Anda di halaman 1dari 13

Bab 4

Sikap, Perilaku, dan Kepuasan


dalam Bekerja

4.1 Pendahuluan
Sejumlah besar media-media yang populer hampir setiap hari memberitakan
hasil tentang sikap. Semua memiliki suatu tujuan yakni untuk mencari
dukungan. Demikian juga halnya dengan manajemen, terutama dalam hal
pengawasan, organisasi perlu memantau para pekerjanya terhadap sikap, dan
hubungannya dengan perilaku. Apakah ada dirasakan kepuasan atau
ketidakpuasan karyawan dengan pengaruh pekerjaan di tempat kerja. Secara
umum penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsisten di antara
sikap mereka serta antar sikap dan perilaku mereka. Dalam sebuah organisasi,
sikap sangatlah penting, sebab komponen perilakunya. Seseorang bisa
memiliki ribuan sikap, sikap kerja bermuatan evaluasi positif atau negatif yang
dipunyai oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka.
Sesungguhnya ada tiga sikap yaitu kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan dan
komitmen organisasional. Seseorang yang memiliki tingkat kepuasan kerja
yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut.
Sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif
tentang pekerjaan tersebut, Robbins, (2002); Mangkunegara and Prabu,
48 Perilaku Organisasi

(2004); Purba et al, (2019); Leuwol et al, (2020); Purba, (2020a); Purba and
Situmorang, (2020).

4.1.1 Sikap dalam Bekerja


Berdiskusi tentang masalah sikap, sebenarnya hal ini sudah menjadi sesuatu
yang sangat populer dan penting, terutama dalam rangka pembahasan
psikologi sosial. Para ahli telah menyepakati bahwa setiap sikap dapat
terbentuk karena adanya pengaruh dan peranan pembawaan dan lingkungan,
yang keduanya mempunyai fungsi yang sama. Hal ini berarti bahwa sikap
tidak dibawa sejak manusia dilahirkan. Sikap adalah keteraturan perasaan dan
pikiran seseorang dan kecenderungan terhadap aspek lingkungannya. Sikap
seseorang tercermin dari kecenderungan perilakunya dalam menghadapi suatu
situasi lingkungan yang berhubungan dengannya. Sikap adalah tanggapan
(response) yang mengandung komponen-komponen kognitif (pengetahuan),
afektif (sejauhmana penilaiannya terhadap obyek) dan konaktif
(kecenderungan untuk berbuat), yang dilakukan oleh seseorang terhadap
sesuatu obyek atau stimulus dari lingkungannya, Tahir, (2014d), (2014a).
Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan merespons sesuatu secara
konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan
suatu objek tertentu”, Kreitner and Kinicki, (2005) Sikap adalah pernyataan/
penilaian evaluatif menyangkut benda, orang atau kejadian, Purba, (2013),
(2019b); Purba et al, (2019); Purba, (2020b); Purba, Nainggolan, et al, (2020);
Revida et al, (2020); Siagian et al, (2020); Zaman et al, (2020).
1. Jenis-jenis sikap ada tiga yakni:
a. Job Satisfaction yaitu sikap yang menentukan kepuasan
seseorang terhadap pekerjaannya.
b. Job Involvement yakni sikap yang menggambarkan sampai
sejauh mana partisipasi aktif karyawan terhadap pekerjaannya)
c. Organization Commitment yakni sikap yang menunjukkan
sampai mana seseorang melibatkan diri dalam organisasi beserta
dengan tujuan-tujuannya dan ingin menjaga keannggotaannya
dalam organisasi)
Bab 4 Sikap, Perilaku, dan Kepuasan dalam Bekerja 49

2. Aspek-aspek sikap
Merujuk pendapat Secord and Bacman, Kreitner and Kinicki, (2005)
yang membagi sikap menjadi tiga komponen yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Komponen kognitif, merupakan komponen yang terdiri dari
pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk
keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap.
b. Komponen afektif, merupakan komponen yang berhubungan
dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat
evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai
yang dianut pemilik sikap.
c. Komponen konatif, merupakan komponen sikap yang berupa
kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan
objek sikap, Kreitner and Kinicki, (2005)

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa ketiga komponen tersebut


sangat berkaitan. Secara khusus, dalam banyak cara antara kesadaran dan
perasaan tidak dapat dipisahkan. Misalnya, seorang karyawan tidak
mendapatkan promosi yang menurutnya pantas ia dapatkan, tetapi yang malah
mendapat promosi tersebut adalah rekan kerjanya. Ada perbedaan antara sikap
dan nilai, meskipun kedua-duanya beliefs dan cognitive. Pertama, sikap adalah
keyakinan (beliefs) mengenai sesuatu obyek yang khusus mengenai orang atau
situasi, sedangkan nilai adalah bersifat umum. Nilai adalah keyakinan yang
melekat pada diri orang, terlepas bagaimana orang lain, sedangkan sikap
adalah tanggapan terhadap pihak lain.
Terdapat empat karakteristik sikap yakni:
1. Obyek, karena ada sesuatu yang disikapi sebab tidak ada sikap tanpa
obyek.
2. Mengarah, karena setiap obyek ada arahnya, maka sikap mengarah
kepada obyek yang disikapi.
3. Berintensitas atau sederajat, karena dalam sikap ditanyakan
sejauhmana atau seberapa tinggi rendah sikapnya.
50 Perilaku Organisasi

4. berstruktur, karena dalam sikap itu ada komponen-komponen yang


secara intern terbentuk dengan sendirinya, yaitu komponen kognitif,
afektif yang saling menjalin, Tahir, (2014a), (2014c), (2014b)

Mengacu pada uraian di atas dapat dinyatakan bahwa sikap adalah keteraturan
perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan terhadap aspek
lingkungannya. Sikap seseorang tercermin dari kecenderungan perilakunya
dalam menghadapi suatu situasi lingkungan yang berhubungan dengannya.
Sikap adalah tanggapan (response) yang mengandung komponen-komponen
kognitif (pengetahuan), afektif (sejauhmana penilaiannya terhadap obyek) dan
konaktif (kecenderungan untuk berbuat), yang dilakukan oleh seseorang
terhadap sesuatu obyek atau stimulus dari lingkungannya.

4.2 Perilaku Kerja


Sedangkan menurut Stephen P. Robins (2012) menjelaskan bahwa perilaku
kerja merupakan suatu karakteristik dan tingkah laku yang terdapat dalam
setiap individu atau suatu perusahaan yang terdapat dinamika kepemimpinan.
Perilaku kerja meliputi kepribadian, harga diri, pemantauan diri, dan
kecenderungan untuk menanggung risiko. Perilaku kerja lebih cenderung
kepada pokok kepribadian, karena kepribadian menggambarkan perilaku
seorang individu. Karakteristik mencakup perasaan malu, keagresifan, sikap
patuh, kemalasan, ambisi, kesetiaan, dan sifat takut dan malu. Karakteristik ini
bila diperagakan dalam sejumlah besar situasi, disebut ciri-ciri kepribadian.
Semakin konsisten karakteristik itu dan semakin sering terjadi dalam berbagai
situasi, maka disebut dengan perilaku. Karakteristik tersebut dapat bersifat
positif dan negatif. Karakteristik yang bersifat positif akan menguntungkan
bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya, namun sebaliknya karakteristik
yang negatif akan merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu mereka harus
dibina dan diberikan suatu motivasi. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi
menyangkut reaksi berantai, yaitu dimulai dari kebutuhan yang dirasakan, lalu
timbul keinginan yang hendak dicapai, kemudian menyebabkan usaha-usaha
mencapai keinginan tersebut, yang berakhir dengan pemuasan.
Perilaku kerja merupakan bagian yang berperan sangat penting dalam
kehidupan bekerja. Perilaku kerja merupakan tindakan dan sikap yang
ditunjukkan oleh orang-orang yang bekerja. Menurut Bond dan Fred Meyer
Bab 4 Sikap, Perilaku, dan Kepuasan dalam Bekerja 51

Wathon, 2005 dalam Tahir, (2014d) perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan
perilaku-perilaku di mana hal tersebut sangat penting disetiap pekerjaan atau
situasi kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002) perilaku kerja yaitu bagai
mana orang-orang dalam lingkungan kerja dapat mengaktualisaksikan dirinya
melalui sikap dalam bekerja. Pendapat Robbins ini menekankan pada sikap
yang diambil oleh pekerja untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan
di lingkungan tempat kerja mereka. Dari pengertian perilaku kerja tersebut
dapat disimpulkan perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan perilaku –
perilaku dari para pekerja di mana yang mereka menunjukan tindakan dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada di tempat mereka bekerja. Dalam istilah
sehari-hari ada juga beberapa istilah yang dekat atau disamakan dengan istilah
perilaku yaitu aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi. Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan habit dan budaya
kerja. Oleh karena itu diupayakan untuk membentuk perilaku kerja yang
konsisten dan positif.
Menurut Sinamo Wathon (2005) dalam, Tahir, (2014d) ada delapan paradigma
perilaku kerja utama yang sanggup menjadi basis keberhasilan baik ditingkat
pribadi, organisasional maupun sosial, yaitu :
1. Bekerja tulus;
2. Bekerja tuntas;
3. Bekerja benar;
4. Bekerja keras;
5. Bekerja serius;
6. Bekerja kreatif;
7. Bekerja unggul;
8. Bekerja sempurna.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku kerja


memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai suatu keberhasilan yang
sesuai dengan tujuan suatu perusahaan.

4.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kerja


Manusia diciptakan sebagai makhluk pengemban nilai-nilai moral, adanya
akal dan budi pada manusia menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola
hidup yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan
kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha
52 Perilaku Organisasi

menciptakan pola hidup atau perilaku manusia itu sendiri. Selain akal dan budi
tersebut di atas, ada beberapa faktor yang memengaruhi perilaku manusia,
seperti yang diutarakan oleh Kreitner dan Kinicki (2003), yaitu:
1. Motivasi; Motivasi pada dasarnya berusaha bagaimana menguatkan,
mengarahkan, memelihara, dan membuat perilaku individu agarsetiap
individu bekerja sesuai dengan keinginan pimpinan. Dapat dikatakan
teori ini merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja
serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jadi, hasil yang akan dicapai
tercermin pada bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang.
2. Sikap; Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan merespon sesuatu
secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan
memperhatikan suatu objek tertentu. Sikap memengaruhi perilaku
pada suatu tingkat yang berbeda dengan nilai. Sementara nilai
mewakili keyakinan yang memengaruhi perilaku pada seluruh situasi,
sikap hanya berkaitan dengan perilaku yang diarahkan pada objek,
orang, atau situasi tertentu.
3. Keyakinan; Keyakinan seseorang merupakan representasi mental
lingkungan yang relevan, lengkap dengan hubungan sebab dan akibat
yang ada. Keyakinan merupakan hasil dari pengamatan langsung dan
kesimpulan dari hubungan yang dipelajari sebelumnya.
4. Imbalan dan Hukuman; Sifat imbalan atau hukuman yang
dilaksanakan sangat memengaruhi perilaku individu. Teori motivasi
pengukuhan ini didasarkan sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian kompensasi. Misalnya, promosi tergantung dari prestasi
yang selalu dipertahankan atau bonus kelompok tergantung pada
tingkat produksi kelompok. Sifat ketergantungan tersebut bertautan
dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti
perilaku itu.
5. Budaya; Budaya juga membantu anggota organisasi dalam
membenarkan perilaku yang sudah ada dan merupakan aset yang
berharga, jika perilaku tersebut tidak sesuai maka penguatan ini akan
menjadi beban hability.
Bab 4 Sikap, Perilaku, dan Kepuasan dalam Bekerja 53

Sejumlah besar orang menyebut perilaku kerja sebagai motivasi, kebiasaan


habit, dan budaya kerja. Selain itu pendapat lain yang mendefinisikan perilaku
kerja yang mengatakan bahwa perilaku kerja karyawan pada pekerjaannya
merupakan hasil interaksi antara lingkungan kerjanya yang berlangsung
selama ia bekerja, Munandar, (1995). Hasil interaksi antara kepribadian dan
lingkungan kerja dapat dilihat dari perilaku rajin, bertanggung jawab, dan suka
membantu sesama karyawan. Perilaku kerja tidak hanya perwujudan
pandangan para pekerja terhadap pekerjaan dan peranan yang dipegangnya,
misalnya sebagai pemimpin atau karyawan, akan tetapi juga perwujudan
pandangan mereka terhadap dunia atau lingkungan tempat mereka tinggal dan
terhadap dirinya sendiri. Menurut Triguno (1997) perilaku kerja karyawan
dalam suatu perusahaan dapat diukur berdasarkan kerja keras, ulet, disiplin,
produktif, tanggung jawab, motivasi, manfaat, kreatif, dinamik, konsekuen,
konsisten, responsif, mandiri, makin lebih baik, dan lain-lain.
Perilaku kerja yang terjadi disuatu perusahaan tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti berikut :
a. Lingkungan Kerja Didalam suatu lingkungan kerja harus benar-benar
dapat memberikan rasa aman bagi para pekerja. Para pekerja atau
karyawan menaruh perhatian yang benar terhadap lingkungan kerja,
baik dari segi kenyamanan pribadi maupun kemudahan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Lingkungan fisik yang aman,
nyaman, bersih dan memiliki tingkat gangguan minimum sangat
disukai oleh para pekerja.
b. Konflik; Konflik dapat konstruktif atau deskruktif terhadap fungsi
dari suatu kelompok atau unit. Tapi sebagian besar konflik cenderung
merusak perilaku kerja yang baik karena konflik akan menghambat
pencapaian tujuan dari suatu pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa sangat dibutuhkan komunikasi dalam


memahami perilaku kerja, komunikasi merupakan salah satu faktor terpenting
yang berperan sebagai penyampaian dan pemahaman dari sebuah arti,
(Stephen P. Robins, 2012; Mawati et al, 2020; Purba, Thohiron, et al, 2020;
Sudarso et al, 2020).
54 Perilaku Organisasi

4.3 Kepuasan Kerja


4.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Beberapa ahli manajemen sepakat bahwa kepuasan kerja adalah suatu
efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi
ini berarti bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya,
seseorang dapat relatif puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya.
Sebagai contoh, para peneliti di Cornel University mengembangkan Job
Describtive Index (JDI) untuk menilai kepuasan kerja seseorang dengan
dimensi kerja berikut: pekerjaan, upah, promosi, rekan kerja, dan pengawasan.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong
diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi
dirinya. Dari pernyataan tersebut ,ini berarti bahwa kepuasan kerja pada
umumnya mengacu pada sikap seseorang pegawai atau karyawan terhadap
pekerjaannya, (Mangkunegara and Prabu, 2004; Tahir, 2014d).
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif
yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para pekerja terhadap
kondisi dan situasi kerja termasuk didalamnya masalah upah, kondisi sosial,
kondisi fisik dan kondisi psikologis

4.3.2 Faktor-faktor Kepuasan Kerja


1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan
untuk memperoleh kesempatan peningkatan pengalaman dan
kemampuan kerja selama bekerja.
2. Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang
kepuasan kerja, baik karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang
aman sangat mempengaruhi perasaan kerja karyawan selama bekerja.
3. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang
orang yang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah
uang yang di perolehnya.
4. Manajemen kerja. Manajemen kerja yang baik adalah yang
memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan
dapat bekerja dengan nyaman.
Bab 4 Sikap, Perilaku, dan Kepuasan dalam Bekerja 55

5. Kondisi kerja. Dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi,


penyinaran, kantin, dan tempat parkir.
6. Pengawasan (Supervisi). Bagi Karyawan, Supervisor dianggap
sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk
dapat berakibat absensi dan turn tover.
7. Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan
mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta
kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi
kepuasan.
8. Komunikasi. Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan
pimpinan banyak dipakai untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini
adanya kesediaan pihak pimpinan untuk mau mendengar, memahami
dan mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan
dalam menimbulkan kepuasan kerja.
9. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas
atau tidak puas dalam kerja.
10. Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan
merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan
menimbulkan rasa puas, (Robert and Angelo, 2003; Tahir, 2014b)

4.3.3 Beberapa Korelasi Kepuasan dalam Bekerja:


Terdapat beberapa korelasi (hubungan) kepuasan dalam bekerja antara lain:
1. Motivasi; Kepuasan dan pengawasan juga berkolerasi secara
signifikan dengan motivasi, para manajer disarankan untuk
mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka memengaruhi
kepuasan karyawan. Para manajer dapat secara potensial
meningkatkan motivasi para karyawan melalui berbagai usaha untuk
meningkatkan kepuasan kerja.
2. Keterlibatan dalam pekerjaan; Keterlibatan dalam pekerjaan
merupakan keterlibatan seseorang individu dengan peran dalam
pekerjaanya. Para manajer mendorong keterlibatan para karyawan
dalam pekerjaannya.
56 Perilaku Organisasi

3. Perilaku sebagai anggota organisasi yang baik; Perilaku sebagai


anggota organisasi yang baik merupakan perilaku karyawan yang
melampaui panggilan tugas. Contohnya meliputi “bahasa tubuh yang
pernyataan membangun mengenai organisasi, ungkapan ketertarikan
pribadi pada pekerjaan orang lain, saran-saran untuk perbaikan,
melatih orang baru, penghargaan atas semangat dan perilaku menjaga
tertib organisasi sesuai aturan.
4. Komitmen organisasi; Komitmen organisasi mencerminkan
bagaimana seorang individu mengindentifikasikan dirinya dengan
organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Para manajer
disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan untuk
mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya
komitmen yang lebih tinggi dapat mempermudah terwujudnya
produktivitas yang lebih tinggi.
5. Ketidakhadiran; Ketidakhadiran menghabiskan biaya, dan para
manajer senantiasa mencari jalan keluar untuk menguranginya. Suatu
rekomendasi adalah dengan meningkatkan kepuasan kerja. Jika ini
merupakan suatu rekomendasi yang valid, seharusnya terdapat suatu
hubungan negatif yang kuat (atau korelasi negatif) antara kepuasan
dan ketidakhadiran. Dengan kata lain, dengan meningkatnya
kepuasan, ketidakhadiran seharusnya menurun.
6. Berhentinya karyawan; Berhentinya karyawan penting untuk
mendapat perhatian para manajer karena mengganggu kelangsungan
organisasi dan juga sangat menghabiskan biaya. Dan kekuatan
hubungan ini, para manajer disarankan untuk mencoba mengurangi
tingkat berhentinya karyawan dengan meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
7. Stres yang dirasakan; Stres dapat memiliki dampak yang sangat
negatif pada perilaku organisasi dan kesehatan seorang individu.
Stres berhubungan secara positif dengan ketidakhadiran, berhentinya
karyawan, penyakit jantung koroner, dan infeksi yang disebabkan
oleh virus.
Bab 4 Sikap, Perilaku, dan Kepuasan dalam Bekerja 57

8. Prestasi kerja. Pertama, kepuasan kerja secara teoritis tidak


diharapkan memiliki suatu pengaruh yang kuat terhadap perilaku
(misalnya prestasi dan berhentinya karyawan). Sebaliknya, kepuasan
secara hipotesis memengaruhi prestasi secara tidak langsung melalui
tujuan atau usaha seorang karyawan (Kreitner and Kinicki, 2005).

4.3.4 Mengukur Kepuasan dalam Bekerja


Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya.
Pekerjaan menuntut interaksi dengan orang lain, mengikuti aturan dan
kebijaksanaan organisasi, standar kerja, kondisi kerja yang kurang ideal dan
lainnya. Jadi Assesment (penilaian) merupakan hal yang rumit.
Ada 2 metode pendekatan untuk mengukur kepuasan kerja, yaitu :
a. Angka nilai global tunggal (single global rating)
Dalam metode angka nilai global tunggal tidak lebih dari meminta
individu-individu untuk menjawab satu pertanyaan. Contoh: Bila
kita memberikan sebuah pertanyaan “seberapakah puaskah anda
dengan pekerjaan anda?” kemudian responden menjawabnya dengan
melingkari suatu bilangan antara 1 sampai 5 yang berapa dan dengan
jawaban dari “Sangat Dipuaskan” sampai “Sampai tidak puas.”
b. Skor penjumlahan (summation score Dalam metode penjumlahan ini
tersusun atas sejumlah fase pekerjaan yang digunakan untuk
mengenal unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan
perasaan karyawan mengenal tiap unsur. Contoh :faktor yang biasa
digunakan yaitu upah sekarang, kesempatan promosi, hubungan
dengan rekan kerja, (Mangkunegara and Prabu, 2004; Tahir, 2014b;
Hasibuan et al, 2020; Julyanthry et al, 2020).

Faktor-faktor yang berfungsi mendorong kepuasaan kerja adalah :


1. Kerja yang secara mental menantang; Faktor ini memberi kesempatan
untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai
betapa baik mereka bekerja
58 Perilaku Organisasi
2. Ganjaran yang pantas; Faktor ini selalu diinginkan oleh karyawan
dalam sistem upah dan kebijakan promosi yang dinilai adil, tidak
meragukan dan segaris dengan pengharapan mereka
3. Kondisi kerja yang mendukung: Faktor ini sangat mengdukung bagi
karyawan dalam melakukan pekerjaannya karena dengan lingkungan
yang nyaman dapat menciptakan hasil kerja yang memuaskan
4. Rekan sekerja yang mendukung; Faktor ini sangat mendukung dalam
menghasilkan kerja yang memuaskan karena dengan adanya interaksi
sosial didalam suatu pekerjaan maka dapat mendukung kepuasan
kerja dari karyawan;
5. Jangan lupakan kesesuaian antara kepribadian pekerjaan; Karyawan
yang memiliki kepribadian yang sama dengan pekerjaan yang dipilih
seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan
kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan
mereka, jadi kemungkinan berhasilnya pekerjaan tersebut sangat
besar
6. Ada dalam Gen; Faktor ini penting karena Gen dapat memengaruhi
tingkat kepuasan kerja dari seorang karyawan. Disposisi seorang
terhadap hidup baik positif maupun negatif ditentukan oleh bentukan
genetikya, (Kreitner, 1995; Kinicki and Kreitner, 2003; Romindo et
al, 2020)

Efek Kepuasan dalam Bekerja.


1. Kepuasan dan Produktivitas; Dengan tingkat kepuasan kerja yang
terjamin maka tingkat produktivitas dari seorang karyawan semakin
bagus.
2. Kepuasan dan Kemangkiran Kepuasan kerja dari suatu karyawan
ditentukan oleh tingkat kemangkiran. Contoh : suatu perusahaan
harus memberikan tunjangan cuti sakit kepada karyawan yang sakit
supaya karyawan tersebut seperti diperhatikan oleh perusahaan
tersebut
3. Kepuasan dan Tingkat keluar masuknya karyawan; Kepuasan juga
dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan. Jadi kepuasan
58 Perilaku Organisasi
kerja sangat penting dalam memengaruhi karyawan yang buruk untuk tinggal daripada yang
kinerjanya bagus.

4.3.7 Respon Karyawan dalam Mengungkapkan


Ketidakpuasan
1. Exit, ketidakpuasan yang diungkapkan lewat perilaku yang diarahkanuntuk
meninggalkan organisasi
2. Suara (voice): Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan usaha aktifdan konstruktif
untuk memperbaiki kondisi
3. Kesetiaan (loyalty): ketidakpuasan yang diungkapkan secara pasifmenunggu
membaiknya kondisi
4. Pengabaian (neglect): Ketidakpuasan yang dinyatakan denganmembiarkan kondisi
memburuk, (Kinicki and Kreitner, 2003)

Kepuasan kerja pada umumnya mengacu pada sikap seseorang pegawai ataukaryawan terhadap
pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai