Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 5

1. Roofina Nareswari Arripu 142180101


2. Ninda Aprilia Astuti 142180103
3. Lizaldi Candra Pratama Putra 142180105
4. Ria Khoirunnisa 142180107

Otoritas, Pendelegasian wewenang, dan Desentralisasi

1. Otoritas
Otoritas (kekuasaan) mmenurut KBBI adalah kekuasaan yang sah yang
diberikan kepada lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan para
pejabatnya menjalankan fungsinya.

Otoritas/Kekuasaan menurut para sosiolog:

a. Weber, otoritas/kekuasaaan merupakan peluang seseorang atau kelompok


untuk mencapai cita-cita atau suatu tindakan bersama walaupun tindakan
tersebut ditemntangb oleh pihak lain.
b. Karl Marx menganggap bahwa otoritas/kekuasaan sebagai suatu alat kelas
pemerintah untuk melanggengkan kekuasaan dan eksploitasinya terhadap
kelas lain.
c. Talcott Persons menganggap otoritas/kekuasaan sebagai sistem sosial yang
digunakan untuk mencapai pemeliharaan dan integrasi sistem sosial.

Menurut Weber otoritas atau kekuasaan terbagi beberaa macam yaitu:

a. Otoritas Tradisional

Otoritas Tradisional yaitu bentuk otoritas yang begitu berbeda dengan


otoritas legal-rasional. Otoritas tradisional ini merupakan otoritas yang terjadi
karena adanya penurunan otoritas atau pewarisan posisi. Weber menyatakan
otoritas tradisional didasarkan pada suatu klaim yang diajukan para pemimpin
dan suatu kepercayaan dki pihak para pengikut bahwa ada kebijakan di dalam
kesucian aturan-aturan dan kekuasaan kuno.”

b. Otoritas kharismatik.
Otoritas kharismatik merupakan sebuah otoritas yang tidak bisa terbeli,
dalam artian bahwa kekuasaan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu
saja tanpa melihat status ekonomi. Otoritas karismatik ini berkecenderungan
terdapat pada orang pilihan dalam suatu masyarakat. Misalnya karena
kemampuan personal, sifat yang dimiliki, kepribadian yang dimiliki, atau pun
manusia pilihan manusia di dunia. Misalnya seperti para nabi dan tokoh
masyarakat (kharismatik).

c. Otoritas legal-rasional

Otoritas legal-rasional merupakan kekuasaan yang jelas legalitasnya.


Weber memberikan pandangannya bahwa otoritas legal-rasional yang paling
murni adalah birokrasi. Terdapat wadah atau sarana dalam pemerintahan
dalam sebuah masyarakat dan yang sah dan memiliki legalitas. Birokrasi ini
sebagai wadah dalam suatu struktur masyarakat yang cakupannya luas. Seperti
dalam suatu masyarakat terdapat kepala desa, atau pun ketua RT dan lain
sebagainya. Selain itu cakupan makronya seperti presiden, mentri-mentri dan
para wakil rakyat yang keseluruhannya mempunyai legal-rasional.

Berdasarkan teori organisasi dinyatakan ada bentuk kekuasaan yang ada di


dalam suatu bentuk striktur organisasi antara lain sebagai berikut:

a. Kekuasaan paksaan (coersive power)

Kekuasaan yang dengan paksaan pada dasarnya merupakan usaha


atasan terhadap bawahannya untuk melaksanakan usaha menyelesaikan
pekerjaan. mereka akan dihukum dan dibuat frustasi apabila tidak
menyelesaikan pekerjaannya. Sebagai contoh, di ilustrasikan bahwa karyawan
suatu perusahaan akan merasa takut dan bersalah apabila terlambat masuk
kerja, jika ketentuan aturan tentang disiplin kerja menyatakan demikian, maka
setiap karyawan datang terlambat tidak akan dibayar uang makan dan
pengganti biaya transport, selanjutnya karyawan tersebut akan berusaha hadir
ditempat kerja tepat waktu dan tidak terlambat, akibat paksaan oleh aturan dan
disiplin terebut.

b. Kekuasan Imbalan (reward power)


Kekuasaan yang terbentuk karena pemberian imbalan merupakan dasar
bagi pengikut yang mempengaruhi kapasitas kerja mereka sesuai dengan
besarnya imbalan yang diterima. Imbalan dapat membuat kepuasaan bawahan
untuk beberapa pemenuhan kebutuhannya. Sebagai contoh, seseorang pekerja
digaji sebesar lima ratus ribu rupiah untuk memproduksi 1000 unit barang,
ternyata dapat dilakukan dengan baik. Kemudian pekerja tersebut dijanjikan
tambahan insentif sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah lagi, tetapi harus
dapat menambah produksi sebesar 750 unit lagi barang dan ternyata masih
dapat terselesaikan dengan baik. Pada akhirnya pekerja dijanjikan tambahan
sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah lagi untuk tambahan produksi barang
sebesar 750 unit barang, terakhir ini masih dapat dipenuhinya. tetapi sudah
dengan daya yang meksimal. Apabila ditotal dengan imbalan sebesar satu juta
rupiah dapat memproduksi 2500 unit barang, sedang apabila hanya dibayar
lima ratus ribu rupiah dia hanya dapat memproduksi 1000 unit barang saja,
tetapi belum dalam kondisi kapasitas yang maksimal. Hal ini membuktikan
kekuasaan dengan imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti
perintah atasannya.

c. Kekuasaan referensi

pengaturannya yang didasari atas rekomendasi dari kepercayaan yang


tersembunyi di dalam diri seseorang pemimpin besar disebut sebagai
kharisma.

d. Kekuasaan keahlian (ekspert power)

Gambaran dari para manajer yang berskala internasional adalah dapat


membuat strategi yang istimewa untuk mengatasi pengaruh-pengaruh yang
sangat dominan terhadap setiap permasalahan, dengan pendekatan pada
pengaruh, diikuti dengan respons yang menyebabkan yang sangat diyakini
seorang pemimpin akan dapat diketahui apa yang akan dikatakan seberapa
besar penyebab yang mempengaruhi dibanding kemampuan yang dimiliki
untuk mengetahui pengaruh itu. Kepercayaan dari pengikut dapat terjadi
sebagai akibat dari pengaruh strategi kepemimpinan untuk menciptakan
popularitas, yang kemudian menjelma menjadi kepercayaan yang sangat kuat
bagi pengikutnya, serta kemampuannya untuk meyakinkan atasannya dengan
keahlian kepemimpinannya.

e. Kekuasaan perwakilan

Kekuasaan perwakilan merupakan kekuasaan yang diperoleh karena


pemegang kekuasaan tersebut dipercaya kelompok sebagai delegasi untuk
menyelesaikan tuntutan dan harapan pengikutnya. Pendelegasian kekuasaan
kepada pimpinan yang dimungkinkan sepanjang bawahan mengetahui batas
kemampuan pimpinan pimpinan yang dilegitimasi tersebut. Sebaliknya,
apabila bawahan sudah mengetahui kemampuan dari pimpinan tidak layak
untuk menerima deleegasi kekuasaan, maka kelompok atau pengikut anak
menarik kepercayaan dan tidak lagi mengakui kekuasaan pemimpin itu.

2. Pendelegasian wewenang

Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan


wewenang kepada bawahannya.Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab
kepada orang lain.

Pendelegasian wewenang merupakan proses yang bertahap yang


menciptakan pembagian kerja, hubungan kerja dan adanya kerja sama dalam suatu
organisasi/perusahaan. Pendelegasian wewenang dapat memperluas ruang gerak
dan waktu seorang manager.

Macam-macam pandangan wewenang

Wewenang (authority) Adalah hak untuk melakukan sesuatu atau


memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
tercapai tujuan tertentu. Wewenang merupakan hasil delegasi atau pelimpahan
wewenang dari atasan ke bawahan dalam suatu organisasi. Dua pandangan yang
saling berlawanan tentang sumber wewenang, yaitu:
a. Teori formal (pandangan klasik) Wewenang merupakan anugrah, ada
karena seseorang diberi atau dilimpahi hal tersebut. Beranggapan bahwa
wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang tinggi
b. Teori penerimaan (acceptance theory of authority) Wewenang timbul
hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa
wewenang tersebut dijalankan.

Macam-macam wewenang ada 3 yaitu :

a. Wewenang Lini (line authority) adalah wewenang dimana atasan


melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi
wewenang kepada bawahannya.
b. Sumber Konflik Lini-Staf
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan berbagai konflik di antara
departemen dan orang-orang lini dan staf :
1) Perbedaan umur dan pendidikan
2) Perbedaan tugas
3) Perbedaan sikap
4) Perbedaan posisi
c. Wewenang Staf (staff authority) adalah hak yang dipunyai oleh satuan-
satuan staff atau para spesialis untuk menyarankan, memberi
rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini.
Ada 2 tipe staf :
1) Staf pribadi , dibentuk untuk memberikan saran, bantuan dan jasa
kepada seorang manajer (individual)
2) Staf spesialis, disebut sebagai “asisten pribadi”/”asisten staf” untuk
memberikan saran, bantuan dan melayani seluruh lini dan unsur
organisasi, disebut spesialis karena fungsinya sempit dan
membutuhkan keahlian khusus.
d. Wewenang Staf Fungsional (functional staff authority) adalah hubungan
terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan lini.

Pola Pendelegasian

Latar belakang dari digunakannya delegasi. Ada alasan delegasi itu


diperlukan,di antaranya :
a. Memungkinkan atasan dapat mecapai lebih dari pada mereka menangani
setiap tugas sendiri
b. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien
c. Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan
d. Dapat mengembangkan keahlihan bawahan sebagai suatu alat pembelajaran
dari kesalahan.
e. Karena atsan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam
pembuatan keputusan.
f. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat mencapai hasil yang lebih
baik dari pada semua kegiatan ditangani sendri.
g. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
h. Pendekatan memungkinkan manajer perawatvdapat memusatkan perhatian
terhadap tugas tugas prioritas yang lebih penting.
i. Dengan pendelegasian,memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang,bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
belajar dari kesalahan atau kerbrhsilan.

Manfaat Pendelegasian Wewenang

a. Manajer memiliki banyak kesempatan untuk mencari dan menerima


peningkatantanggungjawab dari tingkatan manajer yang tinggi
b. Memberikan keputusan yang lebih baik
c. Pelimpahan yang efektif mempercepat pembuatan keputusan
d. Melatih bawahan memikul tanggungjawab, melakukan penilaian dan
meningkatkan keyakinan diri serta kesediaan untuk berinisiatif

Hambatan Terhadap Pendelegasian Yang Efektif


Penyebab keengganan untuk mendelegasikan wewenang adalah :
a. Perasaan tidak aman. Manajer enggan mengambil resiko untuk melimpahkan
tugas atau mungkin takut kehilangan kekuasaan bila bawahannya terlalu baik
melaksanakan tugas.
b. Ketidak mampuan manajer. Sebagian manajer bisa sangat tak teratur dalam
membuat perencanaan ke depan.
c. Ketidak percayaan kepada bawahan
d. Manajer merasa bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai hak
pembuatan keputusan yang luas

Penyebab keengganan untuk menerima pendelegasian wewenang adalah:

a. Perasaan tidak aman bagi bawahan untuk menghindari tanggungjawab dan


resiko.
b. Bawahan takut dikritik atau dihukum karena membuat kesalahan.
c. Bawahan tidak mendapat cukup rangsangan untuk beban tanggungjawab
tambahan.
d. Bawahan kurang peracaya diri dan merasa tertekan bila dilimpahi wewenang
pembuatan keputusan yang lebih besar

Syarat Untuk Delegasi Yang Efektif

a. Kesediaan manajer untuk memberi kebebasan kepada bawahan dalam


melaksanakan tugas yang dilimpahkan.
b. Komunikasi yang baik antara manajer dan bawahan.
c. Meningkatkan kompleksitas tugas yang dilimpahkan dan derajat pelimpahan
dalam suatu jangka waktu tertentu.

Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif
adalah:

a. Prinsip Skalar

Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan


tingkat paling tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini
memudahkan anggota organisasi untuk megetahui:

1) kepada siapa dia dapat mendelegasikan


2) siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya
3) kepada siapa dia bertanggung jawab

Dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapan


pendelegasian wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi habis. Hal ini
digunakan untuk menghindari:

1) gaps
2) overlaps
3) splits

b. Prinsip kesatuan perintah (unity of command)


Menyatakan setiap orang dalam organisasi harus melapor pada satu
atasan. Melapor pada lebih dari satu orang akan menyulitkan seseorang untuk
mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan perintah siapa yang
harus diikuti. Bertanggung jawab kepada lebih dari satu atasan juga akan
membuat bawahan dapat menghindari tanggungjawab atas pelaksanaan tugas
yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan lain.
c. Tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas
Tanggung jawab ( responsibility ) berarti bahwa seseorang diberikan
satu tugas yang seharusnya ia kerjakan. Ketika mendelegasikan tanggung
jawab atas suatu pekerjaan, manajer hendaknya mendelegasikan cukup
wewenang kepada bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Wewenang, ingat kembali, berarti bahwa seseorang memiliki


kekuasaan dan hak untuk mengambil keputusan, memberikan perintah,
menggunakan sumber daya, dan melakukan hal-hal lain yang dibutuhkan
untuk memenuhi tanggung jawabnya, fronisnya, cukup lazim bagi seseorang
untuk memiliki tanggung jawab lebih bayak daripada wewenagnya, mereka
harus memberikan kinerja sebaik mungkin melalui taktik-taktik pengaruh
secara informal sebagai ganti dari mengandalkan diri sepenuhnya pada
wewenang.

Akuntabilitas (Accountability) berarti bahwa manajer bawahan


tersebut memiliki hak untuk mengharapkan bawahan melaksanakan pdan hak
untuk mengambil tindakan perbaikan jika bawahan gagal untuk
melaksanakannya.

3. Desentralisasi

Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara


sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Desentralisasi di bidang
pemerintahan adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada satuan
organisasi pemerintahan di wilayah untuk menyelenggarakan segenap kepentingan
setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami wilayah tersebut.

Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab,


kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan urusan


pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan
dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi
untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Namun kelemahan dari sistem
desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di
mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok
serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi
karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkst pusat.

Tujuan dari desentralisasi adalah :

a. Mencegah pemusatan keuangan.


b. Sebagai usaha pendemokrasi pemerintah daerah untuk mengikutsertakan
keuangan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
c. Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local
sehingga dapat lebih realistis.
d. Dekonsentrasi wewenang administratif Dekonsentrasi berupa pergeseran volume
pekerjaan dari departemen pusat kepada perwakilannyan yang ada didaerah tanpa
adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan
atau keleluasaan untuk membuat keputusan.
e. Delegasi kepada pengusaha otoritas
f. Devolusi kepada pemerintah daerah
g. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta yang disebut sebagai
pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi adalah sebagai berikut :

a. Filsafat Manajemen
b. Ukuran dan tingkat pertumbuhan ekonomi
c. Strategi dan lingkungan organisasi
d. Penyebaran geografis organisasi
e. Pengawasan yang efektif
f. Kualitas manajer
g. Keaneka – ragaman produk dan jasa
h. Karakteristik – karakteristik organisasi lainnya

JHA logeman membagi desentralisasi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Dekonsentrasi atau Desentralisasi jabatan, yaitu pelimpahan kekuasaan dari alat


perlengkapan negara tingkat lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan
tugas pemerintah.
b. Desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik yaitu pelimpahan
kekuasaan perundangan politik yaitu pelimpahan kekuasaan perundangan dan
pemerintahan kepada daerah-daerah otonom dalam lingkungannya.
c. Desentralisasi Teritorial (Kewilayahan), yaitu penyerahan kekuasaan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (autonomie), batas
pengaturannya adalah daerah. Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya
otonomi pada daerah yang menerima penyerahan. Dimana daerah otonom
tersebut dapat menentukan sendiri kebijakan daerahnya, kecuali kebijakan dalam
bidang:
1) Politik Luar Negeri 5) Moneter
2) Pertahanan 6) Fiskal
3) Keamanan 7) Agama
4) Peradilan

Keuntungan Dan Kerugian Desentralisasi

Keuntungan Desentralisasi:

Menurut Smith (1985) dalam Hanif Nurcholis menjelaskan bahwa kebijakan


desentralisasi ini memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

a. Desentralisasi diterapkan dalam upaya pendidikan politik.


b. Untuk latihan kepemimpinan politik.
c. Untuk memelihara stabilitas politik.
d. Untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di pusat.
e. Untuk memperkuat akuntabilitas publik.
f. Untuk meningkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat lewat
pendekatan pelayanan publik.
g. Dalam system desentralisasi, dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan
yang berguna bagi kepentingan tertentu,yakni daerah dengan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan kebutuhan khusus daerah.
h. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonom dapat merupakan
semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan,
yang dapat bermanfaat bagi seluruh wilayah negara. Hal yang baik diterapkan
pada seluruh wilayah negara sedangkan yang kurang baik dibatasi pada daerah
tertentu saja.
i. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari pemerintah pusat.
j. Dari segi psikologi, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan
memutuskan yang lebih besar kepada daerah.
k. Desentralisasi akan memperbaiki kualitas pelayanan karena lebih dekat
dengan masyarakat yang dilayani.
l. Sehubungan dengan pendapat ditarik kesimpulan bahwa desentralisasi
membawa banyak keuntungan yang dapat membuat daearh lebih mandiri,
kuat dan dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan daya, inovatif dan
kreativitas tinggi untuk mensejahterakan rakyat di daerahnya.

Keuntungan Kebijakan Desentralisasi sebagai berikut:

a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.


b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak membutuhkan tindakan yang
lebih cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu instruksi dari pemerintah
pusat.
c. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan dapat
segera dilaksanakan.

Kerugian Desentralisasi :

a. Wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta


dipergunakan untuk mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi.
b. Sulit dikontrol oleh pemerinah pusat.
c. Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desintralisasi ke memungkinkan
terjadinya perubahan secara gradual dan tidak memadai serta jadwal pelaksanaan
yang tergesa-gesa.
d. Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat, propinsi
dan daerah.
e. Kemampuan keuangan daerah yang terbatas.
f. Sumber daya manusia yang belum memadai.
g. Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai.

Kelompok dan Komite

I. KELOMPOK
1. Pengertian kelompok
a. Menurut Robbins dan Coulter (2004)

Kelompok adalah gabungan atau kumpulan dua atau lebih individu yang
berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.

b. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996)

Kelompok adalah kumpulan individu di mana perilaku dan kinerja satu


anggota dipengaruhi oleh perilaku atau prestasi anggota lainnya.

c. Menurut Shaw (dalam Nimran,1999)

Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama
lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja dari seseorang
dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota yang lain.

Didalam suatu kelompok belum tentu para anggota mempunyai atribut (sifat-sifat,
ciri-ciri) yang sama. Para anggota kelompok yang mempunyai kesamaan atribut
disebut cohort. Jadi kelompok adalah dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi
serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Jenis – jenis Kelompok


a. Kelompok formal (formal group), adalah kelompok yang sengaja dibentuk
dengan keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu
keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu tugas
secara efisien dan efektif.
1) Kelompok komando (command group), adalah bagian dari kelompok formal.
Kelompok komando memiliki definisi yaitu kelompok yang ditentukan oleh
bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi.
2) Kelompok tugas (task group), adalah suatu kelompok yang bekerja sama
untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Kelompok tugas juga
termasuk bagian dari kelompok komando.
b. Kelompok informal (informal group), adalah kelompok yang tidak dibentuk
secara formal melalui struktur organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan
akan kontak sosial.
1) Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi untuk
mencapai sasaran yang sama. Kelompok ini juga termasuk kedalam
kelompok informal.
2) Kelompok persahabatan, merupakan bagian dari kelompok informal.
Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu
hal.
3) Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan, adalah
kelompok berdasarkan keanggotaan, merupakan kelompok yang lahir atas
dasar ketentuan formal atau karena seseorang telah memenuhi tetentuan
formal. Sedangkan kelompok berdasarkan kesukaan, merupakan kelompok
dimana perasaan para anggotanya begitu terikat kepada ketentuan dan
kepentingan kelompok.
4) Kelompok berdasarkan jumlah/ besarnya anggota.
a) Kelompok dua orang
b) Kelompok tiga orang
c) Kelompok yang terdiri atas lebih dari tiga orang

3. Tahap perkembangan kelompok

Dalam suatu Organisasi ataupun perusahaan, selain terdapat Struktur


Organisasi yang formal, diperlukan juga membentuk kelompok kerja dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang dihadapinya ataupun mengerjakan
suatu proyek khusus. Anggota dari Kelompok kerja tersebut dapat berasal dari satu
departemen itu sendiri maupun berasal dari beberapa departemen (antar departemen).
Dalam pembentukan kelompok atau Tim, terdapat tahap-tahap yang harus dilewatinya
hingga akhirnya mencapai tujuan dari pembentukan kelompok ataupun Tim tersebut.

Tahap-tahap Perkembangan Kelompok yang dimaksud tersebut pertama kali


diperkenalkan oleh Bruce Tuckman pada tahun 1965. Menurut Bruce Tuckmen,
Terdapat 4 Tahapan dalam perkembangan Kelompok yaitu Forming (Pembentukan),
Storming (Timbulnya Konflik), Norming (Normalisasi) dan Performing (berkinerja).
Kemudian pada tahun 1977, Bruce Tuckman beserta Mary Ann Jensen menambahkan
Adjourning (Penundaan) pada tahap setelah Performing hingga menjadi 5 Tahap
Perkembangan Kelompok.

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai 5 (lima) Tahap Perkembangan


Kelompok yang dimaksud oleh Bruce Tuckman :

a. Tahap pembentukan (Forming)


Pada tahap ini memiliki dua fase. Pertama, terjadi ketika orang orang mulai
bergabung ke dalam kelompok, dikarenakan ada tugas tertentu. Kedua dimulai
dari mendefinisikan tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok. Dan tahapan
ini selesai ketika para anggota mulai berpikir bahwa mereka bagian dari
kelompok.
b. Pancaroba/ keributan (Storming)
Tahap dikarenakan adanya konflik intra kelompok yang terjadi akibat
perselisihan siapa yang berhak mengontrol dan apa yang harus dilakukan dalam
kelompok. Tahapan ini selesai jika terbentuk hirarki kepemimpinan yang relatif
jelas dan kesepakatan mengenai arah kelompok tersebut.
c. Penormaan (Norming)
Tahap dimana hubungan akrab mulai terjalin dan menyatu. Tahap ini
selesai ketika struktur kelompok mulai solid dan menerima norma yang terkait
perilaku anggotanya.
d. Pelaksanaan (Performing)
Merupakan tahap akhir dari perkembangan kelompok kerja yang permanen.
Penundaan (Adjourning), dimana kelompok bersiap siap membubarkan diri. Hal
ini dikarenakan perhatian kelompok difokuskan pada penyelesaian kegiatan
ketimbang pelaksaan tugas.
e. Tahap Penundaan (Adjourning)
Tahap ini dikhususkan untuk Kelompok-kelompok kerja yang bersifat
sementara. Setelah suatu proyek selesai ataupun suatu permasalahan berhasil
dituntaskan, kelompok kerja tersebut akan dibubarkan.

Organisasi Berbentuk Komite


A. Pengertian Organisasi

Menurut Boone dan Kurtz, organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang-
orangnya berinteraksi untuk mencapai tujuan. Definisi organisasi tersebut mencakup
tiga elemen pokok yaitu : interaksi manusia, kegiatan mengarah pada tujuan dan
struktur.

B. Struktur Organisasi
 Gomesz-Mejia, dkk (2004), struktur organisasi merupakan hubungan formal dan
informal antar anggota suatu organisasi.
 Robbins (2004) menjelaskan tentang bagaimana suatu tugas atau pekerjaan secara
formal dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan.
 Thompson dan Strickland (1993) berpendapat bahwa struktur organisasi yang tepat
bagi suatu organisasi sangat tergantung pada strategi bisnis yang dipilih.
Stuktur organisasi digolongkan menjadi Struktur Garis, Struktur Garis dan Staff, Struktur
Fungsional, Struktur Produk, Struktur Komite, Struktur Matriks. Saat ini kami akan
membahas tentang struktur komite.

C. Pengertian Organisasi Komite

Organisasi komite adalah bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan dan


tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang berupa
komite atau dewan atau board dengan pluralistik manajemen.

Organisasi komite sering disamakan dengan istilah panitia, komisi, gugus tugas
(task force atau task group). Terlepas dari istilah mana yang dipakai, pada dasarnya
semua istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu sekelompok orang yang
ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak dapat diselesaikan
seorang pejabat atau oleh beberapa orang (dewan).

Wewenang yang dimiliki oleh komite berbeda-beda. Ada komite yang


mempunyai wewenang untuk mengambil fungsi-fungsi manajemen dan ada pula
komite yang tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan. Ada komite yang
berhak membuat keputusan, tetapi ada pula yang tetrikat pada suatu masalah yang
dihadapi tanpa mempunyai wewenang untuk membuat kleputusan. Ada koimite yang
bertugas memberikan rekomendasi kepada pimpinan/manajer. Dapat dikatakan bahwa
wewenang yang diberikan kepada komite ada berbagai macam.

D. Jenis-Jenis Struktur Komite

Apabila dilihat dari bentuk organisasi, komite adalah suatu bentuk organisasi
staff tertentu. Komite juga merupakan kelompok orang-orang yang diberi tugas untuk
melaksanakan tindakan administrative khusus, dan dalam pelaksanaannya
menunjukkan sebagai staff khusus.

Berdasarkan wewenang yang diberikan kepada komite, komite dapat dibedakan


menjadi komite eksekutif dan komite staff.

 Komite eksekutif mempunyai wewenang untuk membuat keputusan yang


mengikat bawahan. Hal ini berarti bawahan harus memberikan
pertanggungjawaban kepada komite.
 Komite staff tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan sehingga
komite ini bertindak sebagi pemberi saran saja.

Menurut sifatnya, komite dapat dibedakan menjadi komite yang bersifat formal,
informal, permanen komite yang bersifat sementara.

1. Komite yang bersifat Formal

Ciri-cirinya adalah sebagi berikut :

 Dibentuk atas dasar wewenang yang membentuk.


 Mempunyai tempat dalam struktur organisasi.
 Mempunyai tujuan jelas.
 Menerima delegasi wewenang dan tugas tertentu.
2. Komite yang bersifat Informal

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

 Tidak ada pembentukan dari eksekutif yang berwenang.


 Tidak ada pemberian tugas yang bersifat khusus.
 Anggota-anggotanya berkumpul secara spontan berdasarkan kebutuhan
yang sama, dan mereka menyadari bahwa kegiatan bersama itu akan
membantu untuk tercapainya tujuan bersama.
 Anggotanya sering disebut dengan istilah task group, task orientes, atau
task force (gugus tugas). Yang berarti bahwa kelompok yang terdiri dari
orang-orang yang mempunyai keahlian khusus yang diambil dai berbagai
unit organisasi yang melaksanakan suatu tugas tertentu.
 Komite ini dibentuk tanpa adanya pendelegasan wewenang.
3. Komite yang bersifat Permanen.
 Dibentuk secara formal sehingga mempunyai cirri-ciri seperti komite
formal.
 Mempunyai daya laku yang tidak terbatas waktunya, sepanjang organisasi
masih memerlukan komite.
4. Komite yang bersifat Temporer
 Dibentuk secara informal sehingga mempunyai cirri-ciri seperti komite
informal.
 Dapat juga dibentuk secara formal tetapi mempunyai batas waktu
sementara. Apabila tugas tertentu (tugas khusus) sudah selesai maka komite
tersebut dibubarkan.

Anda mungkin juga menyukai