Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PEMERINTAHAN DAULAH ABBASIYAH:


PEMERINTAHAN DAULAH ABBAS PERIODE KE-4
(MASA PENGARUH TURKI KEDUA)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh kelompok 4:
Chitra Syafitri Ningrum (5)
Arum Pratista Zaroh (3)
Difta Pandu A. (6)
M. Arya D. K. (14)
M. Aditya R. (17)
Nadia Talitha M.A.H (23)
Rinesya Alifiah Ariandani (28)

Kelas VIII-G
SMP NEGERI 1 PRAMBON
TAHUN PELAJARAN 2023-2024
1. Pendahuluan
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: ‫الخالفة العباسية‬, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau 
Bani Abbasiyah (Arab: ‫العباس يون‬, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak) dan kemudian berpindah ke Kairo sejak
tahun 1261. Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai
pusat pengetahuan dunia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani
Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah
merujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin
Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani
Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibu kota dari Damaskus ke
Baghdad. Berkembang selama tiga abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya
bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang
mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil
kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada
dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia
kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan
diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabiyyah dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada
tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang
menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang
dihimpun di perpustakaan Baghdad. Kekhalifahan Bani Abbasiyah berlanjut di Kairo
mulai tahun 1261 dibawah naungan Kesultanan Mamluk Mesir. Kekhalifahan di Kairo
ini berakhir ketika Mesir di taklukan Kesultanan Utsmaniyah tahun 1517 dan gelar
khalifah di klaim oleh dinasti Utsmaniyah Turki.
Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat
tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

2. Pengaruh Bani Seljuk


Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah
Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan kedudukan khalifah Abbasiyah sedikit lebih baik,
paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan bahkan mereka terus
menjaga keutuhan dan keamanan untuk membendung paham Syi'ah dan
mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.
Kekaisaran Seljuk Raya atau Kekaisaran Seljuk Agung adalah imperium Islam
Sunni abad pertengahan yang pernah menguasai wilayah dari Hindu Kush sampai
Anatolia timur dan dari Asia Tengah sampai Teluk Persia. Dari tempat awal mereka di
Laut Aral, Seljuk bergerak pertama ke Khorasan dan lalu ke Persia daratan sebelum
menguasai Anatolia timur. Kekaisaran ini didirikan oleh Dinasti Seljuk

3. Masa Kekuasaan
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk Ibn Tuqaq bermula dari
perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan
Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri.
Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang
terhadapap Al-Malik al-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia
mengundang khalifah Fathimiyah, (al-Mustanshir, untuk menguasai Baghdad. Hal ini
mendorong khalifah meminta bantuan kepada Tughril Bek Rahimahullah dari daulah
Bani Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447
H pimpinan Seljuk itu memasuki Baghdad. Al-Malik al-Rahim, Amir al-Umara Bani
Buwaih yang terakhir, dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani
Buwaih dan bermulalah kekuasaan Daulah Seljuk. Pergantian kekuasaan ini juga
menandakan awal periode keempat khilafah Abbasiyah. Bani Seljuk berasal dari
beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua,
ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan
Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq.
Karena itu, mereka disebut orang-orang Seljuk. Pada mulanya Seljuk ibn Tuqaq
Rahimahullah mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah
sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Seljuk Rahimahullah diangkat sebagai pemimpin
tentara. Pengaruh Seljuk Rahimahullah sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir
kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Seljuk.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Seljuk Rahimahullah mengetahuinya.
Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia
bermigrasi ke daerah land, atau disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah
muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun).
Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa daulah Samaniyah yang menguasai
daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj Sunni Salafy. Ketika daulah
Samaniyah dikalahkan oleh daulah Ghaznawiyah, Seljuk Rahimahullah menyatakan
memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh
daulah Samaniyah. Setelah Seljuk Rahimahullah meninggal, kepemimpinan dilanjutkan
oleh anaknya, Israil Ibn Seljuk dan kemudian penggantinya Mikail Ibn Israil Ibn Seljuk,
namun sayang saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah. Kepemimpinan
selanjutnya dipegang oleh Tughrul Bey Rahimahullah. Pemimpin Seljuk terakhir ini
berhasil mengalahkan Mas'ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada tahun
429 H/1036 M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan
tersebut, Thugril memproklamasikan berdirinya daulah Seljuk. Pada tahun 432 H/1040
M daulah ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Di saat
kepemimpinan Thugril Bek inilah, dinasti Seljuk memasuki Baghdad menggantikan
posisi Bani Buwaih. Sebelumnya, Tughril Rahimahullah berhasil merebut daerah-daerah
Marwadan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, Jurjan, Tabaristan,
Khawarizm, Rayy, dan Isfahan.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa;
paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama
"dirampas" orang-orang Syi'ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak
dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Tughrul Bey Rahimahullah memilih kota
Naisabur dan kemudian kota Rayy sebagai pusat pemerintahannya. Daulah-daulah kecil
yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Seljuk ini, kembali
mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan
Abbasiyah untuk membendung paham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni Salafy
yang dianut mereka.
Sepeninggal Tughrul Bey Rahimahullah (455 H/1063 M), daulah Seljuk
berturut-turut diperintah oleh :
a. Alparslan Rahimahullah (455-465 H/1063-1072),
b. Malikshah (465-485 H/1072-1092),
c. Mahmud Al-Ghazi (485-487 H/1092-1094 M),
d. Barkiyaruq (487 -498 H/1 094-1103),
e. Maliksyah II (498 H/ 1103 M),
f. Abu Syuja' Muhammad (498-511 H/11 03-1117 M),dan
g. Abu Harits Sanjar (511-522H/1117-1128 M).
Pemerintahan Seljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah al-Kubra (Seljuk
Besar atau Seljuk Agung). Disamping itu, ada beberapa pemerintahan Seljuk lainnya di
beberapa daerah sebagaimana disebutkan terdahulu. Pada masa Alparslan Rahimahullah
perluasan daerah yang sudah dimulai oleh Tugrul Bey Rahimahullah dilanjutkan ke arah
barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa
penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan pertempuran
Manzikert. Tentara Alparslan Rahimahullah berhasil mengalahkan tentara Romawi yang
besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Prancis, dan Armenia.
Dengan dikuasainya Manzikert tahun 1071 M itu, terbukalah peluang baginya untuk
melakukan gerakan penturkian (turkification) di Asia Kecil. Gerakan ini dimulai dengan
mengangkat Sulaiman ibn Qutlumish, keponakan Alparslan, sebagai gubernur di daerah
ini. Pada tahun 1077 M (470 H), didirikanlah kesultanan Seljuk Ruum dengan ibu
kotanya Iconim. Sementara itu putera Arselan, Tutush Rahimahullah, berhasil
mendirikan dinasti Seljuk di Syria pada tahun 1094 M/487 H.
Pada masa Sulthan Maliksyah wilayah kekuasaan Daulah Seljuk ini sangat
luas, membentang dari Kashgar, sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke
Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian:
1. Seljuk Besar yang menguasai Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia
merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan
orang.
2. Seljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bey ibn Dawud ibn
Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.
3. Seljuk Iraq dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud.
Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.
4. Seljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alparslan ibn Daud ibn Mikail ibn
Seljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang.
5. Seljuk Rum, diperintah oleh keluarga Qutulmish ibn Israil ibn Seljuk dengan jumlah
syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang.
Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang
bergelar Syeikh atau Malik itu, penguasa Bani Seljuk juga mengembalikan jabatan
perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih. Jabatan ini
membawahi beberapa departemen.Pada masa Alparslan Rahimahullah, ilmu pengetahuan
dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah
yang dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini
memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di
Baghdad. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah.
Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala
perguruan tinggi di kemudian hari.

Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan


banyak ilmuwan muslim pada masanya. Di antara mereka adalah az-Zamakhsyari dalam
bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-
Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi; dan Farid al-Din al-'Aththar dan Umar
Khayam dalam bidang sastra.Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam
pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal
dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi
dan jalan raya dibangunnya.
Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Seljuk
Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan di
antara anggota keluarga timbul. Setiap provinsi berusaha melepaskan diri dari pusat.
Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan mereka sendiri.
Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Syahat Khawarizm,
Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik
khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak
berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/l199 M. ( Wallahul Musta’an ).
Pada Masa Kesultanan Seljuk inilah, System Asuransi pertama diperkenalkan.
Kesultanan Seljuk akan membayar semua kerugian dari pedagang yg mengalami
peristiwa perampokan di dalam teritori Seljuk.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah#Pendahuluan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Seljuk_Raya

Anda mungkin juga menyukai