Anda di halaman 1dari 68

MATERI KULIAH

SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh :

m
Sumiatie, S.Pd., M.Pd

o
.c
ie
t
ia
m
u
.s
w
w

PROGRAM STUDI SEJARAH


w

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus, yang telah memberikan berkat dan anugerah-
Nya sehingga penulisan materi kuliah ini dapat diselesaikan.

Maksud penyusunan diktat ini yang diperoleh dari berbagai sumber adalah sebagai
bahan belajar bagi mahasiswa, sekaligus juga mengatasi kesulitan dalam mencari literatur-
literatur wajib yang berhubungan dengan Sejarah Pendidikan Indonesia.

m
Dalam wujudnya yang sederhana serta jauh dari kesempurnaan, maka penyusun
membuka hati atas segala kritik dan saran membangun dari berbagai pihak.

o
Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat

.c
diselesaikan. Kiranya bahan perkuliahan ini dapat memberikan manfaat yang maksimal

ie
bagi kita semua.

t
ia
m
u

Palangka Raya, September 2015


.s
w

Sumiatie, S.Pd.,M.Pd
w

NIDN. 1104098101
w

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………...………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………….…………………...…ii

BAB I Perkembangan Pendidikan di Indonesia Pada Masa Hindu-Budha…………..…….1

A. Zaman Prasejarah….………………………………………………………………..1

m
B. Masa Awal Masuk Hindu-Budha………..……………………………………….....2

C. Pendidikan Masa Hindu-Budha…………………..…………….......………………4

o
.c
BAB II Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia……….….…....10

ie
A. Pendidikan Islam Jaman Kerajaan-kerajaan di Nusantara……......................…….10

B. Pendidikan Jaman Kolonial Belanda dan Jepang……..…………….…………….12


t
ia

C. Organisasi, Lembaga dan Tokoh-tokoh Pendidikan Islam................................…..16


m

BAB III Perkembangan Pendidikan Islam Dalam Hubungannya

Dengan Perubahan Sosial……………………………………..…………..….…24


u

A. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia………………….......………………….24


.s

B. Problematika Pendidikan Islam di Indonesia………………….....………………..25


w

C. Pesantren dan Perubahan Sosial………………….…….……….…………………34


w

BAB IV Perkembangan Pendidikan Pada Awal Pengaruh Barat……………..………….38


w

A. Pendidikan di Indonesia Pada Masa Portugis dan VOC………...……………..….38

B. Perkembangan Pendidikan Pada Masa

Pemerintahan Hindia Belanda……………………….…………………………….43

C. Corak dan Sistem Persekolahan Pada Masa Hindia-Belanda……………..………45

D. Beberapa Ciri Umum Politik Pendidikan Belanda di Indonesia….……………….48

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd | ii


BAB V Pendidikan Jaman Pendudukan Jepang dan Pendidikan Yang

Diselenggarakan Kaum Pergerakan Kebangsaan (Pergerakan Nasional)…………51

A. Pendidikan Pada Jaman Jepang………………………………...………….………51

B. Pendidikan Yang Dilaksanakan Kaum Pergerakan………………………...……..52

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………….……..……………..64

m
o
.c
ie
t
ia
m
u
.s
w
w
w

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd | iii


BAB I

Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Pada Masa Pengaruh Hindu-Budha

A. Zaman Prasejarah
1. Latar Belakang Sosial Budaya
Setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan, kebudayaan yang berkembang dalam

m
masyarakat nenek moyang bangsa Indonesia pada zaman Purba disebut kebudayaan
paleolitik. Adapun kebudayaan pada kurang lebih 1500 tahun SM yang lalu disebut

o
kebudayaan neolitik.

.c
Kebudayaan masyarakat pada zaman purba tergolong kebudayaan maritim.
Kepercayaan yang dianut masyarakat antara lain animisme dan dinamisme. Masyarakat

ie
dipimpin oleh oleh ketua adat. Namun demikian ketua adat dan para empu (pandai besi
dan dukun yang merupakan orang-orang pandai) tidak dipandang sebagai anggota
t
masyarakat lapisan tinggi, kecuali ketika mereka melaksanakan peranannya dalam upacara
ia

adat atau upacara ritual, dll. Sebab itu, mereka tidak memiliki stratifikasi sosial yang tegas,
tata masyarakatnya bersifat egaliter. Adapun karakteristik lainnya yakni bahwa mereka
m

hidup bergotong-royong.
u

2. Pendidikan
.s

Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah,
membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adapt dan terhadap nilai-nilai religi
w

(kepercayaan) yang mereka yakini. Karena kebudayaan masyarakat masih bersahaja, pada
zaman ini belum ada lembaga pendidikan formal (sekolah).
w

Pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga dan dalam kehidupan


keseharian masyarakat yang alamiah. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan,
w

sikap dan nilai mengenai kepercayaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka
menyembah nenek moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi
anak laki-laki) dan pendidikan hidup bermasyarakat serta bergotong royong melalui
kehidupan riil dalam masyarakatnya. Pendidiknya terutama adalah para orangtua (ayah dan
ibu), dan secara tidak langsung adalah para orang dewasa di dalam masyarakatnya.
Sekalipun ada yang belajar kepada empu, apakah kepada pandai besi atau kepada dukun
jumlahnya sangat terbatas, utamanya adalah anak-anak mereka sendiri.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 1


B. Masa Awalnya Masuk Hindu-Buddha
Menurut teori Van Leur, yang oleh banyak ahli dapat diterima, ditegaskan bahwa pada
abad-abad permulaan terjadilah hubungan perdagangan antara orang-orang Hindu dengan
orang-orang Indonesia. Faktor-faktor yang memungkinkan berkembangnya Peradaban
Hindu Budha diantaranya sebagai berikut :
1. Faktor Politik
Terjadi peperangan antara kerajaan India bagian Utara dengan kerajaan India bagian
Selatan. Bangsa Aria dari Utara mendesak kerajaan dan penduduk Selatan, sehingga

m
penduduk di Selatan lari mencari tempat-tempat baru, dan ada sampai ke Indonesia.
Oleh karena itu peradaban yang masuk ke Indonesia Nusantara dipengaruhi oleh

o
bangsa India dari bagian Selatan.

.c
2. Faktor Ekonomis atau Geografis
Indonesia terletak antara India dan dataran Tiongkok, dimana pada waktu itu telah

ie
terjadi perdagangan antar India dan Tiongkok melalui jalur laut. Akibatnya banyak
orang India dan Tiongkok bergaul dengan bangsa Indonesia, dari mulai perdagangan
t
atau perniagaan sampai terjadi koloni yang berdatangan dari India dan Tiongkok.
ia

3. Faktor Kultural
Tingkat peradaban bangsa India lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk asli di
m

Nusantara. Mereka sudah mengenal sistem pemerintahan yang teratur dalam bentuk
kerajaan, mereka juga telah mengenal tulisan dan karya sastra yang tinggi. Fakta
u

sejarah membuktikan dengan ditemukannya prasasti batu bertulis dengan huruf


.s

Pallawa dan bahasa Sansekerta yang menjelaskan tentang adanya kerajaan tertua. Di
Kalimantan yaitu di Kutai abad ke-5 Masehi dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa
w

Barat (Djojonegoro, 1996:38).


w

Perkembangan pendidikan pada zaman ini, sudah mulai menampakkan suatu gerakan
pendidikan dengan misi penyebaran ajaran agama dan cara hidup yang lebih universal
w

(keseluruhan) dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya. Pendidikan masa Hindu-


Budha di Indonesia dimulai sejak pengaruh Hindu-Budha datang ke Indonesia.
Perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia membawa perubahan besar bagi
kehidupan masyarakat Indonesia. Sebenarnya masyarakat indonesia telah memiliki
kemampuan dasar yang patut dibanggakan sebelum masuknya Hindu dan Budha. Setelah
Hindu dan Budha berkembang di Indonesia kemampuan masyarakat Indonesia makin
berkembang karena berakulturasi dan berinteraksi dengan tradisi Hindu dan Budha.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 2


Di daerah Kalimantan (Kutai) dan Jawa Barat (Tarumanegara) ditemukan prasasti
adanya kebudayaan dan peradaban Hindu tertua pada abad ke-5. Para cendekiawan, ulama-
biarawan, musafir dan peziarah Budha dalam perjalanannya ke India, singgah di Indonesia
untuk mengadakan studi pendahuluan dan persiapan lainnya. Negara India merupakan
tanah suci dan merupakan sumber inspirasi spiritual, ilmu pengetahuan dan kesenian bagi
pemeluk agama Budha. Agama Hindu di India terbagi dua golongan besar yaitu
Brahmanisme dan Syiwaisme. Hinduisme yang datang ke Indonesia adalah Syiwaisme,
yang pertama kali dibawa oleh seorang Brahmana yang bernama Agastya. Syiwaisme

m
berpandangan bahwa :
1. Syiwa adalah dewa yang paling berkuasa.

o
2. Syiwa adalah penncipta dan perusak alam, segala sesuatu bersumber pada Syiwa dan

.c
kembali kepada Syiwa.
3. Manusia hidup dalam rangkaian reinkarnasi dan merupakan suatu samsara

ie
(penderitaan), yang ditentukan oleh perbuatan manusia sebelumnya, jadi berlaku
hukum “karma”. t
4. Tujuan hidup manusia ialah mencapai “moksa”, suatu keadaan dimana manusia
ia

terlepas dari samsara, manusia hidup dalam keabadian yang menyatu dengan Syiwa
(Djojonegoro, 1996:86).
m

Agama Budha merupakan agama yang disebarkan oleh Sidharta Gautama di India yang
kemudian terpecah menjadi dua aliran yaitu Mahayana dan Hinayana. Yang berkembang
u

di Indonesia ialah bangsa Hinayana. Agama ini berkembang pada masa kerajaan Sriwijaya
.s

di Sumatera dan pada zaman Wangsa Syailendra di Pulau Jawa.


Menurut ajaran agama Budha manusia hidup dalam penderitaan karena nafsu duniawi.
w

Manusia dalam hidup ini berusaha untuk mengusir penderitaan, mencari kebahagiaan yang
w

abadi yaitu untuk mencapai nirwana. Adapaun langkah-langkah untuk mencapai nirwana,
manusia harus berperilaku benar diantaranya sebagai berikut :
w

 Berpandanagan yang benar.


 Mengambil keputusan yang benar.
 Berkata yang benar.
 Berkehidupan yang benar.
 Berdayaupaya yang benar.
 Melakukan meditasi yang benar.
 Konsentrasi kepada hak-hak yang benar.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 3


Meskipun Hinduisme dan Budhisme merupakan agama yang berbeda, namun di
Indonesia tampak terdapat kecenderungan sinkretisme yaitu keyakinan untuk
mempersatukan figur Syiwa dan Budha sebagai satu sumber dari Yang Maha Tinggi.
Seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi satu jua adalah
perwujudan dari keyakinan tersebut. dalam hal ini, Budha dan Syiwa adalah dewa yang
dapat diperbedakan (bhinna) tetapi dewa itu (ika) hanya satu (tungal). Kalimat yang tadi
adalah salah satu bait dari syair Sutasoma karya Empu Tantular pada zaman Majapahit.
Sehingga kebudayaan Hindu telah membaur dengan unsur-unsur Indonesia asli dan

m
memberikan ciri serta coraknya yang khas, sampai jatuhnya kerajaan Hindu terakhir di
Indonesia yaitu Majapahit akan masih berkembang dalam hal pendidikan ilmu

o
pengetahuan, khususnya dibidang sastra, bahasa, ilmu pemerintahan, tata Negara dan

.c
hukum. Kerajaan-kerajaan seperti Kalingga, Mataram, Kediri, Singasari, dan Majapahit
akan melahirkan para Empu, Pujangga yang menghasilkan karya-karya seni yang bermutu

ie
tinggi. Selain karya seni pahat dan seni bangunan dalam arsitekstur yang bernilai tinggi
juga ditemukan beberapa karya ilmiah dalam bidang filsafat, sastra dan bahasa.
t
ia

C. Pendidikan Masa Kerajaan Hindu Buddha


m

Syiwaisme yang berkembang di Indonesia berbeda dengan India yanga sangat


bertentangan dan hidup bermusuhan dengan Budhisme. Di Indonesia Syiwaisme dan
u

Budhisme hidup dan tumbuh berdampingan, walaupun terjadi penumpasan Wangsa


.s

Syailendra yang beragama Budha oleh Wangsa Sanjaya yang beragaman Hindu, namun
dimasyarakat biasa tidak nampak pertentangan tersebut, bahkan mungkin dapat dikatakan
w

telah terjadi sinkretisme antara Hinduisme, Budhisme dan kepercayaan animism dan
dinamisme, suatu keyakinan untuk menyatukan Syiwa, Budha, dan arwah-arwah nenek
w

moyang sebagai suatu sumber dan amaha tinggi. Pendidikan formal ini diselenggarakan
oleh kerajaan-kerajaan Indonesia pada saat itu.
w

Pendidikan pada zaman Hindu masih terbatas kepada golongan minoritas (kasta
Brahmana, Ksatria), belum menjangkau golongan mayoritas kasta Waisya dan Sudra
apalagi kasta Paria. Namun perlu diketahui bahwa penggolongan kata di Indonesia tidak
begitu ketat seperti halnya dengan di India yang menjadi asalnya agama Hindu. Pendidikan
zaman ini lebih tepat dikatakan sebagai “perguruan”dimana para murid berguru kepada

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 4


para cerdik cendekia. Kemudian lembaga pendidikan dikenal dengan nama pesantren, jadi
berbeda sekali dengan sekolah yang kita kenal sekarang ini.

Sistem perguruan yang dikenal dengan pesantren itu berkembang terus sampai pada
pengaruh Budha, zaman Islam sampai sekarang (pesantren tradisional). Pada zaman Budha
pendidikan berkembang pada kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang sudah
terdapat perguruan tinggi Budha. Dimana para murid-muridnya banyak berasal dari
Indocina, Jepang dan Tiongkok. Guru yang terkenal pada saat itu ialah Dharmapala.

m
Perguruan-perguruan Budha tersebut mungkin menyebar keseluruh kekuasaan Sriwijaya.
Mungkin saja candi-candi Borobudur, Menndut, dana Kalasan merupakan pusat

o
pendidikan agama Budha (Raisyidin, 2007:34).

.c
Kalau kita memperhatikan peninggalan-peninggalan sejarah seperti candi-candi,
patung-patung maka sudah pasti para santri atau murid belajar tentang ilmu membangun

ie
dan seni pahat. Karena pembuatan candi memerlukan kemampuan teknik dan seni yang
tinggi. Dmeikian juga dengan memahat relief-relief candi dibimbing oleh suatu alur cerita
t
yang menceritakan kehidupan sang Budha atau para dewa, bisa juga cerita tentang
ia

Ramayana. Karya hasil sastra yang ditulis para pujangga banyak yang bermutu tinggi
antara lain : Pararaton, Negara Kertagama, arjuna Wiwaha, dan Brata Yudha. Para
m

pujangga yang terkenal diantaranya sebagai berikut : Mpu Kawa, Mpu Sedah, Mpu
Panuluh, Mpu Prapanca.
u

Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu seperti Singasari, Majapahit dan


.s

kerajaan Budha Sriwijaya, tidak terdapat uraian yang jelas mengenai pendidikan. Namun
w

sudah pasti bahwa pada zaman tersebut sudah berkembang pendidikan dengan lembaga-
lembaga yang dengan sengaja dibuat secara formal. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut
w

berbentuk perguruan yang lebih dikenal dnegan sebutan pesantren. Pada saat itu mutu
pendidikan cukup memuaskan berbagai pihak yang bersangkutan.
w

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup yaitu manusia hidup untuk mencapai
moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai nirwana bagi agama Budha. Karena itu
secara umum tujuan akhir adalah mencapai moksa atau nirwana. Secara khusus mungkin
dapat dibedakan sebagai berikut :

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 5


 Bagi kaum Brahmana (kasta tertinggi), pendidikan bertujuan untuk menguasai kitab
suci (Weda untuk Hindu dan Tripitaka untuk Budha) sebagai sumber kebenaran dan
pengetahuan yang universal.

 Bagi golongan Ksatria sebagai raja yang berkuasa, pendidikan bertujuan untuk
memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang pengaturan pemerintahan
(kerajaan).

 Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan

m
yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan yang secara turun temurun.
Misalnya keterampilan bercocok tanam, pelayaran, perdagangan, seni pahat dan

o
sebagainya.

.c
ie
2. Sifat Pendidikan
t
Beberapa sifat dan ciri pendidikan yang menonjol pada waktu itu adalah :
ia

 Informal, karena pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan.


m

 Berpusat pada religi, karena kehidupan atas dasar kepercayaan dan keagamaan
menguasai segala-galanya.
u

 Penghormatan yang tinggi terhadap guru, karena gurunya adalah kaum Brahmana
.s

(kasta tertinggi dalam masyarakat Hindu) dan tidak memperoleh imbalan gaji. Mereka
w

menjadi guru semata-mata karena kewajiban sebagai Pandita atau Brahmana yang
didasarkan pada perasaan tulus, mengabdi tanpa pamrih ( tanpa memikirkan imbalan
w

dunia ).

 Aristokratis artinya pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat saja yaitu
w

golongan Brahmana, pendeta dan golongan Ksatria dan golongan keturunan raja-raja.
Dalam agama kita kenal penggolongan berdasarkan kasta, namun di Indonesia
perbedaan tidak begitu tajam dan menonjol. Yang menonjol adalah antara golongan
raja-raja dan rakyat jelata.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 6


3. Jenis-jenis Pendidikan

Beberapa jenis pendidikan pada zaman Hindu Budha dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

a. Pendidikan Intelektual

Kegiatan pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab-kitab suci. Veda dipelajari
oleh kaum Brahmana, dan kitab Tripitaka dipelajari oleh penganut Budha. Pada waktu

m
itu hanya golongan Brahmanalah yang berhak mempelajari kitab suci Veda.
Pendidikan intelektual juga berkaitan dengan penguasaan doa dan mantera, yang

o
berkaitan dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada Syiwa dan Budha
Gautama.

.c
b. Pendidikan Kesatriaan

ie
Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga istana
t
kerajaan, untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan
ia

mengatur pemerintahan (kerajaan), mengatur Negara, dan belajar untuk berperang.

c. Pendidikan Keterampilan
m

Pendidikan keterampilan dan pendidikan kesatriaan merupakan pendidikan kegiatan


u

yang deprogram secara tertib(dalam arti pendidikan bagi kaum Brahmana dan
bangsawan (keluarga raja)) sudah berjalan dengan teratur. Sedangkan pendidikan
.s

keterampilan yang diajukan bagi masyarakat jelata berlangsung secara informal yang
w

berlangsung dalam keluarga sesuai dengan keterampilan yang dimiliki orang tuanya.
Seorang pemahat akan diwariskan keterampilannya kepada anak-anaknya begitu pula
w

dengan para petani, nelayan dan sebagainya.


w

4. Lembaga Pendidikan

Pendidikan pada waktu itu masih bersifat informal, belum ada pendidikan formal
dalam bentuk sekolah seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun dengan demikian ada
beberapa tempat yang biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 7


a. Padepokan atau Pecatrikan

Merupakan tempat berkumpulnya para catrik, yaitu murid-murid yang belajar kepada
guru disuatu tempat, sehingga disebut pecatrikan dan dengan nama lain biasa juga
disebut padepokan. Dari kata-kata catrik dan pecatrikan itulah muncul kata santri dan
pesantren. Jadi lembaga pesantren sudah dikenal keberadaannya sejak zaman Hindu
Budha. Dipesantren dan atau padepokan itulah berkumpul para murid, khususnya
keturunan Brahmana utnuk mempelajari segala macam pengetahuan yang bersumber

m
dari kitab suci ( Veda dan Upanishad bagi Hindu serta Tripitaka bagi Budha). Dicandi
Borobudur terlihat suatu lukisan yang menggambarkan suatu proses pendidikan seperti

o
yang berlaku sekarang ini. Ditengah-tengah pendopo besar seorang Brahmana atau
pendeta duduk dilingkari oleh murid-muridnya, semuanya membawa buku, dan mereka

.c
belajar membaca dan menulis. Guru tidak menerima gaji namun dijamin oleh murid-

ie
muridnya untuk hidup. Yang menjadi dasar pendidikan adalah agama Budha dan
Hindu, seperti dapat kita lihat relief-relief yang tertulis dicandi Borobudur ( Budha)
dan candi Prambanan (Hindu).
t
ia

b. Pura
m

Merupakan tempat yang berada di istana. Tempat ini diperuntukkan bagi putra-putri
raja belajar. Mereka diberi pelajaran yang berkaitan dengan hidup sopan santun
u

sebagai keturunan raja yang berbeda dengan masyarakat biasa. Mereka belajar tentang
mengatur Negara, ilmu bela diri baik secara fisik maupun secara batiniah.
.s

c. Pertapaan
w

Karena orang yang bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan kebatinan yang
w

sangat tinggi. Oleh karenaitu para pertapa menjadi tempat bertanya tentang segala hal
terutama berkaitan dengan hal-hal yang gaib.
w

d. Keluarga

Pada waktu itu pendidikan keluarga juga ada sampai sekarang juga tapi hanya
pendidikan sebagai informal. Dalam keluargalah akan terjadi partisipasi dalam
menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan anak-anak dan anggota keluarga
lainnya.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 8


5. Ilmu Pengetahuan dan Karya Sastra

Pada masa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia ini telah terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan dan karya seni yang sangat tinggi. Seperti telah
dikemukakan pada kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan Budha yang terbesar di
Indonesia, pada saat iru telah berdiri lembaga pendidikan setaraf “perguruan tinggi”.
Perguruan tinggi tersebut dapat menampung berates-ratus mahasiswa biarawan Budha dan
adapat belajar dengan tenang, mereka tinggal di asrama-asrama khusus.

m
Sistem dan metode sesuai yang ada di India, sehingga biarawan Cina dapat belajar di
sriwijaya sebelum melanjutkan belajar di India. Di Sriwijaya terkenal mahaguru yang

o
berasal dari India yaitu Dharmapala dan mengajarkan agama Budha Mahayana. Dipulau

.c
Jawa pada waktu Mataram diperintah oleh seorang ratu terdapat sekolah agama Budha
yang dipimpin oleh orang Jawa yaitu Janadabra.

ie
Pada sekitar abad ke-14 sampai kira-kira abad ke-16 menjelang jatuhnya kerajaan
t
Hindu di Indonesia, kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan secara meluas seperti
ia

sebelumnya tetapi dilakukan oleh para guru kepada siswanya yang jumlahnya terbatas
dalam suatu padepokan. Pendidikan pada zaman tersebut, mulai dari pendidikan dasar
m

sampai dengan pendidikan tinggi pada umumnya dikendalikan oleh para pemuka agama.
Namun demikian pendidikan dan pengajaran tidak dilaksanakan secara formal, sehingga
u

seorang siswa yang belum puas akan ilmu yang diperolehnya dapat mencari dan pindah
dari guru yang satu ke guru yang lainnya. Kelompok bangsawan, ksatria dan kelompok elit
.s

lainnya mengirimkan anak-anaknya kepada guru untuk dididik atau guru diundang untuk
w

datang mengajar anak-anak mereka. (Raisyidin, 2007:45).


w
w

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 9


BAB II

Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

A. Pendidikan Islam Jaman Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

Islam masuk Indonesia secara damai di bawa oleh pedagang dan mubaligh. Adapun
Islam yang masuk kedaerah lain pada umumnya banyak lewat penakhlukan , seperti
masuknya Islam ke Irak, Iran, (Parsi), Mesir, Afrika Utara sampai Australia.

m
Sarjana Belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara
berasal dari India, diantara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari UniversitasLeiden,

o
Moquette, Snock Hurgronje. Menurut Hurgronye abad ke -12 adalah pweriode paling

.c
mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara(Azra, 1994: 24)

ie
Terbentuknya masyarakat muslim disuatu tempat ialah melaluhi proses yang panjang,
yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim sebagai hasil dari upaya para da’i.
t
Masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam, tercatatlah
ia

sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti kerajaan Perlak, Pasai, Aceh


Darussalam, Banten, Demak, dan Mataram.
m

Tumbuhnya pusat-pusat kekuasaan Islam di Nusantara ini jelas sangat berengaruh


u

sekai bagi proses Islamisasi di Indonesia. Kekuatan poliitik digabungkan dengan semangat
para mubaligh untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat
.s

tersebarnya Islam ke berbagai wilayah Indonesia.


w

Ada beberapa saluran proses Islamisasi di Indonesia, yaitu perdagangan, perkawinan,


kesenian, sufisme, dan pendidikan. Pembahasan ini akan lebih meihatnya dari peranan
w

pendidikan dalam proses Islamisasi Pendidikan di Indonesia.


w

Berbicara tentang pendidikan tentu sebaliknya dimulai dari membicarakan apa


sebetulnya ensensi pendidikan tersebut. Dipandang dari sudut definisi pendidikan yang
dikemukakan oleh pakar pendidikan, dari sekian banyak itudapat diambil kesimpulan
bahwa hakikat pendidikan itu adalah proses pembentukan manusia ke arah yang dicita-
citakan.

Dalam teori pendidikan di kemukakan paling tidak ada tiga hal yang ditrasferkan dari
si pendidik kepada terdidik, yaitu transfer ilmu, transfer nilai, dan transfer perbuatan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 10


(transfer knowledge, transfer of value, transfer of skill), di dalam penasferan inilah
berlangsungnya pendidikkan.

Disebabkan itulah proses pendidikan itu bisa berlangsung secara formal, nonformal,
dan informal. Karena itu dapat dipastikan pendidikan Islam itu telah berlangsung di
Indonesia sejak mubaligh pertama melakukan kegiatannya dalam rangka menyampaikan
keislaman baik dalam betuk pentrasferan pengetahuan ,nilai, dan aktivitas maupun
pembentukan sikap.

m
Pendidikan Islam di Indonesia yang pada mulanya dilaksanakan secara informal, yang
pelaksanaannya menitikberatkan kepada terjadinya kontak- kontak pribadi antara mubaligh

o
dengan masyarakat sekitar. Pada waktu terjadinya hubungan antar “pemberi” dan

.c
“penerima” terjadilah proses pendidikan. Kemudian setelah masyarakat muslim terbentuk,
pendidikan Islam semakin intensif dilaksanakan di masjid-masjid atau langgar dalam

ie
bentuk pendidikan non formal. Seterusnya makin intensif lagi pelaksanaannyaa setelah
terbentuk lembaga-lembaga pendidikan formal , seperti pesantren, dayah, maktab, dan
t
setelah abad ke-20 muncullah madarasah dan perguruan tinggi Islam. Keseluruhan
ia

lembaga-lembaga pendidikan itumemberi sumbangan besar bagi proses Islamisasi


Indonesia.
m

Pada zaman pemerintahan Sultan Agung , kehidupan keagamaan mulai mengalami


u

kemajuan pesat, upaya-upaya Sultan Ageng memajukan agama cukup baik, hal ini dapat
dilihat dari usaha memakmurkan masjid, yaitu dengan cara mendirikan masjid raya
.s

(Masjid Ageng) disetiap Kabupaten sebagai induk dari seluruh masjid yang ada di
w

kabupaten, dan pada setiap ibukota distrik ada sebuah masjid kewedanaan, begitu juga
disetiap desa didirikan masjid desa. Masjid Ageng dikepalai oleh seorang penghulu,
w

Masjid kewedanaan oleh Naib dan masjid desa oleh Modin (Sarijo, 1980:40).
w

Dalam bidang kebudayaan upaya yang dilakukan oleh Sultan Ageng adalah
mensenyawakan unsur-unsur budaya lama dengan Islam, seperti :

1. Gerebeg, disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Terkenal ada
Gerebeg Poso (puasa) dan Gerebeg Maulid.

2. Gamelan sekaten, yang hanya dibunyikan pada gerebeg Maulid, atas kehendak Sultan
Ageng dipukul dihalaman masjif besar

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 11


3. Perhitungan tahun saka (Hindu) pada mulanya berdasarkan perjalanan matahari, tahun
Saka yang telah kerangka 1555 Saka, tidak lagi ditambah berdasarkan perhitungan
matahari, tetapi dengan hitungan perjalanan bulan. Sesuai dengan tahun Hijriyah
(Yunus. 1979: 221).

Dalam bidang pendidikan Islam, perhatian Sultan Ageng cukup besar pada zaman itu
telah dibagi tingkatan-tingkatan pesantren itu kepada beberapa tingkatan, yaitu:

1. Tingkatan pengajian al-Qur’an, tingkatan ini terdapat pada setiap desa, yang diajarkan

m
meliputi huruf Hijaiyah, membaca al-Qur’an, berzanji. Rukun Islam, rukun Iman.

o
2. Tingkat pengajian kitab. Paras santri yang belajar pada tingkat ini ialah mereka yang
telah khatam al-Qur’an. Tempat belajar biasanya di serambi masjid dan mereka

.c
umumnya mondok. Guru yang mengajar disini diberi gelar Kyai Anom. Kitab yang

ie
mula-mula dipelajari adalah kitab-kitabb 6 Bis, yaitu sebuah kitab yang berisi 6 kitab
dengan 6 Bismillahirrohma-nirrahim. Kemudian dilanjutkan dengan Matan Taqrib dan
Bidayatul Hidayah karangan Imam al-Ghazali.
t
ia

3. Tingkat Pesantren Besar. Tingkat ini didirikan di daerah kabupaten sebagai lanjutan
dari pesantren desa. Kitab-kitab yang diajarkan disini adalah kitab-kitab besar dalam
m

bahasa Arab, lalu diterjemahkan kedalam bahasa daerah. Cabang-cabang ilmu yang
diajarkan adalah fiqih, tafsir, hadis, ilmu kalam tasawuf dan sebagainya.
u

4. Pondok Pesantren tingkat keahlian (takhassus). Ilmu yang dipelajari pada tingkat ini
.s

adalah satu cabang ilmu dengan secara mendalam. Tingkat ini adalah tingkat spesialis
w

(Yunus, 1979: 223-224).


w

B. Pendidikan Islam Jaman Kolonial Belanda dan Jepang


w

1. Pendidikan Jaman Belanda

Kolonial Belanda menancapkan kukunya di bumi nusantara ini dengan membawa misi
ganda yaitu imperialisme dan kristenisasi, dan itu sangat menusuk tatanan yang sudah ada
termasuk dalam bidang pendidikan Islam.

Bangsa Belanda sangat menekan penduduk pribumi dengan berbagai kebijakan-


kebijakan yang dikeluarkan termasuk masalah pendidikan Islam yang tidak mereka ijinkan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 12


karena mereka khawatir para pemuda Islam emmberontak. Pada akhirnya juga
kekhawatiran itu benar adanya mereka mendapat perlawanan dari berbagai tokoh-tokoh
Islam yang sangat gigih mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia.

Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia pada zaman kolonial Belanda bisa kita
lihat di bawah ini.:

a. Pendidikan Islam sebelum tahun 1900

m
Sebelum tahun 1900 kita mengenal pendidikan Islam secara perorangan. Secara rumah
tangga dan secara surau/langgar atau masjid. Pendidikan secara perorangan dan rumah

o
tangga itu lebih mengutamakan pelajaran praktis misalnya tentang krtuhanan, keimanan
dan masalah-masalah yang berkenaan dengan ibadah. Pemisahan pelajaran tertentu belum

.c
ada dan pelajaran yang diberikan juga belum secara sistematis . Sedangkan pelajaran surau

ie
mempunyai 2 (dua) tingkatan yaitu pelajaran Al-Qur’an dan pengkajian kitab. Adapun
ciri-ciri pendidikan pada masa itu adalah :
t
 Pelajaran diberikan satu persatu.
ia

 Kitab yang digunakan umumnya ditulis tangan


m

 Toko buku belum ada.


u

 Belum terlahir aliran-aliran baru.


.s

Pada periode ini memang sulit menentukan kapan dan di mana surau/langgar dan
pesantren yang pertama berdiri. Walaupun demikian dapat diketahui bahwa pada abad ke-
w

17 M di Jawa telah terdapat pesantren Sunan Bonang di Tuban, Sunan Ampel di Surabaya
dan lain sebagainya. Namun sebenarnya jauh sebelum itu telah ada beberapa pesantren
w

yang sudah berdiri.


w

b. Pendidikan Islam pada masa peralihan (1900-1908)

Kalau sebelum tahun 1900 lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif sedikit dan
berlangsung sederhana, lain halnya dengan periode peralihan ini yang mana lebih banyak
berdiri tempat pendidikan Islam yang terkenal di Sumatera seperti Surau Parabek Bukit
Tinggi (1908) dan Pesantren Tebu Ireng yang berada di Pulau Jawa.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 13


Periode peralihan ini boleh dikatakan dipelopori oleh syeh Khatib minangkabau dan
kawan-kawannya yang bayak mengajar dan mendidik pemuda di Makkah. Diantara
muridnya adalah KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH. Hasyim Asy’ari
Pendiri Pesantren Tebu Ireng dan Nahdlatul Ulama (NU).

Namun dalam hal ini nyatanya Syeh Khatib bukanlah orang pertama yang mengadakan
pembaharuan jauh sebelum itu pada awal abad ke-19 kita mengenal nama seperti Haji
Abdur Rahman Piabong, Muhammad Arif Sumanik. Mereka adalah para alumni yang

m
kembali ke Sumatera pada tahun 1802. Di sana mereka sudah terpengaruh oleh
pembaharuan yang dikembangkan oleh Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia yang

o
terkenal dengan ajaran Wahabiyah. Karena mereka lahirlah kaum muda dan kaum tua. Dan
masih banyak lagi tokoh pembaharuan di Indonesia.

.c
Adapun pelajaran agama Islam pada Masa peralihan bercirikan sebagai berikut :

ie
 Pelajaran untuk dua sampai enam ilmu dihimpun sekaligus.
t
 Semua buku pelajaran karangan ulama Islam kuno dan dalam bahasa Arab.
ia

 Semua buku sudah dicetak.


m

 Mulai lahir Aliran-aliran Islam.


u

c. Pendidikan Islam sesudah tahun 1909


.s

Berkat Budi Utomo pada tahun 1908 yang menyebarkan isu Nasionalisme dan juga
menyadarkan bangsa dan memperkuat persatuan tak terkecuali sesadaran muncul
w

dikalangan ulama-ulama yang peduli terhadap pendidikan Islam, emreka menyadari bahwa
sistem langgar/surau sudah tidak sesuai lagi dengan iklim Indonesia. Karena semakin
w

bertambahnya mudrid, kemudian berdirilah beberapa diniyah dan madrasah di berbagai


w

daerah diantaranya adalah Madrasah Adabiyah di Padang, Madrasah Salafiyah tebu Ireng
di Jombang, dll.

Pendidikan madrasah sampai menjelang berakhirnya penjajahan Belanda sudah


mempunyai aneka bentuk, jenjang dan tingkatan walaupun demikian kolonial Belanda
masih berusaha keras untuk menghalangi perkembangan Pendidikan Islam. Karena mereka
khawatir kaum remaja akan mendepaknya. Dan ternyata apa yang mereka khawatirkan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 14


menjadi kenyataan. Maka dari itu kita patut bangga dan bersyukur karena berkat tokoh-
tokoh dan pemuda Islam pendidikan Islam ini terus ada.

2. Pendidikan Islam Jaman Jepang

Pendidikan islam pada zaman penjajahan jepang di mulai tahun 1942-1945.


Sebenarnya sejak tahun 1940 jepang sudah berencana menguasai bangsa indoneisa karena

m
mereka bercita-cita besar menjadi pemimpin Asia Timur Raya.

Pada saat itu kejayaan dan masa keemasan Belanda hilang lenyap sekaligus, ketika

o
pada tanggal 8 maret 1942 tentara Belanda bertekuk lutut tanpa syarat kepada Jepang.

.c
Selanjutnya mengenai keadaan pada zaman penjajahan Jepang sangat banyak

ie
perubahan dari sebelumnya yaitu zaman penjajahan Belanda. Dalam pendidikan umum
mereka lebih mengutamakan pelajaran-pelajaran kemiliteran dan itu semata mata untuk
mendukung Jepang dalam perang pasifik.
t
ia

Kendatipun demikian ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu perubahan yang
cukup mendasar di bidang pendidikan, dan hal ini penting sekali artinya bagi bangsa
m

Indonesia. Perubahan itu diantaranya adalah :


u

a. Hapusnya dualisme pengajaran


.s

Dengan berbagai macam jenis sekolah rendah, yang dahulunya diselenggarakan pada
zaman Belanda. Dihapuskan sama sekali. Habislah riwayat susunan pengajaran Belanda
w

yang dualistis itu. Yang membedakan dua jenis pengajaran yaitu pengajaran barat dan
pengajaran Bumi Putera. Jenjang pengajaran pun menjadi :
w

 Sekolah rakyat 6 tahun (termasuk sekolah pertama)


w

 Sekolah menengah 3 tahun

 Sekolah menengah tinggi 3 tahun ( SMA pada zaman itu)

b. Pemakaian bahasa Indonesia

Pemakaian bahasa Indonesia baik sebagai bahasa resmi maupun sebagai bahasa
pengantar pendidikan.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 15


Selanjutnya mengenai sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan islam ini ternyata
lebih lunak. Sehingga ruang gerak Pendidikan Islam ini ternyata lebih bebas ketimbang
pada zaman pemerintah kolonial Belanda.

Terlebih-lebih pada permulaan pemerintahan. Jepang menampakkan diri seakan-akan


membela kepentingan Islam yang merupakan siasat untuk kepentingan Perang Dunia II.
Untuk mendekati umat Islam mereka menempuh jalan dengan mengeluarkan kebijakan-
kebijakan diantaranya adalah :

m
 Mengubah kantor Voor Islamistiche Zaken yang dipimpin oleh kaum orientalis
Belanda menjadi KUA ( Kantor Urusan Agama) yangpada waktu itu dipimpin oleh

o
tokoh Islam sendiri yakni KH. Hasyim Asy’ari.

.c
 Pondok pesantren sering mendapatkan kunjungan dan bantuan dari pemerintah

ie
Jepang.

 Mengijinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta dibawah asuhan KH.


t
Wahid Hasyim, kakak Muzakkar dan Bung Hatta.
ia

 Umat Islam diijinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut Majlis Islam
m

A’la Indonesia (MIAI)

Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan sekali oleh umat islam untuk bangkit dan
u

memberontak melawan Jepang Sendiri. Pada tanggal 8 Juli 1945 berdirilah Sekolah Tinggi
.s

Islam di Jakarta. Kalau ditinjau dari segi pendidikan pada jaman Jepang umat Islam
mempunyai kesempatan banyak untuk memajukan pendidikan Islam. Karena tanpa
w

disadari oleh Jepang itu sendiri bahwa umat Islam sudah cukup mempunyai potensi untuk
meju dalam pendidikan ataupun perlawanan kepada penjajah.
w
w

C. Organisasi, Lembaga dan Tokoh-tokoh Pendidikan Islam

1. Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia

Organisasi islam di Indonesia lahir disebabkan karena tumbuhnya sikap patriotisme


dan rasa nasionalisme serta sebagai respon terhadap eksploitasi politik pemerintah kolonial
belanda yang mengakibatkan kemunduran total dikalangan masyarakat Indonesia.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 16


Tokoh-tokoh islam menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa nasionalisme
dikalangan rakyat dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya kesadaran berorganisasi
yang dijiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi menimbulkan perkembangan dan
era baru dikalangan Indonesia, kemudian penyelenggaraan pendidikan yang bersifat
nasional itu dimasukkan pada agenda perjuangan. Dengan ini maka lahirlah sekolah-
sekolah swasta atas usaha para perintis kemerdekaan.

Ada beberapa organisasi-organisasi sosial keagamaan yang banyak melakukan aktifitas

m
kependidikan, diantaranya :

a. Al-Jami’at Al-Khoiriyyah

o
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 juli 1905. Perhatian organisasi ini

.c
ditujukan pada pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar dan pengiriman anak-anak

ie
ke turki untuk melanjutkan studinya. Organisasi ini merupakan organisasi modern petama
dikalangan masyarakat islam, yang memiliki AD/AR, Daftar anggota yang tercatat rapat-
t
rapat secara berskala dan yang mendirikan suatu lembaga pendidikan yang boleh dikatakan
ia

cukup modern (kurikulum, kelas-kelas, pemakaian bangku-bangku, papan tulis dan buku)

Dengan demikian organisasi ini bisa dikatakan sebagai pelopr pendidikan islam modern di
m

Indonesia.
u

b. Al Ishlah Wal Al Irsyad


.s

Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at Khoiriyyah, didirikan
pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda pada tanggal 11 Agustus 1915.
w

menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya perpecahan dikalangan Jami’at
Khoir mengenai hak istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan
w

kehormatan berlebihan dengan sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian
mendirikan organisasi Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi
w

ini yaitu:

 Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa arab, bahasa
belanda dan bahasa-bahasa lainya.

 Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit


percetakan.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 17


Salah satu perubahan yang di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan dibidang
pendidikan. Pada tahun 1913 didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn
sistem kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum dan agama. Sekolah-
sekolah Irsyad berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al Irsyad mempunyai
cabang dan cara umum, semuanya berada ditingkat rendah.

Di Jakarta dan Surabaya didirikan sekolah guru untuk melatih dan mendidik calon-
calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad selain itu juga dibuka kursus dimana siswi-

m
siswi bisa memilih spesialisasi dari mata pelajaran agama, pendidikan atau bahasa.

c. Perserikatan Ulama

o
Organisasi ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim pada tahun 1911 sebagai

.c
perwujudan dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan islam di Indonesia. Beliau

ie
termotifasi untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam bidang pendidikan, diantaranya
karena pengalaman selama di makkah yang membuatnya terkesan dengan
t
penyelenggaraan lembaga pedidikan bab As Salam, yang sudah menerapkan sistem
ia

pendidikan yang cukup maju dengan meninggalkan sistem pendidikan lama yang memakai
halaqoh.
m

Dalam perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim berhubungan dengan


Jami’at Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan pada murid-muridnya pada
u

tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.


.s

Pada tahun 1932. Abdul Halim mendirikan “santri asrama” sebuah sekolah berasrama
w

yang dibagi menjadi tiga tingkatan: tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Kurikulum
yang diberikan di sekolah tersebut tidak hanya berupa pengetahuan agama dan umum,
w

tetapi juga keterampilan yang bernilai ekonomis, pelajar-pelajar santri asrama dilatih
dalam pertanian, pekerjaan tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai bahan
w

seperti membuat sabun. Mereka harus tinggal di asrama di siplin yang ketat, terutama
dalam pembagian waktu dan dalam sikap pergaulan hidup mereka.

d. Muhammadiyah

Organisasi ini didirikan di jogjakarta pada tanggal 18 Nopember1912 bertepatan pada


tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan murid-
muridnya.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 18


Organiasi ini mempunyai maksud menyebarkan pengajaran kanjeng nabi Muhammad
SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama islam pada anggota-
anggotanya.

Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membebaskan umat islam dari kebekuan
dalam segala bidang kehidupanya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari
kemurnian ajaran islam. Saat itu, umat islam telah dipengarui sikap fatalisme, bid’ah,
khurofat, dan konservatisme yang berpengaruh kuat pada kehidupan keagamaan dan sosial

m
ekonomi masyarakat muslim Indonesia. Kolonialisme dan misi Kristen telah memburuk
keadaan umat islam yang semakin terbelakang dan ketinggalan zaman disegala bidang.

o
Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan muhammadiyyah mendirikan lembaga

.c
pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pada tahun 1915 H KH. Ahmad
Dahlan mulai mendirikan sekolah dasarnya yang pertama. Pada sekolah ini diberikan

ie
pengetahuan umum, disamping pengetahuan agama. Kemudian diikuti dengan berdirinya
sekolah-sekolah Muhammadiyah di pelosok Indonesia.t
ia

e. Nahdlatul Ulama

Organisasi ini didirikan di Surabaya pada tanggal 33 januari 1926 M bertepatan pada
m

tanggal 16 Rajab 1344 H oleh kalangan madzhab yang sering menyebut dirinya sebagai
golongan Ahlussunah Waljama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH.
u

Wahab Chasbullah dari jombang. Dan alim ulama’ tiap-tiap daerah diantaranya adalah:
.s

 KH. Bisri Jombang


w

 KH. Ridean Semarang


w

 KH. Nawawi pasuruan


w

 KH. Asnwi Kudus

 KH. Hambali Kudus

 K. Nahrawi Malang

 KH. Doromuntaha Bangkalan

 KH. M. Alwi Abdul Aziz

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 19


Gerakan NU berusaha mempertahankan salah satu dari empat madzhab dalam masalah
yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi’I dan
madzhab Hambali. Dalam hal I’tiqod, NU berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah.
Dalam konteks ini, NU memahami hakikat Ahlussunah Waljama’ah sebagai ajaran islam
yang murni sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW bersama para
sahabatnya.

Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan peranan ulama’

m
pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara luas untuk
diguakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama’

o
pesantren dalam tugas pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan dan
kegiatan ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’ lebih peka

.c
terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan pada umumnya.

ie
f. Persatuan islam
t
Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 september 1923 oleh KH. Zamzam.
ia

Pendirian organisasi ini bermula dari pertemuan yang bersifat kenduri kemudian
diteruskan dengan bincang-bincang tentang persoalan-persoalan agama dan gerakan-
m

gerakan keagamaan baik di Indonesia maupun di Negara lain. Kegiatan persis


diantaranyamengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khitobah, menerbirkan
u

majalah, pamphlet, serta kitab.


.s

g. Al Washliyah
w

Al Washliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 Nopember 1930 oleh pelajar dan
para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Organisasi ini bergerak dibidang pendidikan, sosial
w

dan keagamaan. Adapun usaha-usaha yang dilakukannya antara lain: mengusahakan


berlakunya hukum-hukum islam, membangun perguruan dan mengatur kesempurnaan
w

pelajaran, dan pendidikan, mendirikan dan memelihara tempat ibadah, dan menyantuni
fakir miskin dan mendidik anak yatim.

2. Jenis-jenis Lembaga Islam di Indonesia

Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikanya, lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut
ada yang bersifat formal dan non formal.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 20


a. Masjid dan surau

Masjid memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan islam. Sebagai


lembaga pendidikan, masjid berfungsi sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga,
agar selanjutnya anak mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan
lingkungannya, Dengan demikian, masjid merupakan lembaga kedua setelah keluarga,
yang jenjang pendidikannya terdiri dari sekolah menengah dan sekolah tinggi dalam waktu
yang sama.

m
b. Pondok Pesantren

o
Pesantren telah dianggap sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia yang mengakar
kuat dari masa pra islam, yaitu bentuk asrama agama budha yang ditransfer menjadi

.c
lembaga pendidikan islam. Di bidang pendidikan, pemerintah mengadakan pembinaan

ie
agar Pesantren manyadari bahwa kondisi Pesantren yang tidak lagi relevan dengan
tuntutan zaman. Pesantren menanggapi himbauan pemerintah dengan mengadakan
t
perubahan terhadap pola pendidikannya agar selaras dengan pendidikan nasional.
ia

Belakangan ini Pesantren telah mengalami perkembangan yang luar biasa, dengan
berdirinya perguruan tinggi di Pesantren.
m

c. Madrasah
u

Madrasah bukan lembaga pendidikan islam asli Indonesia, tetapi berasal dari dunia
islam timur tengah. Di Indonesia istilah “madrasah” di adopsi untuk memenuhi kebutuhan
.s

modernisasi pendidikan islam; dengan sistem klasikal, penjenjangan, penggunaan bangku,


w

bahkan memasukkan pengetahuan umum sebagai bagian kurikulumnya. Di Indonesia


penggunaan istilah madrasah juga berfungsi untuk membedakan antara lembaga
w

pendidikan islam modern dengan lembaga pendidikan islam tradisional.


w

d. Perguruan Tinggi Agama Islam

Umat islam yang merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia mencari berbagai cara
untuk membangun sistem pendidikan islam yang lengkap, mulai dari pesantren yang
sederhana sampai tingkat perguruan tinggi.

Tujuan pendirian lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya adalah menghasilkan
ulama’ yang intelek, yaitu mereka yang mempelajari ilmu pengetahuan agama islam yang

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 21


mendalam dan luas, serta mempunyai pengetahuan umum yang diperlukan dalam
masyarakat modern sekarang.

e. Majelis ta’lim

Majlis ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bersifat non formal, Para
wali menggunakan majlis ta’lim sebagai madia untuk menyampaikan dakwahnya disaat-
saat penyiaran islam.

m
3. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam

o
a. KH. A. Dahlan ( 1869-1923)

.c
Ahmad Dahlan sewaktu mudanya bernama Muhammad Darwis, lahir tahun 1285 H

ie
atau 1868 M di kampung kauman Yogyakarta. Ayahnya seorang ulama’ bernama Abu
Bakar bin KH. Sulaiman pejabat khotib di masjid besar kesultanan Yogyakarta, ibunya
t
adalah putri H. Ibrohim bin KH. Hasan pejabat penghulu kesultanan.
ia

Semasa kecilnya Ahmad Hasan tidak pergi kesekolah karena orang-orang islam pada
m

waktu itu melarang anak-anaknya memasuki sekolah gubernemen. Sebagai gantinya,


Ahmad Dahlan diasuh serta di didik mengaji oleh Ayahnya sendiri, kemudian ia
u

meneruskan pelajaran tafsir dan hadist serta bahasa arab kepada ulama’ lain di Yogyakarta
dan sekitarnya. Dengan bantuan kakaknya (Nyai Hj. Solih) pada tahun 1890, ia pergi ke
.s

Mekkah dan belajar disana selama satun tahun. Ide reformasi yang telah meresap dalam
w

hatinya, dengan dasar ilmu-ilmu yang diperolehnya, demikian pula pengalaman


keagamaan yang telah dialami dimekkah dan ia melakukan perubahan-perubahan dalam
w

kehidupan keagamaan kaum muslim ditanah airnya.

b. KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947)


w

KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan di jombang pada tanggal 14 pemburai 1819M beliau
bermula belajar pada ayahnya sendiri KH. Asy’ari kemudian beliau melanjutkan ke
pondok Pesantren probolinggo, kemudian pindah ke plangitan, semarang, Madura

Pada tahun 1891 beliau belajar di siwalan panji Sidoarjo dengan asuhan KH. Ya’qub
dan yai tersebut tertarik dengan tingkah lakunya dan sopan santunya yang halus, sehingga
yai tersebut ingin mengambil untuk dijadikan menantu yang pada akhirnya pada tahun

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 22


1892 KH. Hasyim Asy’ari menikah dengan Khodijah, kemudian pergi haji bersama istri
dan bermukim disana selama delapan tahun untut menuntut ilmu agama islam dan bahasa
arab, sepulang dari makkah beliau membuat Pesantren pada tanggal 26 Robiul awal tahun
1899M yaitu Pesantren tebuireng dijombang untuk mengamalkan dan mengembangkan
ilmunya.

Pada tahun 1919 tebuireng mulai ada pembaharuan yang pertama kali dengan
mendirikan madrasah salafiyyah sebagai tangga memasuki tingkat menengah Pesantren

m
tebuireng

Pada tahun 1929 KH. Hasyim Asy’ari menunjuk KH. Ilyas untuk dijadikan kepala

o
madrasah salafiyyah dan KH,ilyas akan memperbarui keadaan dalam Pesantren tebuireng

.c
yang telah dicita-citakan oleh KH. Hasyim Asy’ari

ie
Pada masa pimpinan KH. Ilyas beliau memasukkan pengetahuan umum ke dalam
madrasah salafiyyah yaitu:
t
 Membaca dan menulis latin
ia

 Mempelajari bahasa Indonesia


m

 Mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia


u

 Mempelajari ilmu hitung.


.s

c. KH. Abdul Halim (1887-1962)


w

KH. Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887 M, beliau adalah
pelopor pembaharuan di daerah Majalengka Jawa barat, kemudian berkembang menjadi
w

perserikatan ulama’ pada tahun 1911 kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam
(PUI) pada tanggal 5 April 1952 M/ 9 Rojab 1371 H. kedua orang tuanya bersal dari
w

keluarga yang taat beragama ayahnya adalah penghulu di jatiwangi.

Dalam bidang pendidikan KH A. Halim menyelenggarakan pendidikan agama


seminggu sekali untuk orang-orang dewasa. Pelajaran yang disampaikan adalah fiqh dan
hadits, dan berpegang teguh pada madzhab Syafi’i. Dalam menyampaikan pemikirannya,
beliau sangat toleran dan penuh perhatian, serta tidak pernah mengecam organisasi lain
yang tidak sepaham dengannya

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 23


BAB III

Perkembangan Pendidikan Islam Dalam Hubungannya Dengan

Perubahan Sosial di Indonesia

A. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia

Tak dapat dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga pendidikan


Islam juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya pada pesantren, bahkan madrasah

m
dan perguruan tinggi Islam pun tak luput dari dinamika yang ada.

o
Pesantren yang dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa perubahan
dan perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan

.c
teknologi. Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan muatan

ie
materi serta kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi
beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di lingkungan pesantren.
t
Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola
ia

pembelajarannya tidak lagi konvensional, tapi lebih modern dengan berbagai sentuhan
manajemen pendidikan yang dinamis. Mayoritas pesantren dewasa ini juga memberikan
m

materi dan muatan pendidikan umum. Tidak sedikit pesantren yang sekaligus memiliki
lembaga sekolah dan manajemennya mengacu pada Departemen Pendidikan dan
u

Kebudayaan.
.s

Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa


perubahan, seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya,
w

meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar,


membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan
w

pemerintah, mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.


w

Tak pelak, bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga muncul
persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan, kemunculannya
itu antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang berminat mendapatkan
pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam lembaga pemerintahan
maupun lembaga swasta yang mensyaratkan memiliki keterampilan tertentu, seperti
teknik, perawat kesehatan, administrasi dan perbankan.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 24


Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan
perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba
dari perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi
Universitas. Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di perguruan tinggi
Islam yang kini mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama Islam
saja, melainkan juga berbagai disiplin ilmu umum.

m
B. Probelematika Pendidikan Islam di Indonesia

o
Berbagai persoalan dan hambatan mencuat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam
tak dapat dielakkan sebagai ekses dari implementasi kebijakan pendidikan nasional yang di

.c
disain pemerintah. Persoalan di hulu yang berkaitan filosofis pendidikan Islam telah

ie
menimbulkan diskursus, demikian pula di hilir pada tataran implementatif pendidikan
Islam masih jauh dari kesempurnaan spirit ajaran Islam. Senyata dan sejatinya nilai-nilai
t
Islam sangat universal dan pengejawantahan nilai-nilai Islam akan membawa manfaat bagi
ia

semua.

1. HambatanPolitis: Internal dan Eksternal


m

Secara internal hambatan politis terjadi disebabkan terlalu campur tangannya


u

organisasi massa (ormas) Islam yang memayungi sekolah-sekolah berbasis keislaman.


Keinginan ormas untuk menunjukkan jati diri politis cukup kental dengan memasukkan
.s

sejumlah matapelajaran yang berkaitan dengan asal usul pendirian ormas tersebut. Sebut
w

saja misalnya ada materi kemuhammadiyahan yang diberikan mulai dari sekolah dasar
hingga ke perguruan tinggi. Demikian pula materi ahlus sunnah wal jamaah diberikan
w

untuk sekolah yang berbasis ormas Nadhatul Ulama (NU) atau yang di dirikan oleh para
tokoh NU. Sekolah atau madrasah yang terkait kedua organisasi massa Islam terbesar di
w

Indonesia itu seolah ingin menunjukkan jati diri meraka masing-masing sebagai sekolah
yang “paling benar” dalam mengemban misi dan visi keislaman. Alhasil, muatan
kurikulum sekolah-sekolah berbasis ormas ini seakan ‘over dosis’ karena kelebihan beban.
Sekolah-sekolah umum berbasis Islam ini tidak hanya harus mengikuti kebijakan politis
ormas yang melahirkannya dengan mengejawantahkan kebijakan tersebut ke dalam
kurikulum sekolah. Tetapi juga tentunya harus mengkuti ketentuan dan kebijakan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 25


pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional sebagai Pembina utama
sekolah-sekolahtersebut.

Persoalan politis yang berasal dari internal umat Islam ini memang sudah menjadi ciri
khas dari kedua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia itu. Mereka saling berupaya
secara sendiri-sendiri ingin menampilkan keunggulannya masing-masing.
Konsekuensinya, penyelenggaraan pendidikan Islam yang ada di Indonesia ini
berkembang tanpa sinergitas dan perbedaan yang diramu untuk suatu keunggulan yang

m
lebih besar. Masing-masing ormas tetap ingin mempertahankan jati diri dan kekhasannya
sendiri-sendiri. Maka, untuk kondisi saat ini masih sulit memimpikan kebersamaan antara

o
kedua ormas tersebut dalam bekerjasama untuk melahirkan sekolah-sekolah Islam yang
efektif dan di segani tidak hanya di Indonesia tetapi di kancah iternasional.

.c
Dari hambatan politis bersifat internal antar umat Islam (baca: ormas Islam) di

ie
Indonesia, penyelenggaraan pendidikan Islam juga dihadapkan hambatan politis yang
bersifat eksternal. Hambatan disebabkan berbagai kebijakan pemerintah yang kurang
t
memerhatikan maksimal terkait dengan penyelenggaraan pendidikan Islam.Walau diakui
ia

ada kemajuan tapi masih jauh dari harapan rakyat Indonesia yang mayoritas
berpenduduknay beragama Islam.
m

Secara politis kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diatur melalui


u

UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 diakui memang memuat keberadaan


pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren. Namun pencantuman Madrasah dalam
.s

UU itu sekedar “pelengkap” komponen utama pendidikan nasional. Kenapa demikian?


w

Karena dalam tataram praksis perhatian penyelenggara Negara tampaknya lebih menaruh
perhatian dan fokus pada sekolah-sekolah umum (dibawah pengawasan Kemendiknas)
w

baik dari sis teknis peningkatan mutu persekolahan maupun sisi anggaran yang tersedia.
Padahal, menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional (UUSPN), madrasah
w

memiliki kedudukan dan peran yang sama dengan lembaga pendidikan lainnya
(persekolahan). Dengan kenyataan ini seringkali tatkala membahas pengembangan
persekolahan, sistem pendidikan Islam (madrasah) tidak ikut dikaji secara baik oleh
pemangku kebijakan bahkan cenderung diabaikan “neglected community”.

Desentralisasi, demokrasi dan otonomi merupakan isu yang mengemuka sekarang ini
sebagai dampak dari implementasi UU no.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang itu menyatakan bahwa desentralisasi adalah azas dan proses pembentukan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 26


otonomi daerah dan penyerahan wewenang pemerintah di bidang tertentu oleh Pemerintah
Pusat. Otonomi ini meliputi juga sektor pendidikan, sehingga menampakkan kesan
dualisme dalam pengelolaan pendidikan antara Pusat dan Daerah. Pada bagian lain
pendidikan umum berciirikan Islam (madrasah) ditangani Kementerian Agama sedangkan
sekolah umum bercirikan Islam diawasi Kementereian Pendidikan Nasional. Padahal
berdasarkan teori sistem yang dikemukakan David Easton dalam HAR Tilaar (2009)
manajemen pendidikan memerlukan keterpaduan penggerakan system sebagai syara
tpenting keberhasilan sistem.

m
Secara sociocultural politis pendidikan Islam berlangsung semenjak masuknya Islam di

o
persada Nusantara. Sejak lama masyarakat menumbuh-kembangkan pendidikan Islam baik
di mesijid maupun pesantren dengan cara bergotong royong. Kemandirian adalah cirri

.c
utama pemdidikan Islam kala itu. Hanya saja stigma pendidikan Islam merupakan urusan

ie
akherat begitu mengental hingga mempengaruhi tumbuh kembang disiplin ilmu selain
agama. Padahal, dunia Barat maju seperti sekarang ini tidak terlepas dari hasil kajian
t
cendekiawan Muslim terdahulu. Di Indonesia, dalam konteks sociocultural politics,
ia

skenario penjajah yang berciri “devide et impera” sukses memisahkan urusan dunia dan
ukhrowi, efeknya terasa hingga kin tatkala muncul kesadaran untuk tidak memisahkan
m

keduanya.

2. Hambatan Kultural: Internal dan Eksternal


u

Kita sangat menyayangkan hingga kini lembaga-lembaga pendidikan Islam masih sulit
.s

dijadikan model lembaga pendidikan yang paripurna dan berlaku umum di Indonesia. Hal
w

ini disebabkan lemahnya kinerja yang ditunjukkan serta rendahnya motivasi untuk
menjadikan lembaga pendidikan Islam ini sebagai “kawah candradimuka” para intelektual
w

yang agamis dan para ulama yang intelektual. Kurangnya kesungguhan penyelenggara
pendidikan Islam dalam mengelola lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan
w

sekolah berbasis keislaman disinyalir karena kesadaran umat Islam atas kewajiban
menuntut ilmu masih rendah. Gejala rendahnya budaya membaca, belajar dan bekerja
keras menunjukkan bahwa pemahaman umat Islam tentang nilai-nilai Islam belum merata
dan menjadi hambatan untuk maju berprestasi. Pengelola merupakan pencerminan dari
kondisi umat islam yang tidak terlepas dari hambatan kultural internal tersebut. Pengelola
belum mampu bangkit menjadi “agent of change”, para pembaharu perilaku dan budaya
untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam bentuk ketauhidan social seperti menegakkan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 27


disiplin sekolah secara ajeg dan konsisten, menyebarkan budaya membaca dan bekerja
keras serta nilai-nilai social keislaman lainnya.

Kondisi internal umat Islam yang masih lemah untuk menanam-suburkan nilai-nilai
Islam itu oleh para penyelenggara dan pengelola pendidikan Islam, pada akhirnya
berpengaruh juga pada persepsi masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam.
Fenomena kondisi cultural umat Islam yang menyelenggarakan pendidikan Islam
merupakan aspek internal yang saling kait mengkait dengan persepsi umat Islam di luar

m
lembaga tersebut. Sehingga kedua-duanya (kultural internal dan eksternal) menjadi
hambatan bagi kemajuan dan pengembangan mutu penyelenggaraaan pendidikan Islam.

o
Persepsi masyarakat sudah terlanjur terpengaruh dengan paradigm bahwa pendidikan
Islam hanya berkutat pada masalah agama dan kurang menaruh perhatian pada

.c
pengembangan aspek-aspek lainnya seperti kecerdasan intelektual dan sosial.

ie
Hambatan kultural baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)
masih ditambah dengan sistem pendidikan nasional yang terkesan juga terjebak diskursus
t
dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan agama. Persepsi masyarakat sudah terlanjur
ia

terbentuk sangat kuat tentang hal itu. Terlebih lagi penguasaan agama sebagian umat Islam
juga masih rentan dipengaruhi budaya-budaya lokal setempat yang ternyata ssulit
m

dihilangkan, bahkan cenderung dapat menguburkan nilai-nilai Islam sesungguhnya.


Budaya-budaya lokal yang diadopsi tanpa landasan filosofis yang kuat bisa menjadi
u

boomerang kemajuan umat Islam.


.s

3. Hambatan Manajerial: Internal dan Eksternal


w

Hambatan penyelenggaraan pendidikan Islam dari sisi manajerial terjadi juga secara
internal dan eksternal. Praktek kepemimpinan di madrasah sering menunjukkan model
w

tradisional, yakni kepemimpinan paternalistik, feodalistik dan karismatik. Dominasi


w

senioritas terkadang mengganggu perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan.


Munculnya kreativitas inovatif dari kalangan muda terkadang dipahami sebagai sikap yang
tidak menghargai senior. Kondisi yang demikian ini memunculkan kesan bahwa
meluruskan langkah atau mengoreksi kekeliruan senior dianggap tabiat buruk atau su’ul
adab. Iklim ini berlangsung dalam pendidikan Islam di Indonesia. Padahal manajemen
profesional mempersyaratkan perlunya top down serta juga bottom up approach. Menurut
Yukl dan Sharplin dalam Sonhadji (2003) model kepemimpinan yang mengandalkan sifat

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 28


dan karismatik tidak akan bertahan lama dan organisasi modern tidak menerapkannya
karena tidak mampu membuat sistem yang baik.

Perwujudan tujuan Pendidikan Nasional, sebagaimana diamanatkan dan dirumuskan


dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 1989, yang diperbaharui melalui UU No. 20 tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, seharusnya melibatkan berbagai sumber daya
baik sumber daya manusia maupun non manusia seperti dana, sarana prasarana, alat-alat,
media dan sebagainya. Orang yang bertanggungjawab untuk mengelola, mengatur,

m
memadukan, dan mengarahkan semua bentuk sumber daya itu dalam lapangan pendidikan
disebut manajer pendidikan. Di dunia persekolahan/madrasah, tugas-tugas manajerial

o
dilakukan terutama oleh kepala sekolah/madrasah. Dualisme manajemen pendidikan
Islam merupakan fenomena yang biasa di lembaga pendidikan swasta yang memiliki dua

.c
top manager yaitu kepala madrasah dan ketua yayasan (atau pengurus). Meski telah ada

ie
garis kewenangan yakni kepala madrasah memegang kendali akademik sedangkan ketua
yayasan (pengurus) membidangi penyediaan sarana dan prasarana, di dalam praktik terjadi
t
overlapping. Masalah ini bertambah buruk jika di antara pengurus yayasan ada yang
ia

menjadi staf pengajar. Di samping ada kesan mematai-matai kepemimpinan kepala


madrasah, juga ketika staf pengajar tersebut melakukan tindakan indisipliner (sering
m

datang terlambat), kepala madrasah merasa tidak berdaya menegumya .

4. Hambatan SDM: Profesionalisme Pengawas, Kepala Madrasah dan Guru


u

Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan
.s

occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan
w

atau latihan khusus. Jadi, para professional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah
memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk suatu pekerjaan.. Oleh karena
w

itu dituntut kompetensi atau kemampuan profesional dari seorang guru. Kompetensi
profesional merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran. Guru
w

harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai subyek yang diajarkan, mampu
mengikuti kode etik profesional dan menjaga serta mengembangkan kemampuan
profesionalnya.

Berbagai permasalahan pembelajaran yang sering dikeluhkan masyarakat antara lain


rendahnya minat guru dalam mengajar, ketidakmampuan guru mengatasi kesulitan
menyusun dokumen-dokumen pembelajaran, kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar
menggunakan ketrampilan mengajar yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran, ada

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 29


guru yang selalu ketinggalan informasi pembaharuan bidang pembelajaran, kurangnya
koordinasi antar kolega, model dan strategi pembelajaran yang tidak efektif dan
permasalahan lain yang berkaitan dengan pembelajaran.

Di lain pihak ada pemahaman di antara guru bahwa kegiatan supervisi baik yang
dilakukan oleh pengawas sekolah/madrasah maupun kepala sekolah/madrasah diidentikkan
dengan evaluasi sehingga guru lebih cenderung resah ketika menerima supervisi tersebut
karena merupakan program dari atasan. Pelaksanaan supervisi selama ini sifatnya mencari

m
kelemahan para guru sehingga para guru merasa waswas bila didatangi supervisor. Sasaran
pengamatan yang dilakukan supervisor terlalu luas dan bersifat umum sehingga sukar

o
memberikan umpan balik yang terarah dan bermanfaat bagi pembelajaran siswa di kelas.
Umpan balik hanya bersifat pengarahan yang mengedepankan power bahkan serangkaian

.c
instruksi yang berbau ancaman dan tidak melibatkan guru dalam menganalisis dirinya serta

ie
tidak menemukan cara mengatasi kesulitan guru dalam mengajar. Selain itu supervisor
jarang melakukan monitoring keberadaan proses belajar di dalam kelas, hanya
mengandalkan laporan dokumen yang diberikan guru.
t
ia

Munculnya permasalahan pembelajaran tersebut tentu saja disebabkan berbagai hal


misalnya pembinaan yang kurang efektif dari supervisor, rendahnya hubungan kolegial
m

guru melakukan tukar pengalaman mengenai pembelajaran, terlalu sedikitnya informasi


baru mengenai pembelajaran yang bisa diakses oleh guru dan lain-lain. Semua
u

permasalahan tersebut sebetulnya tidak perlu terjadi jika profesionalisme yang tinggi ada
.s

pada supervisor dan juga pendidik. Jika ada kemauan bersama untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran maka permasalahan kesulitan mengajar bagi guru
w

akan dapat teratasi melalui kegiatan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh pengawas
sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah dan teman sejawat guru melalui kegiatan
w

supervisi (Sagala, 2010).


w

Adapun sasaran utama supervisi pembelajaran adalah guru, yaitu membantu guru
dengan cara melakukan perbaikan situasi belajar-mengajar dan menggunakan ketrampilan
mengajar dengan tepat. Bantuan melalui kegiatan supervisi pembelajaran guru akan
mampu mengidentifikasi perilaku guru yang mendasari konsep pembelajaran. Dalam hal
ini supervisor membantu guru antara lain menyusun silabus dan RPP mengacu pada
standar isi, memberikan contoh dan menjelaskan penggunaan model dan strategi

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 30


pembelajaran, mengulang pertanyaan dan penjelasan jika siswa tidak memahaminya
(Sagala, 2010).

Melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh supervisor maka


kondisi nyata di kelas tentang rendahnya mutu layanan belajar dapat dilihat bersama.
Rendahnya mutu layanan belajar di kelas dapat saja sebagai akibat antara lain dari tata
kelola sekolah yang tidak baik, pengawasan sekolah yang kurang berkualitas, rendahnya
kualitas guru dalam mengajar, minimnya fasilitas pembelajaran yang kesemuanya itu

m
berdampak negatif terhadap keberhasilan sekolah.

Keberadaan yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan profesionalisme

o
guru ternyata pada prakteknya menemui berbagai kendala dan persoalan. Beban kerja yang

.c
mempersyaratkan guru melakukan tatap muka paling sedikit 24 jam/minggu cukup
memberatkan. Kenapa demikian? Karena merancang tatap muka yang efektif, seorang

ie
guru tentu membutuhkan waktu persiapan yang cukup lama bahkan effort-nya berat.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
t berkewajiban merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
ia

mengevaluasi hasil pembelajaran Hal lain yang belum dibahas UU tersebut adalah
kedudukan, kesejahteraan dan keikutsertaan para guru swasta dalam sertifikasi yang
m

dipersyaratkan UU Guru dan Dosen. Kompetensi guru terkait dengan profesionalisme.


Profesi keguruan merupakan jabatan yang dilandasi oleh berbagai kemampuan dan
u

keahlian.
.s

Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru


w

menjelaskan bahwa kompetensi yang diperlukan oleh guru terbagi atas empat kategori,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
w

kompetensi sosial. Keempat macam kompetensi ini dijadikan landasan dalam rangka
mengembangkan sistem pendidikan tenaga kependidikan. Berbagai program
w

pengembangan profesionalisme guru selama ini lebih memerhatikan kompetensi


pedagogik dan professional (penguasaan metode dan materi ajar). Padahal kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial merupakan domain kompetensi emosional yang
berdasarkan hasil penelitian Goleman (1995, 1998) telah terbukti menyumbang 80%
keberhasilan kinerja/pekerjaan seseorang (achieved performance).

Guru sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang
ada pada siswa memiliki tanggung jawab besar yang memungkinkan berhasil atau tidaknya

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 31


ia mengembangkan potensi siswanya. Dalam prosesnya hingga kini masih banyak
ditemukan kemungkinan-kemungkinan yang bersifat negatif yang menjadi penghalang
keberhasilan tujuan yang diharapkan. Tidak semua guru yang dididik dalam lembaga
pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Jika boleh dikata, masyarakat kita saat ini
sudah terlanjur mempercayai, mengakui dan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab
pendidikan anak-anaknya kepada guru. Kepercayaan masyarakat terhadap guru untuk
mendidik anak-anak mereka merupakan implikasi dari pengakuan masyarakat akan profesi
guru. Namun kenyataan dilapangan tidak berbanding lurus dengan apa yang diharapkan.

m
hal ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri bagi guru dalam menyikapi kepercayaan
masyarakat ini. Dalam hal ini, guru haruslah memiliki kualitas yang memadai. Kualitas ini

o
tidak hanya pada tataran normative semata, akan tetapi juga pada aspek yang berkaitan

.c
dengan kompetensi pedagogik, kompetensi personal (kepribadian), kompetensi sosial
maupun kompetensi profesional.

ie
Permasalahan yang terjadi dilapangan seringkali menjadi hambatan bagi proses yang
t
berlangsung. Dalam hal ini diperlukan adanya satu formula yang tepat untuk dapat
ia

memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan proses yang sedang


berlangsung, khususnya dalam proses belajar mengajar. Supervisi sebagai salah satu
m

alternatif solusi bagi pemecahan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar
disekolah khususnya dikelas menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan, sehingga
u

kemungkinan-kemungkinan yang bersifat negatif yang menjadi penghambat dalam proses


itu dapat teratasi tentunya dengan cara-cara yang bijak dan professional.
.s

5. Hambatan Ekonomis: Internal dan Eksternal


w

Berdasarkan data yang diperoleh siswa putus sekolah (drop out dari madrasah cukup
w

tinggi, tercatat Pada tahun ajaran 2008/ 2009, siswa yang putus sekolah di tingkat
madrasah ibtidaiyah (MI) tercatat 12.161 dari 2.916.227 siswa, madrasah tsanawiyah
w

(MTs) 18.723 dari 2.437.262 siswa, dan madrasah aliyah (MA) 4.290 dari 397.366 siswa.
Sementara pada tahun ajaran 2009/2010, jumlah siswa yang putus sekolah di MI sebanyak
7.364 siswa, MTs 9.101 siswa, dan MA sebanyak 3.405 siswa. Meski menurun, angka
tersebut masih lebih tinggi dibanding jumlah siswa putus sekolah di lembaga pendidikan
umum. Tingginya angka putus sekolah di madrasah sebagian besar dilatarbelakangi faktor
ekonomi. Hal ini karena para orang tua siswa yang umumnya hidup dengan tingkat
kesejahteraan dan perekonomian yang rendah. Kondisi ini berimbas pada citra yang

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 32


dilekatkan pada lembaga pendidikan madrassah yakni sebagai lembaga pendidikan bagi
siswa tak mapu. Padahal, tak sedikit siswa madrasah berpotensi (Angka Putus Sekolah di
Madrasah Masih Tinggi, Republika, 23 Maret 2011).

Pemerintah (Kementerian Agama) memiliki dana pendidikan yang terbatas sementara


jumlah madrasah sangat banyak. Oleh karena itu pengelolaan dana pendidikan menjadi hal
yang mendesak diperhatikan. Suatu sekolah haruslah memiliki kemampuan dalam
mengelola dan mengalokasikan dana pendidikan sehingga sumber daya yang berupa uang

m
dapat diberdayakan secara optimal. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas
penyusunan anggaran, partisipasi stakeholder dalam pengelolaan dana pendidikan dan

o
pengawasan pengelolaan dana pendidikan oleh komite sekolah berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas pendidikan, sedangkan kualitas laporan keuangan tidak

.c
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pendidikan.

ie
Problem putus sekolah yang masih tinggi di madrasah disinyalir karena pengelolaan
dana pendidikan belum maksimal. Jumlah madrasah negeri sangat sedikit dibanding
t
jumlah madrasah swasta. Itu berarti Kementerian Agama sebagai Pembina dan Pengendali
ia

operasional sekolah madrasah tidak hanya terpaku membantu persoalan pendanaan


madrasah negeri, sebab mayoritas populasi siswa madrasah berada di madrasah swasta.
m

Terlebih lagi kondisi lingkungan kemasyarakatan dan status sosial keluarga siswa
madrasah swasta belum sepenuhnya menunjang kelancaran program madrasah dalam
u

meningkatkan kualitas siswa secara optimal. Masalah ekonomi dan pengelolaan dana
.s

pendidikan menjadi hal yang krusial.


w

6. Hambatan Paradigma Entrepreneurship & Pengembangan Usaha Produktif

Sekolah berkualitas tidak selalu harus mahal, tetapi memang untuk menjadikan sekolah
w

itu berkualitas memerlukan dana yang tidak sedikit. Mahal bersifat relative dan erat
w

berkaitan dengan biaya. Biaya tinggi (high cost) seolah telah menjadi fenomena dunia
pendidikan dalam mengelola dana-dana yang dibutuhkan bagi operasionalisasi kegiatan
persekolahaan. Kegiatan pendidikan memang memerlukan dana, tetapi jika tidak dikelola
dengan paradigma yang tepat maka pembiayaan pendidikan menjadi jauh dari keefektifan
pembiayaan (cost effectiveness).

Pola pikir penyelenggara sekolah/madrasah perlu dirubah dalam mengelola dana


pendidikan. Efisiensi yang bertumpu pada cost effectiveness semestinya dapat menjadi

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 33


prinsip kerja pengelola dana pendidikan. Prinsip manajemen ekonomi yaitu sinergi antara
efektifitas dan efisiensi yang memunculkan produktivitas kiranya dapat diterapkan juga
pada dunia pendidikan dalam konteks tata pandang entrepreneurship atau kewirausahaan
di madrasah.

Entrepreneurial school/university atau pendidikan berwawasan kewirausahaan telah


menjadi motto dan perhatian dunia pendidikan. Namun kenyataan lingkungan sekolah
belum sepenuhnya sadar secara faktual akan pentingnya membentuk jiwa kewirausahaan.

m
Sebagian mereka tampak kurang menyadari akan arti penting mengembangkan usaha
produktif. Birokrasi sekolah tidak selalu kondusif bagi untuk mengaktualisasi dan

o
mengekspresikan jiwa dan semangat bisnisnya. Padahal, untuk menumbuhkembangkan
jiwa kewirausahaan dan membentuk karakter entrepeneurial di sekolah membutuhkan

.c
lingkungan kondusif. Kegiatan/ program menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan di

ie
sekolah mulai perlu disosialisasikan.

Paradigma entrepreneurship berbeda dengan


t komersialisasi. Jika karakter
kewirausahaan menanam suburkan pola-pola pikir kreatif, menciptakan produk/gagasan
ia

dan menjadikannya memiliki nilai tambah ekonomis, maka komersialisasi merupakan


kegiatan “menghalalkan segala cara” melanggar rambu etika dengan memanfaatkan
m

wewenang dan peluang yang dimiliki. Contoh dari komersialisasi di dunia pendidikan
misalnya menjadikan obyek terdidik (siswa dan mahasiswa) sebagai sumber penghasilan
u

dengan memperoleh pemasukan dari biaya buku, biaya gedung, SPP yang mahal dan lain-
.s

lain. Bentuk komersialisasi seperti ini harus dikikis dan jauh dari mentalitas penyelenggara
pendidikan diganti dengan paradigma entrepreneurship. Saat ini pemangku kepenting lebih
w

mudah menaikkan SPP untuk menutupi dana operasional.


w
w

C. Pesantren dan Perubahan Sosial

Pesantren adalah sebuah komunitas peradaban yang memiliki ciri khas tersendiri
Pesantren menjadi tempat untuk pembinaan moral-spiritual kesalehan seseorang dan
pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam yang menjadi ciri khas dan tata nilai yang di ajarkan
di pesantren adalah jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa persaudaraan, jiwa
kemandirian dan jiwa kebebasan atau kemerdekaan. Lima hal tersebut di namakan sebagai
panca jiwa pondok pesantren.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 34


Pesantren sebagai bagian intrinsik dari mayoritas muslim Indonesia dapat ditelusuri
dari aspek historis pesantren yang keberadaannya relatif cukup lama. Penelitian tentang
pesantren menyebutkan, pesantren sudah hadir di bumi nusantara seiring dengan
penyebaran Islam di bumi pertiwi ini. Ada yang menyebutkan, pesantren sudah muncul
sejak abad akhir abad ke-14 atau awal ke-15, didirikan pertama kali oleh Maulana Malik
Ibrahim yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Sunan Ampel. Namun berdasarkan
data yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, pesantren dalam pengertiannya yang
sesungguhnya tumbuh-kembang sejak akhir abad ke-18. Dalam hal ini, Tegalsari dianggap
sebagai pesantren tertua.

m
Terlepas kapan pertama kali muncul, tapi pesantren dianggap sebagai lembaga
pendidikan Islam Indonesia pertama yang indigenous. Sebagai misal, pendidikan yang
dikembangkan sangat mengapresiasi, tapi sekaligus mampu mengkritisi budaya lokal yang

o
berkembang di masyarakat luas. Karena itu, meskipun kurikulum pendidikan yang

.c
dikembangkan ditekankan pada pola yang mirip dengan dunia Islam lain yang menganut
fiqh mazhab Shafii,Namun pola ini dikembangkan secara terpadu dengan warisan

ie
keislaman Nusantara yang telah muncul dan berkembang sebelumnya, yaitu (mistisisme)
tasawuf. Amalgamasi keilmuan ini melahirkan intelektualitas dengan nuansa fiqh-sufistik,
yang sangat akomodatif terhadap tradisi dan budaya Nusantara yang ada saat itu.
t
Kurikulum ini kemudian dirumuskan dalam visi pesantren yang sangat sarat dengan
ia

orientasi kependidikan dan sosial.

Fiqh-sufistik yang dianut pesantren tersebut sangat berwatak transformatif yang


m

menjadikan pesantren memiliki kemampuan untuk menyandingkan nilai-nilai universal


Islam dengan kehidupan nyata. Dalam bahasa lain, sebermula sekali pesantren
u

menyebarkan ajaran Islam, lembaga ini telah berupaya untuk melakukan kontekstualisasi
Islam dengan realitas kehidupan yang ada. Islam normatif yang absolut dan meta-historis
.s

didialogkan dengan ruang dan waktu yang berkembang saat itu.


w

Melalui pendekatan semacam itu, pesantren pada satu pihak menekankan kepada
kehidupan akhirat serta kesalehan sikap dan perilaku, dan pada pihak lain pesantren
memiliki apresiasi cukup tinggi atas tradisi-tradisi lokal. Keserba-ibadahan, keikhlasan,
w

kemandirian, cinta ilmu, apresiasi terhadap khazanah intelektual muslim klasik dan nilai-
nilai sejenis menjadi anutan kuat pesantren yang diletakkan secara sinergis dengan
w

kearifan budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Berdasar pada nilai-nilai Islam
yang dipegang demikian kuat ini, pesantren mampu memaknai budaya lokal tersebut
dalam bingkai dan perspektif keislaman. Dengan demikian, Islam yang dikembangkan
pesantren tumbuh-kembang sebagai sesuatu yang tidak asing di bumi Nusantara. Islam
bukan sekadar barang tempelan, tapi menyatu dengan kehidupan masyarakat.

Pola dan pendekatan itu tampaknya sangat menjanjikan bukan hanya bagi
perkembangan Islam di Nusantara, tapi juga bagi keberadaan Nusantara yang nantinya
memetamorfosis menjadi Indonesia. Berdasar pada keislaman pesantren itu, masyarakat
santri pada masa-masa awal dan pertengahan memunculkan diri sebagai pious-

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 35


transformative community; masyarakat yang mengedepankan kesalehan yang selalu
melakukan transformasi sosial. Terlepas dari kekurangan dan kelemahan yang mereka
alami, mereka selalu berupaya berada dalam garis depan untuk melakukan pemberdayaan
terhadap masyarakat lingkungan mereka, dan mengembangkan kehidupan di mana pun
mereka berada. Pesantren –sampai batas tertentu –mampu mengantarkan masyarakat
Muslim Nusantara (dan nantinya Indonesia) sebagai khalifah Allah yang bekomitmen
untuk mengembangkan kehidupan sebaik mungkin di mana dan kapan saja mereka hidup.
Maka, pandangan semacam “di mana bumi berpijak, di situ langit dijunjung” menjadi
anutan kuat santri, masyarakat muslim hasil pendidikan pesantren. Pada sisi ini, peran
mereka dalam melawan penjajahan, pembentukan negara Indonesia, dan mengisi

m
kemerdekaan menjadi tinta emas yang menghiasi sejarah Nusantara dan Indonesia.

Pesantren memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan

o
masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat.

.c
 Peran Pesantren dan Tantangan Masa Depan

ie
Tantangan terbesar dalam menghadapi globalisasi dan modernisasi adalah
pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan ekonomi. Dalam kehidupan telah terjadi
t
transformasi di semua segi terutama sosial dan budaya yang sangat cepat dan mendasar
ia

pada semua aspek kehidupan manusia. Berbagai perubahan tersebut menuntut sikap mental
yang kuat, efisiensi, produktivitas hidup dan peran serta masyarakat.
m

Dua hal tersebut (SDM dan pertumbuhan ekonomi) harus diarahkan pada pembentukan
u

kepribadian, etika dan spritual. Sehingga ada perimbangan antara keduniawian dan
keagamaan. Dengan perkataan lain pesantren harus dapat turut mewujudkan manusia yang
.s

IMTAQ (beriman dan bertaqwa), yang berilmu dan beramal dan juga manusia modern
w

peka terhadap realitas sosial kekinian. Dan itu sesuai dengan kaidah ”al muhafadotu ’ala
qodimish sholih wal akhdu bi jadidil ashlah” (memelihara perkara lama yang baik dan
w

mengambil perkara baru yang lebih baik).

Langkah awal yang perlu di lakukan pesantren adalah komitmenya dalam


w

menerapkan”Tri Dharma Pesantren” yakni: pendidikan, penelitian dan pengabdian


masyarakat. Hal ini sebagai langkah integrasi-nya pesantren dalam memerankan fungsinya
di masyarakat luas. Sehingga pesantren tidak hanya melahirkan agamawan saja, tetapi juga
agamawan yang ”luwes” -inklusif, mempunyai jiwa sosial-kemasyarakatan serta
kepribadian mandiri dan intrepreneurship.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 36


Dan sekarang nampaknya pesantren telah menunjukan peranya di masyarakat dan
menepis anggapan – anggapan yang seolah memojokkan pendidikan pesantren dalam hal
ini madrasah orang beranggapan bahwa lulusan atau alumni madrasah hanyalah bisa
berfatwa dan mengajari ngaji saja, Dan sekarang sebuah anggapan itu sudah bergeser.
Alumni-alumni pesantren sudah biasa “beradaptasi” dengan dunia luar, mulai
berkecimpung di dunia pendidikan, politik, social-budaya, kewirausahaan dan lain
sebagainya.

m
Bahkan dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak yang mengadopsi dari pendidikan
pesantren termasuk full day school, Berbusana muslim serta pendidikan berbasis karakter,

o
pendidikan pesantren mengajarkan keteladanan sebagaimana kata pepatah” satu
keteladanan lebih berarti daripada sejuta arahan”.

.c
Sekarang ini menjadi lulusan pesantren atau madrasah menjadi sebuah kebanggaan

ie
tersendiri bagi orang tua dan masyarakat karena matang jiwa kemandirianya dan berperan
di masyarakat,dalam realitas sekarang ini banyak pengangguran yang kebanyakan di isi
t
oleh kelas menengah terpelajar ketidak berdayaan kelas terpelajar ini sebenarnya di
ia

akibatkan oleh sistem sebagai struktur pembelajaran yang telah membawa dampak pada
alienasi (keterasingan) peserta didik terhadap dunia luar.alienasi dalam kerangka
m

tradisional di pahami bahwa peserta didik telah mempunyai persepsi sekolah atau lembaga
pendidikan telah di anggap dapat menjanjikan kerja langsung.padahal perkembangan
u

dalam dunia kerja begitu cepat melebihi nalar keilmuan yang di ajarkan di lembaga
.s

sekolah.maka ketika sudah terjadi hal seperti ini keputusasaanlah yang akan muncul.
w
w
w

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 37


BAB IV

Perkembangan Pendidikan Pada Awal Pengaruh Barat

A. Pendidikan di Indonesia Pada Masa Portugis dan VOC


1. Pendidikan Masa Portugis
a. Sejarah Awal Masuknya Portugis ke Indonesia
Portugis pertama kali singgah di malaka tahun 1509 M setalah sebelumnya
menaklukkan kerajaan Goa India. Ini berarti Potugis hadir di Indonesia hampir satu dekade

m
setelah Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa. Tahun 1511 M,
Malaka sudah dapat dikuasai oleh Avonso de Albuquerqe ( 1459-1515M ) Dua tahun

o
kemudian, Patih Unus putra raden Patah memimpin armada menyerang Portugis di

.c
Malaka, tetapi berakhir dengan kegagalan. Berikutnya Portugis bergerak untuk menguasai
daerah rempah-rempah yang berpusat di Maluku. (Berasal dari bahasa Arab Jazirat Al-

ie
Mulk, yakni kepulauan raja-raja) Ketika Portugis menjejakkan kakinya di Maluku seperti
diutarakan oleh Russell Joness, Islam telah mengakar di kalangan penduduk setempat
t
sekitar 80 tahun. Di daerah ini khussnya Ambon, melalui peran Ordo Domonikan mampu
ia

mengkonversikan ke dalam agama Roma Katolik sekitar 25.000 orang di kepulauan Solor.
Dari catatan Ismatu Ropi, Katolik Roma ini merupakan fase kedua masukknya Kristen di
m

Indonesia melalui jasa Ordo Dominikan yang turut hadir bersama armada Portugis. Fase
pertama adalah masuknya Gereja Timur Nestorian yang ditengarahi sempat muncul
u

disilboga Sumatera utara sekitar abad ke 16 juga. Sedangkan fase ke tiga adalah Kristen
.s

protestan yang muncul bersamaan dengan armada pelayaran Belanda.


Pendidikan pada masa Portugis ini secara mendasar dikerjakan oleh organisasi misi
w

Katolik Roma. Baru pada tahun 1536, di bawah Antonio Golvano, penguasa Portugis di
Maluku, didirikan sekolah seminari yang menerima anak-anak pemuka pribumi. Selain
w

pelajaran agama, mereka juga diajari membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah sejenis di
w

buka di Solor dimana bahasa latin juga diajarkan kepada murid muridnya.Mereka yang
berkeinginan melanjutkan pendidikan dapat pergi ke Goa-India yang ketika itu merupakan
pusat kekuatan Portugis di Asia. Perkembangan pendidikan di zaman Portugis ini dapat
dinyatakan berpusat di Maluku dan sekitarnya, sebab di daerah-daerah lain kekuasaan
Portugis kurang begitu mengakar. Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, membuat
kapal dan persenjataan kemungkinan mereka untuk melakukan ekpedisi, ekplorasi dan
ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru
ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupaka bangsa Eropa pertama yang tiba

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 38


di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber
rempah-rempah yang berharga dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma.

b. Penyebaran Pendidikan di Indonesia Pada Masa Portugis


Sejarah pendidikan yang melaksanakan dengan system pengajaran dengan wujud
lembaganya yang lebih dikenal dengan sekolah sebenarnya sudah di mulai pada permulaan
abad ke-16 yaitu pada saat kedatangan bangsa Portugis di Indonesia yang kemudian di
susul oleh bangsa Spanyol. Kedatangan bangsa Portugis membawa pandangan tidak

m
terlepas dari konteks perkembangan sistem dunia yang semakin meluas sebagai akibat
ekspansi barat sejak akhir abad ke-15 antara bangsa-bangsa Eropa di Asia khusunya.

o
Dilihat dari sudut pandangng bangsa-bangsa Eropa dengan sikap keagamaanya dalam abad

.c
pertengahan dengan usaha kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris yang menyertai
ekspedisi Portugis dan Spanyol semakin memperhebat membawa pengaruh terhadap

ie
pendidikan di daerah-daerah yang bersangkutan. Ketika pendeta Ignatius Loyola untuk
pertama kali mendirikan Ordo Jesuit di Paris dengan membangun sebuah organisasi yang
t
sangat militant untuk memperjuangkan dan menyebarluaskan agama tersebut dengan
ia

segala penjuru dunia.


Jumlah peserta sekolah-sekolah Jesuit yang semakin meningkat sebagian besar
m

terhantung pada prioritas pelajaran tentang Sastra Yunani dan Romawi.para murid
dianjurkan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan deklamasi dan perdebatan di luar
u

jam sekolah ,bersaing untuk memperoleh penghargaan dan hadiah,sehingga sekolah


.s

mampu menarik anak-anak berbakat yang akhirnya mendapat perhatian dan sambutan dari
berbagai kalangan masyarakat tanpa mempersoalkan agama dan status sosialnya,sehingga
w

murid-muris yang berbakat inilah yang nantinya memberikan pengaruh besar terhadap
w

pendidikan di Indonesia. Salah seorang pengikut Ordo Jesuit yang pertama adalah
Franciscus Xaverius ,meninggal pada tahun 1552 semasa hidupnya Franciscus Xaverius
w

berhasil mendirikan berbagai misi gereja Katolik Roma di Indonesia dan sekaligus menjadi
peletak dasar dari Katholisisme di Indonesia dan menegaskan bahwa untuk memperluas
agama Nasrani perlu didirikan sekolah di mana-mana terutama di daerah-daerah non-
kristen dan berkat Francicus Xaverius juga agama katolik menjadi pijakan yang kuat di
Halmahera,Ternate, dan Ambon sehingga ketiga pangkalan itu banyak orang yang
memeluk agama khatolik.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 39


c. Daerah Penyebaran Pendidikan Portugis
 Maluku
Secara historis kepulauan Maluku sangat terkenal dengan sebagai suatu daerah
penghasil rempah-rempah tetapi sebenarnya daerah tersebut bukanlah pulau penghasil
rempah-rempah yang asli selama berabad-abad sebelum kedatangan orang-orang barat di
kepulauan Maluku para pedangan melayu,jawa dan cina telah melakukan dagang cengkeh
dengan sistem barter di daerah-daerah bagian tertentu yaitu pulau Halmahera, Ternate,
Tidore, Moti, Makian dan Bacan. Pada tahun 1536 penguasa portugis untuk Maluku adalah

m
Antonio Galvano berhasil mendirikan sekolah Seminari untuk anak-anak para pembuka
pribumi di Ternate yang merupakan sekolah agama Kristen bagi-anak-anak mereka dan

o
sekolah yang sejenis kemudian didirikan di pulau Solor dengan jumlah murid sebanyak 50

.c
orang,murid-murid yang berasal dari golongan pribumi dan ternyata mampu mengikuti
pelajaran dengan baik dan berkeinginan melanjutka pendidikannya ke Goa. Pada tahun

ie
1546 di Ambon sudah banyak pemeluk agama khatolik selain pelajaran agama yang di
berikan pelajaran seperti membaca,menulis dan berhitung juga di berikan dengan
t
tambahan bahasa latin
ia

 Sumatera Selatan
Hubungan kesultanan Palembang dengan bangsa Portugis di malaka sampai akhir abad
m

ke-16 selalau mengikuti kebijakan Demak yang telah mengambil alih peran malaka dalam
penyebaran agama Islam di daerah nusantara,serbuan Demak terhadap malaka sejak tahun
u

1512 sampai 1513 dan 1551-1574 selalu mendapatkan bantuan dari Palembang sehingga
.s

tidak memberikan kesempatan kepada bangsa eropa untuk berpengaruh di daerah


Palembang. Ketika inggris menguasai Bengkulu sempat misi Kristenisasi dibawah zending
w

Kristen memasuki daerah Tanjung Sakti dibawah asuhan seorang pastur Khatolik di daerah
w

tanjung sakti dibangun sebuah sekolahan desa dan voorvolkschool di simpang tiga
Tanjung Sakti setelah itu di buka pula sebuah sekolahan pertanian dalam masyarakat
w

setempat sekolahan itu di kenal dengan nama sekolah mingguan


Penyebaran agama khatolik dengan mempergunakan sarana pendidikan yang setingkat
dengan pendidikan pada akhir abad ke-19 hanya terbatas daerah Tanjung Sakti saja karena
tidak dapat menjangkau daerah yang lebih luas dan setela jatuhnya kesultanan Palembang
pada tahun 1848-1868 sumatra selatan berhasil dikuasi belanda dan mengambil alih segala
harta benda milik gereja dan semua lembaga pendididkannya.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 40


d. Ciri-Ciri Pendidikan Pada Masa Portugis
Seorang penguasa dari portugis di Maluku bernama Antonio Galvano mendirikan
sebuah sekolahan Missionaris untuk anak-anak pemuka pribumi adapun sekolahan
mengajarkan beberapa pelajaran seperti, membaca, menulis, berhitung dan agama. Metode
yang di pergunakan berupa:
 Ceramah
 Menghapal
 Mengkaji ulang pekerjaan

m
Adapun ciri-ciri pendididkan pada masa Portugis yaitu:
 Yang memberikan pelajaran biasanya di panggil pastur atau pendeta

o
 Metode yang diajarkan bersifat ceramah,menghafal,mengkaji ulang pekerjaan

.c
 Waktu belajar pada hari minggu

ie
Bersifat klasikal

t
e. Pengaruh Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
ia

Selama berada di Indonesia orang-orang portugis meninggalkan beberapa pengaruh


kebudayaan mereka seperti:
m

 Bidang Kesenian
Bangsa portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncong yang
u

diiringi gitar yang berasal dari kebudayaan portugis


 Bidang Bahasa
.s

Kosa kata bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa portugis
w

seperti,bendera,keju dll
 Bidang agama
w

Adanya bangunan-bangunan gereja di Indonesia dan masyarakat Indonesia bagian


timur kebanyakan memeluk agama khatolik
w

 Bidang Pendidikan
Didirikannya sekolahan seminari di Ambon dan volkschool dan voorvokschool di
tanjung sakti.

2. Pendidikan Masa VOC


Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode , yaitu
pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 41


Belanda (Nederlands Indie). pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi
(perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari
maksud dan kepentingan komersial.
a. Misi Utama Voc
Orang belanda datang ke indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang.
Mereka di motifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya,
sekalipun harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal
layar kecil untuk mengambil rempah-rempah dari indonesia. Namun pedagang itu merasa

m
perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan dari pada berdagang dari kapal yang
berlabuh di laut. Kantor dagang itu kemudian mereka perkuat dan persenjatai dan menjadi

o
benteng yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat

.c
laun kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan teritorial.
Setelah peperangan kolonial yang banyak akhirnya indonesia jatuh seluruhnya di bawah

ie
pemerintahan belanda. Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada permulaan
abad ke 20. t
Metode kolonialisasi belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja
ia

yang berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi menuntut
monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam. Adat istiadat dan
m

kebudayaan asli dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi tradisional digunakan oleh belanda
untuk memerintah negri ini dengan cara efisien dan murah. Oleh sebab belanda tidak
u

mencampuri kehidupan orang Indonesia secara langsung, maka sangat sedikit yang mereka
.s

perbuat untuk pendidikan bangsa. Kecuali usaha menyebarkan agama mereka di beberapa
pulau di bagian timur Indonesia.
w
w

b. Sekolah-sekolah masa VOC


Pada tahun 1607 didirikan sekolah pertama di Ambon untuk anak-anak Indonesia
w

karena pada saat itu belum ada anak-anak belanda. Tujuan utama rupanya untuk
melenyapkan agama Katolik dengan menyebarkan agama Protestan, Calvinisme. Pada
tahun 1632 telah ada 16 sekolah di Ambon, di tahun 1645 meningkatkan menjadi 33 buah
dengan 1300 murid.
Sekolah pertama di Jakarta dibuka pada tahun 1630 untuk mendidik anak Belanda dan
Jawa agar menjadi pekerja yang kompeten pda VOC. Pada tahun 1636 jumlahnya menjadi
3 buah dan pada tahun 1706 telah ada 34 guru dan 4873 murid. Sekolah-sekolah itu
terbuka bagi semua anak tanpa perbedaan kebangsaan.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 42


Kurikulum, Sekolah-sekolah selama VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut
instruksi Heeren XVII, badan tetinggi VOC di Negeri Belanda yang terdiri atas 17 orang
anggota, tahun 1617, gubernur di Indonesia harus menyebarluaskan agama Kristen dan
mendirikan sekolah untuk tujuan itu. Menurut pereturan sekolah 1643 tugas guru ialah :
memupuk rasa takut terhadap Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Kristen, mengajar
anak-anak berdoa, bernyanyi, pergi ke gereja, memenuhi orang tua, penguasa, dan guru-
guru.
Walaupun tidak ada kurikukulum yang di tentukan, biasanya sekolah menyajikan

m
pelajaran tentang katekismus, agama, juga membaca, menulis, dan bernyanyi. Demikian
pula tidak tidk ditentukan lama belajar. Peratuan hanya menentukan bahwa anak pria lebih

o
dari usia 16 dan anak wanita lebih dari 12 tahun hendaknyahendakna jangan dikeluarkan

.c
dari sekolah. Kemudian usia itu diturunkan menjadi 12 tahun untuk anak pria dan 10 tahun
untuk wanita. Pembagian dalam 3 kelas untuk pertama kali dilakukan tahun 1778. Di kelas

ie
3, kelas rendah, anak-anak belajar abjad , kelas 2 membaca, menulis, dan bernyanyi dan
kelas 1, ke;as tertinggi : membaca menulis, katekismus, bernyanyi dan berhitung.
t
Pada saat itu belum terdapat pelajaran klasikal. Mengajar tetap berdasarkan
ia

pengajaran individual. Muid-murid dating seorang demi seorang kemeja guru dan
menerima bantuan individual. Menyanyi lagu gerejani dan resitasi teks buku injil
m

dilakukan bersama oleh seluruh kelas. Kenaikan kelas tahunan tidak ada.
Perkembangan pendidikan mulai merosot pada pertengahan abad ke-18. Jakarta yang
u

berpenduduk 16.000 jiwa hanya mempunyai 270 murid, Surabaya hanya 24 dan diseluruh
.s

jawa hanya 350 murid.


Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah belanda menggantikan VOC. Statute
w

Hindia Belanda tahun 1801 dengan terang-terangan menyatakan bahwa tanah jajahan
w

harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada perdagangan dan kepada


kekayaan begeri Belanda. Maka pemerintah belanda pada hakikatnya menjadi suatu usaha
w

yang dagang dan beroperasi menurut cara-cara yang lazim pada zaman VOC.

B. Perkembangan Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Hindia-Belanda


Masa Liberal
Sewaktu pemerintahan diterima kembali oleh komisaris Jendral dari orang Inggris pada
tahun 1816, mereka harus memulai sistem pendidikan dari dasarnya, karena pendidikan
pada zaman VOC berakhir dengan kegagalan total. Pemerintahan baru yang diresapi oleh

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 43


ide-ide liberal aliran Aufklarung atau Enlightenment menaruh kepercayaan akan
pendidikan akan sebagai alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial.
1. Pendidikan Bagi Anak Belanda
Sekolah bagi anak Belanda dibuka di Jakarta pada tahun 1817. Prinsip yang menjadi
pegangan (tercantum di Statua 1818) bahwa sekolah-sekolah harus dibuka di tiap tempat
bila diperlukan oleh penduduk Belanda dan diizinkan oleh keadaan. Pada akhir abad ke-19
hampir tercapai taraf pendidikan universal bagi anak-anak Belanda di seluruh Indonesia.
Anak - anak yang tak mampu dapat dibebaskan dari pembayaran uang sekolah.

m
Suatu sekolah menengah didirikan pada tahun 1860 yang membuka kesempatan bagi
anak-anak Belanda untuk melanjutkan pelajarannya di universitas Belanda, atau untuk

o
menduduki tempat yang tinggi dalam pemerintahan. Fasilitas pendidikan yang bermutu

.c
tinggi dipertahankan untuk menjaga agar anak - anak Belanda mendapat pendidikan yang
lebih baik daripada anak -anak Indonesia. Anak - anak Indonesia hanya dapat melanjutkan

ie
pelajaran ke E.L.S. (Europese Lagere School) yang merupakan sekolah rendah untuk anak
Belanda. t
Kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal yang dipengaruhi oleh ide
ia

liberalisme. Pendidikan ditujukan untuk pengembangan kemampuan intelektual, nilai-nilai


rasional dan sosial, serta usaha mencapai tujuan sekuler lainnya. Kurikulum sekolah
m

rendah meliputi pelajaran dasar dan mata pelajaran baru seperti geografi, sejarah, serta
pelajaran sekuler lainnya. Moralitas dicapai melalui peraturan sekolah dan cerita – cerita
u

yang mengandung tema moral.


.s

2. Pendidikan Bagi Anak Indonesia


w

Ide-ide liberal yang diterapkan bagi anak-anak belanda dengan menyediakan fasilitas
w

pendidikan secukupnya, tidak dilaksanakan bagi anak-anak Indonesia, selain adanya


sejumlah peraturan. Statua 1818 antara lain bahwa “pemerintah hendaknya membuat
w

peraturan yang diperlukan menegenai sekolah-sekolah bagi anak bumiputera. Pemerintah


memberi kesempatan bagi anak bumiputera untuk mendapatkan pendidikan pada sekolah
belanda”.
Selama setengah abad pertama abad ke-19 dengan pendidikan rendah selalu dimaksud
pendidikan bagi anak belanda.
Namun pendidikan bagi anak Indonesia tidak diabaikan sepenuhnya. Marsekal terkenal
Daendels memrintah pada tahun 1808 bahwa regen-regen dijawa bagian utara dan timur

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 44


harus mendidirikan sekolah atas biaya sendiri untuk mendidik anak-anak mematuhi adat
dan kebiasaan sendiri, suatu tindakan yang tidak merugikan pemerintah.
Selama setengah abad ke-18 pertama pemerintah Belanda tak satu sekolah pun
menyediakan bagi anak-anak Indonesia. Alasan yang diberikan ialah agar menghormati
bumiputera serta lembaga-lembaga mereka dengan membiarkan penduduk dibawah
bimbingan pemimpin mereka. Alas an lain ialah kesulitan finansial yang berat yang
dihadapi orang Belanda sebagi akibat Perang Diponegoro (1825-1830).

m
C. Corak dan Sistem Persekolahan Pada Masa VOC dan Hindia-Belanda.
Secara umum sistem pendidikan khususnya system persekolahan didasarkan kepada

o
golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan menurut
golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu.

.c
1. Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)

ie
Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah dasar mempergunakan
system pokok yaitu:
t
1) Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
ia

2) Sekolah rendah Eropa, yaitu ELS (Europese Lagere school), yaitu sekolah rendah
untuk anak-anak keturunan Eropa atau anak-anak turunan Timur asing atau Bumi
m

putra dari tokoh-tokoh terkemuka. Lamanya sekolah tujuh tahun 1818.


3) Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school), suatu sekolah rendah
u

untuk anak-anak keturunan tmur asing, khususnya keturunan Cina. Pertama


didirikan pada tahun 1908 lama sekolah tujuh tahun.
.s

4) Sekolah Bumi putra Belanda HIS (Hollands inlandse school), yaitu sekolah rendah
w

untuk golongan penduduk Indonesia asli (anak-anak priyayi). Pada umumnya


disediakan untuk anak-anak golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau
w

pegawai negeri. Lamanya sekolah tujuh tahun dan pertama didirikan pada tahun
1914.
w

Model Pendidikan rendah kedua :


1) Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah
2) Sekolah Bumi Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan untuk
golonagan bumi putra. Lamaya sekolah tujuh tahun, pertama didirikan tahun 1892
3) Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi putra.
Lamanya sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun 1907.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 45


4) Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun merupakan kelanjutan dari
sekolah desa, juga diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra. Pertama kali
didirikan pada tahun 1914.
5) Sekolah Peralihan (Schakelschool).Merupakan sekolah peralihan dari sekolah desa
(tiga tahun) kesekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Lama
belajarnya lima tahun dan diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra.
Disamping sekolah dasar tersebut diatas masih terdapat sekolah khusus untuk
orang Ambon seperti Ambonsche Burgerschool yang pada tahun 1922 dijadikan

m
HIS. Untuk anak dari golongan bangsawan disediakan sekolah dasar khusus yang
disebut sekolah Raja (Hoofdensschool). Sekolah ini mula-mula didirikan di

o
Tondano pada tahun 1865 dan 1872, tetapi kemudian diintegrasi ke ELS atau HIS.

.c
2. Pendidikan lanjutan (Pendidikan Menengah)

ie
1) MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah kelanjutan dari
sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga
t
sampai empat tahun. Yang pertama didirikan pada tahun 1914 dan diperuntukan
ia

bagi golongan bumi putra dan timur asing. Sejak zaman Jepang hingga sampai
sekarang bernama SMP. Sebenarnya sejak tahun 1903 telah didirikan kursus
m

MULO untuk anak-anak Belanda, lamanya dua tahun.


2) AMS (Algemene Middelbare School) adalah sekolah menengah umum kelanjutan
u

dari MULO berbahasa belanda dan diperuntukan golongan bumi putra golongan
.s

priyayi dan Timur asing. Lama belajarnya tiga tahun dan yang petama didirikan
tahun 1915. AMS ini terdiri dari dua jurusan (afdeling=bagian), Bagian A
w

(pengetahuan kebudayaan) dan Bagian B (pengetahuan alam ) pada zaman Jepang


w

disebut sekolah menengah tinggi, dan sejak kemerdekaan disebut SMA.


3) HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah sekolah
w

menengeh kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan
golongan bumi putra golongan priyayi atau tokoh-tokoh terkemuka. Bahasa
pengantarnya adalah bahasa Belanda dan berorentasi ke Eropa Barat, khususnya
dirikan pada Belanda. Lama sekolahnya tiga tahun dan lima tahun. Didirikan pada
tahun 1860.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 46


3. Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs )
Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah belanda banyak mencurahkan perhatian
pada pendidikan kejuruan. Jenis sekolah kejuruan yang ada adalah sebagai berikut:
1) Sekolah pertukangan (Amachts leergang) yaitu sekolah berbahasa daerah dan
menerima sekolah lulusan bumi putra golongan priyayi kelas III (lima tahun) atau
sekolah lanjutan (vervolgschool). Sekolah ini didirikan bertujuan untuk mendidik
tukang-tukang. didirikan pada tahun 1881
2) Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) adalah sekolah pertukangan berbahasa

m
pengantar Belanda dan lamanya sekolah tiga tahun menerima lulusan HIS, HCS
atau schakel. Bertujuan untuk mendidik dan mencetak mandor jurusanya antara

o
lain montir mobil, mesin, listrik, kayu dan piñata batu.

.c
3) Sekolah teknik (Technish Onderwijs) adalah kelanjutan dari Ambachtsschool,
berbahasa Belanda, lamanya sekolah 3 tahun. Sekolah tersebut bertujuan untuk

ie
mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk menjadi pengawas, semacam tenaga
teknik menengah dibawah insinyur. t
4) Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
ia

perusahaan Eropa yang berkembang dengan pesat.


5) Pendidikan pertanian (landbouw Onderwijs) pada tahun 1903 didirikan sekolah
m

pertaian Yang menerima lulusan sekolah dasra yang berbahasa penganatar belanda.
Pada tahun 1911 mulai didirikan sekolah pertanian (cultuurschool) yang terdiri dari
u

dua jurusan, pertanian dan kehutanan. Lama belajaranya sekitar 3-4 tahun, dan
.s

bertujuan untuk menghasilkan pengawas-pengawas pertanian dan kehutanan. Pada


rtahun 1911 didirikan pula sekolah pertanian menengah atas (Middelbare
w

Landbouwschool) yang menerima lulusan MULO atau HBS yang lamanya belajar
w

3 tahun.
6) Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs). Pendidikan ini
w

merupakan kejuruan yang termuda. Kemudian sekolah yang sejenis yang didirikn
oleh swasta dinamakan Sekolah Rumah Tangga (Huishoudschool). Lama
belajarnya tiga tahun.
7) Pendidikan keguruan (Kweekschool). Lembaga keguruan ini adalah lembaga yang
tertua dan sudah ada sejak permulaan abad ke-19. Sekolah guru negeri yang
pertama didirikan pada tahun 1852 di Surakarta. Sebelum itu pemerintah telah
menyelenggarakan kursus-kursus guru yang diberi nama Normal Cursus yang

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 47


dipersiapkan untuk menghasilkan guru-guru sekolah desa. Pada abad ke-20
terdapat tiga macam pendidikan guru, yaitu:
8) Normalschool,sekolah guru dengan masa pendidikan empat tahun dan menerima
lulusan sekolah dasar lima tahun, berbahasa pengantar bahasa dearah.
9) Kweekschool, sekolah guru empat tahun yang menerima lulusan berbahasa
belanda.
10) Hollandschool Indlandschool kweekschool, sekolah guru 6 tahun berbahasa
pengantar Belada dan bertujuan menghasilkan guru HIS-HCS.

m
4. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)

o
Karena terdesak oleh tenaga ahli, maka didirikanlah:

.c
1) Sekolah Tehnik Tinggi (Technische Hoge School).Sekolah Tehnik Tinggi ini yang
diberi nama THS didirikan atas usaha yayasan pada tahun 1920 di Bandung. THS

ie
adalah sekolah Tinggi yang pertama di Indonesia, lama belajarnya lima tahun.
Sekolah ini kemudian menjelma menjadi ITB. t
2) Sekolah Hakim Tinggi (Rechskundige Hoge school). RHS didirikan pada tahun
ia

1924 di Jakarta. Lama belajarnya 5 tahun, yang tama AMS dapat diterima di RHS.
Tamatan ini dijadikan jaksa atau hakim pada pengadilan.
m

3) Pendidikan tinggi kedokteran. Lembaga ini di Indonesia di mulai dari sekolah dasar
lima tahun. Bahasa pengantarnya bahasa melayu . pada tahun 1902 sekolah dokter
u

jawa diubah menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Voor Indische Artsen) yang
.s

menerima lulusan ELS, dan berbahasa pengantar Belanda. Lama belajarnya 7


tahun. Kemudian syarat penerimaannya ditingkatkan menjadi lulusan MULO. Pada
w

tahun 1913 disamping STOVIA di Jakarta didirikan sekolah tinggi kedokteran


w

(Geneeskundige Hogeschool) Yang lama belajaranya 6 tahun dan menerima


lulusan AMS dan HBS.
w

D. Beberapa Ciri Umum Politik pendidikan Belanda di Indonesia


Pada tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh Van Deventer , berjudul Hutang
Kehormatan dalam majalah De Gids.Di situ ia mengemukakan bahwa keuntungan yang
diperoleh dari Indonesia selam ini hendaknya dibayar kembali dari perbendaharaan
Negara. Yang membuat ide-ide baru yang kemudian disebut dengan politik Etis. Politik ini
menonjolkan kewajiban moral bangsa yang membpunya kebudayaan tinggi terhadap
bangsa yang tertindas.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 48


Van Deventer menganjurkan progam yang ambisius untuk memajukan kesejahteraan
rakyat. Ia ingin memperbaiki irigasi agar meningkatkan produksi petanian, menganjurkan
transmigrasi dari pulau jawa yang terlampau padat penduduknya. Akan tetapi usaha
perbaikan akan sia-sia tanpa pendidikan massa. Pendidikan dan Emansipasi bangsa
Indonesia secara berangsur itulah inti politik etis. Van Deventer menunjukkan bagaimana
orang-orang Amerika dengan sepenuh tenaga mendidik orang Filipina agar menjadi
sekelas mungkin. “pendidkan Indonesia harus juga diarahkan kepada tujuan untuk
membeaskan rakyat secara berangsur-angsur dari ketidak matangan yang tidak dipaksakan

m
agar bediri diatas kaki sendir. Mereka harus diberikan lebih banyak tanggung jawab dalam
administrasi negerinya sendiri. Mereka jangan dipandang sebagai alat belaka dalam roda

o
pemerintahan”. Tujuan politik etis dapat disimpulkan sebagai usaha mencapai

.c
kesejahteraan melalui irigasi, transmigrasi, reformasi, pendewasaan, perwakilan, dan
dalam semua pendidikan memainkan peranan penting.

ie
Banyak di antara penganut Politik Etis yakin bahwa Indonesia harus dikembangkan
menjadi sebagian dari kebudayaan barat. Pada tahap pertama golongan aristrokasi harus
t
ditarik kebudayan Barat. Senouck Hurgronye, penasihat Belanda mengenai urusan islam,
ia

banyak berusaha agar anak-anak aristokrasi Indonesia mendapatkan pendidikan dalam


lingkungan Barat.
m

Van Deventer juga mengembangkan pengajaran bahasa Belanda oleh sebab dilihatnya
bahwa mereka menguasi bahasa Belanda secara kultural lebih maju dan dapat menjadi
u

pelopor bagi yang lain.


.s

Bahasa Belanda dimasukkan sebagai pelajaran di beberapa Sekolah Kelas Satu dan
sejumlah kursus dibukadengan maksud itu, akan tetapi bahasa Belanda tak kunjung
w

menjadi bahasa rakyat.


w

Selanjutnya, pendidikanmulai menyatakan peranan yang kian aktif dalam menentukan


arah perkembangan politik. Sejak dijalan kanya Politik Etis tampak kemajuan yang lebih
w

pesat dalam pendidikan dalam beberapa decade daripada yang terjadi selama beberapa
abad pengaruh belanda sebelumnya. Jemlah sekolah rendah meningkat, sekolah-sekolah
beriorientasi Barat diciptakan baik bagi orang-orang Cina maupun orang Indonesia.
Pendidikan juga berkembang secara vertikal dengan didirikanya MULO dan AMS yang
lebih terbuka bagi anak-anak Indonesia dan menjadi pinti masuk ke universitas. Selama
periode inilah akhirnya sistem pendidikan mencapai kelengkapanya.
Politik Etis tak berlangsung lama, paling-paling dua decade, Walaupun seluruh
pemerintah Belanda dan partai-partai politik liberal maupun konservatif, sepakat tentang

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 49


kewajiban moral mereka di Indonesia, Politik Etis dalam arti yang murni sesungguhnya
hanya dilaksanakan oleh segelintir manusia.
Beberapa Ciri Umum Politik Pendidikan Belanda:
1. Gradualisme yang luar biasa dalam penyediaan pendidikan bagi anak-anak
Indonesia.
2. Dualisme dalam pendidikan dengan menekankan perbedaan yang tajam antara
pendidikan Belanda dan pendidikan pribumi.
3. kontrol sentral yang kuat.

m
4. Keterbatasan tujuan sekolah pribumi, dan peranan sekolah untuk menhasilka
pegawai sebagai foktor penting dalam perkembangan pendidikan.

o
5. Prinsip konkordansi yang menyebabkan maka sekolah Indonesia sama dengan

.c
negeri Belanda.
6. Tidak ada adanya perencanaan pendidikan yang sistematis utunk pendidikan anak

ie
pribumi.
t
ia
m
u
.s
w
w
w

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 50


BAB V
Pendidikan Jaman Pendudukan Jepang dan Pendidikan Yang
Diselenggarakan Kaum Pergerakan Kebangsaan (Pergerakan Nasional)

A. Pendidikan Pada Jaman Jepang


a. Latar Belakang Sosial Budaya
Kekuasaan pemerintah kolonial Belanda berakhir ketika pada tgl. 8 Maret 1942 mereka
menyerah kepada militer kerajaan Jepang. Selanjutnya bangsa Indonesia berada di bawah

m
kekuasaan pendudukan militerisme Jepang selama hampir 3,5 tahun.
Jepang menyerbu Indonesia karena kekayaan negeri ini yang sangat besar artinya bagi

o
kelangsungan perang Pasifik dan sesuai pula dengan cita-cita politik ekspansinya. Di balik

.c
itu, mereka mempropagandakan semboyan Hakko Ichiu atau semboyan “kemakmuran
bersama” Asia Timur Raya. Mereka menyatakan bahwa mereka berjuang mati-matian

ie
melakukan “perang suci” (melawan sekutu) demi kemakmuran bersama Asia Timur Raya
dengan Jepang sebagai pemimpinnya. Namun demikian tujuan pendudukan militer Jepang
t
lama kelamaan menjadi penindasan. Ada dua kebijakan pemerintah pendudukan militer
ia

Jepang :
 menghapuskan semua pengaruh Barat di Indonesia melalui “pen-Jepang-an”, dan
m

 memobilisasi segala kekuatan dan sumber yang ada untuk mencapai kemenangan
perang Asia Timur Raya.
u
.s

b. Pendidikan
Implikasi kekuasaan pemerintahan pendudukan militer Jepang dalam bidang pendidikan di
w

Indonesia yaitu:
w

a. Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya.
Contoh: Tiap pagi di sekolah-sekolah dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan
w

Jepang “Kimigayo”. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran bendera Hinomaru


dan membungkuk untuk menghormat Tenno Heika. Tiap hari para siswa harus
mengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa Jepang, melakukan taiso (senam), dan
diwajibkan pula melakukan kinrohoshi (kerja bakti). Selain itu, dibentuk PETA
sebagai program pendidikan militer bagi para pemuda; dibentuk barisan murid-murid
Sekolah Rakyat (Seinen-tai); dan barisan murid-murid Sekolah Lanjutan (Gakutotai).

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 51


b. Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang bersifat
dualistis membedakan dua jenis sekolah untuk anak-anak bangsa Belanda dan anak-
anak Bumi Putera dihapuskan pada zaman Jepang. Sekolah bersifat terbuka untuk
seluruh lapisan anak Indonesia. Namun demikian, hanya satu jenis sekolah rendah
diadakan bagi semua lapisan masyarakat, yaitu: Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin
Gakko). Sekolah Desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi Sekolah Pertama.
Susunan jenjang sekolah menjadi:
 Sekolah Rakyat 6 tahun (termasuk Sekolah Pertama).

m
 Sekolah Menengah 3 tahun.
 Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun.

o
 Perguruan Tinggi.

.c
c. Sistem Pendidikan menjadi lebih merakyat (populis). Sebagaimana dikemukakan di
atas, pada prinsipnya terjadi perubahan bahwa sekolah menjadi terbuka bagi semua

ie
lapisan masyarakat (“Demokrasi Pendidikan”). Hapusnya sistem Konkordansi dan
masuknya sistem baru yang relatif lebih praktis dan terarah bagi kebutuhan
t
ia

masyarakat, meskipun kepraktisan tersebut lebih berarti untuk keperluan kemenangan


perang Jepang. Selain itu bahasa Indonesia pertama kalinya dijadikan bahasa pengantar
m

di sekolah dan dijadikan bahasa ilmiah, di samping tentunya bahasa Jepang. Sedangkan
bahasa Belanda dilarang untuk digunakan.
u

B. Pendidikan Yang Diselenggarakan Kaum Pergerakan Kebangsaan (Pergerakan


.s

Nasional)
w

1. Latar Belakang Sosial Budaya Timbulnya Pergerakan Nasional


Telah kita ketahui bahwa kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda dalam bidang
w

politik, ekonomi, dan pendidikan sangat merugikan bangsa Indonesia. Pemerasan yang
dilakukan Belanda terhadap bangsa dan kekayaan Indonesia, telah menimbulkan
w

penderitaan/kemiskinan. Perbedaan kedudukan dan kehidupan yang mencolok antara


bangsa Belanda dan bangsa Indonesia sangat nyata, baik dalam kedudukan sosial maupun
pemberian gaji. Stratifikasi sosial, sistem dualisme dan konkordansi dalam bidang
pendidikan telah menimbulkan rendahnya kesempatan pendidikan yang diberikan kepada
bangsa Indonesia, juga menimbulkan perpecahan dan kebodohan. Selain itu, pendidikan
bagi bangsa kita hanya ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 52


untuk mendukung sistem ekonomi dan politik kolonialisme. Pendidikan kolonial Belanda
tidak memungkinkan bangsa Indonesia untuk menjadi cerdas, bebas, bersatu dan merdeka.
Berbagai kondisi yang sangat merugikan bangsa Indonesia akibat kebijakan dan
praktek-praktek penjajahan tersebut di atas, telah menimbulkan rasa senasib
sepenanggungan sebagai bangsa yang dijajah sehingga muncul rasa
kebangsaan/nasionalisme. Kebesaran masa lampau bangsa kita semasa zaman kerajaan
Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dsb., juga memperkuat rasa harga diri sebagai bangsa
yang berdaulat dan merdeka. Sebab itu , kaum terpelajar di kalangan bangsa kita terdorong

m
untuk berperan menjadi motor pergerakan. Bahasa melayu yang merupakan bahasa
kesatuan makin menyadarkan bahwa bangsa Indonesia adalah satu bangsa. Selain itu,

o
karena mayoritas bangsa Indonesia memeluk agama Islam, maka timbul persepsi bahwa

.c
Belanda adalah Kafir. Itulah antara lain faktor-faktor intern ( faktor-faktor yang terjadi di
dalam negeri) yang menimbulkan pergerakan kebangsaan/pergerakan nasional.

ie
Sejak Kebangkitan Nasional (1908) sifat perjuangan rakyat Indonesia dilakukan
melalui berbagai partai dan organisasi, baik melalui jalur politik praktis, jalur ekonomi,
t
sosial-budaya. dan khususnya melalui jalur pendidikan. Sifat perjuangan bangsa kita saat
ia

itu tidak lagi hanya menitik beratkan pada perjuangan fisik. Mengingat ciri-ciri pendidikan
yang diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda yang tidak memungkinkan bangsa
m

Indonesia untuk menjadi cerdas, bebas, bersatu, dan merdeka, maka kaum pergerakan
semakin menyadari bahwa pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukkan ke
u

dalam program perjuangannya. Usaha-usaha kaum pergerakan melalui jalur pendidikan


.s

demi kemerdekaan dan rintisan ke arah pendidikan nasional tampak jelas. Hampir setiap
organisasi pergerakan nasional mencantumkan dan melaksanakan pendidikan dalam
w

anggaran dasar dan/atau dalam program kerjanya.


w

2. Pendidikan
w

I Djumhur dan H. Danasuparta (1976) mengemukakan bahwa setelah tahun 1900


usaha-usaha partikelir di bidang pendidikan berlangsung dengan sangat giatnya. Untuk
mengubah keadaan akibat penjajahan, kaum pergerakan memasukan pendidikan ke dalam
program perjuanganya. Dewasa ini lahirlah sekolah-sekolah partikelir (perguruan nasional)
yang diselenggarakan para perintis kemerdekaan. Sekolah-sekolah itu mula-mula bercorak
dua:

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 53


a. Sekolah-sekolah yang sesuai haluan politik, seperti yang diselenggarakan oleh: Ki
Hadjar Dewantara (Taman Siswa), Dr. Douwes Dekker atau Dr. Setyabudhi (Ksatrian
Institut), Moch. Sjafei (INS Kayutanam) dsb.
b. Sekolah-sekolah yang sesuai tuntutan agama (Islam), seperti yang diselenggarakan
oleh: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sumatera Tawalib di Padangpanjang, dll
Selain itu, sebelumnya telah diselenggarakan pula pendidikan oleh tokoh-tokoh wanita
seperti R.A. Kartini (di Jepara), Rd. Dewi Sartika (di Bandung), dan Rohana Kuddus
(diSumatera).

m
Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan rakyat dan kaum pergerakan
antara lain sebagaimana diuraikan berikut ini:

o
a. R.A. Kartini, Rd. Dewi Sartika, dan Rohana Kuddus

.c
Sekalipun tinggal di daerah yang berjauhan, R.A. Kartini, Rd. Dewi Sartika, dan
Rohana Kuddus menghadapi masalah yang relatif sama. Mereka melihat kepincangan

ie
dalam masyarakat dan ketidak adilan terhadap wanita, sehingga menghambat kemajuan
kaum wanita karena adat kebiasaan yang berlaku pada saat itu. Sebab itu, baik R.A.
t
Kartini, Dewi Sartika, maupun Rohana Kudus memiliki cita-cita yang relatif sama pula,
ia

yaitu keinginan untuk bebas, berdiri sendiri, serta membebaskan kaum wanita (gadis-
gadis) Indonesia lainnya dari ketertinggalan dan ikatan adat kebiasaan. Mereka masing-
m

masing berupaya memperjuangkan emansipasi kaum wanita demi perbaikan kedudukan


dan derajat kaum wanita untuk mengejar kemajuan melalui upaya pendidikan. Upaya-
u

upaya pendidikan yang dilakukan mereka adalah:


.s

 R.A. Kartini (1879-1904): Pada tahun 1903 Ia membuka “Sekolah Gadis” di Jepara,
dan setelah menikah ia membukanya lagi di Rembang. Karena usianya yang relative
w

pendek usaha Kartini di bidang pendidikan tidak terlalu banyak, namun ia telah
w

memberikan petunjuk jalan, melakukan rintisan pendidikan bagi kaum wanita. Cita-
citanya memberikan gambaran perjuangan dan cita-cita kaum wanita Indonesia.
w

 Rd. Dewi Sartika (1884-1947): Pada tahun 1904 Ia mendirikan “Sakola Isteri”
(Sekolah Isteri). Murid pertamanya berjumlah 20 orang, makin lama muridnya
bertambah. Pada tahun 1909 sekolah ini melepas lulusannya yang pertama dengan
mendapat ijazah. Pada tahun 1912 di 9 kabupaten seluruh Pasundan telah dijumpai
sekolah semacam Sekolah Isteri Dewi Sartika. Pada tahun 1914 Sekolah Isteri diganti
namanya menjadi “Sakola Kautamaan Isteri” (Sekolah Keutamaan Isteri), dan pada
tahun 1920 tiap-tiap kabupaten di seluruh Pasundan mempunyai Sakola Kautamaan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 54


Isteri. Adapun untuk melestarikan sekolah-sekolahnya itu dibentuk “Yayasan Dewi
Sartika”.
 Rohana Kuddus (1884- 1969): Rohana Kuddus dikenal sebagai wanita Islam yang
taat pada agamanya dan sebagaimana kedua tokoh di atas ia giat sekali mempelopori
emansipasi wanita. Selain sebagai pendidik, ia pun adalah wartawan wanita pertama
Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan I. Djumhur dan H. Danasuparta (1976), pada tahun 1896
(pada usia 12 tahun) Rohana telah mengajarkan membaca dan menulis (huruf Arab dab

m
Latin) kepada teman-teman gadis sekampungnya. Pada tahun 1905 ia mendirikan
Sekolah Gadis di Kota Gedang. Pada tgl. 11 Februari 1911 ia memimpin Perkumpulan

o
Wanita Minagkabau yang diberi nama “Kerajinan Amai Setia” yang kemudian

.c
dijadikan nama sekolahnya. Rohana juga berjuang menerbitkan surat kabar khusus
untuk wanita. Pada tgl 10 Juli 1912 Rohana menjadi pemimpin redaksi surat kabar

ie
wanita di kota Padang yang diberi nama “Soenting Melajoe”.
Kurikulum pendidikan mereka memiliki kesamaan pula, yaitu berkenaan dengan
t
membaca, menulis, berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kewanitaan agar mereka
ia

dapat berkarya.
m

b. Budi Utomo
Pada tahun 1908 Budi Utomo dalam kongresnya yang pertama (3-4 Oktober 1908)
u

menegaskan bahwa tujuan perkumpulan itu adalah untuk kemajuan yang selaras buat
.s

negeri dan bangsa Indonesia, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian,


peternakan, dagang, teknik industri, dan kebudayaan. Untuk itu Budi Utomo pada tahun
w

1913 mendirikan Darmo-Woro Studiefonds; dan mendirikan tiga Sekolah Netral di Solo
w

dan dua di Yogyakarta. Pada tahun 1918 mendirikan Kweekschool di Jawa Tengah,
kemudian Sekolah Guru Kepandaian Putri untuk Sekolah Kartini, enam Normaal School,
w

dan sepuluh Kursus Guru Desa, dsb. Pada tahun itu sekolah-sekolah Budi Utomo telah
berkembang hingga jumlahnya kurang lebih mencapai 480.

c. Muhammadiyah
Pada tanggal 18 November 1912 K. H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
perkumpulan Muhammadiyah di Yogyakarta. Muhammadiyah dengan berbagai
sekolahnya, didirikan dalam rangka memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia sesuai
dengan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri, untuk mengatasi kristenisasi, dan untuk

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 55


mewujudkan masyarakat Islam yang melaksanakan ajaran al-Qur’an dan Hadits sesuai
yang diajarkan Rosululloh (Nabi Muhammad S.A.W).
Dasar/asas dan Tujuan Pendidikan. Pendidikan Muhammadiyah berasaskan Islam
dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits. Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah
membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri dan berguna bagi
masyarakat. Sebagai orang muslim harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berjiwa
tauhid yang murni; beribadah kepada Allah; berbakti kepada orang tua dan baik kepada
kerabatnya; memiliki akhlak yang mulia dan halus perasaannya; berilmu pengetahuan dan

m
mempunyai kecakapan; dan cakap memimpin keluarga dan masyarakat
Penyelenggaraan Pendidikan. Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah

o
mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, di bawah

.c
pimpinan Majelis Pengajaran. Sekolah-sekolah itu di samping memberikan pendidikan
agama Islam, memberikan juga berbagai mata pelajaran seperti di sekolah-sekolah

ie
Pemerintah. Usaha-usaha lain berupa perluasan pengajian-pengajian (di bawah bimbingan
Majelis Tabligh), menyebarkan bacaan-bacaan agama, mendirikan mesjid-mesjid,
t
madrasah-madrasah, pesantren-pesantren, dan sebagainya.
ia

Pada zaman Belanda, Muhammadiyah mempunyai bagian-bagian sekolah:



m

Taman Kanak-kanak (Busthanul Atfal)


 Sekolah kelas II Sekolah

u

HIS
 MULO
.s

 Inheemse Mulo

w

Normaalschool
 Schakel Kweekschool
w

 HIK
 AMS
w

Sekolah-sekolah agamanya:
 Ibtidaiyah (SD dengan dasar Islam)
 Tsanawiyah (Sekolah Lanjutan dengan dasar Islam)
 Diniyah, yang hanya meberikan pelajaran agama saja
 Mu’allimin/Muallimat (SGB Islam)
 Kulliyatul Mubaligin (SPG Islam)

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 56


Pada masa Pendudukan Jepang hingga kini organisasi Muhammadiyah dengan
sekolah-sekolahnya berjalan terus. Pada tahun 70-an sekolah-sekolahnya berjumlah ± 6000
buah, tersebar di seluruh Indonesia; telah memiliki 17 Universitas dan 43 Akademi (I.
Djumhur dan Danasuparta, 1976). Sampai kini Muhammadiyah terus berjuang dan
berkembang dalam rangka mencapai cita-citanya.

d. Perkumpulan Putri Mardika : Perkumpulan Putri Mardika didirikan tahun 1912.


Bertujuan memajukan pengajaran anak-anak perempuan (Odang Muchtar, 1976).

m
e. Trikoro Dharmo

o
Pada tahun 1915 didirikan Trikoro Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai

.c
perkumpulan pemuda dan pelajar di berbagai tempat di tanah air hingga terwujudnya
Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Berbagai organisasi pemuda dan pelajar ini

ie
bersamasama gerakan lainnya menyumbangkan jasa-jasa yang besar demi pendidikan
nasional dan kemerdekaan Indonesia. “Mereka bersepakat untuk memperbanyak
t
kesempatan memperoleh pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah sehingga dapat
ia

menampung semakin banyak anak Indonesia, mempermudah untuk dapat mengikuti


pelajaran bagi semua lapisan masyarakat, dan agar para anak didik mempunyai perasaan
m

peka sebagai putra Indonesia” (H.A.R. Tilaar, 1995).


u

f. Perguruan Taman Siswa


.s

Pada mulanya Ki Hadjar Dewantara (1889-1959) bersama rekan-rekannya berjuang di


jalur politik praktis, selanjutnya mulai tahun 1921 perjuangannya difokuskan di jalur
w

pendidikan. Hal ini Beliau lakukan mengingat Departemen Pengajaran Pemerintah


w

Belanda bersikap diskriminatif mengenai hak dan penyelenggaraan pendidikan bagi bagsa
kita. Pendidikan Kolonial tidak berdasarkan kebutuhan bangsa kita, melainkan hanya
w

untuk memenuhi kepentingan kolonial. Isi pendidikannya tidak sesuai dengan kemajuan
jiwa-raga bangsa. Pendidikan kolonial tidak dapat mengadakan perikehidupan bersama,
sehingga kita selalu bergantung kepada kaum penjajah.
Pendidikan kolonial tidak dapat menjadikan kita menjadi manusia merdeka. Menurut
Ki Hadjar Dewantara keadaan ini (penjajahan) tidak akan lenyap jika hanya dilawan
dengan pergerakan politik saja. Melainkan harus dipentingkan penyebaran benih hidup
merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan nasional (I.
Djumhur dan H. Danasuparta, 1976). Sehubungan dengan hal di atas pada tanggal 3 Juli

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 57


1922 di Yogyakarta Ki Hadjar Dewantara mendirikan "National Onderwijs Institut Taman
Siswa" yang kemudian menjadi "Perguruan Nasional Taman Siswa".
Dasar atau Azas Pendidikan. Pada pembukaan lembaga pengajaran Taman Siswa (3
Juli 1922), Ki Hadjar Dewantara mengemukakan tujuh azas pendidikannya yang kemudian
dikenal dengan Azas Taman Siswa 1922. Ketujuh Azas tersebut adalah:
1. Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat tertibnya
kehidupan umum. Hendaknya tiap anak dapat berkembang menurut kodrat atau
bakatnya. Dalam mendidik, perintah dan hukuman yang kita anggap memperkosa

m
hidup kebatinan anak hendaknya ditiadakan. Mereka hendaknya dididik melalui
“Among –methode”.

o
2. Pengajaran berarti mendidik untuk menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka

.c
fikirannya, dan merdeka tenaganya. Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang
perlu dan baik saja, melainkan harus juga mendidik murid agar dapat mencari sendiri

ie
pengetahuan itu dan mengamalkannya demi kepentingan umum. Pengetahuan yang
baik dan perlu yaitu yang bermanfaat bagi kepentingan lahir dan batin dalam hidup
t
bersama.
ia

3. Pendidikan hendaknya berasaskan kebudayaan kita sendiri sebagai penunjuk jalan,


untuk mencari penghidupan baru, yang selaras dengan kodrat kita dan akan member
m

kedamaian dalam hidup kita. Dengan keadaban bangas kita sendiri kita lalu pantas
berhubungan bersama-sama dengan bangsa asing.
u

4. Pendidikan harus diberikan kepada seluruh rakyat umum daripada mempertinggi


.s

pengajaran kalau usaha mempertinggi ini mengurangi tersebarnya pengajaran.


5. Agar bebas, merdeka lahir batin, maka kita harus bekerja menurut kekuatan sendiri.
w

6. Agar hidup tetap dengan berdiri sendiri, maka segala belanja mengenai usaha kita
w

harus dipikul sendiri dengan uang pendapatan sendiri.


7. Dengan tidak terikat lahir batin, serta kesucian hati, berminat kita berdekatan dengan
w

Sang Anak. Kita tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi menyerahkan diri untuk
berhamba kepada Sang Anak.
Sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Asas Taman Siswa 1922, pada
tahun 1947 diubah menjadi "Panca Dharma" Taman Siswa, yaitu:
1. Kebebasan atau Kemerdekaan
2. Kebudayaan,
3. Kodrat Alam,
4. Kebangsaan, dan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 58


5. Kemanusiaan.
Tujuan Pendidikan. Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Maka maksudnya pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggauta masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Tujuan pendidikan itu
ialah kesempurnaan hidup lahir batin sebagai satu-satunya untuk mencapai hidup selamat
dan bahagia manusia, baik sebagai satu-satunya orang (individual), maupun sebagai
anggauta masyarakat (social)". (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977).

m
Penyelenggaraan Pendidikan. Berdirinya Perguruan Nasional Taman Siswa (1922)
dimulai dengan dibukanya sekolah untuk anak-anak di bawah umur 7 tahun yang diberi

o
nama Taman Lare atau Taman Anak kadang diberi nama penjelasan "Sekolab Froebel

.c
Nasional atau Kindertuin". Sebutan Taman Lare atau Taman Anak untuk anak di bawah
umur 7 tahun kemudian diganti namanya menjadi Taman Indria. Alasannya karena anak-

ie
anak di bawah umur 7 tahun itu semata-mata berada pada periode perkembangan
pancainderanya. t
Pada tahun-tahun berikutnya dibuka Taman Anak untuk anak-anak umur 7-9 tahun
ia

(kelas I-III); Taman Muda untuk anak-anak umur 10-13 tahun (kelas IV-VI), dan kelas VII
sebagai kelas masyarakat; Taman Dewasa (setingakt SMP); Taman Madya (setingkat
m

SMA); Taman Guru; dan Taman Ilmu (setingkat Sekolah Tinggi). Taman Guru meliputi:
Taman Guru BI, yaitu sekolah guru untuk calon guru Taman Anak dan Taman Muda (satu
u

tahun setelah Taman Dewasa); Taman Guru BII (satu tahun setelah Taman Guru BI);
.s

Taman Guru BIII (satu tahun setelah Taman Guru BII) yang menyiapkan calon guru
Taman Dewasa. Taman Guru BIII terdiri atas dua bagian: Bagian A (Alam/Pasti), yaitu
w

bagi para calon guru mata pelajaran alam/pasti; dan Bagian B (Budaya), yaitu bagi para
w

calon guru mata pelajaran Bahasa, Sejarah, dsb. Pada Taman Guru, selain diselenggarakan
Taman Gurtu BI s.d. BIII, juga diselenggarakan Taman Guru Indriya, yaitu sekolah gurtu
w

yang menyiapkan para calon guru untuk Taman Indriya.


Metode Pendidikan.Cara atau metode pendidikannya adalah “among-methode” atau
“among system”, yaitu menyokong kodrat alamnya anak yang kita didik, agar dapat
mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri". Dasar
sistem among ini adalah kodrat alam dan kemerdekaan. (Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa, 1977). Pendidikan dengan sistem among memakai cara pondok asrama, karena
dengan cara itu dapatlah ketiga lingkungan pendidikan bekerja bersama-sama (keluarga,
perguruan dan perkumpulan pemuda). Persatuan ketiga corak lingkungan tersebut penting

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 59


sekali untuk sempurnanya pendidikan (sistem tri-pusat pendidikan). Pelaksanaan
pendidikan tersebut berpedoman pula pada berbagai semboyan, adapun semboyan yang
paling terkenal adalah “Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tutwuri
handayani. Artinya: Kalau pendidik berada di muka, dia memberi teladan kepada peserta
didik. Kalau berada di tengah, membangun semangat, berswakarya, dan berkreasi pada
peserta didik. Kalau berada di belakang, pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta
didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. Dengan kata lain,
seorang pendidik atau pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,

m
menuntut, dan membimbing peserta didik/orang yang dipimpinnya. Coba Anda berikan
contoh perbuatan guru yang nyata sebagai bentuk pelaksanaan ketiga semboyan tersebut.

o
Perjuangan Taman Siswa terus berlanjut, sampai saat ini lembaga pendidikan Taman

.c
Siswa terus berkembang. Lembaga pendidikan Taman Siswa tersebar di seluruh pelosok
tanah air.

g. Ksatrian Institut
ie
t
Ksatrian Institut didirikan di Bandung oleh Ernest Francoist Eugene Douwes Dekker
ia

(Multatuli atau Setyabudhi). Ia memimpin lembaga ini sejak 1922-1940. Dasar


pendidikannya adalah kebangsaan Indonesia, terutama melalui sejarah kebangsaan. Tujuan
m

pendidikannya yakni menghasilkan ksatria (ridderschap) bagi Indonesia Merdeka di masa


datang. Sekolah kejuruan merupakan organisasi dalam sistem pendidikan Ksatreian
u

Institut, yang diharapkan agar lulusannya menjadi nasionalis yang berguna dan dapat
.s

berdiri sendiri derta mencari lapangan kerja yang praktis. Lulusannya umumnya mendapat
tempat di perusahaan-perusahaan swasta atau berdiri sendiri. Sampai dengan tahun 1937
w

perkembangan sekolahnya telah mencapai 9 sekolah yang tersebar di Bandung, Ciwidey,


w

dan Ciajur (Odang Muchtar, 1976).


w

h. Nahdlatul Ulama (NU)


Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tgl 31 Januari 1926. Salah seorang ulama
yang membangun perkumpulan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari, yang pernah menjadi
Raisul Akbar perkumpulan ini. Sejak 1899 Beliau telahmembuka pesantren Tebuireng di
Jombang. Sebelum menjadi partai politik NU bertujuan: memegang teguh salah satu
mazhab dari mazhab Imam yang ber-empat, yaitu: 1. Syafi’I, 2. Maliki, 3. Hanafi, 4.
Hambali dan mengerjakan apa-apa yang menjadikan kemaslahatan untuk agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan berbagai usaha seperti: memajukan dan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 60


memperbanyak pesantren dan madrasah serta mengadakan tabligh-tabligh dan
pengajianpengajian, disamping usaha lainnya. Pada akhir tahun 1938 Komisi Perguruan
NU telah menetapkan susunan madrasah-madrasahnya sebagai berikut: Madrasah
Awaliyah (2 tahun); Madrasah Ibtidaiyah (3 tahun); Madrasah Tsanawiyah (3 tahun);
Madrasah Mu’alimin Wusytha (2 tahun); dan Madrasah Mu’alimin Ulya (3 tahun).
Selanjutnya setelah menjadi partai politik (Mei 1952) hingga sekarang NU terus berjuang
melakukan inovasi dan menyelenggarakan pendidikan (I.Djumhur dan H. Danasuparta,
1976).

m
i. INS Kayutanam

o
Indonesisch Nederland School (INS) didirikan oleh Mohammad Sjafei (1895-1969)

.c
pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, Sumatera Barat. Pada tahun 1950
kepanjangan INS diubah menjadi Indonesian Nasional School, dan selanjutnya menjadi

ie
Institut Nasional Sjafei. Perjuangan INS juga diarahkan demi kemerdekaan melalui
pendidikan yang menekankan lulusannya agar dapat berdiri sendiri tidak tergantung pada
t
orang lain atau jabatan yang diberikan oleh kaum penjajah.
ia

Dasar Pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Ag. Soejono (1979) pada awal
didirikannya INS mempunyai dasar pendidikan sebagai berikut:
m

1. Berfikir secara logis atau rasional. INS mementingkan berfikir logis sebab menurut
kenyataan, dalam masyarakat Indonesia saat itu masih banyak orang yang berfikir
u

secara mistik.
.s

2. Keaktifan atau kegiatan. INS menggunakan banyak keaktifan anak dalam pengajaran,
latihan skill dan pendidikan agar anak bekerja beraturan dan intensif. Lagi pula
w

Moh.Sjafei menyadari, bahwa besar sekali pengaruh keaktifan bagi pengalaman, fikir
w

dan watak. Inilah sebabnya mata pengajaran ekspresi dinomor satukan di INS dengan
tidak mengabaikan pengetahuan lain. Keaktifan itu dipakainya pula untuk menjalankan
w

pekerjaan yang praktis: membuat sendiri alat bercocok tanam, beternak, membuat
gedung dan berbagai lapangan olah raga dengan mempergunakan bahan yang terdapat
di Indonesia. Begitulah anak di sekolah tidak hanya duduk, melihat mendengarkan, dan
percaya saja.
3. Pendidikan kemasyarakatan. Sesuai dengan sifat Indonesia, maka di INS diberikan
banyak kesempatan bekerja sama. Contoh: Majalah Rantai Mas dikerjakan bersama dan
merupakan tempat untuk mengadakan ekspresi dengan bahasa; bersama menjalankan
pertunjukan dan koperasi. Perkumpulan koperasi bukan saja untuk memenuhi keperluan

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 61


murid sehari-hari, melainkan juga sebagai latihan bekerja bersama dalam lapangan
ekonomi, yang menanti mereka, apabila mereka kelak terjun ke dalam masyarakat.
Bergotong royong adalah ciri khas Indonesia.
4. Memperhatikan bakat anak. Anak yang ternyata pandai dan mempunyai banyak
kesanggupan dalam sesuatu mata pengajaran, setelah mengikuti semua mata
pengajaran, mendapat pendidikan lebih lanjut dan mendalam untuk menyempurnakan
bakat, hingga ia dapat menjadi ahli dalam vak itu.
5. Menentang intelektualisme. Hal tersebut di atas adalah beberapa usaha untuk

m
menjauhkan intelektualisme dari INS. Sejalan dengan hal di atas, usaha-usaha yang
lainnya adalah:

o
 pendidikan keindahan diperhatikan sungguh-sungguh. Ini terbukti dengan

.c
dipentingkannya vak ekspresi; kerap diadakan pertunjukan; bersama-sama murid
 mengatur gedung dan halamannya, dsb.

ie
 Rasa tanggung jawab dikembangkan melalui berbagai keaktifan, agar anak didik
berani berdiri sendiri. Penyelenggaraan dan perkembangan INS sendiri member
t
ia

contoh dalam hal ini. Atas usaha sendiri Moh. Sjafei menyelenggarakan INS yang
megah itu. Tidak diterimanya bantuan dari pihak mana pun seperti dari pemerinta
m

Belanda yang dapat mengikat hidup INS.


 Perasaan keagamaan diberi kesempatan berkembang luas dan bersih jauh dari
u

kepicikan dan kekolotan.


Tujuan Pendidikan INS. Tujuan pendidikan INS Kayutanam sebagaimana
.s

dikemukakan Umar Tirtarahardja .dan La Sulo (1995) adalah sebagai berikut:


w

1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.


2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
w

3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.


4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
w

5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.


Penyelenggaraan Pendidikan. Beberapa usaha yang dilakukan Ruang Pendidik INS
Kayu Tanam yang dalam bidang pendidikan antara lain menyelenggarakan berbagai
jenjang pendidikan, seperti Ruang Rendah (7 tahun, setara sekolah dasar), Ruang Dewasa
(4 tahun sesudah Ruang Rendah, setara sekolah menengah), dan sebagainya. Di sampingm
itu, INS Kayu Tanam juga menyelenggarakan usaha lain sebagai bagian mencerdaskan
kehidupan bangsa, yakni penerbitan Sendi (majalah anak-anak), buku bacaan dalam

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 62


rangka pemberantasan buta huruf/aksara dan angka dengan judul Kunci 13, mencetak
buku-buku pelajaran, dan lain-lain (Soejono, 1958:46). Seperti diketahui, upaya-upaya dari
Ruang Pendidik INS tersebut dilakukan sebagai usaha mandiri, dan menolak bantuan yang
mungkin akan membatasi kebebasannya.

j. Pada bulan Juli Tahun 1927 dalam pidato pembelaannya Bung Hatta di pengadilan Den
Haag mengusulkan supaya ada perbaikan dalam berbagai bidang sosial, antara lain
adalah bidang pembinaan pendidikan nasional.

m
k. Kongres Pasundan pada tahun 1930 juga menempatkan pendidikan dan pengajaran
sebagai salah satu sarana utama perjuangannya.

o
l. Pada bulan November 1937 dalam kongres ke-26 Persatuan Guru Indonesia (PGI) di

.c
Bandung dirumuskan supaya diadakan wajib belajar. Pada Kongresnya tahun 1938 di
Malang PGI menuntut agar pendidikan dan pengajaran diserahkan ke daerah tetapi

ie
didahului dengan perbaikan keuangan daerah.
Tentu saja masih banyak lagi usaha-usaha rakyat, partai dan organisasi yang berjuang
t
dalam bidang pendidikan, seperti: Syarikat Islam (SI), perjuangan PNI, berbagai pesantren,
ia

dsb.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dan praktek-praktek di bidang
m

politik ekonomi, maupun pendidikan yang diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda


sangat tidak adil. Pendidikan yang diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda tidak
u

memungkinkan bangsa kita menjadi cerdas, bebas, bersatu dan merdeka. Selain itu kita
.s

dapat melihat bahwa Kebangkitan Nasional melahirkan kesadaran mengenai pentingnya


peranan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan dalam
w

memperjuangkan kemerdekaan demi lahirnya negara nasional. Dalam periode ini berbagai
w

pergerakan nasional mencantumkan program pendidikan bagi semua kalangan rakyat


Indonesia. Selain itu, pada masa ini lahir pula konsepsi dan perintisan sistem pendidikan
w

nasional Indonesia, maksudnya suatu sistem pendidikan yang berbeda dengan sistem
pendidikan kolonial Belanda (Odang Muchtar, 1976). Terdapat tiga cirri pendidikan
nasional (pendidikan kaum pergerakan) pada masa ini, yaitu:
1. bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis,
2. berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri, dan
3. pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang
tinggi dan kebhinekaan masyarakat Indonesia serta pentingnya pengembangan rasa
persatuan dan kesatuan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 63


DAFTAR PUSTAKA

Daulay Haidar Putra. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan


Indonesia. Jakarta: Kencana.
Dhofier, Z. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:
LP3ES.
Djumhur, I dan Danasuparta. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV.Ilmu
Drs.H.A.Ridwan Saidi.1984. Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984.

m
Jakarta: CV Rajawali
Efendi, Bahtiar. 1998. Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Islam di

o
Indonesia. Jakarta: Paramadina.

.c
H.A. Timur Djaelani,M.A.1984. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan
Perguruan Tinggi. Jakarta: Demaga

ie
Hasan, M. T. 2006. Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Lantabora
Press. t
K., Enung Rukiah & Fenti Hikmawati. 2008. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
ia

Bandung; Pustaka Setia.


Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan
m

Nilai Sistem Pendidikan Pesantren . Jakarta: INIS.


Prof. Dr. H. Afifuddin. 2007. Sejarah Pendidikan.Bandung: Prosfect
u

Prof. Dr. S. Nasution. 2003.Sejarah Pendidikan Nasional, Edisi 2 Cetakan ke 3. Jakarta:


.s

Bumi Aksara
Soejono, Ag.1979. Aliran-Aliran Baru dalam Pendidikan, Bagian ke-2. Bandung: CV.
w

Ilmu
w

Tilaar, HAR.1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995, Suatu


Analisis Kebijakan. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
w

Zuhairini. 2008.Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta; Bumi Aksara

SUMBER INTERNET
http://khairuddinhsb.blog.plasa.com/2015/10/17/pendidikan-di-zaman-belanda/
http://stitattaqwa.blogspot.com/2015/10/19/pertumbuhan-dan-perkembangan-
pendidikan.html

Sejarah Pendidikan Indonesia. Sumiatie, S.Pd.,M.Pd| 64

Anda mungkin juga menyukai