Anda di halaman 1dari 42

PEMERINTAH KABUPATEN DOMPU

Ulil
Ajhar
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah
Kabupaten Dompu
Membangun Dana
“NGGAHI RAWI PAHU”
Dengan Pajak Daerah
Apa itu Pajak Daerah ?
Pajak Daerah : Kontribusi wajib kepada Daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (UU No. 28 Tahun2009Psl. 1)
KATA PENGANTAR

i
Penggunaan E-Book Pajak Daerah

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................... I

PENGGUNAAN E-BOOK PAJAK DAERAH .............................................................................................. II

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. III

PENGERTIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH........................................................................................ 1

PROFIL BAPPENDA KABUPATEN DOMPU ...........................................................................................2

PENGERTIAN PAJAK DAERAH ................................................................................................................3

UNSUR – UNSUR PAJAK DAERAH ..........................................................................................................4

MANFAAT PAJAK DAERAH .....................................................................................................................7

PERBEDAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH ................................................................8


TARIF PAJAK DAERAH .............................................................................................................................10

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PADA BAPPENDA KAB DOMPU ......................... 11

JENIS – JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT PEMERINTAH KAB. DOMPU ........................ 12

SISTEM, MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK DAERAH PADA BAPPENDA


KABUPATEN DOMPU ............................................................................................................................... 34

BAGI HASIL PAJAK DAERAH KABUPATEN DOMPU......................................................................... 35

iii
Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan di dalam daerahnya sendiri. Pendapatan
Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah segenap pemasukan atau
penerimaan yang masuk ke dalam kas daerah, diperoleh dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri, dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dipergunakan untuk keperluam daerah. Oleh karena itu, tiap-tiap
daerah harus mengupayakan agar dapat dipungut seintensif mungkin.
(Fauzi dan Iskandar, 1984:44).

1
Profil BAPPENDA Kabupaten Dompu
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA)
Kabupaten Dompu adalah suatu lembaga teknis di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Dompu yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Dompu Tahun 2016 Nomor 7).
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Badan Pengelolaan
Pendapatan Daerah, Badan merupakan unsur penunjang urusan
pemerintahan yang melaksanakan fungsi penunjang keuangan di
bidang pendapatan daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Bappenda memiliki peran yang strategis, yakni di satu sisi
merupakan pengelola pajak daerah, di sisi lain merupakan
koordinator pendapatan daerah yang ikut bertanggung jawab atas
keberhasilan penerimaan pendapatan daerah secara keseluruhan.

Visi dan Misi Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah


Kabupaten Dompu.
Visi
"Tewujudnya kemandirian daerah dalam pembiayaan pembangunan melalui
peningkatan Pendapatan Asli Daerah"

Misi
Untuk mencapai visi Bappenda Kab. Dompu mengembangkan misi sebagai
berikut : Meningkatkan dan MemperkuatStruktur Ekonomi Daerah Berbasis
Potensi Lokal

2
1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada pasal 1 berbunyi
Pajak Daerah : Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak
Daerah

Untuk keperluan daerah

3
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Pajak ialah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2. Unsur-unsur Pajak
Berdasarkan pengertian di atas yang telah di-
jelaskan, pajakmemiliki unsur-unsursebagai berikut.
a. Iuran dari rakyat kepada daerah. Yang berhak
memungut pajak hanyalah daerah. Iuran
tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Bersifat memaksa. Pemungutan pajak bersifat
memaksa bagi wajib pajak.
c. Berdasarkan undang-undang. Pajak
dipungutberdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

4
d. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang
secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran
pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individualoleh pemerintah.
e. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaitu
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.

3. Fungsi Pajak
Fungsi pajak adalah untuk mengumpulkan dana yang
diperlukan pemerintah membiayai pengeluaran belanja negara
guna kepentingandankeperluan seluruh masyarakat.
a. Fungsi Finansial (Budgeter)
Fungsi finansial yaitu pajak merupakan salah satu
sumber dana bagi pemerintah daerah guna
mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk
pengeluaran pemerintah daerah dan pembangunan
daerah.

Pajak merupakan salah satu sumber


dana pemerintah daerah

Guna mendapatkan uang sebanyak -


banyaknya

Untuk pengeluaran pemerintah daerah


dan pembangunan daerah

5
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi mengatur sebagai instrumen atau sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dimiliki daerah. Dalam hal
ini, penerapan pajak daerah bisa membantu untuk mempengaruhi
tingkat konsumsi atas barang atau jasa tertentu.

Fungsi Alat mempengaruhi tingkat konsumsi


Pengatur atas barang atau jasa tertentu

6
4. Manfaat Pajak Daerah
pajak daerah dikelola oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk kepentingan daerah, misalnya untuk
pembangunan infrastruktur daerah maupun biaya lainnya
yang sifatnya demi kepentingan daerah. Dengan begitu
manfaat akan dirasakan langsung untuk pembangunan
daerah. Selain itu terdapat beberapa manfaat pajak
daerah yang dapat dirasakan secara langsung yang
tinggal didaerah.

7
5. Perbedaan Pajak Daerah dengan Retribus Daerah

8
a. Dasar Hukum
Pada pajak daerah pemungutan diatur berdasarkan undang
undang. Adapun pemungutan retribusi berdasarkan pada
peraturan pemerintah, peraturan menteri, atau pejabat yang
lebih rendah.

b. Balas Jasa
Pada pajak daerah, balas jasa tidak bias ditunjukkan
secara langsung. Adapun pada retribusi, balas jasa dapat
ditunjukkan secara langsung kepada individu.

c. Objek Pemungutan
Pada pajak daerah, pemungutannya dilakukan secara
umum. Artinya, pajak berlaku pada setiap orang yang memenuhi
syarat. Adapun pada retribusi, pemungutan hanya dilakukan
untuk orang-orang tertentu yang menggunakan jasa pemerintah.

d. Sifat dan Sanksi


Pada pajak daerah, pemungutan bersifat memaksa dan
barang siapa yang tidak membayar, maka ia akan mendapat
sanksi secara yuridis. Pada retribusi, pemungutan dapat
dipaksakan, tetapi keputusan terakhir diserahkan kepada pihak
yang bersangkutan untuk membayar atau tidak.

e. Lembaga Pemungut
Pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah (Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah).

9
6. Tarif Pajak Daerah

Tarif
Proposional

10
7. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah Pada
BAPPENDA Kabupaten Dompu

Terkait dengan tata cara pemungutan Pajak Daerah yang


menjadi kewenangan dari pemerintah Kabupaten Dompu,
dilakukan dengan 2 (dua) cara.
a. Pajak dapat dibayarkan oleh wajib pajak setelah wajib pajak
mendapatkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau
dokumen lainnya yang dipersamakan. Cara ini masuk ke
dalam Official Assesment System.
b. Wajib pajak melakukan perhitungan, pembayaran, dan
pelaporan secara pribadi atau sendiri sesuai dengan pajak
terutang melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD). Cara ini masuk ke dalam Self Assessment System.
Kemudian ,dalam 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
pajak, Kepala Daerah Kabupaten Dompu dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPDKB) melalui BAPPENDA
kabupaten Dompu berdasarkan dengan 3 (tiga) situasi :
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar oleh wajib pajak.
b. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada kepala daerah dalam
jangka waktu tertentu dan setelah ditegur, secara tertulis
atau tidak disampaikan pada waktunya.
c. Adanya kewenangan yang tidak di penuhi dalam mengisi
SPTPD sehingga pajak yang terutang dihitung secara
jabatan.

11
8. Jenis – Jenis Pajak Daerah Yang di Pungut
Pemerintah Kabupaten Dompu
a. Pajak Hotel
Menurut Undang – Undang No. 28 Tahun 2009 Pajak
Hotel adalah pengenaan (pemungutan) pajak terhadap
setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran.
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan
oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang
sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga
dan hiburan.
Jasa penunjang meliputi fasilitas telepon, faksimile,
teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan
atau dikelola hotel.
Adapun yang tidak termasuk objek Pajak Hotel adalah
sebagai berikut:
 jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
 jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
 jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan
keagamaan;
 jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,
panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang
sejenis; dan
 jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang
diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan
oleh umum.

12
• Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada
Hotel.
• Adapun Tarif Pajak Hotel ditetapkan dan berlaku di
Kabupaten Bantul adalah sebesar 10% (sepuluh
perseratus).
• Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak.
Pajak Hotel yang melakukan pemungutan adalah
Pemerintah Daerah yaitu Badan Pengelolaan pendapatan
Daerah Kabupaten Dompu sebagai official assesment
system.
Pajak hotel dapat langsung disetorkan ke Kantor
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kab. Dompu
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

13
Contoh Kasus

1. Kamar kos dengan jumlah < 10 kamar. Kamar kos dengan jumlah <10 kamar tidak
termasuk objekPajak Hotel.

2. WP yang memiliki usaha kos di dua atau • Objek pajak hotel adalah pelayanan hotel
lebih alamat yang berbeda dengan termasuk rumah kos dengan kamar lebih dari
jumlah kamar keseluruhan lebih dari 10 10 kamar yang dihitung berdasarkan jumlah
kamar. kamar pada lokasi/alamat tertentu, bukan
berdasarkan pada kepemilikan atas rumah
kos tersebut.

Dalam hal pemilik kos memiliki 10 kamar
kos yang tersebar pada beberapa
lokasi/alamat maka tidak
termasuk objek Pajak Hotel.
3. Rumah Kontrakan/sewa, Rumah Petak Rumah Kontrak/Sewa dan Rumah Petak dalam
dalam satu lingkungan dengan jumlah satu lingkungan dengan jumlah kurang atau lebih
lebih dari 10rumah. dari 10 rumah merupakan objek PPN.

4. Pembelian kamar hotel melalui Travel Pembelian kamar hotel melalui Travel agent,
agent dasar pengenaan pajak ditetapkan sebesar harga
seperti Traveloka. yang dibayarkanTravel agent kepada hotel.

5. Pengenaan Pajak Hotel kepada WP yang Objek Pajak Hotel adalah Pelayanan yang
belummemiliki izin diberikan olehHotel bukan atas izin usaha hotel.

6. Pengecualian Pajak Hotel untuk jasa Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau
tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan agama yang dikecualikan dari Pajak
kegiatan agama Hotel adalah penyediaan tempat tinggal berupa
asrama atau pemondokan yang secara khusus
disediakan bagi peserta pelatihan/pendidikan,
pelajar, mahasiswa, dan peserta
kegiatan keagamaan.
7. Perlakuan pemberian fasilitas Fasilitas pembebasan pajak hotel kepada badan
pembebasan pajak hotel kepada badan internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
internasional dari Perserikatan Bangsa- dapat dilakukan dengan cara Pemda perlu
Bangsa yaitu kepada perwakilan United menerbitkan peraturan kepala daerah mengenai
Nations Development Programs (UNDP). tata cara pembebasan pajak daerah.

14
b. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan restoran baik itu makanan dan/atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya
termasuk jasa boga/katering.
Objek Pajak Restoran :
 Pelayanan yang disediakan oleh restoran.
 Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan
penjualan makanan dan/atau minuman yang
dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat
lain.
 Tidak termasuk objek pajak restoran adalah pelayanan
yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya
di bawah Rp. 1000.000,00 (satu juta rupiah) per bulan.
Tarif Pajak :
 Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% untuk
restoran dengan kategori A, yaitu restoran yang
memiliki nilai penjualan Rp. 10.000.000,00 atau lebih
per bulan.
 Tarif Pajak restoran ditetapkan sebesar 5% untuk
restoran dengan kategori B, yaitu restoran yang
memiliki nilai penjualan Rp. 5.000.000,00 (sampai di
bawah Rp. 10.000.000,00 per bulan)
 Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 3% untuk
restoran dengan kategori C, yaitu restoran yang
memiliki nilai penjualan Rp.1.000.000,00 (sampai di
bawah Rp. 5.000.000,00 per bulan)

15
c. Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan
dengan dipungut bayaran, maka dipungut pajak dengan nama
Pajak Hiburan.
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
Badan yang menikmati hiburan. Sedangkan yang merupakan
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan hiburan.
Tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebagai berikut :
 tontonan film sebesar 35% (tiga puluh lima perseratus);
 pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana sebesar
30% (tiga puluh perseratus);
 kontes kecantikan sebesar 30% (tiga puluh perseratus);
 kontes binaraga dan sejenisnya sebesar 25% (dua puluh lima
perseratus);
 pameran sebesar 25% (dua puluh lima perseratus);
 diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya sebesar 75%
(tujuh puluh lima perseratus);
 sirkus, akrobat dan sulap sebesar 30% (tiga puluh
perseratus);
 permainan bilyar, golf dan boling sebesar 35% (tiga puluh
lima perseratus);
 pacuan kuda dan kendaraan bermotor sebesar 30% (tiga
puluh perseratus);

16
Contoh Kasus Pajak Restoran
1. Bakery yang menyediakan fasilitas Usaha bakery tidak termasuk objek Pajak
makan/minum di tempat. Restoran, sepanjang terdaftar sebagai PKP dan
usaha industri/industri rumah tangga.
2. Penetapan omset penjualan yang Pengecualian pajak restoran ditujukan untuk
dikecualikan dari Pajak Restoran terlalu membantu usaha jasa boga yang masih tergolong
kecil. Misalnya:Rp1.000.000,- per tahun. mikro dan kecil sehingga penetapan omset
penjualan yang dikecualikan dari Pajak Restoran
harus mencerminkan tujuan tersebut dan
ditetapkan dalam Perda.
3. Lounge di Bandara yang menyediakan Sepanjang izin operasi lounge tersebut adalah izin
makanandan minuman. restoran,maka dapat dikenakan Pajak Restoran.
4. Kapal wisata yang menyediakan restoran. Restoran termasuk fasilitas kapal dan disediakan
untuk penumpang. Dengan demikian, restoran
pada kapal wisata/kapal pesiar tidak termasuk
objek Pajak Restoran. Adapun penyelenggaraan
paket wisata merupakan objek PPN.
5. Katering yang melayani kegiatan Pemda • Katering yang melayani kegiatan Pemda dan
dan memiliki omset kurang dari nilai memiliki omset kurang dari nilai omset yang
omset yang dikecualikan dari objek Pajak dikecualikan dari objek Pajak Restoran tidak
Restoran tetap dikenakan Pajak Restoran. dikenakan Pajak Restoran sepanjang Pemda
telah memiliki data bahwa omset
katering/usaha jasa boga tersebut kurang
dari nilai omset yang dikecualikan dari objek
Pajak Restoran.
• Bagi katering/usaha jasa boga yang belum
diketahui omsetnya secara pasti maka tetap
menjadi objek Pajak Restoran. Apabila
ternyata omset katering/usaha jasa boga
tersebut kurang dari nilai omset yang
dikecualikan dari objek Pajak Restoran, maka
dapat dilakukan mekanisme SKPDLB atau
pengembalian pajak.

17
d. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah setiap penyelenggaraan Reklame
dipungut pajak dengan nama Pajak Reklame. Objek Pajak meliputi:
 reklame papan/ billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
 reklame kain;
 reklame melekat, stiker;
 reklame selebaran;
 reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
 reklame udara;
 reklame apung;
 reklame suara;
 reklame film/ slide; dan
 reklame peragaan.
Jika Nilai Sewa Reklame (NSR) tidak diketahui dan/atau
dianggap tidak wajar, maka Nilai Sewa Reklame (NSR) ditetapkan
dengan menggunakan faktor-faktor di atas.
Adapun cara perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) adalah
sebagai berikut:
NSR = HDPP + Nilai Strategis/NS
HDPP = Harga Dasar Pemasangan danPemeliharaan
NS = perkalian antara faktor-faktor sebagaimana dimaksud
pada ayat dengan HDPP
Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima
perseratus). Adapun besarnya pokok Pajak Reklame yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak.

18
Pajak Reklame yang melakukan pemungutan adalah
Pemerintah Daerah yaitu Badan Pengelolaan pendapatan Daerah
Kabupaten Dompu sebagai official assesment system.
Pajak Reklame dapat langsung disetorkan ke Kantor Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah Kab. Dompu dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)

Contoh Kasus Pajak Reklame


1. Pengecualian Pajak Reklame berupa • Papan nama pengenal usaha/profesi yang
penetapan ukuran papan nama melekat pada bangunan tempat usaha
pengenal usaha atau profesi yang atau profesi tidak termasuk objek Pajak
dipasang melekat pada bangunan Reklame. Termasuk dalam kategori papan
tempat usaha atau profesi. Misalnya: 1 nama usaha/profesi adalah nama
m2 . usaha/profesi pada pagar/totem.
• Pengaturan ukuran papan nama
usaha/profesi tidak dapat dikaitkan dengan
pemungutan pajak.
2. Pajak Reklame atas kegiatan pemilihan Reklame ucapan selamat dari orang pribadi,
umum dan ucapan selamat dari orang badan, atau partai politik, reklame yang
pribadi, badan, atau partai politik, bertujuan sosial, keagamaan, pendidikan,
reklame yang bertujuan social, kesehatan, dan adat istiadat tidak bersifat
keagamaan, pendidikan, kesehatan, komersial sehingga tidak termasuk objek Pajak
dan adat istiadat untuk ukuran Reklame.
tertentu.
3. Reklame pada kendaraan yang Pengenaan Pajak Reklame berdasarkan tempat
terdaftar didaerah lain. WP terdaftar. Kendaraan yang memuat
reklame dapat dikenakan Pajak Reklame oleh
Daerah tempat terdaftarnya kendaraan.
4. Reklame pada moda transportasi Reklame yang dipasang pada moda
antarkabupaten/kota dalam transportasi yangberoperasi lintas
provinsi atau antarn provinsi, seperti kabupaten/kota dan lintas provinsi tidak
kereta api/KRL dan kapal. termasuk objek Pajak Reklame.
5. Pemungutan Pajak Reklame kepada Pajak Reklame bukan dikenakan atas izin
WajibPajak yang belum memiliki izin usaha, melainkan dikenakan berdasarkan
kegiatan usaha objek-objek Pajak Reklame. Pajak Daerah
dapat dipungut apabila Wajib Pajak sudah
memenuhi persyaratan objektif dan subjektif
sebagaimana diatur dalam Pasal 47 UU
28/2009 mengenai Pajak Reklame.

19
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah setiap penggunaan listrik baik
yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain
dipungut pajak dengan nama Pajak Penerangan Jalan.
Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari
sumber lain. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual
Tenaga Listrik. Nilai Jual Tenaga Listrik ditetapkan sebagai berikut:
 dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan
pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan
biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian
kwh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik; dan
 dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga
Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat
penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik dan harga
satuan listrik yang berlaku di Daerah.
Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain selain industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan sebesar 8% (delapan perseratus).
Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga perseratus).
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima
perseratus).

20
Contoh Kasus Pajak Penerangan Jalan
1. Pengenaan PPJ atas penggunaan Sesuai dengan Permen ESDM No. 35 Tahun
tenaga listrik yang dihasilkan sendiri 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha
dengan kapasitas tertentu yang tidak Ketenagalistrikan, usaha penyediaan tenaga
memerlukan izin dari instansi teknis listrik untuk kepentingan sendiri yang
terkait dan yang menggunakan memerlukan izin operasi dari instansi terkait
pembangkit tenaga listrik dengan adalah yang memiliki kapasitas pembangkit
jumlah total daya terpasang dibawah listrik >200 Kva.
20 KVA.

21
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak
atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan bataun,
baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi
untuk dimanfaatkan.

Dasar Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomoe 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049).

Tarif pajak
Tarif pajak MBLB ditetapkan sebesar 25%
Besaran poko MBLB yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

Cara Penghitungan Pajak


Pajak = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak.

22
Contoh Kasus Pajak MBLB
1. Untuk kegiatan yang dibiayai dengan Pemungutan Pajak MBLB dilakukan pada kegiatan
APBD, Pajak MBLB dipungut melalui pengambilan bukan kegiatan pemanfaatan. Untuk
kontraktor yang melaksanakan kegiatan mempermudah administrasi pemungutan, Pemda
tersebut. dapat memungut Pajak MBLB kepada kontraktor
sepanjang MBLB tersebut berasal dari Daerah yang
bersangkutan dan belum dikenakan Pajak MBLB.

2. Tanah Uruk Tanah uruk bukan termasuk jenis MBLB namun


merupakansuatu istilah untuk kegiatan
pemanfaatan tanah berupa
pengurukan tanah/pemindahan tanah (padas,
merah atau semi padas) dari satu tempat lokasi
(sumber pengambilan tanah) ke tempat lokasi lain.
Adapun tanah yang digunakan untuk menguruk
sepanjang termasuk dalam jenis MBLB dapat
dikenakan Pajak MBLB pada saat kegiatan
pengambilan dari sumbernya.
3. Pasir Laut Sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara, pasir laut termasuk dalam
golongan batuan
sehingga dapat dikenakan Pajak MBLB.
4. Pengambilan MBLB di lahan milik pribadi Pengambilan MBLB di lahan milik pribadi tidak
untuk dikenakan
membangun fasilitas yang bernilai Pajak MBLB meskipun pengambilan MBLB
jualekonomi/untuk tujuan tersebut untukdijual/dikomersilkan.
bisnis.
5. Pengambilan MBLB di lahan kuasa Pengambilan MBLB sebagai mineral ikutan pada
pertambangan untuk membangun lahan kuasa pertambangan (IUP dan IUPK) telah
fasilitas yang bernilai jual ekonomi/untuk dikenakan PNPB (Iuran eksplorasi dan iuran
tujuan bisnis. produksi), sehingga
tidak dikenakan Pajak MBLB.
6. Pengambilan MBLB oleh pihak ketiga Dapat dikenakan Pajak MBLB.
untukmembangun fasilitas
pada wilayah
pertambangan
7. Perhitungan Pajak MBLB berdasarkan Dasar pengenaan Pajak MBLB adalah harga jual
hargajual batuan hasil olahan dalam batuansebelum diolah. Adapun penjualan batuan
bentuk split yang telah
diolah dalam bentuk split merupakan objek PPN.
8. Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam Pajak MBLB bukan dikenakan atas izin usaha,
dan Batuan (MBLB) kepada Wajib Pajak melainkan dikenakan berdasarkan objek-objek
yang belum memiliki izin kegiatan usaha pajak dari masing- masing pajak. Pajak Daerah
dapat dipungut apabila Wajib Pajak sudah
memenuhi persyaratan objektif dan subjektif
sebagaimana diatur dalam Pasal 57 UU 28 tahun
2009 mengenai Pajak MBLB.

23
g. Pajak Parkir
Pajak parkir adalah setiap penyelenggaraan tempat Parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor, dipungut pajak
dengan nama Pajak Parkir.

Objek pajak parkir adalah :


• penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
• penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya
digunakan untuk karyawannya sendiri; dan
• penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat dan
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik.

Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak


Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran
atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat
parkir. Jumlah yang seharusnya dibayar, termasuk potongan harga
parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa
parkir. Adapun tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 30% (tiga
puluh perseratus).
Besarnya pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

24
Contoh Kasus Pajak Parkir
1. Penyediaan tempat parkir berbayar Penyelenggaraan parkir berbayar oleh Pemda
olehPemda dan BLUD dan BLUDmerupakan objek Retribusi
Tempat Khusus Parkir
sehingga tidak termasuk objek Pajak Parkir.
2. Penyelenggaraan tempat parkir Pelayanan parkir oleh pihak ketiga pada tempat
milik parkir milik Pemerintah/Pemda/BLUD dapat
Pemerintah/Pemda/BLUD oleh pihak dikenakan Pajak Parkir sepanjang terdapat
ketiga perjanjian sewa penggunaan aset (pihak ketiga
menyewa lahan parkir milik
Pemerintah/Pemda/BLUD) dan tarif ditetapkan
oleh
pihak ketiga.
3. Penyediaan tempat parkir gratis Dapat dikenakan Pajak Parkir dengan dasar
untukpelanggan pada pengenaanpajak yang ditetapkan dalam peraturan
minimarket/tempat kepala daerah.
usaha
lainnya
4. Pelayanan vallet parking Parkir Valet adalah kegiatan untuk memarkirkan
kendaraan oleh petugas valet. Mengingat Pajak
Parkir dipungut atas penyediaan tempat parkir
bukan atas kegiatan memarkirkan kendaraan
(valet), maka pembayaran atas pelayanan parkir
valet tidak termasuk sebagai dasar perhitungan
Pajak Parkir. Atas tarif jasa
parkir valet dikenakan PPN.
5. Pengenaan tarif pajak parkir yang lebih Untuk penyelenggara tempat parkir yang
tinggiuntuk parkir vallet memberikan pelayanan vallet cukup diberlakukan
tarif Pajak Parkir non vallet. Sedangkan untuk jasa
vallet telah dikenakan PPN bukan Pajak Parkir.
6. Penyelenggaraan parkir oleh pihak ketiga Pihak ketiga yang menyelenggarakan parkir
padalahan parkir milik swasta dengan menyewa lahan parkir milik swasta
merupakan wajib pajak parkir.
7. Potongan harga/voucher parkir Potongan harga/voucher parkir tetap
diperhitungkan dalam pengenaan pajak, karena
fungsi pajak tidak hanya sebagai sumber
pendapatan tetapi juga sebagai alat
pengendalian.

25
h. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah Setiap pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah dipungut pajak dengan nama Pajak Air
Tanah.
• Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah.
• Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah
tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta
peribadatan.
• Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan


Pajak
Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air
Tanah. Adapun Nilai Perolehan Air Tanah dinyatakan dalam
rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau
seluruh faktor-faktor berikut :
• jenis sumber air;
• lokasi sumber air;
• tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
• volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
• kualitas air; dan
• tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan/atau pemanfaatan air.
Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh
perseratus). Besarnya pokok Pajak Air Tanah yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif

26
Contoh Kasus Pajak Air Tanah
1. Pengambilan air tanah oleh badan usaha Pengambilan air tanah oleh badan usaha dan
dan digunakan oleh para digunakan oleh para karyawannya dapat dikenakan
karyawannya/masyarakat setempat Pajak Air Tanah. Sedangkan Penyediaan sumber air
untuk kebutuhan rumah tangga. tanah oleh badan usaha yang pengelolaannya
oleh masyarakat untuk
kebutuhan rumah tangga tidak dapat dikenakan
Pajak Air Tanah.
2. Kegiatan Pengambilan dan/atau UU No. 28 Tahun 2009 mengatur bahwa objek
PemanfaatanAir Tanah yang belum Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau
memiliki Izin Usaha. pemanfaatan Air Tanah dan bukan dikenakan
terhadap Izin Usahanya.

27
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
Dasar Hukum
Dasar pengenaan pajak sarang burung walet dijelaskan pada :
• Undang – Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Pasal 72 s/d 76 Bagian 15 poin pajak
sarang burung walet.
• Perda Kabupaten Dompu No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah, Pasal 43 s/d 47 Bagian ke 9 poin pajak sarang
burung walet.
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak
Setiap pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung
walet dipungut pajak dengan nama Pajak Sarang Burung Walet.
• Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
• Adapun yang tidak termasuk objek pajak adalah pengambilan
sarang burung walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP).
Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak
Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai
jual sarang burung walet. Nilai jual sarang burung walet dihitung
berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung
walet yang berlaku di daerah dengan volume sarang burung walet.
Adapun tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10%
(sepuluh perseratus).

28
Contoh Kasus Pajak Sarang Burung Walet
1. Harga pasaran umum sebagaimana Harga pasaran umum sarang burung walet tidak
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan perlu ditetapkan oleh Bupati, cukup mengacu pada
dengan KeputusanBupati. harga pasar yang berlaku secara umum di wilayah
yang bersangkutan.
2. Pengenaan Pajak Sarang Burung Walet Pengambilan sarang burung walet di habitat alami,
atas pengambilan sarang burung walet sepertihutan dan gua merupakan objek PNBP.
di habitat alami, seperti hutan dan gua.
3. Kegiatan Pengambilan dan/atau UU No. 28 Tahun 2009 mengatur bahwa objek
Pengusahaan Sarang Burung Walet yang Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
belum memiliki IzinUsaha dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet dan
bukan dikenakan terhadap Izin Usahanya.

29
j. Pajak Bumi Bangunan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu jenis pajak
daerah yang dapat dipungut daerah (Pajak Daerah).
Pajak Bumi Bangunan adalah Bumi dan/atau Bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak


(NJOPTKP)
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
ditetapkan sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk
setiap Wajib Pajak.
• Tarif Pajak untuk objek pajak dengan NJOP sampai dengan Rp
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), ditetapkan sebesar 0.1
% (nol koma satu persen).
• Tarif Pajak untuk objek pajak dengan NJOP lebihbesar dari Rp
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), ditetapkan sebesar 0.2
% (nol koma dua persen).

Denda
Jumlah kekurangan pajak yang terutang ditambah dengan
sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat
terutangnya pajak.

30
Contoh Kasus PBB-P2
1. PBB-P2 pada tanah milik Pemda Orang pribadi/badan dapat dikenakan PBB-P2
yangdimanfaatkan oleh orang sepanjangdisepakati/dicantumkan dalam MoU
pribadi/badan. antara Pemda dan
orang pribadi/badan.
2. Lahan perkebunan yang menjadi objek Lahan perkebunan dapat menjadi objek PBB-P3
PBB P3 sepanjangberstatus HGU dalam ukuran tertentu.
3. Sutet dan rel kereta api Mengingat infrastruktur ketenagalistrikan berupa
SUTET/SUTT (transmisi dan prasarana distribusi
tenaga listrik ke konsumen) dan jalur/rel kereta api
merupakan proyek nasional yang menyangkut
kepentingan umum, maka seyogyanya tidak
dikenakan PBB-P2. Pengecualian SUTET/SUTT dan
jalur/rel kereta api sebagai objek PBB-P2 agar
ditetapkan dalam Perda.
4. Penghapusan piutang PBB-P2 Piutang PBB-P2 dari tahun 1994 sampai dengan 2012 yang
oleh Pemerintah Daerah dari kadaluarsa penagihan dapat dihapuskan dengan terlebih
tahun 1994 sampai dengan dahulu harus mengupayakan penagihan aktif secara optimal.
2012 yang kadaluarsa
penagihan yang merupakan
pengalihan piutang dari
pemerintah pusat.
5. Kewenangan Kepala Daerah dan Dalam rangka mengurangi secara massal beban masyarakat
tata cara pemberian dan efektiofitas penagihan PBB P2, kebijakan yang dapat
pengurangan PBB P2 secara ditempuh adalah:
massal untuk mengurangi beban a. Kepala Daerah berdasarkan pertimbangan kondisi objek
masyarakat sehubungan dengan pajak dapat memberikan pembebasan melalui pebetapan
kenaikan Nilai Jual Objejk Pajak NJOP tertentu yang tidak dikenakan PBB P2.
(NJOP) PBB P2 sehingga
b. Kebijakan lain yang dapat ditempuh oleh Pemda antara
efektifitas penagihan PBB P2 lain melalui perubahan Perda, yaitu:
tetap dapat dilaksanakan.  Menaikkan NJOPTKP; dan
 Menurunkan tarif PBB.

31
k. Bea Prolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan
hak atas tanah dan/ atau bangunan, yaitu perbuatan atau
peristiwa hukum atas dan/ atau bangunan oleh orang pribadi
atau badan. Hak atas tanah/ atau bangunan adalah hak atas
tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang
pertanahan dan bangunan.
Objek Pajak adalah perolehan hak atas tanah dan/ atau
bangunan, meliputi :
• Pemindahan hak karena :
• Kelanjutan pelepasan hak;
• Diluar pelepasan hak..
Tarif Pajak
Tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen). Besarnya
pokok BPHTB yang terutang = Tarif x (Dasar Pengenaan BPHTB-
NPOTKP)

32
Contoh Kasus BPHTB
1. Apabila saat terutang pajak  BPHTB merupakan pajak yang bersifat self
BPHTB untuk pemberian hak assessment, sehingga Pemda tidak dapat menetapkan
baru, tidak dapat diketahui jumlah pajak yang terutang dengan menerbitkan
dan/atau belum dapat SKPD.
ditentukan karena ada  BPHTB terutang untuk peristiwa pemisahan hak
sengketa/masalah terkait baru atau pemberian hak baru adalah saat
gugatan/tuntutan hukum ditandatanganinya akta dan diterbitkannya surat
terhadap tanah dan/atau keputusan pemberian hak.
bangunannya, maka saat  Secara umum, suatu objek tanah dan/atau bangunan
terutang BPHTB dihitung sejak belum diberikan pemisahan hak baru atau hak baru
tanggal ditetapkannya SKPD apabila masih dalam sengketa/gugatan hukum.
dan/atau STPD

2. Kepala Daerah dapat  Dalam hal terdapat perbedaan antara NJOP PBB tanah
memberikan pengurangan dan/atau bangunan sektor perkebunan/pertambangan
pajak yang terutang kepada dengan NJOP PBB Perdesaan Perkotaan, maka dasar
Wajib Pajak karena adanya pengenaan pajak tetap menggunakan NJOP PBB
perbedaan NJOP PBB tanah Perdesaan Perkotaan.
dan/atau bangunan sektor  NJOP PBB sektor perkebunan/pertambangan selain
perkebunan/pertambangan menghitung harga tanah juga menghitung harga
dengan NJOP PBB Perdesaan tanaman/tambang.
Perkotaan.  NJOP PBB P2 untuk wilayah
perkebunan/pertambanganditetapkan hanya sebesar
nilai tanah dan digunakan
untuk mengverifikasi perhitungan BPHTB.

3. Perhitungan BPHTB atas BPHTB dihitung berdasarkan harga pasar pada saat
perolehan tanah padatahun pembuatan akta. Apabila harga pasar tidak diketahui atau
lampau. lebih rendah dari NJOP, maka BPHTB dihitung dari NJOP.

4. Kepala Daerah menetapkan Pedoman verifikasi BPHTB terutang cukup menggunakan


nilai pasar tanah NJOP. Sehingga NJOP dapat ditetapkan mendekati nilai
dan/bangunan sebagai pasar. Agar penetapan NJOP yang mendekati nilai pasar
pedoman verifikasi tersebut tidak menyebabkan PBB P2 terutang terlalu
perhitungan BPHTB oleh Wajib besar, maka dapat dilakukan penyesuaian tarif PBB P2.
Pajak
5. Pengadaan tanah untuk Pengadaan tanah untuk pembangunan Bandara oleh
pembangunan kepentingan BUMN sepanjang mendapatkan penugasan khusus dari
umum, contoh Bandar udara, pemerintah dikategorikan sebagai pengadaan tanah untuk
transmisi listrik kepentingan umum dan tidak dikenakan BPHTB.
Sesuai dengan Pasal 10 UU No. 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, disebutkan bahwa tanah yang digunakan untuk
pelabuhan, bandar udara, dan terminal termasuk dalam
ruang lingkup pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.

33
9. Sistem, Mekanisme dan Prosedur Pembayaran
Pajak Daerah Pada BAPPENDA Kab. Dompu
a. Setiap akhir masa pajak Wajib Pajak melakukan
pembayaran berdasarkan isian Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD)paling lambat akhir bulan setelah
masa pajak berakhir, dilampiri dengan persyaratan
administrasi yang dipersyaratkan;
b. Wajib Pajak melakukan pembayaran SKPDKB/SKPDKBT
paling lambat sesuai dengan tanggal jatuh tempo;
c. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran langsung atau
transfer ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten
Dompu wajib menyampaikan bukti setor atau bukti
transfer kepada Badan melalui Bendahara Penerimaan
BAPPENDA Kab. Dompu;
d. Bendahara Penerimaan BAPPENA Kab. Dompu merekam
data Bukti Setor/Transfer ke dalam Aplikasi;
e. Bendahara Penerimaan BAPPENDA Kab. Dompu
menerbitkan Surat Setoran Pajak Daerah dari Aplikasi
dalam hal : 1) Wajib Pajak melakukan pembayaran
melalui Bendahara Penerimaan; 2) Wajib Pajak telah
menyampaikan Bukti Setor/Transfer atas pembayaran
langsung ke Rekening Kas Umum Daerah Kab. Dompu,
yang telah diverifikasi.
f. Proses selesai.

34
10.Bagi Hasil Pajak Daerah

Desa berhak memproleh dari hasil penerimaan pajak


daerah, dimana desa mendapatkan 10% (Sepuluh Persen)
dari hasil penerimaan pajak daerah dengan pembagian
sebagai berikut :
a. 70 % (tujuh puluh persen) dibagi rata untuk seluruh
desa
b. 30 % (tiga puluh persen) diperuntukanbagi desa yang
memiliki potensi pajak daerah

35
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2017. Perpajakan : Edisi Terbaru 2018.


Yogyakarta: Penerbit Andi.

Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah. 2019.


Pedoman Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Direktorat
Jendral Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI, Jakarta.
208 hal.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, tentang


Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983, tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 28 Tahun 2009,


tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah”

Peraturan Daerah Kabupaten Dompu No. 2 Tahun 2011, tentang Pajak


Daerah.

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan


Susunan Perangkat Daerah

www.pajakku.com/read/5d82eb4574135e0390823b09/Definisi-
Pajak-Daerah-dan-Jenis-jenis-Pajak-Daerah

https://bkad.bantulkab.go.id/hal/pajak-sarang-burung-walet

Anda mungkin juga menyukai