Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Dalam sejarah perkembangan ilmu, peran Filsafat Ilmu dalam struktur
bangunan keilmuan tidak bisa diangsikan. Sebagai landasan filosofis bagi
tegaknya suatu ilmu, mustahil para ilmuan menafikan peran filsafat ilmu dalam
setiap kegiatan keilmuan.
Secara umum, manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sulit
untuk terpuaskan. Apabilasatu atau beberapa kebutuhannya tercapai, maka dia
akan berkeinginan untuk meraih kebutuhan lain yang lebih tinggi. Dalam usaha
untuk memenuhi rasa ingin tahu itu banyak jalan yang dapat ditempuh oleh
manusia. Usaha itu antara lain meliputi: penggunaan mitos, prasangka,
pengamatan indrawi, pengalaman pribadi, kata hati dan lain-lain. Usaha-usaha
ini kurang begitu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena hasil dari
usaha-usaha tersebut tidak dapat dikaji ulang, sebab adanya kelemahan dan
keterbatasan yang dimiliki manusia.
Dalam buku “filsafat ilmu pengetahuan, Jalaluddin”. Pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam
mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh
pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan
yang lainnya.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni,
Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua
adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui
suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid)

1
kalau proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat
didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih (yang benar)”.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah
dunia empiris dan proses pendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu
menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan
induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang
merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.

B. Rumusan masalah

1. Apa Saja Struktur Ilmu Pengetahuan Itu

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menambah pemahaman


untuk pembaca dan terkhusus kepada penulis makalah ini. Semoga dengan
adanya makalah ini pemahaman tentang struktur ilmu pengetahuan dapat lebih
dipahami.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami objek yang dihadapinya, hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Ilmu pengetahuan diambil dari
Bahasa Inggeris iaitu science, yang berasal dari bahsa Latin scientia dari
bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan
selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada
segenap pengetahuan sistematik.
Peter R Senn dalam Ilmu Dalam Perspektif (Jujun Suriasumantri)
mekipun tidak secara gambling ia menyampaikan bahwa ilmu memiliki
bangunan struktur, Van Peursen menggambarkan lebih tegas bahwa “ilmu itu
bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata”. Batu atau unsur dasar
tersebut tidak pernah langsung di dapat di alam sekitar. Lewat observasi ilmiah
batu bata sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai kemdian digolongkan
menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Upaya ini tidak
dilaku dengan sewenang wenangnya, melainkan merupakan hasil petunjuk
yang menyertai susunan limas ilmu yang menyeluruh akan makin jelas bahwa
teori secara berbeda-beda meresap sampai dasar ilmu.
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas
penelaahan yang mencari penjelasan secara rasional empiris mengenai dunia
ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan sistematis yang menjelaskan
berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Pengetahuan ilmiah mempunyai lima ciri pokok sebagai berikut: (i)
empiris; (ii)sistematis; (iii) objektif; (iv) analitis; (v) verifikatif.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah suatu
cara dalam memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur tertentu harus
diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyaan yang tertentu
pula. Mungkin epistemologi dari metode keilmuan akan lebih mudah

3
dibicarakan, jika kita mengarahkan perhatian kita kepada sebuah rumus yang
mengatur langkah-langkah proses berpikir sekaligus menjadi unsur-unsur
dalam ilmu pengetahuan, yang diatur dalam suatu urutan tertentu.
Kerangka dasar prosedur ini dapat diurutkan dalam delapan langkah
sebagai berikut: (a) metode ilmiah; (b) teori; (c) hipotesis; (d)logika; (e) data-
infirmasi; (f)pembuktian; (g) evaluasi; (h) paradigm.
1. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang
dinamakan metode ilmiah. Metode merupakan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi
ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafati termasuk dalam apa
yang dinamakan epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan ; Apakah sumber-
sumber pengatahuan? Apa hakikat, jangkauan dan ruang lingkup
peengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan? Sampai tahapan mana pengetahuan yang mungkin untuk
ditangkap manusia ?
2. Teori
Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, Einstein
berkata, apa pun juga teori yang menjembatani antara keduanya. Teori
yang dimaksudkan di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang
terdapat dalam dunia fisik tersebut. Teori merupakan suatu abstraksi
intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan
pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan
rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu

4
penjelasan, biar bagaimanapun menyakinkannya, tetap harus didukung
oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan dengan benar.
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarnya
tujuan akhir dari tiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah
teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten, namun hal ini baru dicapai
oleh beberapa disiplin keilmuan saja seperti umpamanya fisika. Bila dalam
fisika saja keadaannya sudah seperti ini maka dapat dibayangkan
bagaimana situasi perkembangan penjelasan teoretis pada disiplin-disiplin
keilmuan dalam bidang social.
3. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan ementara tentanhubungan antar
variable. Hubungan hipotesis ini diajukan dalam bentuk dugaan kerja, atau
teori, yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan
tersebut. Hipotesis diajukan secara khas dengan dasar coba-coba (trial-
and-error). Hipotesis hanya merupakan dugaan yang beralasan, atau
mungkin merupakan perluasan dari hipotesis terdahulu yang telah teruji
kebenarannya, yang kemudian diterapkan pada data yang baru. Dalam
kedua hal diatas, hipotesis berfungsi untuk mengikat data sedemikian rupa,
sehingga hubungan yang diduga dapat kita gambarkan dan penjelasan
yang mungkin dapat kita ajukan. Sebuah hipotesis biasanya diajukan
dalam bentuk pernyataan. Contohnya “jika X, maka Y”. Jika kulit manusia
kekurangan pigmen, maka kulit itu itu mudah terbakar saat disinari
matahari.
Oleh kerana itu, maka sebelum teruji kebenarannya secara empiris
semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat
sementara. Sekiranya kita menghadapi uatu masalah tersebut, kita dapat
mengajukan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari
permasalahan tersebut. Secara teoritis maka sebenarnya kita dapat
mengajukan hipotesis sebanyak-banyaknya sesuai dengan hakikat
rasionalisme yang bersifat pluralistic.

5
4. Logika
Suatu penarikan kesimpulan dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat
didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Lapangan
dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus,
tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan
ketepatannya. Karena berpikir lurus dan tepat, merupakan objek formal
logika.
Logika merurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi
lima macam, yaitu (a) logika dalam pengertian luas dan sempit; (b) logika
deduktif dan logika induktif; (c) logika formal dan logika material; (d)
logika murni dan logika terapan (e) logika filsafati dan logika matematik.
a Logika makna luas dan logiks makna sempit. Dalam arti sempit istilah
tersebut dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal.
Sedangkan dalam arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup
kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana
system penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula
pembahasan mengenai logika itu sendiri.
b Logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah suatu
ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersfat
deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan
sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul
menurut bentuknya sahaja. Logika induktif merupakan suatu ragam
logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah
hal yang khusus sampai pada kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi.

6
c Logika formal dan logika material. Logika formal mempelajari asas,
aturan atau hokum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang
dapat berpikir dangan benar dan mencapai kebenaran. Logika material
mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika
formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya.
Logika formal dinamakan juga logika minor, sedangkan logika
material dinamakan logika mayor.
d Logika murni dan logika terapan. Logika murni merupakan suatu
pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum
pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam suatu cabang ilmu dari istilah yang
dipakai dalam pernyataan dimaksud. Logika terapan adalah
pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu,
bidang-bidang filsafat dan juga dalam pembicaraan yang
mempergunakan bahasa sehari-hari.
e Logika filsafati dan logika matematik.logika filsafati dapat
digologkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih
berhubung dengan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,
seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan
metafisika. Logika matematik merupakan suatu ragam logika yang
menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode
matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk
menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam
bahasa biasa.
5. Data-informasi
Tahap ini merupakan sesuatu yang paling dikenali dalam metode
keilmuan. Disebabkan oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan
kepada pengumpulan data, maka banyak orang yang menyamakan ilmuan
dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian dituangkan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Pengamatan yang teliti yang
dimungkinkan oleh terdapatnya berbagai alat, yang dibuat manusia dengan

7
penuh akal, memberikan dukungan yang dramatis terhadap konsep
keilmuan sebagai suatu prosedur yang pada dasarnya adalah empiris dan
iduktif. Tumpuan terhadap persepsi indra secara langsung atau tidak
langsung, dan keharusan untuk melakukan pengamatan secara teliti seakan
menyita perhatian kita terhadap segi empiris dari penyelidikan keilmuan
tersebut.
Penyusunan dan klasifikasi data. Tahap metode keilmuan ini
menekankan kepada penyusunan fakta dalam kelompok-kelompok, jenis-
jenis dan kelas-kelas. Dalam semua cabang ilmu, usaha untuk
mengindentifikasi, menganalisis, membandingkan dan membedakan
fakta-fakta yang releven tergantung kepada adanya system klasifikasi
disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk
menyempurnakan taksonomi khusus bidang keilmuan mereka.
6. Pembuktian
Langkah seterusnya sesudah penyusunan hipotesis adalah
pembuktian iaitu menguji hipotesis tersebut dengan
mengonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Sering sekali dalam
hal ini kita harus melakukan langkah perantara yakni menentukan faktor-
faktor apa yang dapat kita uji dalam rangka melaukan veritifikasi terhadap
keseluruhan hipotesis tersebut. Proses pengujian ini merupakan
pengumpulan fakta-fakta yang releven dengan hipotesis yang diajukan.
Fakta-fakta ini kadang-kadang bersifat sederhana yang dapat kita tangkap
secara langsung dengan pancaindra kita. Kadang-kadang kita memerlukan
instrument yang membantu pancaindra kita umpamanya teleskop atau
mikroskop. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah memerlukan
alat yang rumit sekali, sehingga sering terjadi bahwa hipotesis baru dapat
dibuktikan beberapa lama kemudian setelah ditemukan alat yang dapat
membantu mengumpulkan fakta yang dibutuhkan. Pembuktian inilah
sebenarnya yang memberi vonis terhadap teori ilmiah apakah pernyataan-
pernyataan yang dikandungnya dapat diterima kebenarannya atau ditolak
secara ilmiah.

8
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetas alternatif-
alernatif hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya atau
lewat percobaan. Dalam hubungan ini maka keputusan terakhir terletak
pada fakta. Jika fakta tidak mendukung satu hipotesis, maka hipotesis yang
lain dipilih dan diproses ulang kembali.
7. Evaluasi
Evaluasi dalam hal ini yaitu penarikan kesimpulan yang merupakan
penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Sekiranya dalam proses pengujian hipotesis terdapat fakta yang
mendukung maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam
proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka

hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap


menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi
pensyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang
kongsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji
kebenarannya.
Evaluasi juga dapat berupa penjelasan dari seluruh rangkai metode
ilmiah. Setelah ilmuan melakukan pengamatan, membuat deskripsi dan
mencatat data yang menurut dia adalah relevan dengan masalahnya, dia
menghadapi salah satu segi yang terpenting dari usahanya, yakni
memberikan penjelasan. Seperti kita lihat, keragaman manusia akan
menyebabkan timbulnya beragam masalah. Keragaman masalah ini
menyebabkan kebutuhan untuk mengembangkan berbagai alat untuk
bermacam pengamatan dan deskripsi, juga di samping itu, cara
pengumpulan data yang berbeda akan menghasilkan penjelasan yang
berbeda pula yang dapat diterima dalam sistem ilmu.
8. Paradigma
Struktur ilmu pengetahuan yang terakhir harus diketahui adalah
terkait dengan paradigma. Secara umum pengertian paradigma adalah

9
seperangkat keyakinan atau dasar yang menuntut seseorang dalam
bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Guba,
paradigma ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat
keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia dalam
keseharian atau penyelidikan ilmiah. Dalam mengembangkan suatu
paradigma ilmu kita arus dapat melihat cara pandang yang menjadi aspek
filosofis dan metodologis dalam menemukan ilmu pengetahuan, yaitu
dimensi, ontologis, dimensi epistemologis, dimensi aksiologis, dimensi
retorik dan dimensi metodologis.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala


perbuatan manusia untuk memahami objek yang dihadapinya, hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Ilmu pengetahuan diambil dari
Bahasa Inggeris iaitu science, yang berasal dari bahsa Latin scientia dari
bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pengetahuan
ilmiah mempunyai lima ciri pokok sebagai berikut: (i) empiris; (ii)sistematis;
(iii) objektif; (iv) analitis; (v) verifikatif.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah suatu
cara dalam memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur tertentu harus
diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyaan yang tertentu
pula. Mungkin epistemologi dari metode keilmuan akan lebih mudah
dibicarakan, jika kita mengarahkan perhatian kita kepada sebuah rumus yang
mengatur langkah-langkah proses berpikir sekaligus menjadi unsur-unsur
dalam ilmu pengetahuan, yang diatur dalam suatu urutan tertentu.
Kerangka dasar prosedur ini dapat diurutkan dalam delapan langkah
sebagai berikut: (a) metode ilmiah; (b) teori; (c) hipotesis; (d)logika; (e) data-
infirmasi; (f)pembuktian; (g) evaluasi; (h) paradigma.

11
DAFTAR PUSTAKA
Adib Muhammad, FILSAFAT ILMU, Yogyakarta, 2010

12

Anda mungkin juga menyukai