10.1 Pendahuluan
Kekuasaan atau power banyak dibahas dalam literatur manajemen,
administrasi maupun ilmu politik. Di dalam organisasi bisnis, kekuasaan dapat
dikonstruksikan sebagai bagian dari proses kepemimpinan di dalam organisasi.
Di mana relasi kekuasaan antara manajer dan anak buah, atau pemimpin dan
pengikutnya ditujukan untuk mencapai kinerja organisasi, mencapai tujuan
melalui kerjasama di antara sumber daya manusia yang ada. Politik, sebagai
“seni“ untuk mencapai kinerja organisasi, juga merupakan bagian dari relasi
antara pemimpin dan anak buahnya. Mencakup berbagai taktik mengelola
pengaruh, menggunakan berbagai sumber kekuasaan, sehingga relasi
kekuasaan menjadi nilai tambah untuk proses kinerja, mewujudkan tujuan-
tujuan perusahaan. Di chapter 10 ini akan dibahas, mengenai konsep
kekuasaan, sumber sumber kekuasaan dan politik di perusahaan dan sepintas
akan dijelaskan relevansi kekuasaan di dalam model bisnis digital saat ini.
122 Perilaku Organisasi
10.2.1 Ketergantungan
Fenomena hubungan kekuasaan bilamana ada salah satu pihak yang
tergantung, menentukan siapa yang lebih berkuasa. Salah satu pihak (orang,
kelompok atau organisasi) percaya atas orang lain untuk sesuatu yang
dipercaya bernilai. Dalam Gambar 10.1, misalnya pihak B bergantung dengan
pihak A, untuk mendapatkan apa yang diinginkan pihak B. Mungkin sesuatu
yang bernilai bagi pihak B itu, misalnya menginginkan promosi jabatan yang
lebih tinggi, peningkatan ilmu atau keahlian, atau relasi dengan pihak yang
yang diinginkan. Sementara pihak B, juga tidak memiliki informasi, akses atau
sumber daya sebanyak A, sehingga B mengkalkulasi kemungkinan tidak
mendapatkan promosi, penugasan khusus untuk meningkatkan ilmu, atau
akses relasi, tanpa campur tangan A atau kontrol A. Ketergantungan B tersebut
atas A adalah hubungan kekuasaan. Di mana B kalah berkuasa atas A.
Dengan kata lain, A memiliki kekuasaan, sebagai manajer, dengan
kapasitasnya, untuk mengubah sikap atau perilaku B atas sesuai keinginan A.
A juga memiliki kekuasaan untuk B menyelesaikan pekerjaannya bersama
sama dengan tim yang dibentuk A. Misalnya, boleh saja B, seorang yang
menyayangi keluarga dan tidak menyukai berjauhan dengan keluarga. Namun,
sesuai keinginan A, maka B mengikutinya ditempatkan tugas di luar negeri,
berjauhan dengan keluarga. Bekerjasama dengan berbagai latarbelakang yang
berbeda, meninggalkan semua kenyamanan yang dinikmati pekerjaan
terdahulu.
124 Perilaku Organisasi
10.3.1 Legitimasi
Legitimasi adalah sumber kekuasaan yang berasal dari hak melekat dari dari
suatu posisi formal. Hak ini biasanya tertuang dalam peraturan, atau uraian
jabatan seseorang, sehingga hak melekat kewenangan untuk meminta
seseorang melakukan sesuatu. Teristimewa di dalam sumber legitimasi ini
adalah “kesepakatan” atas relasi kekuasaan pemimpin atau manajer atas staf
nya. Mereka mematuhi manajernya atas dasar sesuatu yang syah dan
dianggap benar oleh pengikut atau karyawan atas pemimpinnya. Seorang
manajer meminta anakbuahnya untuk lembur bekerja adalah bentuk relasi
kekuasaan atas dasar sumber legitimasi. Bila pemimpin baru diangkat, atau
rotasi pemimpin dari bagian lain, maka para anak buah akan mematuhi
pemimpin tersebut, meski yang bersangkutan baru menduduki posisi tersebut.
Meskipun pemimpin berusia muda,dan katakan belum berpengalaman banyak,
namun anak buah akan menjalankan tugas tugas tertentu yang diminta
pemimpin tersebut. Hal ini karena pemimpin baru tersebut menjalankan
kekuasaannya bersumber dari uraian jabatan. Secara sertamerta, pemimpin
baru tersebut memiliki relasi kekuasaan yang efektif atas anakbuahnya karena
legitimasi pemimpin baru tersebut: posisi formal, hak yang diemban dan
otoritas yang dimilikinya.
Dinamika pengaruh, yang bersumber dari kekuasaan legitimasi, untuk
mencapai tujuan ini, menjadi efektif ketika banyak keputusan keputusannya
dianggap benar sesuai dengan uraian jabatan. Tidak ada keputusan yang
melampai kewenangannya. Dinamika pengaruh legitimasi teruji ketika situasi
pembuatan keputusan di perusahaan membuat diskresi atas sesuatu. Diskresi
adalah derajat kebebasa pembuatan keputusan dengan kondisi aturan
pelaksanaan yang belum jelas aturan mainnya.Diskresi juga seringkali tidak
melibatkan persetujuan pihak lain. Oleh karena itu dinamika efektivitas
pengaruh untuk mencapai tujuan ini seringkali melibatkan sejauh mana
diskresi seorang manajer, memiliki efek positif, seperti produktivitas
perusahaan. Atau mengedepankan keadilan, bila diskresinya melibatkan
sesuatu yang dilematis. Sehingga sumber kekuasaan legitimasi efektif
Bab 10 Kekuasaan dan Politik di Dalam Organisasi 127
10.3.2 Koersi
Kekuasaan koersi juga bersumber kepada posisi dan hak melekat dari dari
suatu posisi formal, untuk memberikan hukuman, teguran, peringatan. Hak ini
biasanya tidak tertuang secara formal dalam peraturan, atau uraian jabatan
seseorang. Namun kewenangan yang melekat di suatu posisi, memungkinkan
manajer meminta anak buah untuk melakukan sesuatu, dan bila tidak
dijalankan atau tidak sesuai dengan standar formal yang disepakati, pemimpin
atau manajer dapat memberikan sanksi staf nya. Sumber kekuasaan koersi ini
merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki kewenangan
atau menduduki posisi tertentu, dan akan efektif menggunakan sumber
kekuasaan ini agar pengikut atau karyawan mematuhi pemimpinnya. Tidak
peduli seseorang menyukai atau tidak menyukai penugasan dari pemimpinnya
ini, seorang anak buah akan menjalankannya mengingat sanksi atau hukuman
menunggu untuk mereka yang mengabaikan perintah pemimpinnya.
Efektivitas pengaruh untuk mencapai tujuan yang bersumber dari kekuasaan
koersif ini, dalam realitanya memerlukan sentralitas kewenangan yang
proporsional. Sentralitas kewenangan pemimpin, akan membuat tingkat
ketergantungan anak buah makin kuat. Dalam konteks relasi
kekuasaan:kepatuhan anak buat atau unit lain untuk memenuhi standar
perusahaan adalah yang diharapkan dari sentralisasi dan sumber kekuasaan
koersi ini. Alhasil, relasi kekuasaan atas dasar koersi ini akan efektif
128 Perilaku Organisasi
10.3.3 Imbalan
Sumber kekuasaan, berdasarkan posisi seorang pemimpin atau manajer, untuk
memberikan imbalan kepada anak buah, merupakan bentuk relasi kekuasaan
yang mudah diamati. Imbalan di perusahaan seperti kenaikan gaji, promosi,
toleransi tenggat waktu, merupakan bentuk-bentuk sumber kekuasaan yang
dimiliki seorang manajer. Sehingga seorang pemimpin dapat efektif
menjalankan kekuasaan, membuat seseorang atau anak buah merubah sikap
atau perilakunya. Pada sisi lain, seorang manajer sebaiknya menggeluti sumber
kekuasaan imbalan dibanding melakukan hukuman kepada anak buah.
Efektivitas pengaruh kekuasaan imbalan ini meningkat ketika dikombinasikan
dengan sumber kekuasaan lain dan taktik memengaruhi, seperti gaya bahasa
pemimpin dan pesona baik pemimpin.
Potensi pemimpin memberikan imbalan merupakan sumber kekuasaan
manajer yang efektif sehingga relasi kekuasaan atas dasar ketergantungsan
anak buah kepada manajernya, dapat dikelola untuk seni mencapai tujuan
organisasi. Manajer dapat mengelola imbalan secara baik, diberikan atas dasar
meritokrasi atau pencapaian kinerja. Dengan demikian sumber sumber
kekuasaan yang lain, seperti legitimasi akan menguat dimata anak buah.
Bermodalkan legitimasi yang dimilikinya, seorang pemimpin kemudian tidak
hanya memengaruhi orang orang per orang perilaku atau sikap anak buah,
namun posisi yang dimilikinya dapat dikapitalisasi menjadi kohesivitas,
counterprevailing power antara pemimpin dan anak buah atau tim. Dengan
Bab 10 Kekuasaan dan Politik di Dalam Organisasi 129
10.3.4 Keahlian
Keahlian, merupakan sumber kekuasaan yang kian relevan saat ini. Berbeda
dengan sumber-sumber kekuasaan bersumber dari posisi formal yang diemban
oleh manajer atau pemimpin, keahlian merupakan sumber kekuasaan dari diri
seseorang. Sebagai bawaan yang ada pada diri seseorang, misalnya keahlian,
keterampilan atau hal lain yang dianggap berharga bagi kelompoknya. Sumber
kekuasaan keahlian akan efektif bila melekat kepada posisi, sehingga beberapa
sumber kekuasaan digunakan sekaligus untuk membuat kekuasaan efektif.
Misalnya, dokter dengan perawat. Seorang dokter akan efektif pengaruhnya
bila memiliki kewenangan atau menjabat posisi di rumah sakit, dan konsisten
menggunakan keahliannya. Sehingga sumber kekuasaan lain, seperti
legitimasi, imbalan, akan optimal memengaruhi anak buah mencapai kinerja
rumah sakit.
10.3.5 Referensi
Referensi atau kedekatan seseorang, dapat menjadi sumber kekuasaan.
Utamanya, pihak pemilik kekuasaan diidentifikasikan dengan sesuatu yang
penting, berharga atau sesuatu yang dihormati atas keberadaan dirinya.
Seorang yang menjabat karena keturunan tokoh yang dihormati, pendiri
perusahaan atau karena kedekatan emosi dengan pihak pihak yang dihormati
130 Perilaku Organisasi