4.1 Pendahuluan
Sejumlah besar media-media yang populer hampir setiap hari memberitakan
hasil tentang sikap. Semua memiliki suatu tujuan yakni untuk mencari
dukungan. Demikian juga halnya dengan manajemen, terutama dalam hal
pengawasan, organisasi perlu memantau para pekerjanya terhadap sikap, dan
hubungannya dengan perilaku. Apakah ada dirasakan kepuasan atau
ketidakpuasan karyawan dengan pengaruh pekerjaan di tempat kerja. Secara
umum penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsisten di antara
sikap mereka serta antar sikap dan perilaku mereka. Dalam sebuah organisasi,
sikap sangatlah penting, sebab komponen perilakunya. Seseorang bisa
memiliki ribuan sikap, sikap kerja bermuatan evaluasi positif atau negatif yang
dipunyai oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka.
Sesungguhnya ada tiga sikap yaitu kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan dan
komitmen organisasional. Seseorang yang memiliki tingkat kepuasan kerja
yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut.
Sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif
tentang pekerjaan tersebut, Robbins, (2002); Mangkunegara and Prabu,
48 Perilaku Organisasi
(2004); Purba et al, (2019); Leuwol et al, (2020); Purba, (2020a); Purba and
Situmorang, (2020).
2. Aspek-aspek sikap
Merujuk pendapat Secord and Bacman, Kreitner and Kinicki, (2005)
yang membagi sikap menjadi tiga komponen yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Komponen kognitif, merupakan komponen yang terdiri dari
pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk
keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap.
b. Komponen afektif, merupakan komponen yang berhubungan
dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat
evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai
yang dianut pemilik sikap.
c. Komponen konatif, merupakan komponen sikap yang berupa
kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan
objek sikap, Kreitner and Kinicki, (2005)
Mengacu pada uraian di atas dapat dinyatakan bahwa sikap adalah keteraturan
perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan terhadap aspek
lingkungannya. Sikap seseorang tercermin dari kecenderungan perilakunya
dalam menghadapi suatu situasi lingkungan yang berhubungan dengannya.
Sikap adalah tanggapan (response) yang mengandung komponen-komponen
kognitif (pengetahuan), afektif (sejauhmana penilaiannya terhadap obyek) dan
konaktif (kecenderungan untuk berbuat), yang dilakukan oleh seseorang
terhadap sesuatu obyek atau stimulus dari lingkungannya.
Wathon, 2005 dalam Tahir, (2014d) perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan
perilaku-perilaku di mana hal tersebut sangat penting disetiap pekerjaan atau
situasi kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002) perilaku kerja yaitu bagai
mana orang-orang dalam lingkungan kerja dapat mengaktualisaksikan dirinya
melalui sikap dalam bekerja. Pendapat Robbins ini menekankan pada sikap
yang diambil oleh pekerja untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan
di lingkungan tempat kerja mereka. Dari pengertian perilaku kerja tersebut
dapat disimpulkan perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan perilaku –
perilaku dari para pekerja di mana yang mereka menunjukan tindakan dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada di tempat mereka bekerja. Dalam istilah
sehari-hari ada juga beberapa istilah yang dekat atau disamakan dengan istilah
perilaku yaitu aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi. Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan habit dan budaya
kerja. Oleh karena itu diupayakan untuk membentuk perilaku kerja yang
konsisten dan positif.
Menurut Sinamo Wathon (2005) dalam, Tahir, (2014d) ada delapan paradigma
perilaku kerja utama yang sanggup menjadi basis keberhasilan baik ditingkat
pribadi, organisasional maupun sosial, yaitu :
1. Bekerja tulus;
2. Bekerja tuntas;
3. Bekerja benar;
4. Bekerja keras;
5. Bekerja serius;
6. Bekerja kreatif;
7. Bekerja unggul;
8. Bekerja sempurna.
menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu sendiri. Selain akal dan budi
tersebut di atas, ada beberapa faktor yang memengaruhi perilaku manusia,
seperti yang diutarakan oleh Kreitner dan Kinicki (2003), yaitu:
1. Motivasi; Motivasi pada dasarnya berusaha bagaimana menguatkan,
mengarahkan, memelihara, dan membuat perilaku individu agarsetiap
individu bekerja sesuai dengan keinginan pimpinan. Dapat dikatakan
teori ini merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja
serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jadi, hasil yang akan dicapai
tercermin pada bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang.
2. Sikap; Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan merespon sesuatu
secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan
memperhatikan suatu objek tertentu. Sikap memengaruhi perilaku
pada suatu tingkat yang berbeda dengan nilai. Sementara nilai
mewakili keyakinan yang memengaruhi perilaku pada seluruh situasi,
sikap hanya berkaitan dengan perilaku yang diarahkan pada objek,
orang, atau situasi tertentu.
3. Keyakinan; Keyakinan seseorang merupakan representasi mental
lingkungan yang relevan, lengkap dengan hubungan sebab dan akibat
yang ada. Keyakinan merupakan hasil dari pengamatan langsung dan
kesimpulan dari hubungan yang dipelajari sebelumnya.
4. Imbalan dan Hukuman; Sifat imbalan atau hukuman yang
dilaksanakan sangat memengaruhi perilaku individu. Teori motivasi
pengukuhan ini didasarkan sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian kompensasi. Misalnya, promosi tergantung dari prestasi
yang selalu dipertahankan atau bonus kelompok tergantung pada
tingkat produksi kelompok. Sifat ketergantungan tersebut bertautan
dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti
perilaku itu.
5. Budaya; Budaya juga membantu anggota organisasi dalam
membenarkan perilaku yang sudah ada dan merupakan aset yang
berharga, jika perilaku tersebut tidak sesuai maka penguatan ini akan
menjadi beban hability.
Bab 4 Sikap, Perilaku, dan Kepuasan dalam Bekerja 53
Kepuasan kerja pada umumnya mengacu pada sikap seseorang pegawai ataukaryawan terhadap
pekerjaannya.