Anda di halaman 1dari 13

ASPEK SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

Tahun Islam dimulai dengan hijrah Nabi Muhammad S.A.W. dari Mekah ke
Madinah di tahun 622 M. Di Mekah terdapat kekuasaan kaum Quraisy yang kuat dan
belum dapat dipatahkan Islam. Di Madinah sebaliknya tidak terdapat kekuasaan yang
demikian, bahkan akhirnya Nabi Muhammad S.A.W. lah yang memegang tampuk
kekuasaan. Dengan kekuasaan berada di tangan beliau, Islam lebih mudah tersebar.
Hal ini mengakibatkan Islam menguasai daerah-daerah yang dimulai dari Spanyol di
Barat sampai Philipina di Timur, dan dari Afrika Tengah di Selatan sampai Danau
Aral di Utara.
Sejarah Islam sekarang telah berjalan lebih dari empat belas abad lamanya.
Seperti halnya sejarah tiap umat, sejarah Islam dapat dibagi ke dalam periode klasik,
periode pertengahan dan periode modern.

I. Periode Klasik : 650 – 1250 M


Periode Klasik ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa, mas Kemajuan Islam
I dan masa Disintegrasi.
1. Masa Kemajuan Islam I : 650 – 1000 M
Masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keekmasan Islam. Dalam
bidang ekspansi, sebelum Nabi Muhammad S.A.W. wafat di tahun 632 M, seluruh
Semenanjung Arabia telah tunduk kedalam kekuasaan Islam. Ekspansi ke daerah-
daerah di luar Arabia dimulai di zaman Khalifah pertama, Abu Bakar Al-Siddik.
Khulafa Al-Rasyidin
Abu Bakar menjadi Khalifah di tahun 632 M, tetapi dua tahun kemudian
meninggal dunia. Masanya yang singkat itu banyak dipergunakan untuk
menyelesaikan perang riddah yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang
tidak mau tunduk lagi pada Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang
mereka buat dengan Nabi Muhammad S.A.W sudah tidak mengikat lagi setelah beliau
wafat. Mereka selanjutnya mengambil sikap menentang terhadap Abu Bakar. Khalid
Ibn Al-Walid adalah jenderal yang memiliki banyak jasa dalam mengatasi perang
riddah ini.
Setelah selesai perang dalam negeri tersebut, Abu Bakar mulai mengirim
kekuatan-kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Al-Walid dikirim ke Irak dan dapat
menguasai Al-Hijrah di tahun 634 M. Tentara yang dikirim ke Suria dipimpin tiga
jendral, yaitu Amr Ibn AL-Aas, Yazid Ibn Abi Sufyan dan Syurahbil Ibn Hasanah.
Untuk memperkuat tentara ini, Khalid Ibn Al-Walid diperintahkan meninggalkan
Irak. Setelah delapan belas hari beliau sampai di Suria.
Usaha-usaha yang dimulai Abu Bakar ini dilanjutkan oleh Khalifah kedua,
Umar Ibn Al-Khattab (634-644). Di zaman ini gelombang ekspansi pertama terjadi,
kota Damaskus jatuh di tahun 635 M, lalu setahun kemudian tentara Bizantium
dikalahkan di Yarmuk, tak luput daerah Suria jatuh ke dalam kekuasaan Islam.
Dengan memakai Suria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan Amr Ibn Al-Aas dan Irak di bawah pimpinan Sa’ad Ibn Abi Al Waqqas.
Babilon di Mesir dikepung pada tahun 640 M. Sementara itu tentara Bizantium di
Heliopolis dapat dikalahkan dan Alexandria menyerah di tahun 641 M. Dengan
demikian Mesir jatuh ke tangan Islam. Tempat perkemahan Amr Ibn Al-Aas yang
terletak di luar tembok Babilon, menjadi ibu kota dengan nama Al-Fustat.
Al-Qadisiyah sebuah kota dekat Al-Hijrah di Irak jatuh di tahun 637 M dan
dari sana serangan dilanjutkan ke Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia yang dapat
langsung dikuasai tahun itu juga. Ibu kota baru bagi daerah ini adalah Al-Kufah, yang
pada mulanya adalah perkemahan militer Islam di daerah Al-Hijrah. Setelah
kejatuhan Al-Madain, Raja Sasan Yazdagrid III, lari ke sebelah utara. Di tahun 641
M, Mosul (dekat Niniev) dapat dikuasai.
Dengan adanya gelombang ekspansi pertama ini, kekuasaan Islam dibawah
Khalifah Umar, telah meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Suriah, Irak, Persia,
dan Mesir.
Di zaman Usman Ibn Affan (644-656) Tripoli, Ciprus dan beberapa daerah
dapat dikuasai, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai disini. Di
kalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan, dan dalam
kekacauan yang terjadi, Usman mati terbunuh.
Sebagai pengganti Usman, Ali Ibn Abi Talib menjadi Khalifah ke empat (656-
661 M), tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung Usman, terutama
Mu’awiah, Gubernur Damaskus, dari golongan Talhah dan Zubekir di Mekkah dan
dari kaum Khawarij. Sebagaimana Usman, Ali mati terbunuh dan Mu’awiah menjadi
Khalifah ke lima. Mu’awiah selanjutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-
750 M) dan ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman Dinasti ini.
Sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke luar daerah Semenanjung
Arabia demikian cepat adalah sebagai berikut :
1. Islam mengandung ajaran-ajaran dasar yang tidak hanya mempunyai sangkut
paut dengan soal hubungan manusia dengan Tuhan dan soal hidup manusia
sesudah hidup pertama. Tetapi Islam adalah agama yang mementingkan
pembentukan masyarakat yang berdiri sendiri dan memiliki sistem
pemerintahan, undang-undang, dan lembaga-lembaga sendiri. Dengan kata
lain Islam berlainan dengan agama-agama besar lain, Islam dalam sejarah
mengambil bentuk negara yang kian hari meluas daerahnya. Islam di Mekkah
memang baru memiliki corak agama, namun di Medinah coraknya bertambah
dengan corak agama, sedang di Baghdad corak agama itu ditambah corak
kebudayaan dan peradaban.
2. Dalam hati para sahabat Nabi Muhammad S.A.W. seperti Abu Bakar, Usman,
dan lain-lain terdapat keyakinan yang tebal tentang kewajiban menyampaikan
ajaran-ajaran Islam sebagai agama baru ke seluruh tempat. Pada suku-suku
bang sa Arab terdapat kegemaran untuk berperang. Karena merka telah berada
dalam satu naungan Islam, peperangan antara sesama mereka tidak mungkin
lagi terjadi. Maka disini bertemulah iman tebal para sahabat dengan
kegemaran berperang suku-suku bangsa Arab dan timbullah suatu kekuatan
baru di Medinah yang dengan mudah dapat mengalahkan kekuatan Bizantium
dan Persia sebagi negara tetangga Medinah di waktu itu.
3. Kedua negara pada zaman itu telah memasuki fase kelemahannya. Kelemahan
itu timbul bukan hanya karena peperangan yang terjadi berabad-abad, namun
disebabkan juga faktor-faktor di dalam negeri. Di daerah bizantium terdapat
pertentangan-pertentangan agama, sedangkan di Persia disamping terdapat
perbedaan-perbedaan agama terdapat juga persaingan-persaingan anggota
kerajaan. Pertentangan agma di Bizantium terjadi antara faham resmi yang
dianut Kerajaan dan aliran Monofisit serta aliran Nestor. Menurut Gereja
resmi dalam diri Jesus terdapat dua sifat, yaitu ketuhanan dan kmeanusiaan.
Gereja resmi memberi penekanan pada sifat kemanusiaan Jesus. Menurut
aliran Monofisit, Tuhan menjelmakan dirinya dalam diri Jesus. Disini yang
ditekankan adalah sifat ketuhanannya. Golongan Nestor yang banyak terdapat
di Mesopotami dan Persia memberi tekanan yang sama pada kedua sifat
tersebut. Raja Chosrus II (590 – 625 M) dikalahkan Raja Heraclitus di Persia.
Pajak berat untuk belanja peperangan dan hidup mewah di istana amat
menekan hidup rakyat. Setelah jatuhnya Chosrus, anggota-anggota keluarga
raja memperebutkan kekuasaan. Dalam hal ini militer dan kaum feodal ikut
campur. Raja diangkat untuk dibunuh kemudian, selanjutnya diangkat yang
baru untuk dibunuh pula dan demikian seterusnya. Sehingga di masa antara
Chosrus dan Yazdagird belasan raja silih berganti.
4. Dengan adanya usaha-usaha Kerajaan Bizantium untuk memkasakan aliran
yang dianutnya kepada rakyat yang diperintah, rakyat merasa hilangnya
kemerdekaan beragama bagi mereka. Di samping itu mereka dibebani juga
oleh pajak yang tinggi untuk menutupi belanja perang Bizantium dengan
kerajaan Persia.
5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan tidak memaksa
rakyat untuk merubah agamanya dan kemudian masuk Islam. Dalam Al-
Qur’an memang ditegaskan tidak ada paksaan dalam agama. Yang ditugaskan
bagi umat Islam adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat
manusia, dan selanjutnya terserah mereka untuk masuk Islam atau tidak.
6. Dalam keadaan itu bangsa Sami di Suriah dan Palestina juga bangsa Hami di
Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripad bangsa
Bizantium di Eropa.
7. Daerah-daerah yang dikuasai Islam seperti Mesir, Suriah, dan Irak penuh
dengan kekayaan. Kekayaan tersebut diperoleh umat Islam di daerah-daerah
untuk melaksanakan ekspansi.
Inilah beberapa sebab yang menjadikan Islam meluas kedaerah-daerah di luar
semenanjung Arabia.
Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Mu’awiah berumur kurang lebih
90 tahun, dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman keuda khalifah terdahulu
dilanjutkan kembali.
Khalifah-khalifah besar besar dari Dinasti Bani Umayyah adalah Mu’awiah
Ibn Abu Sufyan (661-680 M), Abd Al-Malik Ibn Marwan (685-705 M), Al-Walid Ibn
Abd Al-Malik (705-715 M.), Umar Ibn Al-Aziz (717-720M) dan Hisyam Ibn Abd Al-
Malik (724-743M).
Di zaman Mu’awiah, Uqban Ibn Nafi’ menguasai Tunis dan disana ia
mendirikan kota Qairawan (670 M) yang kemudian menjadi salah satu pusat
kebudayaan Islam. Di sebelah Timur, daerah kekuasaan Mu’awiah mencapai sungai
Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan Laut nya mengadakan serangan-
serangan ke ibukota bizantium, Konstantinopel.
Ekspansi ke sebelah Timur diteruskan pada zaman Abd Al-Malik dibawah
pimpinan Al-Hajjaj Ibn Yusuf. Tentara yang dikirimnya menyerangi sungai Oxus dan
dapat menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarism, Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya juga mencapai India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah
Punjab sampai ke Multan.
Ekspansi ke Barat terjadi di zaman AL-Walid. Musa Ibn Nusayr menyerang
Jazair dan Marokko, setelah menundukkannya mengangkat Tariq Ibn Ziad sebagi
wakil untuk memerintah daerah iru. Tariq kemudian menyeberang selat yang terdapat
antara marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang dikenalnya
dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol di bawah pimpinan raja
Roderick dikalahkan, dan dengan demikian pintu untuk memasuki Spanyol pun
terbuka luas. Ibu kota Toledo pun jatuh, begitu juga dengan kota-kota seperti Seville,
Malaga, Elvira, dan Cordova yang kemudian menjadi ibu kota Spanyol Islam, yang
dalam bahasa Arab disebut AL-Andalus (dari kata Vandalas). Serangan-serangan
selanjutnya dipimpin oleh Musa Ibn Nusayr sendiri. Spanyol menjadi daearah Islam.
Serangan ke Perancis dilakukan melalui pegunungan Piranee, serangan tersbut
dilakukan oleh Abd Al-Rahman Ibn Abdullah Al-Ghafiqi, di zaman Umar Ibn Abd
Al-Aziz. Ia menyerang Bordeaux, Poitiers, dan mencoba menyerang Tours. Tetapi
diantara kota Tours dan Poitiers ia ditahan oleh Charles Martel, dan dalam
pertempuran selanjutnya ia mati terbunuh. Ekspansi ke Perancis gagal dan tentara
yang dipimpinnya mundur ke kembali ke Spanyol. Setelah itu ia serangan-serangan
masih tetap diadakan, misalnya serangan terhadap Avignon di tahun 734 M, dan
Lyons di tahun 743 M.
Pulau-pulau di Laut Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes,
Cyprus, dan sebagian dari Sicillia jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman Dinasti ini adalah Spanyol, Afrika
Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia,
Afganistan, Pakistan, Rukmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat Islam
menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan bangsa di bawah naungan Islam,
timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru, walaupun Bani
Umayyah lebih memusatkan perhatina pada kebudayaan Arab.
Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Palawi ke
bahasa Arab dimulai oleh Abd Al-Malik. Orang-orang bukan Arab pada waktu itu
telah memulai pandai berbahasa Arab, terutama pengetahuan pemeluk-pemeluk Islam
baru dari bangsa-bangsa bukan Arab, perhatian kepada bangsa Arab, terutama tata
bahasanya mulai diperhatikan. Inilah yang mendorong Sibawaih untuk menyusun Al-
Kitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam soal tata bahasa Arab.
Perhatian kepada syair Arab Jahiliyah timbul kembali dan penyair-penyair
Arab baru timbul pula seperti Umar Ibn Abi Rabi’ah (719 M), Jamil AL-Udhri (701
M), Qays Ibn Al-Mulawwah(699 M), yang lebih dikenal dengan nama Majnun Laila,
Al-Farazdaq (732 M), Jarir (792 M), dan Al-Akhtal (710 M).
Perhatian juga mulai timbul pada bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam.
Pada zaman ini mulai timbul tokoh-tokoh seperti Hasan Basri, Ibn Shihab Al-Zuhri
dan Wasil Ibn Ata’. Yang menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini adalah
Kufah dan Basrah di Irak.
Selain dari merubah bahasa administrasi, Abd. Al-Malik juga merubah mata
uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya yang dipakai
ialah mata uang mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham. Sebagai
pengganti mata uang ini, Abd Al-Malik mencetak mata uang sendiri pada tahun 659
M, dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Dinar dibuat dari emas dan dirham
dari perak.
Masjid-masjid pertama di luar Semenanjung Arabia juga mulai dibangun di
zaman Dinasti Bani Umayah. Katedral St. John di Damaskus dirubah menjadi masjid,
sedangkan Katedral yang ada di Hims dipakai sekaligus untuk masjid dan gereja. Di
Al-Quds (jerusalem) Abd AL-Malik membangun masjid Al-Aqsa. Monumen terbaik
yang ditinggalkan pada zaman ini untuk generasi-generasi sesudahnya adalah Qubbah
Al-Sakhr (Dome of Rock) juga di Al-Quds, di tempat yang menurut riwayatnya
adalah tempat Nabi Ibrahim menyembelih Ismail dan Nabi Muhammad S.A.W. mi’raj
ke langit. Masjid Mekkah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abd Al-Malik
dan Al-Walid.
Selain dari masjid-masjid, Dinasti Bani Umayah juga mendirikan istana-istana
untuk tempat beristirahat di padang pasir, seperti Qusayr Amrah dan Al-Mushatta
yang bekas-bekasnya masih ada sampai sekarang.
Demikianlah kemajuan-kemajuan yang dicapai dan dibuat oelh Dinasti Bani
Umayyah. Kekuasaan dan kejayaan dari Dinasti ini mencapai puncaknya di zaman
Al-Walid I. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya dapat
dipatahkan oleh Bani Abbas di tahun 750 M. Di antara sebab-sebab yang membawa
pada kelemahan dan kejatuhan Dinasti Umayyah adalah sebagi berikut :
1. Dari semenjak berdirinya Dinasti Bani Umayah, tantangan-tantangan terus
menghalangi. Lawan politiknya adalah Kaum Khawarij.
2. Sewaktu Ali Ibn Abi Thalib menjadi Khalifah, ia mendapat tantangan bukan
hanya dari Mu’awiah dan Khawarij, api juga dari Talhah dan Zubeir di
Mekkah.
3. Tantangan keras yang akhirnya membawa kejatuhan Bani Umayyah datang
dari pihak Syi’ah.
4. Pertentangan tradisionil antara suku Arab Utara dan suku Arab Selatan
mengganggu ketentraman pemerintah Bani Umayyah.
5. Persaingan di kalangan anggota-anggota Dinasti Bani Umayyah juga
membawa kepada kelemahan kedudukan mereka. Dalam soal penggantian
Khalifah, sokongan dari suku arab terkuatlah yang pada akhirnya menentukan
siapa yang menjadi Khalifah.
6. Hidup mewah di istana memperlemah jiwa vitalitas anak-anak Khalifah yang
membuat mereka kurang sanggup untuk memikul beban pemerintahan negara
yang demikian besar.
7. Akhirnya yang langsung membawa kepada jatuhnya kekuasaan Bani
Umayyah ialah munculnya satu cabang lain dari Quraisy, yakni Bani Hasyim
sebagai saingan bagi Bani Umayyah dalam soal Khalifah atau pemerintahan
umat Islam.

Bani Abbas
Sesungguhnya Abu Al-Abbas (750 – 754 M) yang mendirikan Dinasti Bani
Abas, namun pembina sebenarnya adalah Al-Mansur (754-775 M). Yang menjadi
musuh-mushnya berasal dari Bani Umayyah, golongan Khawarij, bahkan juga Kaum
Syi’ah. Dalam menghancurkan lawan, Al-Mansur tidak segan-segan membunuh
sekutu yang membawa keluarganya kedalam kekuasaan. Salah satu contohnya adalah
Abu Muslim. Karena Al-Mansur merasa kurang aman di tengah-tengah Arab, ia
memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad pada tahun 762 M. Sebagai
pengawal, ia mengambil orang-orang dari Persia dan tidak mengambil orang-orang
dari Arab.
Dalam segi pemerintahan ia menggunakan tradisi baru dengan mengangkat
wazir yang membawahi kepala-kepala Departemen. Pemegang jabatan itu pada saat
itu adalah Khalid Ibn Barmak yang berasal dari Persia.
Al-Mahdi (775-785 M) menggantikan Al-Mansur sebagai Khalifah. Pada
masa pemerintahannya pereklonomian mulai menggeliat. Pertanian ditingkatkan
dengan mengadakan irigasi dan penghasilan gandum, beras, kurma, dan zaitun
meningkat. Hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi juga
meningkatkan kekayaan.
Pada zaman Harun Al-Rasyid (785-809) hidup mewah sudah memasuki
masyarakat. Kekayaan yang banyak digunakan oleh Al-Rasyid untuk keperluan
sosial. Anaknya Al-Ma’num (813-833 M) meningkatkan perhatian pada ilmu
pengetahuan. Untuk menterjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani ia mengaji
penterjemah-penterjemah dari golongan Kristen, Sabi dan bahkan juga penyembah
binatang.
Khalifah Al-Mu’tasim (833-842) sebagai anak dari ibu yang berasal dari
Turki, mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara pengawalnya. Dengan
demikian pengaruh Turki mulailah masuk ke pusat pemerintahan Bani abbas. Hal itu
mengakibatkan khalifah-khalifah menjadi boneka Turki. Al-Wathiq (842-847 M)
melepaskan diri dari pemerintah Turki dengan cara mendirikan ibu kota Samarra dan
pindah dari Baghdad. Al-Mutawakkil (847-861M) merupakan Khalifah besar terkahir
dari Dinasti Bani Abbas. Khalifah-khalifah sesudahnya memiliki pendirian dan
mental yang lemah dan tidak dapat melawan kehendak tentara pengawal sultan-sultan
yang kemudian menguasai ibu kota. Khalifah terkahir Dinasti Bani Abbas adalah Al-
Musta’sim (1242-1258 M). Di zaman itu Bagdad dihancurkan oleh Hulagu pada tahun
1258 M.
Dengan demikian, bila Bani Umayyah dengan Damaskus sebagai ibu kotanya
mementingkan kebudayaan Arab, Bani Abbas dengan memindahkan ibu kotanya ke
Baghdad menyebabkan berkurangnya kebudayaan Arab dan meningkatkan
kebudayaan Persia. Keluarga Barmak memiliki pengaruh yang besar dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan falsafat Yunani di Baghdad. Di samping itu
Khalifah-khalifah mengambil wanita-wanita Persia sebagai Isteri mereka, hal itu
mengakibatkan munculnya Khalifah-khalifah berdarah Persia, hal ini mengakibatkan
pengaruh persia semakin kuat.
Perbedaan lainnya antara kedua Dinasti ini, bila masa Umayyah merupakan
masa ekspansi daerah kekuasaan Islam, masa Bani Abbas adalah masa pembentukan
dan perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.
Di masa Bani Abbas inilah perhatian kepada ilmu pengetahuan dan falsafat
Yunani memuncak, terutama di zaman Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun. Buku-buku
ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium dan diterjemahkan ke
bahasa Arab. Di antara integrasi yang terjadi di zaman ini adalah integrasidalam
bidang bahasa. Bahasa Al-Qur’an yaitu bahasa Arab, dipakai dimana-mana. Bahasa
ini menggantikan bahasa Yunani dan bahasa Persia sebagai bahasa administrasi.
Bahasa Arab juga menjadi bahasa ilmu pengetahuan, falsafat, dan doplimasi.
Integrasi terjadi juga dalam lapangan kebudayaan. Kebudayaan yang ada
mulai terjadi dari Spanyol di Barat sampai ke India di Timur. Juga dari Sudan di
Selatan sampai Kaukasus di Utara.
Di masa ini terjadi kontak antara kebudayaan Barat (lebih tegasnya Yunani
klasik) dengan Islam untuk pertama kali. Hal itu didorong oleh ayat-ayat di dalam Al-
Qur’an. Cendikiawan-cendikiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan
dan falsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani itu, tetapi menambahkan ke
dalamnya hasil-hasil penyedilikan yang mereka lakukan sendiri di lapangan ilmu
pengetahuan. Dalam lapangan ilmu pengetahuan teradapat nama Al-Fazari (abad
VIII) sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrobale (alat yang dahulu
dipakai mengukur tinggi bintang dan sebagainya). Al-fargani, yang dikenal di Eropa
dengan nama Al-Fragnus mengarang ringkasan tentang ilmu astronomi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerald Cremona dan Johanes Hispalensis.
Dalam optika, Abu Ali Al-Hasan Ibnu Al-Haytham (abad X) yang namanya di
Eropa menjadi Alhazen, dikanal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata
yang mengirim cahaya kepada benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian
menjadi fakta, benda yang mengirim cahaya ke mata, dan karena menerima cahaya itu
mata melihat benda yang bersangkutan.
Dalam ilmu kimia, Jabir Ibnu Hayyan terkenal sebagai bapak al-kimia. Dan
Abu Bakar Zakaria Al-Razi (865-925M) mengarang buku besar tentang al-kimia yang
baru dijumpai di abad XX. Dalam lapangan ini, sebagai kata Gustave Lebon,
pengetauan yang diperoleh Islam dari Yunani sedikit sekali, sehingga pengetahuan ini
banyak berkembang sebagai hasil penyelidikan ahli-ahli kimia Islam.
Dalam lapangan fisika Abu Raihan Muhammad Al-Baituni (973-1048 M)
sebelum Galileo telah mengemukakan teori tentang bumi berputar sekitar as nya.
Selanjutnya ia mengatakan penyelidikan tentang kecepatan suara dan cahaya dan
berhasil dalam menentukan berat dan kepadatan 18 macam permata dan metal.
Dalam bidang geografi, Abu Al-Hasan Ali Al-Mas’ud adalah seorang
pengembara yang mengadakan kunjungan keberbagai dunia Islam di abad X dan
menerangkan dalam bukunya Maruj Al-Zahab tentang geografi, agama, adat istiadat
dan sebagainya dari daerah-daerah yang dikunjunginya.
Pengaruh Islam yang terbesar terdapat dalam lapangan ilmu kedokteran dan
falsafat. Dalam ilmu kedokteran, Al-Razi yang dikenal dengan nama Rhazes
mengarang buku tentang penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin, Inggris, dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Bukunya Al-Hawi yang
terdiri atas 20 jilid membahas berbagai cabang ilmu kedokteran. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di tahun 1279 dan menjadi buku pengangan
penting selama berabad-abad di Eropa. Al-Hawi merupakansalah satu dari sembilan
karangan yang merupakan seluruh perpustakaan Fakultas Kedokteran Paris di tahun
1395 M.
Ibnu Sina (980-1037 M) selain dari filosof adalah juga seorang dokter yang
mengarang satu ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan nama Al-
Qanun Fi Al-Tib. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin.
Dalam lapangan falsafat, nama-nama Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd
terkenal. Al Farabi mengarang buku-buku dalam falsafat, logika, jiwa, kenegaraan,
etika dan interpretasi tentang falsafat Aristoteles. Sebagian dari karangan-karangan itu
diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Ibnu sina juga banyak mengarang dan yang
termashyur ialah Al-Syifa, suatu ensiklopedi tentang fisika, metafisika dan matematika
yang terdiri atas 18 jilid. Bagi Eropa Ibnu Sina dengan tafsiran yang dikarangnya
tentang falsafat aristoteles lebih mahsyur daripada Al-Farabi.
Di priode ini ilmu-ilmu yang berhubungan dengan keagamaan Islam disusun.
Dalam lapangan penyusunan hadis-hadis nabi menjadi buku, terkenal nama Muslim
dan Bukhari. Dalam bidang fiqih tedapat nama Malik Ibn Anas, Al-Syafi’i, Abu
Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal, dan sebagainya. Perguruan Tinggi yang didirikan di
jaman ini adalah Bait Al-Hikmah di Bagdad dan Al-Azhar di Cairo. Dalam bidang
arsitektur dan seni, periode ini juga mewujudkan gedung-gedung, masjid-masjid, dan
lukisan-lukisan yang indah. Tetapi Hulagu menyerang Baghdad pada tahun 1258 M,
ia menghancurkan istana, gedung-gedung dan masjid-masjid. Ringkasnya periode ini
adalah periode peradaban Islam yang tertinggi dan mempunyai pengaruh , walaupun
tidak secara langsung terhadap peradaban dunia Barat modern.

2. Masa Disintegrasi : 1000-1250


Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir
jaman Bani Umayyah, namun memuncak pada Bani Abbas. Daerah-daerah yang jauh
letaknya dari pusat pemerintahan mulai berusaha melepaskan diri. Di Marokko, Idris
Ibn Abdullah, salah satu keturunan Ali dapat membentuk kerajaan Idrisi yang
bertahan dari tahun 788 M sampai tahun 974 M dengan Fas (Fez) sebagai ibu kota. Di
Tunis, Dinasti Aghlabi berkuasa dari tahun 800 M samapai 969 M. Di Mesir Ahmad
Ibn Tulun melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada tahun 868 M, dinasti ini
berkuasa sampai tahun 877 M. Setelah jatuhnya Dinasti Ibn Tulun, Mesir untuk
beberapa tahun kembali kebawah kekuasaan Khalifah Baghdad, namun di tahun 935
M, dikuasai lagi oleh dinasti Ikhsyid untuk kemudian jatuh ketangan khalifah
Fatimiah di tahun 969 M.
Di Utara Mesir, Dinasti Hamdani merampas Suria di tahun 944 M dan
mempertahankan sampai 1003 M. Di sebelah Timur Baghdad, Dinasti Tahiri berkuasa
di Khurasan dari tahun 820 M sampai tahun 872 M. Kemudian dinasti ini digantikan
oleh Dinasti Saffari sampai tahun 908 M. Di Transoxania Dinasti Samani melepaskan
diri dari kekuasaan Baghdad di tahun 874 M. Dinasti ini berumur 125 tahun. Di tahun
999 M daerah-daerah yang mereka kuasai di daerah Selatan dirampas Mahmud
Ghazna, sedangkan di sebelah Utara jatuh ketangan Ilek Khan dari Turkistan.
Pada saat itu golongan Syi’ah yang mulanya sekutu Bani Abbas mulai
melancarkan aksi penentangan mereka. Di tahun 869 M timbul pemberontakan kaum
Zanj pimpinan Ali Ibn Muhammad.Dari tahun 870 M – 883 M kekuasaan Bani Abbas
dikacaukan pemberontakan ini.
Satu gerakan lain adalah gerakan Qaramitah yang dimulai di tahun 874 M olah
Hamdan Qarmat. Di tahun 899 M kaum Qaramitah ini dapat membentuk negara
merdeka di Teluk Persia. Tahun 930 M serangan-serangan mereka meluas sampai
Mekah. Gerakan lainnya adalah gerakan Hasysyasyin (Assassins) yang merupakan
kelanjutan gerakan Qaramitah. Pemimpinnya Hasan Ibn Sabbah. Negara ini tidak
segan-segan mengadakan pembunuhan terhadap pembesar-pembesar negara yang
memusuhi mereka. Salah satu pembesar yang mereka bunuh adalah Nizam Al-Mulk,
Perdana Menteri Dinasti Salajikah di tahun 1092 M.
Selain itu ada pula pemuka Syi’ah yang dapat membentuk Dinasti yang
menguasai daerah-daerah tertentu. Salah satunya adalah Ahmad Ibn Buwaihi yang
dapat menguasai Asfahan, Syiraz dan Kirman di persia. Di tahun 945 M, ia
mengadakan serangan ke Baghdad dan Dinasti Buwaihi menguasai ibu kota Bani
Abbas ini sampai tahun 1055 M. Kekuasaan Dinasti Buwaihi atas Baghdad kemudian
dirampas Dinasti Saljuk dari turki.
Di Mesir terdapat Dinasti Fatimiah yang mengambil bentu Khalifah aliran
Syi’ah dan yang menjadi saingan bagi Khilafah aliran Sunnah di Baghdad. Di
Spanyol Abd Al-Rahman dari Dinasti Bani Umayyah di tahun 756 M membentuk
suatu khilafah tersendiri. Dinasti Banni Umayyah di Spanyol dapat mempertahankan
kekuasaan mereka sampai tahun 1031 M. Abd Al-Rahmanlah yang mendirikan masjid
Cordoba. Cordoba merupakan pusat kebudayaan Islam yang penting di Bara.
Sesudah jatuhnya Dinasti Bani Umayyah Spanyol ini, Andalusia terbagi kedalam
beberapa negara kecil yang selalu berperang di antara mereka, seperti Dinasti Abbadi,
Dinasti Murabit, Diansti Muwahid, Dinasti Bani Nasr dan sebagainya.
Dalam periode ini pula terjadi Perang Salib di Palestina. Dengan jatuhnya Asia
Kecil ke tangan Dinasti Saljuk, jalan naik haji ke Palestina bagi umat Kristen eropa
menjadi terhalang. Untuk membuka jalan itu kembali Paus Urban II berseru kepada
umat Kristen Eropa di tahun 1095 M supaya mengadakan perang suci terhadap Islam.
Perang Salib pertama terjadi di tahun 1096 M dan 1099 M, Perang Salib kedua antara
tahun 1147 M -1149 M yang diikuti lagi oleh beberapa Perang Salib lainnya, tetapi
Perang itu tidak dapat merebut Palestina dari kekuasan Islam. Di abad kedua puluh ini
barulah Palestina jatuh ketangan Inggris.
Di samping hal-hal diatas, ekspansi Islam di zaman ini meluas ke daerah yang
dikuasai Bizantium di Barat, kedaerah pedalaman di Timur dan Afrika melalui gurun
Sahara di Selatan. Penyiaran Islam ke daerah-daerah Sahara di Afrika dilakukan oleh
kaum Murabit yang menguasai Marokko dan Andalusia. Kerajaan Zanj di Ghana
mereka kalahkan dipertengahan kedua dari abad ke XI M.

II Periode Pertengahan : 1250 – 1800


Periode ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa besar, Masa kemunduran I
dan Masa Tiga Kerajaan Besar.
1. Masa Kemunduran I : 1250 – 1500 M
Di zaman ini Jenghiskan yang berasal dari Mongolia dan keturunannya datang
membawa penghancuran ke dunia Islam. Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M,
ia mengalihkan serangan-serangannya ke arah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan
Islam jatuh ke tangannya. Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/20
M. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azarbaijan pada tahun 1223 M dan Saljuk
di Asia Kecil pada tahun 1243 M. Dari sini ia meneruskan serangan-serangannya ke
Eropa dan ke Rusia.
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan. Khurasan di
Persia terlebih dahulu ia kalahkan dan baru Hasysyasyin di Alamut ia hancurkan.
Pada permulaan 1258 M ia sampai ke tepi kota Bagdad. Perintah untuk menyerah
ditolak oleh Khalifah Al-Musta’sim dan kota Bagdad dikepung. Akhirnya pada 10
Pebruari 1258 M benteng kota ini dapat ditembus dan Bagdad dihancurkan. Khalifah
dan keluarga serta sebagian besar dari penduduk dibunuh. Beberapa dari anggota
keluarga Bani Abbas dapat melarikan diri, dan diantaranya akhirnya ada yang
menetap di Mesir.
Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Suria dan ia ingin memasuki
Mesir. Tetapi di Ain Jalut (Goliath) ia dikalahkan oleh Baybars, Jenderal Mamluk dari
Mesir, di tahun 1260 M.
Bagdad dan daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya di perintah oleh
Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelaran yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang
dikuasai Dinasti ini ialah daerah yang terletak antara Asia Kecil di Baratdan India di
Timur. Dinasti Ilkhan berumur dekat 100 tahun. Hulagu bukanlah beragama Islam
dan anaknya Abaga (1265 – 1281 M) masuk Kristen. Di antara keturunannya yang
mula sekali masuk Islam ialah cucunya Tgudar dengan nama Ahmad, tetapi mendapat
tantangan dari para Jenderalnya. Ghasan Mahmud (1295 – 1304 M) juga masuk Islam
dan demikian juga Uljaytu Khuda Banda (1305 – 1316 M). Uljaytu pada mulanya
beragama Kristen dan Raja Mongol besar yang terakhir. Kerajaan yang dibentuk
Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa Kerajaan kecil, di antarnya Kerajaan Jaylar
(1336 – 1411 M) dengan Baghdad sebagai ibu kota, Kerajaan Salghari (1148 – 1282
M) di Paris, dan Kerajaan Muzaffari (1313 – 1393 M) juga di Paris.
Pada saat itu Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jenghis Khan
dapat menguasai Samarkand ia mengadakan serangan-serangan ke sebelah Barat dan
dapat menguasai daerah-daerah yang terletak antara Delhi dan Laut Marmara. Dinasti
Timur Lenk berkuasa sampai pertengahan kedua dari abad ke XV. Kedatangannya ke
daerah-daerah ini juga membawa penghancuran. Keganasan Timur digambarkan oleh
pembunuhan massal yang dilakukannya di kota-kota yang tidak menyerah tetapi
melawan kedatangannya. Di kota-kota yang telah ditundukkannya ia dirikan piramid
dari tengkorak rakyat yang dibunuh. Di Delhi misalnya ia sembelih 80.000 dari
penduduknya, sedangkan di Aleppo lebih dari 20.000. Mesjid-mesjid dan madrasah-
madrasah dihancurkan. Dari Masjid Umawi di Damask hanya dinding yang tinggal.
Di mana saja ia datang, ia membawa penghancuran.
Di Mesir saat itu Khilafah Fatimiah digantikan oleh Dinasti Salah Al-Din Al-
Ayubi di tahun 1174 M. Dengan datangnya Salah Al-Din, Mesir masuk kembali ke
aliran Sunni. Aliran Syi’ah di sana hilang dengan hilangnya Khilafah Fatimiah. Salah
Al-Din dikenal dalam sejarah sebagai Sultan yang banyak membela Islam dalam
Perang Salib.
Dinasti Al-Ayubi jatuh di tahun 1250 M dan kekuasaan di Mesir berpindah ke
tangan Mamluk. Kaum Mamluk ini berasal dari budak-budak yang kemudian
mendapat kedudukan tinggi dalam pemerintahan Mesir. Sultan Mamluk yang pertama
adalah Aybak (1250 – 1257 M), dan salah satu yang yang termashur di antara mereka
adalah Sultan Baybars (1260 – 1277 M) yang dapat mengalahkan Hulagu di ‘Ain
Jalut. Kaum Mamluk berkuasa di Mesir berpindah ke tangan Mamluk. Kaum Mamluk
ini berasal dari budak-budak yang kemudian mendapat kedudukan tinggi dalam
pemerintahan Mesir. Sultan Mamluk yang pertama mengalahkan Hulagu di ‘Ain
Jalut. Kaum Mamluk berkuasa di Mesir sampai tahun 1517 M. Merekalah yang
membebaskan Mesir dan Suria dari perang Salib dan juga yang memebendung
serangan-serangan kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan Timur Lenk,
sehingga Mesir terlepas dari penghancuran-penghancuran seperti yang terjadi di dunia
Islam lain.
Di India juga persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan selalu
terjadi sehingga India senantiasa menghadapi perubahan kekuasaan. Dinasti timbul
untuk kemudian dijatuhkan dan diganti oleh yang lain. Kekuasaan Dinasti Ghaznawi
dipatahkan oleh pengikut-pengikut Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu
suku bangsa Turki. Mereka masuk India di tahun 1175 M, dan bertahan sampai tahun
1206 M. India kemudian jatuh ke tangan Qutbuddin Aybak, yang selanjutnya menjadi
pendiri Dinasti Mamluk India (1206 – 1296 M), kemudian ke tangan Dinasti Khalji
(1296 – 1316 ), selanjutnya Dinasti Tughluq (1320 – 1413 M) dan dinasti-dinasti lain,
sehingga Babur datang di permulaan abad XVI dan membentuk Kerajaan Mughal di
India.
Di Spanyol sementara itu timbul peperangan antara Dinasti-dinasti Islam yang
ada disana dengan Raja-raja Kristen. Di dalam peperangan-peperangan itu Raja-raja
Kristen memakai politik adu domba antara Dinasti-dinasti Islam tersebut. Sebaliknya
Raja-raja Kristen mengadakan persatuan sehingga satu demi satu Dinasti-dinasti
Islam dapat dikalahkan. Cordova jatuh pada tahun 1238 M. Seville di tahun 1248 M,
dan akhirnya Granada jatuh pada tahun 1491 M. Orang-orang Islam dihadapkan pada
dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Spanyol. Di tahun 1609 M boleh
dikatakan tidak ada lagi orang Islam di Spanyol. Umumnya mereka pindah ke kota-
kota di pantai Utara Afrika.
Hal yang dapat dilihat dari Masa Kemunduran I ini adalah desentralisasi dan
disintegrasi dalam dunia Islam meningkat. Di zaman inilah pula hancurnya khilafah
secara formil. Islam tidak lagi mempunyai Khilafah yang diakui oleh semua umat
sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai abad keenambelas. Bagian yang
merupakan pusat dunia Islam jatuh ke tangan yang non-Islam untuk beberapa saat,
dan berlebih Islam hilang dari Spanyol.
Perbedaan antara kaum Sunni dan Syi’ah menjadi bertambah nyata. Demikian
pula dengan Arab dan Persia. Dunia Islam terbagi menjadi dua bagian :bagian Arab
dan bagian Persia. Disamping itu pengaruh tarikat-tarikat bertambah mendalam dan
bertambah meluas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di zaman Disintegrasi
bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di zaman ini.
Islam dibawa ke daerah balkan oleh Usman, seorang kepala suku bangsa
Turki yang menetap di Asia Kecil. Usman dan anak buahnya pada mulanya
mengadakan serangan-serangan terhadap kerajaan Bizantium di Asia Kecil. Sebelum
meninggal di tahun 1326 M, Bursa sudah dapat dikuasainya. Serangan- serangan
dilanjutkan oleh keturunannya hingga tercipta suatu kerajaan besar dengan nama
Kerajaan Usmani. Sultan Bayazid (1389-1402) memperluas daerah kekuasaan
Kerajaan Usmani di Eropa dengan menaklukan sebagian Yunani dan daerah-daerah di
Eropa Timur sampai ke perbatasan Hongaria.
2. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)
Masa ini dapat pula dibagi ke dalam dua fase, Fase Kemajuan dan Fase
Kemunduran.
a. Fase Kemajuan (1500 – 1700 M)
Fase Kemajuan ini merupakan Kemjuan Islam II. Tiga Kearajaan Besar yang
dimaksud ialah Kerajaan Usmani di Turki. Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan
Mughal di India.
Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 – 1481 M) dari Kerajaan Usmani
mengalahkan Kerajaan Bizantium dengan menduduki Istambul di tahun 1453 M.
Ekspansi ke arah Barat dengan demikian berjalan lebih lancar. Tetapi di zaman Sultan
Salim I (1512 – 1520 M) perhatian ke arah Barat dialihkan ke arah Timur. Persia
mulai diserang dan dalam peperangan Syah Ismail dikalahkan dan dipukul mundur.
Setelah menguasai Suriah, Sultan Salim merebut Mesir dari tangan dinasti Mamluk.
Cairo jatuh di tahun 1517 M. Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman
Al-Qanuni (1520 – 1566 M). Sultan Sulaiman adalah Sultan Usmani yang terbesar.
Pada saat itu Iraq, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest dan Yaman dapat
dikuasai. Winen dikepung pada tahun 1529 M. Di masa kerajaannya daerah
kekuasaan Kerajaan Usmani mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hejaz serta
Yaman di Asia, Mesir, Libia, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Sementara itu di Persia muncul satu dinasti baru yang kemudian menjadi
kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti itu berasal dari seorang sufi syekh Ishak
Safiuddin (1252-1334 M) yang berasal dari Ardabil (Azarbaijan). Syekh Safiuddin
beraliran Syi’ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah itu. Cucunya Syekh Ismail
Safawi dapat mengalahkan Dinasti-dinasti lain, terutama kedua suku bangsa Turki
Kambing Putih dan Kambing Hitam, sehingga akhirnya Dinasti Safawi dapat
menguasai seluruh persia. Di sebelah Barat Kerajaan Safawi berbatasan dengan
Kerajaan Usmani dan di Sebelah Timur dengan India yang pada waktu itu berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Mughal. Syah Ismail membuat aliran Syi’ah sebagai
mazhab yang dianut negara.
Di antara Sultan-sultan besar dari Kerajaan Safawi selain dari Syah Ismail
(1500 – 1524 M), terdapat nama-nama Syah Tahmasp (1524 – 1576 M), dan Syah
Abbas, raja-raja Safawi tidak ada yang kuat lagi dan akhirnya dapat dijatuhkan oleh
Nadir Syah (1736 – 1747 M), kepala dari salah satu suku bangsa Turki yang terdapat
di Persia ketika itu.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu-cucu Timur Lenk. Setelah
menundukkan Kabul, ia melalui Khybar Pass, menyeberang ke India di tahun 1505
M. Lahore jatuh ke bawah kekuasaannya di tahun 1523 M, dan empat tahun kemudian
India Tengah dapat dikuasainya. Anaknya yaitu Humayun (1530-1556 M)
menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang dikuasai kerajaan Mughal
yang muda itu. Serta anaknya Akbar (1556-1606 M) menaklukan Raja-raja India yang
masih ada pada waktu itudan kemudian juga Bengal. Dalam perkara agama, Akbar
mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama dalam satu
bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi. Sultan-sultan yang besar sesudah
akbar anatara lain Jehangir (1605-1627 M), dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah
Jehan (1628 – 1658 M) dan Aurangzeb (1659 – 1707 M). Sesudah Aurangzeb,
terdapat sultan-sultan lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan
Mughal.
Masing-masing dari ketiga Kerajaan Besar ini mempunyai masa kejayaan
sendiri terutama dalam bentuk literatur dan arsitek.
Literatur dalam bahasa Turki mulai muncul pada zaman ini. Di masa-masa
sebelumnya pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia. Di zaman
Sultan Salim I dan Sultan Sulaiman dikenal dua pengarang Fuzuli dan Baki, yang
kemudian disusul di abad ke delapan belas oleh Nedim dan Syeikh Ghalib. Dalam
bidang arsitek, sultan-sultan mendirikan istana-istana, mesjid-mesjid, benteng-
benteng, dan sebgainya. Di antara mesjid-mesjid yang terkenal dapat disebut mesjid
Aya Sofia, yang pada mulanya adalah gereja, tetapi dirubah menjadi mesjid, dan
mesjid Sulaimania di Istambul. Mesjid dalam bentuk arsitek Ottoman didirikan juga
di luar daerah Turki, seperti masjid Muhammad Ali di Cairo.
Di India bahasa Urdu menjadi bahasa literatur dan mengantikan bahasa Persia
yang sebelumnya dipakai di kalangan istana Sultan-sultan di Delhi. Menurut
sejarahnya penulis-penulis besar pertama dalam bahasa ini adalah Mazhar, Sauda,
Dard, dan Mir. Semuanya berasal dari abad kedelapan belas.
Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan priode ini adalah antara lain Taj
Mahal di Agra, Benteng Merah, Jama Masjid, istana-istana dan gedung-gedung
pemerintahan di Delhi. Sultan-sultan Mughal juga mendirikan makam-makam yang
indah.
Persia juga mempunyai mesjid-mesjid indah yang didirikan di Periode ini,
seperti Masjid Besar Isfahan yang dibangun untuk Syah Abbas.
Tetapi dibalik itu perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu
pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot. Tarikah terus mempunyai
pengaruh besar dalam hidup umat Islam. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai
kerajaan besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu
mulai pula muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. Kedudukan bahasa Arab
untuk menjadi bahasa persatuan bertambah menurun.
Kemajuan Islam II ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam lapangan
politik dan jauh lebih kecil dari kemajuan Islam I. Pada saaat itu Barat mulai bangkit
dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan mentah di Timur Jauh
melalui Afrika Selatan dan dijumpainya Amerika oleh Columbus di tahun 1492 M.

b. Fase Kemunduran II (1700 – 1800 M)


Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai Sultan-
sultan yang kenamaan. Kerajaan ini dimulai memasuki fase kemundurannya di abad
ke XVII M. Di dalam negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Suria
di bawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir
Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga terjadi peperangan seperti Venitia (1645
– 1644 M) dan dengan Syah Abbas dari Persia. Sultan-sultan berada di bawah
kekuasaan Harem. Pada saat itu di Eropa mulai muncul negara-negara yang kuat,
sedangkan di Rusia di bawah Peter Yang Agung berubah menjadi negara yang maju.
Dalam peperangan dengan negara-negara ini kerajaan Usmani mengalami kekalahan-
kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit. Misalnya
Yunani memperoleh kemerdekaan kembali di tahun 1829 M dan Rumani lepas pada
tahun 1856 M. Selanjutnya yang lain mengikuti sampai akhirnya sesudah Perang
Dunia I daerah Kerajaan Usmani menjadi mengecil. Kerajaan Usmani lenyap pada
tahun 1924 M dan digantikan Republik Turki.
Di Persia Kerajaan Safawi mendapat serangan dari Raja Afghan yang
berlainan dengan Syah-syah Safawi. Mir Muhammad dapat menguasai Asfahan pada
tahun 1722 M. Tetapi sat itu Nadir Syah seorang jenderal atas nama Syah Tamasp II
dapat merampas ibu kota itukembali pada tahun 1730 M. Kemudian ia sendiri yang
menjadi Syah di Persia. Tahun 1750 M, Karim Khan dari Dinasti Zand dapat
merampas kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti
Zand ditentang oleh Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan
Dinasti Zand di tahun 1794 M. Semenjak itu sampai tahun 1925 M, Persia diperintah
oleh Dinasti Qajar.
Di India, di bawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat gelar Alamghir,
terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak golongan Hindu yang meruoakan
mayoritas pendudukan India. Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bhadur
dan kemudian oleh Guru Gobind Singh. Golongan Rajput berontak di bawah
pimpinan Raja Udaipur. Kaum Mahratas dipimpin pleh Sivaji dan anaknya Sambaji.
Sesudah Aurangeb meninggal serangan-serangan pemberontak bertambah kuat
dan akhirnya daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri dari kekuasaan
Mughal satu demi satu. Pada saat itu Inggris turut pula memainkan peranan dalam
politik India dan menguasai India di tahun 1857 M. Sampai tahun 1947 M India
menjadi jajahan Inggris.
Pada zaman ini kekuatan militer dan politik umat Islam menurun.
Perekonomian dan perdagangan umat Islam jatuh, Ilmu pengetahuan berada dalam
stagnansi, dunia Islam berada dalam posisi mundur dan statis.
Pada saat yang sama negara-negara di Eropa sedang berada dalam situasi
menguntungkan. Kekayaan-kekayaan yang didapat dengan melakukan jula beli
dengan Timur jauh membuat mereka melakukan penetrasi ke dunia Islam.

III Periode Moderen : 1800 M


Periode ini merupakan Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di
Mesir yang berakhir tahun 1801 M membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan
Mesir akan kemunduran dan kelemahan umat Islam. Raja dan pemuka-pemuka agama
Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power, yang
telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan barat pada saat ini
berlainan dengan kontak pada saat Periode Klasik. Dengan demikian timbulah apa
yang disebut modernisasi Islam.

Anda mungkin juga menyukai