CORPORATE GOVERNANCE
Perlindungan Pemegang Saham
OLEH:
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PERLINDUNGAN HAK PEMEGANG SAHAM
A. PEMEGANG SAHAM
Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar
sebagai berikut:
1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan
tanggungjawab harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.
2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggungjawab
pemegang saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Secara umum, semua orang adalah sama kedudukannya dalam hukum, berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak perseorangan dilindungi
oleh hukum, Hak perseorangan adalah relatif. Pemegang saham minoritas sebagai subjek
hukum mempunyai hak untuk menggugat Direksi atau Komisaris, apabila Direksi atau
Komisaris melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan pemegang saham minoritas
melalui pengadilan negeri.
2) Appraisal Right
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang
merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa :
a. perubahan anggaran dasar;
b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari
50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
3) Pre-Emptive Right
Pre-Emptive Right adalah hak untuk meminta didahulukan atau hak untuk memiliki
lebih dahulu atas saham yang ditawarkan. Dalam anggaran dasar perseroan dapat diatur
pembatasan mengenai keharusan menawarkan saham, baik ditawarkan kepada pemegang
saham intern maupun ekstern, atau pelaksanaanya harus mendapat persetujuan dahulu dari
organ perseroan. Jadi, dalam anggaran dasar perseroan dapat ditentukan bahwa kepada
pemegang saham minoritas diberikan hak untuk membeli saham terlebih dahulu daripada
pemegang saham lainnya. Harga yang ditawarkan kepada pemegang saham minoritas harus
sama dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya.
4) Derivative Right
Enquete Recht atau hak angket adalah hak untuk melakukan pemeriksaan. Hak
angket diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan terhadap perseroan melalui pengadilan, mengadakan pemeriksaan berhubung
terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau hal-hal yang disembunyikan oleh
Direksi, Komisaris atau pemegang saham mayoritas. Pada dasarnya, pengawasan terhadap
Direksi dalam pengelolaan perseroan dilaksanakan oleh komisaris. Tetapi dalam praktik,
sering terjadi Direksi maupun Komisaris karena kesalahan atau kelalaiannya
mengakibatkan kerugian pada perseroan, pemegang saham atau pihak ketiga. Oleh karena
itu, pemegang saham minoritas berhak melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan
operasional perseroan.
E. Contoh Kasus Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk (MPP), PT. Matahari
Department Store Tbk (MDS), dan PT. Meadow Asia Company Ltd (MAC)
PT. Matahari Putra Prima Tbk (MPP)
Struktur kepemilikan saham MPP adalah PT. Multipolar Tbk sebesar 50,01%,
dan pemilik saham minoritas dan lain-lain sebesar 43,21%. Setelah saham salah satu
anak perusahaannya yakni Matahari Departemen Store resmi terjual kepada CVC pada
tanggal 26 Maret 2010, tidak terdapat perubahan yang signifikan terhadap struktur
kepemilikan tersebut, hal ini menunjukan bahwa transaksi penjualan saham tersebut
tidak memberikan dampak besar bagi kepemilikan MPP.
Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint
venture dengan CVC Capital Partners (CVC) sebuah global private equity fund untuk
mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC). Struktur kepemilikan sahamnya
adalah 80% dimiliki oleh CVC dan 20% dimiliki oleh MPP. Pada tahun 2010 pula MAC
mengakuisisi 90,7% saham MDS dari MPP dan 7,24% dari PT. Pasific Asia Holding
Ltd, sehingga total kepemilikan saham MDS sebesar 98,15%.
Pelanggaran Regulasi
c. Pasal 86 Ayat 1 yang berbunyi “ RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih
dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau
diwakili, kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum
yang lebih besar” .
Pelanggaran Standar
Pelanggaran Peraturan
Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan kepentingan,
transaksi tersebut diatur secara lebih tegas dalam Peraturan Bapepam No.IX.E.1
sebagaimana telah diperbarui dengan Keputusan Ketua Bapepam LK No: Kep-
412/BL/2009. Berdasakan Pasal 1 huruf e peraturan tersebut, benturan kepentingan
adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan
ekonomis pribadi anggota direksi, anggota dewan komisaris atau pemegang saham
utama yang dapat merugikan perusahaan dimaksud. Berikut transaksi yang
mengandung benturan kepentingan berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.E.1 yang
berkaitan dengan kasus Matahari:
a. Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham pemegang saham utama,
komisaris atau direksi menjadi pemegang saham atau anggota direksi atau komisaris.
a. Penjualan Saham 90.7% MDS oleh MPA kepada MAC dimana MPA juga memiliki
20% saham MAC.
b. Perusahaan MDS meminjam dana kepada bank CIMB Niaga dan Standard Chartered
sebesar Rp3,25 triliun yang kemudian dipinjamkan kembali pada MAC untuk membeli
saham MDS.
c. Perusahaan MAC memperoleh pinjaman dana dari MDS yang merupakan anak
perusahaan dari perusaahan MPA yang juga merupakan pemilik saham MAC.
Kabar rencana penjualan 90,7% saham MDS yang dimiliki MPP kepada
MAC, banyak menuai protes dikalangan masyarakat terkait dengan berbagai
kecurangan dan manipulasi yang di duga dilakukan oleh MPP seperti insider
trading dan juga “ penggorengan saham” guna menaikan harga saham Matahari
Department Store. Menanggapi isu tersebut, BAPEPAM-LK selaku badan pengawas
pasar modal di Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut.
BAPEPAM-LK pun kemudian menyelenggarakan pertemuan dengan pihak
menejemen MPP. Dalam pertemuan itu BAPEPAM-LK meminta kepada pihak
menejemen MPP untuk memberikan penjelasan secara lebih rinci kepada publik
mengenai transaksi yang bernilai triliunan rupiah tersebut. Setelah pertemuan yang
pertama dengan menejemen MPP tersebut, BAPEPAM-LK kembali meminta kepada
pihak menejemen MPP uuntuk memberikan penjelasan kepada publik mengenai segala
bentuk utang yang dimiliki MPP dan juga rencana penggunaan dana hasil penjualan
saham MDS sebesar Rp7,16 triliun. Dan kemudian memperoleh hasil bahwa hasil
penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi hutang MPP kepada PT. Multipolar
dan juga untuk membagikan dividen yang sebagian juga mengalir ke PT. Multipolar.
Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh BAPEPAM-LK dirasa kurang jelas,
BAPEPAM-LK pun meminta MPP untuk menunda pelaksanaan RUPS dan membuat
bussines plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut dan ditampilkan
dalam bentuk public expose guna menjamin transparansi agar pihak pemegang saham
minoritas pun dapat mengetahui tujuan dari penjualan saham tersebut.
Simpulan
Perlindungan Terhadap Hak Pemegang Saham: Persamaan perlakuan terhadap
seluruh pemegang saham, peranan stakeholders dan corporate governance,
keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas dewan komisaris perlindungan
hukum terhadap pemegang saham, perlindungan dari penerapan GCG.
Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk (MPP), PT. Matahari Department Store Tbk (
MDS), dan PT. Meadow Asia Company Ltd (MAC): PT Matahari Putra Prima Tbk.
adalah perusahaan ritel Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari
perusahaan Grup Lippo. Toko pertama PT Matahari Putra Prima Tbk. terletak di
Pasar Baru, Jakarta yang berdiri sejak 1958. PT Matahari Department Store Tbk.
adalah salah satu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan
perlengkapan pakaian, aksesoris, produk-produk kecantikan dan rumah tangga
dengan harga terjangkau. Gerai pertama Matahari, yang merupakan toko pakaian
anak-anak, dibuka di daerah Pasar Baru, Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1958.
Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint
venture dengan CVC Capital Partners (CVC) sebuah global private equity
fund untuk mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC).
Kronologi permasalahan PT. Matahari Putra Prima Tbk: Pada Januari 2010
Matahari Putra Prima melakukan pendandatanganan sales purchase
agreement dengan PT CVC Capital Partner. CVC akan melakukan akuisisi
terhadap anak perusahaan MPP yakni Matahari Department Store dengan total
kepemilikan sebesar 90,76% melalui anak perusahaanya yakni Meadow Asia
Company Limited. Kemudian pada 5 Maret 2010, MPP berniat menggelar RUPS
dengan agenda persetujuan penjualan saham tersebut. MAC mengalokasikan Rp
7,16 triliun untuk membeli 90,76% saham Matahari Putra Prima di Matahari
Department Store. MPP akan menerima pembayaran tunai sebesar Rp. 5.28
triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa MAC, 20,72% saham
preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi sebesar Rp7,16 triliun.
Selain membeli saham MPP yang ada pada MDS, MAC juga berencana membeli
saham Pasific Asia Holding Ltd sebesar 7,24% sehingga total kepemilikan saham
MAC pada MDS adalah sebesar 80%.
Pelanggaran-pelanggaran yang Dilakukan PT. Matahari Putra Prima Tbk:
Pelanggaran regulasi, pelanggaran standar, dan pelanggaran peraturan.
Penyelesaian Kasus PT. Matahari Putra Prima Tbk: Tanggal 26 Maret 2010
dilaksanakanlah RUPS guna membahas rencana penjualan saham MDS kepada
MAC dan semua shareholder menyetujui rencana penjualan tersebut. PT.
Matahari Putra Prima pun secara resmi menjual 90,7% saham PT. Matahari
Department Store kepada PT. Meadow Asia Company.
Saran
Demikian paper yang dapat penulis sajikan, apabila ada kesalahan dalam penulisan
juga kekurangan dalam segi pembahasan mohon dimaklumi. Dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, agar dapat memperbaiki paper ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/26940/node/70/uu-no-40-tahun-2007-
perseroan-terbatas
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Sutojo, Siswanto.E John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance. Jakarta: PT Damar
Mulia Pustaka.