Anda di halaman 1dari 7

A.

Periodesasi Peradaban Islam

Menurut Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (1979:56-89) Sejarah
politik dunia Islam dibagi menjadi tiga periode: Pertama, periode klasik (650-1250 M); kedua, periode
pertengahan (1250-1800 M); dan ketiga, periode modern (1800 sampai sekarang).[1]

Pembahasan sejarah perkembangan peradaban Islam yang sangat panjang dan luas tidak dapat
dilepaskan dari sejarah perkembangan politiknya. Bukan saja karena persoalan-persoalan politik sangat
menentukan perkembangan aspek-aspek peradaban tertentu, tetapi terutama karena sistem politik dan
pemerintahan itu sendiri merupakan salah satu aspek penting dari peradaban. Sebagaimana disebutkan
diatas kemudian aspek-aspek lain yang tidak kalah penting pengaruhnya adalah sistem pemerintahan,
ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan dan seni budaya.

1. Perkembangan Islam Periode Klasik

Periode pertama, atau periode Klasik dimulai dari masa Rasulullah hingga jatuhnya pemerintahan Bani
Abbas di Baghdad. Periode ini ditandai dengan upaya perintisan perkembangan dan kemajuan puncak
yang pertama peradaban Islam (650-1000 M). Berikutnya masa disintegrasi (1000-1250 M). Periode
klasik ini diwakili oleh kekhalifahan Nabi Muhammad di Haramain (Makkah dan Madinah), Khulafa’ al-
Rasyidin di Madinah, Dinasti Bani Umayyah di Damaskus, dan kemudian Dinasti Bani Abbas di Baghdad.
Pada periode ini, masa dan prestasinya lebih banyak daripada periode-periode yang lain.

Pada periode klasik (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting :

1) Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M).Di fase inilah Islam di bawah
kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, kearah barat
melalui Afrika Utara Islam mencapai Spanyol dan ke arah timur melalui Persia Islam sampai ke India.

2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran politik umat
Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258 M.

a. Masa Nabi Muhammad

Nabi Muhammad menerima wahyu dari Malaikat Jibril ketika beliau berusia 40 tahun, pada mulanya
beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi kepada keluarga dan sahabat dekat beliau. Sehingga
mereka meyatakan masuk Islam dan dikenal sebagai “Assabiquna al-Awwaluun”. Kemudian turunlah
perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka dan mendapat dukungan dari pamannya, akan
tetapi beliau mendapatkan tantangan dari kaum Quraisy, semakin banyak pengikut Nabi Muhammad,
semakin gencar mereka mencegah dakwah Rasulullah Saw. Beliau tetap pada pendiriannya, setelah
paman beliau wafat

b. Masa Kepemimpinan Khilafah Rasyidah


Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia pada tahun 632 M, beliau digantikan oleh keempat orang
sahabat terdekat, yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Mereka kemudian dikenal dengan Khulafa’ al-
Rasyidin, berarti para khalifah yang mendapat petunjuk dari Allah. Disebut demikian oleh karena,
dibanding dengan rata-rata khalifah setelahnya, mereka masih konsisten menjaga apa yang pernah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw berupa akhlak dan petunjuk-petunjuk Allah khususnya dalam
menjalankan kekhalifahannya. [2]

Abu bakar menjadi khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah Saw melalui musyawarah oleh para
tokoh dari kaum muhajirin dan anshar yang kemudian membaiatnya. Abu Bakar menjadi khalifah hanya
dua tahun. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan
yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk kepada pemerintah Madinah,
mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Saw, dengan sendirinya
batal setelah Nabi wafat. Karena sikap keras dan penentangan mereka yang dapat membahayakan
agama dan pemerintahan, Abu bakar menyelesaikan persoalan ini dengan perang Riddah (perang
melawan kemurtadan).

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa dekat dengan ajalnya, Abu Bakar bermusyawarah dengan para
pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya. Di zaman Umar inilah gelombang
ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, sehingga wilayah kekuasaan Islam sudah
meliputi jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Umar memerintah
selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Umar tidak
menempuh jalan yang dilakukan oleh Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat untuk
bermusyawarah sehingga terpilihlah Usman sebagai khalifah.

Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, di Masa pemerintahan Usman (644-655 M),
Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan
berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai disini. Kepemimpinan Usman berbeda dengan
kepemimpinan Umar, ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan
sifatnya yang lemah lembut. Salah satu faktor yang menyebabkan rakyat kecewa dengan kepemimpinan
Usman adalah kebijakannya yang mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.

Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali, Ali memerintah hanya enam tahun.
Selama pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Dia yakin bahwa pemberontakan terjadi
karena para gubernur yang diangkat oleh Usman, sehingga Ali memecat mereka. Ali juga menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah karena Ali tidak mau menghukum pembunuh Usman.
Bersamaan dengan itu kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di
Damaskus, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaan. Akhirnya pasukan Ali bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin yang diakhiri dengan
tahkim (arbitrase). Tapi tahkim tidak menyelesaikan masalah sehingga muncul golongan yang keluar dari
barisan Ali (Khawarij) yang mana Ali dibunuh oleh salah satu anggota khawarij ini.

c. Khilafah Bani Umayyah


Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah. Pemerintahan yang
bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kekahalifahan Bani
Umayyah diperoleh melalui kekrasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara
terbanyak. Kepemimpinan ini dimulai ketika Mu’awiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Mu’awiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Byzantium.

Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan dari Madinah ke
Damaskus. Tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar Dinasti Bani
Umayyah ini adalah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik ibn Marwan (685-705 M), al-
Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abdul Aziz (717-720 M), dan Hasyim ibn Abdul al-Malik
(724-743 M).

Ekpansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman
Mu’awiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Mu’awiyah dapat menguasai daerah Khurasan
sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan ke
ibukota Byzantium, Konstantinopel. Kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik, dia mengirim
tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana
dan Samarkand.

Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abdul Malik. Mulai dari ekspedisi
militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah
Aljazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam. Dengan pasukannya
menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dan benua Eropa. Ditempat yang sekarang dikenal
dengan Gibraltar (jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Kemudian menyusul dengan kota-kota
lain seperti Seville, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya
Kordova.

Dengan keberhasilan Ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan
Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara,
Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek
dan Kirgis di Asia Tengah.

d. Khilafah Bani Abbas

Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau Khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan u melanjutkan
kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
diansti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Shaffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa,
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Pada
mulanya ibukota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan
menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibukota negara ke kota yang
baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibukota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M.

Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun non agama)
dan kebudayaan. Dalam bidang hokum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah, Syafi’I
dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh, seperti Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidi, Wasil
Ibn Atha’ al-Mu’tazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. dibidang ketasawufan dikenal Dzunnun al-
Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi. Sementar dalam bidang filsafat dan Ilmu
Pengetahuan, kita mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Maskawih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-
Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa
klasik, kemajuannya yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan
seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan.
Kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan
Bani Abbas periode pertama, Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa
kemunduran.

e. Masa Disintegrasi

Masa disintegrasi (1000-1250 M) dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman
bani umayyah, tetapi memuncak di zaman Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, dari awal
berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini
tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak
pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan
kebanyakan bersifat nominal, secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-
gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.
Akibat kebijakan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari persoalan
politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan Bani
Abbas. Yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap
dipegang Bani Abbas,. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang
sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di
daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Khalifah-
khalifah Bani Abbasiyah tetap diakui, tetapi kekuasaan dipegang oleh sultan-sultan Buwaihi. Kekuasaan
dinasti Buwaihi atas Baghdad kemudian dirampas oleh Dinasti Seljuk. Seljuk adalah seorang pemuka
suku bangsa Turki yang berasal dari Turkestan. Saljuk dapat memperluas daerah kekuasaan mereka
sampai ke daerah yang dikuasai dinasti Buwaihi. Dan semenjak itu sampai sekarang Asia kecil menjadi
daerah Islam.

Dengan jatuhnya asia kecil ke tangan Dinasti Seljuk, jalan naik haji ke Palestina bagi umat Kristen di
Eropa menjadi terhalang. Untuk membuka jalan itu kembali Paus Urban II berseru kepada umat Kristen
di Eropa di tahun 1095 M supaya mengadakan perang suci terhadap Islam. Perang salib pertama terjadi
antara tahun 1096 M dan 1099 M, perang salib kedua antara tahun 1147 M dan 1149 M yang diikuti lagi
oleh beberapa perang salib lainnya, tetapi tidak berhasil merebut palestina dari kekuasaan Islam.

Di abad duapuluh inilah baru palestina jatuh ke tangan Inggris sesudah kalahnya Turki dalam perang
dunia pertama. Perpecahan di kalangan umat Islam menjadi besar. Ekspansi Islam di zaman ini meluas
ke daerah yang di kuasai Byzantium di barat, ke daerah pedalaman di timur dan Afrika melalui gurun
Sahara di selatan. Dinasti seljukah meluaskan daerah Islam sampai ke Asia kecil dan dari sana kemudian
diperluas lagi oleh dinasti Usmani ke Eropa timur. Di India Ekspansi Islam diteruskan oleh Dinasti
Gaznawi.

1. Perkembangan Islam Periode Pertengahan

Periode kedua, atau periode pertengahan dimulai dari jatuhnya Bani Abbas hingga datangnya pengaruh
modernisasi di Eropa ke dalam dunia Islam. Berawal dari jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M ke
tangan bangsa Mongol yang mengakhiri khilafah Abbasiyah disana, dan juga merupakan awal dari masa
kemunduran politik dan keradaban Islam Periode ini ditandai dengan masa-masa berlangsung
kemunduran pertama peradaban Islam yang sering disebut dengan masa stagnan, yakni sejak jatuhnya
Bani Abbas di Baghdad (1258) hingga lahir tiga kerajaan besar: Safawi di Persia, Mughal di India, dan
Usmani di Turki disekitar 1500-an,. Berikutnya, sejak tahun 1500 M hingga tahun 1700 M. ketiga
kerajaan ini berhasil mempelopori kemajuan kedua peradaban Islam. Namun di tahun 1700-1800 M
kemunduran kedua dating lagi dimana budaya modern Eropa mulai merasuki dunia Islam dan lahir
kekuatan-kekuatan kolonial, sedangkan kondisi Islam sendiri mengalami kemunduran.

Periode pertengahan (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam dua fase penting: (1) Fase kemunduran
(1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentimen mazhabiyah
(antara Sunni dan Syi’ah), maupun sentimen etnis (antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam
terbelah yang diperparah oleh meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup, sementara
perhatian terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib telah
dimaklumatkan oleh Paus urbanus II sejak dalam konsili Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan
dunia Islam; Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M). yang dimaksud disini adalah kerajaan Usmani
(Ottoman Empire) di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.

Keturunan Jengis Khan datang membawa penghancuran ke dunia Islam. Jengis Khan berasal dari
Mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M, ia mengalihkan serangan-serangannya ke arah
barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam di barat jatuh ke tangannya di tahun 1219-1220 M. Dari
sini ia meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan ke Rusia. Pada permulaan tahun 1258 M, ia
sampai ke tepi kota Baghdad. Pemerintah untuk menyerah ditolak oleh khalifah Al-Musta’sim dan kota
bagdad di kepung. Pada tahun 1258 benteng Bagdad ditembus dan dihancurkan Hulagu. Hulagu
bukanlah beragama Islam dan anaknya Abaga (1265-1281 M) masuk kristen. Ghasan Mahmud (1295-
1304 M) juga masuk islam dan demikian juga Uljaytun Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaytun pada
mulanya beragama kristen adalah Raja Mongol besar yang terakhir.

Pasukan Mongol pada tahun (1260-1277 M) melakukan penghancuran di Mesir, tetapi sebaliknya
pasukan Mongol dihancurkan oleh Mesir. Pada tahun 1250 M kekuasaan Mesir dikuasai kaum Mamluk.

Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jengis Khan dapat menguasai Samarkand di tahun
1369 M. Kedatangannya ke daerah-daerah di antara Delhi dan laut Marmara membawa penghancuran.
Masjid-masjid dan madrasah-madrasah dihancurkan.

Di India juga persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan selalu terjadi sehingga India
senantiasa menghadapi perubahan penguasa. Kekuasaan dinasti Gaznawi dipatahkan oleh pengikut
Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu suku bangsa Turki. Mereka masuk ke India di tahun 1175
M , dan bertahan samapai tahun 1206 M.

Di Spanyol timbul peperangan antara dinasti-dinasti Islam yang ada di sana dengan raja-raja Kristen. Di
dalam peperangan itu raja-raja Kristen dapat memakai politik Adu-Domba antara dinasti-dinasti Islam.
Raja-raja Kristen mengadakan persatuan sehingga satu demi satu dinasti Islam dapat dikalahkan. Di
tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi orang Islam di Spanyol. Di zaman inilah penghacuran
khilafah secara formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah, yang diakui oleh semua umat sebagai
lambang persatuan dan ini berlaku sampai kerajaan Usmani mengangkat khalifah yang baru di Istanbul
di abad keenam belas.

Periode Usmani (1299-1422) dimulai dari awal berdirinya perluasan pertama sampai kehancuran
sementara oleh serangan Timur Lenk. Pada masa Usman dilakukan ekspansi Islam dengan merebut
wilayah dikuasai Byzantium. Orkhan menggantikan Usman, juga dapat menundukkan wilayah Turkeman,
Nicaea, Nicomedia, dan dapat mengontrol wilayah antara teluk Edremit meluaskan wilayah Eropa.
Bayazid, putra Murad, menggantikannya. Bayazid menaklukan wilayah yang belum ditundukkan sultan-
sultan sebelumnya. Di masanya terjadi peperangan besar antara pasukan Usmani melawan tentara
sekutu Eropa yang dimenangkan oleh pasukan Usmani. Pasukan Bayazid juga harus menghadapi
pasukan Mongol dibawah komando Timur Lenk. Karena jumlah pasukannya tidak seimbang, ia pun
dikalahkan dan ditawan oleh Timur Lenk dan wafat di tahun 1402.

Di Turki ada tiga kerajaan yaitu, Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M) dari kerajaan Usmani
mengalahkan kerajaan Byzantium dengan menduduki Istanbul di tahun 1453 M. Ekspansi ke arah barat
dengan demikian berjalan lebih lancar. Pengganti sultan Muhammad al-Fatih adalah sultan Salim (1512-
1520 M) sultan Salim memilki kemampuan memerintah dan memimpin peperangan.

Pada masa pemerintahannya wilayah Usmani bertambah luas menembus Afrika Utara, Syiria, dan Mesir.
Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman Al- Qanuni (1512-1566 M). Sultan Sulaiman adalah
sultan Usmani yang terbesar. Wilayah kekuasaannya mencakup tiga benua yaitu Asia, Afrika dan Eropa.
Pada di tahun (1556-1699 M) ditandai dengan kemampuan Usmani mempertahankan wilayahnya
sampai lepasnya Hungaria. Pada periode ini mulai bermunculan pemberontakan dan usaha-usaha
memisahkan diri dari pemerintahan Usmani. Di tahun (1699-1839 M) ditandai dengan surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah di tangan penguasa wilayah. Tanda-tanda ini semakin tampak,
kekuatan asing seperti Rusia dan Australia mulai memainkan perannya dalam memanfaatkan kelemahan
militer Usmani. Perang berakhir pada tahun 1774, dimana Turki kehilangan Crimea. Jelasnya di abad 18,
Turki Usmani mengalami penurunan kekuasaan. Wilayah-wilayah kekuasaannya di berbagai benua satu
persatu mulai menunjukkan ketidakloyalannya.

Pada di tahun (1839-1922) ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari negara di bawah
pengaruh ide-ide barat. Pada periode ini dilakukan pembaharuan politik, administratif dan kebudayaan
hingga kejatuhannya di tahun 1924 dan berganti menjadi Republik. Khilafah Turki Usmani dihapuskan
oleh Kemal Attaturk, dan turki dirombak menjadi negara Nasional Republik Turki.

Pada masa kejayaannya, masing-masing kerajaan ini memiliki keunggulan khas di bidang literatur dan
arsitektur sebagaimana terlihat melalui keindahan masjid-masjid dan bangunan lainnya yang lahir ketika
itu, sedangkan perhatian pada riset ilmu pengetahuan masih terbilang sangat kurang sehingga turut
memberi kontribusi pada menurunnya kekuatan militer sekaligus politik umat Islam. Sisi lain, dunia
Kristen dengan kekayaan yang terus berlimpah yang diangkut dari Amerika dan Timur Jauh semakin
maju, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan kekuatan militernya. Maka sejarah akhirnya mencatat,
kerajaan Usmani terpukul kalah di wilayah Eropa, kerajaan Safawi terdesak oleh suku-suku Afghan, dan
kerajaan Mughal kian mengkerut ditekan raja-raja India, Puncaknya Mesir sebagai salah satu symbol dan
pusat peradaban Islam ketika itu runtuh di bawah penaklukan Napoleon di tahun 1798 M.

Bila kita gambarkan secara sederhana dan umum, maka pada Periode Klasik, peradaban Islam
mengalami kemajuan pesat, sementara pada Periode Pertengahan peradaban Islam mengalami
kemunduran, sedangkan pada periode modern, peradaban Islam mengalami kebangkitan kembali dan
pembaharuan.

Anda mungkin juga menyukai