Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat 6
dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI. Salah satu kewenangan
yang dimiliki oleh daerah otonom adalah kewenangan dalam bidang keuangan
daerah. Pengurusan keuangan di pemerintah daerah diatur menjadi pengurusan
umum dan pengurusan khusus. Pemerintah daerah memiliki APBD dalam
pengurusan umum dan kekayaan milik daerah yang dipisahkan pada pengurusan
khusus. Susunan APBD terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan
pembiayaan. Susunan APBD tersebut dikelompokkan kembali menjadi
Pendapatan Daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 terdiri dari
tiga kategori, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Belanja Daerah terbagi menjadi empat
yaitu Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tak Terduga, Transfer Keluar.
Pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu Penerimaan Pembiayan dan Pengeluaran
Pembiayaan.

Berdasarkan PSAP No. 2 Paragraf 22-23, pendapatan diakui pada saat


diterima pada rekening kas umum negara/daerah. Menurut UU No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat 35 Pendapatan Daerah adalah semua
hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan. Sumber Pendapatan Daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, Lain-Lain Pendapatan Yang Sah.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar – besarnya
makmuran rakyat.

1
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 pasal 1 ayat 47, Dana
Alokasi Umum yang merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Nasional (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 pasal 1 ayat 47, Dana
Alokasi Umum yang merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Nasional (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Pasal 295 Pendapatan Hibah
merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari
Pemerintah Pusat, Daerah yang lain, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri
atau luar negeri yang bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Belanja Modal
adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi.
Belanja Modal terjadi penambahan biaya tidak biasa. Maka dapat rakyat
biasa bias merasakan manfaatnya. Seperti merasakan manfaatnya melalui
terbangunnya fasilitas public yang meningkatkan kesejahteraan hidup dan
menjadikan hal tersebut sebagai investasi jangka panjang untuk negeri ini
beberapa tahun kedepan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil tema
“Pengaruh Pendapatan Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
dan Pendapatan Hibah Terhadap Belanja Modal Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah Pendapatan Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap
Belanja Modal Provinsi Sumatera Utara ?

2
2. Apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh secara parsial terhadap Belanja
Modal Provinsi Sumatera Utara ?
3. Apakah Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial terhadap Belanja
Modal Provinsi Sumatera Utara ?
4. Apakah Pendapatan Hibah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja
Modal Provinsi Sumatera Utara ?
5. Apakah Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus,Pendapatan Hibah berpengaruh secara simultan terhadap Belanja
Modal Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yang dapat penulis uraikan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Pajak Daerah,Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Hibah secara parsial terhadap Belanja
Modal Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Pajak Daerah,Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Hibah secara simultan terhadap Belanja
Modal Provinsi Sumatera Utara.
1.4.2 Manfaat penelitian
Dengan adanya penulisan proposal ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Memberi pengetahuan dan menambah wawasan bagi penulis mengenai


pengaruh Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, Pendapatan Hibah terhadap Belanja Modal.
2. Instansi terkait, sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam
menetapkan anggaran penerimaan pajak parkir dan pajak hiburan.
3. Almamater, Sebagai bahan referensi khususnya bagi mahasiswa jurusan
akuntansi yang berminat dengan penulisan dibidang akuntansi pemerintah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Teori
2.1.1 Pendapatan Pajak Daerah
Menurut Suandy (2011:236), “pajak daerah adalah iuran yang wajib
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Sedangkan Menurut Mardiasmo
(2011:1) “Pajak daerah adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan
kekayaan dari sektor pribadi ke sektor pemerintahan) berdasarkan undang-undang
(dapat dipaksakan), dengan tidak mendapat balas jasa timbal balik yang langsung
yang dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

Menurut Suandy (2011: 236), objek pajak daerah dan tarif pajak daerah,
sebagai berikut:
Pajak Daerah Tingkat I Tarif Tertinggi
1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air 5%
2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air 10%
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5%
4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
5. permukaan 20%
Pajak Daerah Tingkat II Tarif Tertinggi
1. Pajak hotel 10%
2. Pajak restoran 10%
3. Pajak hiburan 35%
4. Pajak reklame 25%
5. Pajak penerangan jalan 10%
6. Pajak pengambilan & pengelolaan bahan galian golongan C 20%
7. Pajak parkir 20%

Tarif pajak untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air, Pajak Bahan
Bakar Kedaraan Bermotor, dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan ditetapkan seragam di seluruh indonesia dan diatur
dengan peraturan pemerintah.

4
Untuk Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan
C, dan Pajak Parkir ditetapkan dengan peraturan Daerah. Selain pajak tersebut
diatas. Peraturan Daerah dapat menetapkan jenis pajak Kabupaten dan Kota
lainnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bersifat pajak dan bukan retribusi,


2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten dan Kota
yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya
melayani masyarakat di wilayah Kabupaten dan Kota yang bersangkutan,
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum,
4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan/atau objek pajak
pusat,
5. Potensial memadai,
6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative,
7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat,
8. Menjaga kelestarian lingkungan.
2.1.2 Dana Alokasi Umum
Menurut UU No 23 tahun 2014, “DAU adalah salah satu dana perimbangan
yang menjadi bagian dari sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan
berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri neto yang
ditetapkan dalam APBN”. DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan
kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang
selaras dengan penyelenggaran urusan pemerintahan yang formula dan
perhitungan DAU nya ditetapkan sesuai undang-undang.
DAU adalah salah satu dana transfer dana pemerintah kepada pemerintah
daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (diunduh dari
www.djpk.kemenkeu.go.id). Sedangkan menurut Halim (2004:160) DAU “adalah
dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

5
kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.”
DAU dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan adalah dana yang
bersumber dari pemerintah pusat yang dimasukkan dalam APBN dalam bentuk
salah satu dana transfer yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara
daerah satu dengan daerah yang lainnya. DAU bersifat Block Grant yang berarti
penggunanya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah. Pengalokasikan DAU terdiri dari :
1.DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan Kabupaten dan Kota.
2.Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan
dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN.
3. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah Kabupaten dan
Kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi
dan Kabupaten dan Kota.
b. Tahap Penghitungan Dana Alokasi Umum
1. Tahapan Akademis
Tahapan akademis adalah konsep awal kebijakan atas implementasi formula
DAU yang dilakukan oleh tim independen dari berbagai universitas dengan
tujuan untuk memperoleh kebijakan penghitungan DAU yang sesuai dengan
ketentuan UU dan karakteristik otonomi daerah di Indonesia.
2. Tahapan Administratif
Dalam tahapan ini Dirjen Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk penyiapan data dasar
perhitungan DAU termasuk didalamnya kegiatan konsolidasi dan verifikasi
data untuk mendapatkan validitas dan kemutakhiran data yang akan digunakan.
3. Tahapan Teknis
Tahapan teknis merupakan tahap pembuatan simulasi perhitungan DAU yang
akan dikonsultasikan pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI) dan dilakukan berdasarkan formula DAU sebagaimana
diamanatkan dalam UU dengan menggunakan data yang tersedia serta
memperhatikan hasil rekomendasi pihak akademisis.
4. Tahapan Politis

6
Tahapan politis merupakan tahap akhir, pembahasan penghitungan dan alokasi
DAU antara pemerintah dengan panitia belanja daerah serta panitia anggaran
DPR RI untuk konsultasi dan mendapat persetujuan hasil penghitungan DAU.
2.1.3 Dana Alokasi Khusus

a. Jenis-jenis Dana Alokasi Khusus


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
48/PMK.07/2016 dana alokasi khusus dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri
dari :

1. Dana alokasi khusus fisik, meliputi :


a. Dana alokasi khusus reguler
b. Dana alokasi khusus infrastruktur publik daerah
c. Dana alokasi khusus afirmasi
2. Dana alokasi khusus nonfisik, meliputi :
a. Dana BOS
b. Dana BOP PAUD
c. Dana TP Guru PNSD
d. DTP Guru PNSD
e. Dana BOK dan BOKB
f. Dana P2D2, dan
g. Dana PK2UKM dan naker

Penerimaan negara yang berasal dari dana reboisasi sebesar 40 persen


disediakan kepada daerah penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK).
Menurut pasal 54 PP No. 55 Tahun 2005 mengatur bahwa perhitungan alokasi
DAK dilakukan melalui 2 tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK
2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
Kebijakan DAK yang diunduh dari www.djpk.kemenkeu.go.id mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan
di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan saran
dan prasaran fisik pelayanan dasar mesyarakat yang telah merupakan urusan
daerah
2. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasaranas di daerah pesisir
dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah

7
tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori
daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata.
3. Mendorongan peningkatan produktivitas peluasan kesempatan kerja dan
diverifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang
pertanian, kelautandan perikanan, serta infrastruktur.
4. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasaran
dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur
5. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan
lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di
bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan
cakupan dan kehandalan pelayanan prasaran dan saran dasar dalam satu
kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusu di bidang infrastruktur.
6. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran
pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus dibidang
prasaran pemerintah
7. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK
dengan kegiatan yang didanai dari APBD
8. Mengalihkan secara bertahap dan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang
digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah
ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran departemen pekerjaan
umum, departemen pendidikan nasional dan departemen kesehatan.
Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004, wilayah yang menerima dana
alokasi khusus harus menyediakan dana penyesuaian paling tidak 10% dari dana
alokasi khusus yang ditransfer ke wilayah, dan dana penyesuaian ini harus
dianggarkan dalam anggaran daerah (APBD).

2.1.4 Pendapatan Hibah


Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Pasal 295 Pendapatan Hibah
merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari
Pemerintah Pusat, Daerah yang lain, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri
atau luar negeri yang bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

8
2.1.5 Belanja Modal
2.1.5.1 Pengertian Belanja Modal
Belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal digunakan untuk
memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, infrastruktur, dan
harta tetap lainnya.
Belanja Modal dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Belanja Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk
pengadaan, pembelian, pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat,dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas
tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
2. Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran biaya yang digunakan
untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan peningkatan kapasitas
peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
3. Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan termasuk
pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan
gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan
bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran biaya yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan
pembangunan, pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang

9
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
5. Belanja Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk
pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan, pembangunan,
pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja
ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang
kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan
tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam
bentuk belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada
kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan
tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan
pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah, sesuai dengan prioritas anggaran
dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Klasifikasi
Belanja Modal adalah Pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset dan/atau
menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya
yang ditetapkan pemerintah.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait
dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


dan Tahun
Penelitian
Diyah Ayu Pengaruh Pendapatan Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
Asli Daerah (PAD) dan dan Dana Transfer berpengaruh
(2015)
Dana positif , semakin tinggi PAD
TransferTerhadap semakin besar pula Belanja Modal
Belanja Modal pada di Kabupaten/Kota di Sumsel.
Kabupaten/Kota di

10
Provinsi Sumsel 2010-
2013.
Sianturi Pengaruh Pajak Secara simultan pajak
(2010) Daerah dan daerah dan retribusi daerah
Retribusi Daerah berpengaruh terhadap belanja
terhadap modal pada kabupaten/kota di
Pengalokasian Sumatera Utara. Secara parsial
Belanja Modal Pajak Daerah berpengaruh
pada Pemerintah signifikan terhadap belanja modal
Kabupaten/Kota di pada kabupaten/kota di Sumatera
Sumatera Utara Utara.
Rolan Pengaruh Pajak Secara parsial Pajak Daerah
Pakpahan Daerah dan Retribusi mempunyai pengaruh yang
(2009) Daerah Terhadap signifikan positif terhadap Belanja
Belanja Daerah Daerah sedangkan Retribusi
Pemerintah Daerah pengaruh positif tetapi
Kabupaten/Kota tidak signifikan terhadap Belanja
Di Sumatera Utara. Daerah. Secara simultan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
memiliki pengaruh yang signifikan
positif terhadap Belanja Daerah.
Dwi Ajeng Pengaruh Pajak Daerah, Hasil penelitian ini bahwa Pajak
Pratiwi (2017) Retribusi Daerah dan Daerah, Retribusi Daerah, dan
Lain-lain Pendapatn Lain-Lain PAD yang Sah mampu
Asli Daerah yang Sah berpengaruh positif terhadap
Terhadap Belanja Belanja Daerah. Dengan kata
Modal Pemerintah lain, Pajak Daerah yang semakin
Kabupaten/ Kota di meningkat,cenderung
Sumatera Utara meningkatkan Belanja Daerah.

2.3 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan kajian penelitian terdahulu maka penulis mencoba
menguraikan dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut :

11
Bagan 2.3 Kerangka Pemikiran

Pendapatan
Pajak Daerah(X1)
H1
DAU (X2) H2
Belanja Modal (Y)
H3
DAK (X3) 3
H4

Pendapatan Hibah (X4)

H5

Sumber : Penulis, 2019.


Berdasarkan gambar di atas maka, peranan kerangka pemikiran dalam
penelitian sangat penting untuk menggambarkan secara tepat objek yang akan
diteliti dan untuk memberikan suatu gambaran yang jelas dan sistematis.
Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti dan menganalisis sejauh mana
kekuatan variabel bebas atau independen yaitu Pendapatan Pajak Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Hibah mempengaruhi
Belanja Modal sebagai variabel dependen pada Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) Provinsi Sumatera Utara.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori yang ada dan hasil penelitian sebelumnya, maka
hipotesis penelitian ini adalah :
H1: Diduga Pendapatan Pajak Daerah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal.
H2: Diduga Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal.
H3: Diduga Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal.
H4: Diduga Pendapatan Hibah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja
Modal.

12
H5: Diduga Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan Pendapatan Hibah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Menggunakan metode kuantitatif, yang menekankan pada pengujian teori
melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data
prosedur statistik. Menurut Sugiyono metode kuantitatif (2015 : 13) adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Provinsi Sumatera Utara pada bulan
Februari sampai Maret 2019. Terpilih sebagai tempat penelitian karena
pengumpulan data cukup mudah.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:151), variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut

3.3.1 Variabel Independen (X)


Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat)
(Sugiyono,2017:155). Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan
adalah Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
dan Pendapatan Hibah

3.3.1.1 Variabel Pendapatan Pajak Daerah (X1)


Pajak Daerah menurut UU No. 28 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang..

14
3.3.1.2 Variabel Dana Alokasi Umum (X2)
Adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3.3.1.3 Variabel Dana Alokasi Khusus (X3)


Adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

3.3.1.4 Variabel Pendapatan Hibah (X4)


Adalah bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari
Pemerintah Pusat, Daerah yang lain, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri
atau luar negeri.
3.3.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2016:63).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Belanja Modal.

3.3.2.1 Variabel Belanja Modal (Y)


Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Belanja Modal
adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya, (Kurniawan, dikutip dalam
Sugiyono, 2017).

15
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian - bagian dari populasi (Sugiyono, 2017). Penelitian
ini menggunakan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah acak
random. Sampel dalam penelitian ini adalah data realisasi Pendapatan Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Hibah Provinsi
Sumatera Utara tahun 2015 – 2017 dari 10 kabupaten/kota Sumatera Utara dari
34. Dengan demikian total sampel dalam penelitian ini adalah 30 didapat dari
jumlah tahun yang terhitung dari 2015 – 2017 sebanyak (3) tiga tahun dikalikan
dengan jumlah kabupaten/kota Sumatera Utara sebanyak 10 tempat dari 17.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sanusi (2011:104) data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan
dikumpulkan oleh pihak lain. Terkait dengan data sekunder peneliti tinggal
memanfaatkan data terebut menurut kebutuhanya. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah data sekunder, data dikumpulkan dengan metode
dokumentasi (berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip). Data-data dalam penelitian ini diperoleh dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) tahun 2015 – 2017 yang didapat dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Sumatera Utara.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
penyimpangan dalam data penelitian sebelum dilakukan analisis regresi linear
berganda terhadap data tersebut. Uji asumsi klasik yang digunakan merujuk pada
Priyatno (2012) adalah sebagai berikut:
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk menguji ariable-variabel penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi
normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji
Kolmogrov-Smirnov adalah sebagai berikut :

16
Gambar 1.1 Normal P-P Plot

Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019


Dari gambar grafik normal probability plot tersebut dapat diketahui bahwa
titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual
tersebut telah normal. Secara visual hasil dari grafik tersebut kelihatan normal
namun secara statistic belum tentu normal, maka dalam uji normalitas
menggunakan grafik harus lebih teliti.

Selain uji normalitas menggunakan grafik dapat pula dilakukan pengujian


statistic dengan melakukan uji One Sample Test Kolmogorov Smimov, untuk lebih
meyakinkan model tersebut memenuhi asumsi normal. Uji ini digunakan untuk
mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform,
atau exponential. Dalam hal ini mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi
normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari
0,05.

Tabel 3.6.2.1 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0001689
Std. 128210031366.436400
Deviation 00
Most Extreme Absolute .084
Differences Positive .084
Negative -.071

17
Test Statistic .084
Asymp. Sig. (2-tailed) .250c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019
Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0,250 melebihi syarat normal yaitu 0,05 atau 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa model ini telah terdistribusi secara normal. Berikut grafik
histogram dan plot data dari data yang telah diolah tersebut.

Gambar 3.6.2.1 Grafik Histogram

Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019


Dilihat dari grafik data histogram pada gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa
distribusi mengikuti diagonal dan sedikit melenceng kiri kea rah negatif.
3.6.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas adalah keadaan di mana pada model regresi
ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar ariable
independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang
sempurna atau mendekati sempurna di antara ariable bebas (korelasi 1 atau
mendekati 1). Beberapa metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi atau dengan
membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2) dengan nilai
determinasi secara serentak (R2) (Priyatno, 2012:151).

18
Tabel 3.6.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF


1 (Constant)

Pendapatan Pajak Daerah .400 2.500


Dana Alokasi Umum .840 1.111
Dana Alokasi Khusus .311 3.000
Pendapatan Hibah .788 1.110
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019
Hasil Uji Multikolonieritas pada table 3.6.2.2 bahwa independent yaitu
Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusu, dan
Pendapatan Hibah mempunyai VIF masingmasing dibawah 10 yaitu 2.500, 1.111,
3.000, dan 1.110 dan nilai Tolerance masing-masing variable independen diatas
0.10 yaitu 0.400, 0.840, 0.311, 0.788. Hal ini berarti tidak terdapat persoalan
multikolonieritas dalam penelitian ini.
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar
analisisnya adalah sebagai berikut:
Gambar 3.6.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas

19
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019
Dapat dilihat bahwa gambar diatas pencar tidak membentuk pola atau
acak, maka regresi pada penelitian ini tidak mengalami gangguan
heterokedastisitas. Atau dengan kata lain scatterplot tidak membentuk pola
tertentu (menyebar). Hal ini mengindikasi tidak terjadi heterokedastisitas pada
pola regresi sehingga model regresi layak dipakai.

3.6.2.4 Uji Autokorelasi


Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi.
Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan
keputusan pada uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6.2.4 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -
16431405859.6678
5
Cases < Test Value 15
Cases >= Test
15
Value
Total Cases 30
Number of Runs 12
Z -1.301
Asymp. Sig. (2-
.150
tailed)
a. Median
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019

Dari Uji Runs Test ini terlihat dari nilai asymp.sig sebesar 0.150 > 0.05
maka tidak terjadi gejala autokorelasi.

20
3.6.3 Uji Hipotesis
3.6.3.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen (Priyatno, 2012:139). Penelitian ini
menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dan 2 sisi.
Tabel 3.6.3.1 Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1(Constant) 3417145 7953414
27400.1 6827.78 4.296 .000
14 2
Pendapatan Pajak Daerah .582 .248 .584 2.300 .027
Dana Alokasi Umum .027 .100 .047 .270 .786
Dana Alokasi Khusus .006 .152 .010 .030 .971
Pendapatan Hibah .302 .542 .099 .550 .582
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019
Penelitian ini menggunakan sampel (N)=30 dan jumlah variabel
independen (k) = 4, dan nilai t tabel sebesar -2.042. Berdasarkan hasil pengujian
parsial dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel Pendapatan Pajak Daerah yang memiliki nilai t hitung 2.300 >
1.703 ttabel. Berdasarkan hipotesis penelitian H1 diterima. Artinya dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen yakni
Pendapatan Pajak Daerah berpengaruh terhadap variabel dependen
yakni Belanja Modal.

2. Variabel Dana Alokasi Umum dalam penelitian ini nilai t hitung 0.270 <
1.703 ttabel. Dengan demikian maka berdasarkan hipotesis penelitian H2
ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa hipotesa ditolak secara
parsial variabel independen Dana Alokasi Umum berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen yakni Belanja Modal.

21
3. Variabel Dana Alokasi Khusus dalam penelitian ini nilai thitung 0.030
< 1.703 ttabel. Dengan demikian maka berdasarkan hipotesis penelitian
H3 diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa hipotesa ditolak secara
parsial variabel independen Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen yakni Belanja Modal.

4. Variabel Pendapatan Hibah dalam penelitian ini nilai thitung 0.550 <
1.703 ttabel. Dengan demikian maka berdasarkan hipotesis penelitian H4
diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa hipotesa ditolak secara
parsial variabel independen Pendapatan Hibah berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen yakni Belanja Modal.

3.6.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji F atau uji koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk
mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Priyatno, 2012).
- Jika F hitung ≤ F tabel maka secara bersama-sama variabel independen
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
- Jika F hitung > F tabel maka secara bersama-sama variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Penentuan t tabel dicari pada signifikan 0,05 dengan df 1adalah jumlah
variabel penelitian dikurang 1 dan df 2 adalah jumlah data dikurang dengan
jumlah variabel independen dikurang 1 (n-k-1) sehingga didapat nilai F tabel yang
akan dibandingkan dengan nilai t hitung (Priyatno, 2012).

Tabel 3.6.3.2 Hasil Uji F


ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio 29189731542 72974328856
n 75605500000 4 89014000000 3.827 .015b
00.000 0.000
Residual 47669655214 25 19067862085
64955000000 85982000000
00.000 0.000

22
Total 76859386757
40560000000 29
00.000
a. Dependent Variable: Belanja Modal
b. Predictors: (Constant), Pendapatan Hibah, Dana Alokasi
Umum, Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Khusus
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa Fhitung sebesar 3.827 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,015. Nilai Fhitung tersebut dibandingkan dengan
nilai Ftabel, dimana jumlah variabel bebas (k) = 4, dan jumlah sampel (N) =
30. Maka diperoleh df1= 4-1 = 3 dan df2= n-k-1 = 25 yang menghasilkan nilai
Ftabel sebesar 3,295. Maka hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung memiliki
nilai yang lebih besar dari nilai Ftabel (3.827 > 2.766). Dan dengan nilai
signifkansi lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5% yaitu 0,015 < 0,05.
Artinya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hipotesis penelitian H5 diterima
pada tingkat kepercayaan bukan 95%. Artinya secara simultan variabel
independen yaitu Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Pendapatan Hibah berpengaruh terhadap Belanja Modal.
3.6.4 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R 2) yang kecil
berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas.

Tabel 3.6.4 Hasil Uji Determinasi


Model Summary
Change Statistics
R Adjust R F
Mo Squar ed R Std. Error of the Square Chang df Sig. F
del R e Square Estimate Change e df1 2 Change
1 .61 138086429767.
a .380 .281 .380 3.827 4 25 .015
6 22882
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Hibah, Dana Alokasi Umum, Pendapatan
Pajak Daerah, Dana Alokasi Khusus
Sumber : Data yang diperoleh dari SPSS versi 23, 2019

23
Berdasarkan tabel 3.6.4 diketahui bahwa koefisien determinasi (R Square)
adalah sebesar 0,380 atau 38,0%. Artinya variabel Belanja Modal (Y) dijelaskan
atau dipengaruhi sebesar 38,0% oleh variabel Pendapatan Pajak Daerah (X1) dan
Dana Alokasi Umum (X2), dan Dana Alokasi Khusus (X3), Pendapatan Hibah
(X4), sedangkan sisanya sebesar (100%-38,0%= 62,0%) dijelaskan oleh variabel
lain diluar pengujian.

24
DAFTAR PUSTAKA
Permendagri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Dana Alokasi Khusus

Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja


Modal. Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah. Jakarta
Siregar, Baldric. 2017. Akuntansi Sektor Publik. Edisi II. Yagyakarta: UPP STIM
YKPN.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

25
26

TAHU
n PD (X1) DAU (X2) DAK (X3) PH (X4) BM (Y) KOT/KAB
N
2015 1 4.79113E+11 4.06701E+11 41297830000 1002000000 2.99373E+11 MEDAN
2016 2 5.36553E+11 4.14174E+11 1.57672E+11 5997000000 2.28275E+11
2017 3 6.80013E+11 4.12229E+11 85088269992 1707000000 1.62394E+11
2015 4 64280630983 6.22782E+11 59626200000 17944891000 4.71385E+11 BINJAI
2016 5 21195826198 7.03888E+11 1.06819E+11 5633789000 3.73661E+11
2017 6 28519990237 6.94391E+11 1.9588E+11 3449437300 3.41994E+11
2015 7 70755225873 5.78786E+11 1.15747E+11 1266895400 4.48752E+11 PEMATANG SIANTAR
2016 8 52948650683 6.4179E+11 3.39914E+11 1309219000 4.32324E+11
2017 9 62718676209 6.37955E+11 1.89387E+11 1575790600 3.17467E+11
2015 10 53150297671 8.29437E+11 1.65116E+11 1.88069E+11 4.39408E+11 SIBOLGA
2016 11 59484298430 9.30551E+11 3.77546E+11 14000000000 3.68488E+11
2017 12 58677094555 9.23772E+11 2.9216E+11 42420114634 3.03105E+11
2015 13 13341254767 9.58999E+11 1.37998E+11 20339955184 4.74154E+11 TANJUNG BALAI
2016 14 62843668168 1.05E+12 2.95739E+11 18638414000 5.6099E+11
2017 15 15769597192 1.04287E+12 3.06001E+11 24037588739 4.73964E+11
2015 16 20179756936 1.2106E+12 82180080000 10153213200 6.28995E+11 TEBING TINGGI
2016 17 21849772603 75946671693 1.29212E+12 2.09219E+11 5.77697E+11
2017 18 24791075219 59805678186 1.26943E+12 17949448673 8.57095E+11
2015 19 1.02997E+11 6.93715E+11 1.07553E+11 445957800 2.07581E+11 LANGKAT
2016 20 33722143792 7.60212E+11 3.2556E+11 1459578300 3.2125E+11
2017 21 37008535966 7.55658E+11 2.30775E+11 84580108295 2.91446E+11
2015 22 22465632348 6.10384E+11 43693744000 678055000 6.00742E+11 LABUHANBATU
2016 23 24228776676 6.73162E+11 2.09847E+11 23879276307 5.66871E+11
2017 24 26940641904 6.61337E+11 2.54378E+11 1.04066E+11 5.30347E+11
2015 25 39302525099 1.31033E+11 1977700000 2906966500 4.08513E+11 DELI SERDANG
2016 26 56841656914 3.24838E+11 1.68103E+11 1097274500 5.69702E+11
2017 27 72514691201 3.44295E+11 2.20598E+11 89762134000 6.99529E+11
2015 28 34190221449 5.57403E+11 23790340000 1279391549 2.10013E+11 ASAHAN
2016 29 21849570409 6.23839E+11 1.71193E+11 1811423923 2.22328E+11
2017 30 37271211375 6.19874E+11 2.36844E+11 1400650263 3.45998E+11
Lampiran 1 Tabulasi Data Pendapatan Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Hibah, dan Belana Modal Provinsi Sumatera
Utara.

Anda mungkin juga menyukai