dihubungkan dengan kompleks bangunan
yang luas seperti karavanserai serta madrasah.
2. Karavanserai
Para sultan Dinasti Seljuk banyak membangun karavanserai sebagi tempat singgah bagi para
musafir. Selain itu, karavanserai juga dibangun untuk kepentingan perdagangan dan bisnis. Para
musafir maupun pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di karavanserai selama beberapa hari
secara gratis. Bangunan karavanserai sendiri terdiri dari halaman dan ruang utama yang memiliki
banyak kamar untuk menginap. Karavanserai pertama kali dibangun pada 1078 M oleh Sultan Nasr
di antara rute Bukhara hingga Samarkand. Struktur bangunan karavanserai Seljuk meniru istana
padang pasir Dinasti Abbasiyah yang berbentuk segi empat.
3. Madrasah
Bangunan madrasah Dinasti Seljuk pertama kali muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M,
sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid. Pada pertengahan abad ke-
11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan
publik. Emir Nizham Al-Mulk sendiri terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia,
madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-
Mulk terdapat di Baghdad pada 1067 M. Madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk terdiri dari halaman
gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan asrama untuk menginap para pelajar. Selain
itu, di dalam madrasah juga terdapat banyak ruang belajar. Bangunan madrasah Seljuk sesuai
dengan arsitektur Iran.
4. Menara
Bentuk menara masjid yang dibangun oleh Dinasti Seljuk cenderung mengadopsi menara silinder
sebagai ganti menara berbentuk segi empat.
5. Mausoleum
Bangunan mausoleum (makam yang indah dan megah) warisan Dinasti Seljuk menampilkan
beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder, dan bentuk-bentuk segi
empat ditutupi dengan kubah (terutama di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut
terutama yang berada di Anatolia. Bangunan mausoleum biasanya dibangun di sekitar tempat
tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah. Dinasti Seljuk membangun
mausoleum untuk memakamkan dan menghormati kebesaran para penguasa dinasti tersebut.

Keruntuhan
Imperium ini berakhir pada tahun 656 H/1258 M saat balatentara Mongol menyerang dan
menaklukkan Baghdad.
Sumber: wikepedia ,goggle , yutub.

Anda mungkin juga menyukai