Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Izin usaha merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari
pihak berwenang atas penyelenggaraam suatu kegiatan usaha oleh seorang
pengusaha atau suatu perusahaan. Bagi pemerintah, pengertian usaha dagang
adalah suatu alat atau sarana untuk membina, mengarahkan, mengawasi, dan
menerbitkan izin2 usaha perdagangan. Agar kegiatan usaha lancar, maka setiap
pengusaha wajib untuk mengurus dan memiliki izin usaha dari instansi
pemerintah yang sesuai dengan bidangnya.
Surat izin mendirikan usaha memiliki fungsi sebagai bukti pengesahan
dari usaha yang didirikan. Surat izin dari pemerintah tersebut dibutuhkan oleh
pelaku usaha perseorangan maupun pelaku usaha yang telah berbadan hukum.
Tidak hanya jenis usaha yang berskala besar saja yang membutuhkan izin
mendirikan usaha, usaha kecil pun membutuhkan adanya surat izin usaha
perdagangan agar usaha yang dijalankan mendapatkan pengakuan dan pengesahan
dari pemerintah. Sehingga di kemudian hari tidak terjadi masalah yang dapat
mengganggu perkembangan usaha. Objek sasaran dari surat izin usaha adalah
seluruh usaha perdagangan baik kecil, menengah, dan besar sedangkan subjeknya
adalah setiap perusahaan atau perorangan yang melakukan usaha perdagangan
baik usaha kecil, usaha menengah, maupun usaha besar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pemahaman kita mengenai Usaha Kecil Menengah dan Usaha
Kecil?
2. Bagaimana mekanisme perizinan di sektor usaha kecil ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar lebih memahami mengenai apa itu UKM (Usaha Kecil Menengah)
dan Usaha Kecil
2. Agar mengetahui bagaimana mekanisme perizinan di sektor usaha kecil

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemahaman Tentang Perizinan


Perizinan berasal dari akar kata ―izin‖ yang diartikan dengan pernyataan
mengabulkan (tiada melarang, dsb); persetujuan membolehkan. Sedangkan
perizinan diartikan sebagai hal pemberian izin. Izin adalah salah satu instrumen
yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi.

B. Pengertian UKM
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994. Pengertian Usaha Kecil Menengah: Didefinisikan sebagai
perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang
mempunyai penjualan atau omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000
atau asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan
bangunan yang ditempati) terdiri dari : Bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi),
Perorangan (Pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah
hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).
Menurut UU No 20 Tahun 2008, Pengertian Usaha Kecil Menengah:
Undang undang tersebut membagi kedalam dua pengertian yakni:
1. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
2. Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

C. Pemahaman Tentang Usaha Kecil


Usaha kecil adalah jenis usaha yang mempunyai 6 – 19 pegawai[1] Pasal 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
mendefinisikan usaha kecil dengan “.......kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Adapun kriteria usaha kecil sebagaimana diatur dalam Pasal 5
UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah :
1. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah);
3. milik Warga Negara Indonesia;
4. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
5. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

D. Ciri-ciri dan contoh dari UKM


Ciri-ciri usaha kecil :
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah.
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha.
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

3
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha.
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning.
Contoh usaha kecil :
1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.
2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.
3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,
industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan
tangan.
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan.
5. Koperasi berskala kecil.

E. Prosedur Perizinan Usaha


1. SIUP
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) adalah surat izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi,
persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan
usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan
domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah:
a. Cabang/perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha
perdagangan mempergunakan SIUP perusahaan pusat.
b. Perusahaan kecil perorangan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan, dan Diurus,
dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan
mempekerjakan anggota keluarganya/kerabat terdekat.
2) Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau
pedagang kaki lima.

4
2. Prosedur Permohonan SIUP
Untuk permohonan siup menengah Dan SIUP kecil , perusahaan dapat
mengambil pormulir di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota/
Kabupaten sesuai dengan domisili perusahaan . kemudian mengisi dan
mengajukan permuhonan SIUP beserta persyaratannya , SIUP menegah dan
kecil dikeluarkan dan di tanda tangani oleh kepala kantor wilayah
perdagangan daerah tingkat II (kota/kabupaten) atas nam mentri.
Permohonan SIUP besar diajukan melalui kanwil perindustrian dan
perdagangan daerah tingkat I ( kota/ propinsi) atas nama mentri sesuai dengan
domisili perusahaan.
3. Maksud dan tujuan pemberian SIUP adalah :
Sebagai kepastian hukum atas usaha perdagangan baik barang maupun
jasa. Memberikan kesempatan bagi perluasan usaha untuk mendapatkan
fasilitas seperti bantuan kredit atau program pembinaan. Sarana pembinaan,
pengarahan, dan pengawasan terhadap dunia usaha, khususnya di sector
perdagangan demi tercapainya iklim usaha yang sehat, tertib, dan jujur.
4. Membuat Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Surat izin tempat usaha(SITU) adalah pemberian izin tempat usaha yang
tidak menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan di lokasi tertentu.
sedangkan surat izin gangguan(HO) adalah pemberian izin tempat usaha
kepada perusahaan atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan
bahaya, gangguan, atau kerusakan lingkungan. Kedua surat tersebut
dikeluarkan oleh pemerintah daerah tingkat II(Kotamadya atau kabupaten)
dan harus diperpanjang lima tahun sekali.

F. IMB (Izin Mendirikan Bangunan)


1. Prosedur Mendirikan Izin.
a. Pemohon mengajukan permohonan sendiri secara tertulis dengan
melampirkan Rekomendasi Lurah/Kepala Desa/Camat kepada Bupati,
Cq.Kepala Kantor Perkotaan.

5
b. Khusus rumah tempat tinggal yang luasnya kurang dari 100 m2 dan lokasinya
diluar Ibukota Kabupaten, di luar Real Estate, Komplek Industri, Komplek
Perkebunan, Komplek Pendidikan dan
c. Kesehatan, permohonan diajukan sendiri secara tertulis oleh pemohon kepada
Bupati, Camat setempat.
d. Khusus untuk Real Estate, Komplek Industri, Komplek Perkebunan,
Komplek Pendidikan dan Kesehatan, pemohon IMB diajukan kepada Kantor
Perkotaan. Lembaran isian permohonan IMB dapat diambil pada Kantor
Perkotaan.
G. Persyaratan Untuk Mendapatkan Izin
1. Foto copy Surat Keterangan Tanah
2. Foto copy KTP (bukti diri)
3. Gambar Rencana Bangunan (sket bangunan)
4. Foto copy bukti lunas PBB tahun terakhir
5. Pas photo ukuran 3x4 cm
6. Rekomendasi Camat/Lurah.
7. Khusus pemohon IMB bagi Perusahaan Industri dan Real Estate disamping
persyaratan pada huruf a s/d f ditambah dengan:
a. Izin Prinsip dari Bupati;
b. Izin Lokasi dari Kantor Pertanahan Nasional.
c. Akte Pendirian Perusahaan
d. Surat kuasa apabila penanda tanganan permohonan bukan dilakukan oleh
pemohon sendiri.
e. Surat pernyataan pemohon tentang kesanggupan memenuhi persyaratan
teknis bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f. Tanda anggota Real Estate Indonesia dan Rekomendasi bebas banjir dari
Dinas Pekerjaan Umum khusus bagi pemohon Real Estate.
g. Rencana Tata Bangunan Prasarana Kawasan Industri yang disetujui oleh
Bupati dengan menunjukkan lokasi kavling untuk bangunan yang
bersangkutan bagi Perusahaan Industri yang berlokasi dikawasan
industri.

6
H. Ketentuan Pelaksanaan
1. Tidak dibenarkan mendirikan bangunan kewajiban pemegang Izin diluar
peruntukan yang ditetapkandalam IMB.
2. Izin tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain, tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada Bupati.
3. Dilarang mendirikan bangunan di luar peruntukan wilayah yang telah di
tetapkan (RUTK).
4. Dilarang mendirikan bangunan yang mengakibatkan :
a. Mengganggu/merusak lingkungan sekitar.
b. Mengganggu arus lalu lintas, drainase atau bangunan yang telah ada.
c. Terganggunya kesehatan masyarakatan sekitar.
d. Terganggunya ketertiban umum.
5. Khusus untuk bangunan Kantor Pemerintah atau swasta disarankan
menggunakan desain arsitektur yang mencirikan arsitektur Daerah.
6. Selama pekerjaan mendirikan bangunan masih dalam pelaksanaan, pemilik
haraus menutup lokasi dengan pagar tertutup untuk pengamanan.

I. Sanksi Atas Pelanggaran Ketentuan Izin


1. Peringatan tertulis
2. Pencabutan Izin
3. Pembongkaran.
4. Pelanggaran atas Wajib Retribusi diancam pidana paling lama kurungan 6
bulan atau denda paling banyak 4 kali jumlah Retribusi terutang.

J. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)


AMDAL adalah keseluruhan proses yang meliputi penyusuan analisis
mengenai dampak lingkungan bagi berbagai usaha atau kegiatan
terpadu/multisektor. Dengan kata lain amdal merupakan hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instasi yang bertanggung jawab.

7
Dasar Hukum AMDAL
1. Peraturan pemerintah No . 27 Tahun 1999 Tentang analisis Mengenai dampak
Lingkungan
2. UUD No. 4 Tahun 1982 Mengenai ketentuan pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Pemerintah No .20 Tahun 1990 mengenai pengadilan Pencemaran
air.
4. Peraturan pemerintah No 51 Tahun 1993 tentang AMDAL .
5. Peraturan pemerintah No . 5 Tahun 1990 mengenai Konversi Sumber Daya
Alam Hayati Dn Ekosistem.
6. Surat mentri Negara lingkungan Hidup No . B . 2335/ MENLH/12/93,
NO,.B.2347/MENLH/12/93 kriteria kegiatan usaha Wajib AMDAL.
7. UUD No. 24 tahun 1992 mengenai tataruang.
Pedoman pelaksanaan AMDAL
1. peraturan mentri lingkungan hidup No 08 Tahun 2006 mengenai penyusunan
AMDAL harus menggunakan pedoman penyusunan AMDAL
2. Peraturan mentri negara lingkungan hidup nomor 11 tahun 2006 tentang
daftar kegiatan wajib AMDAL
3. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 apabila
kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut , maka wajib menyusun
UKL-UPL (Upaya pengelolaan lingkungan Upaya pemantauan Lingkungan
hidup.
4. kewenangan penilaian didasarkan keputusan mentri negara Lingkungan hidup
No 40 tahun 2000 tentang peoman tata kerja komisi penilai AMDAL

Prosedur AMDAL terdiri dari :


1. Proses Penapisan
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL
adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan
dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen
AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor

8
17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
2. Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran,
pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor
08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses AMDAL.
3. Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan
lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang
terkait dengan rencana kegiatan.
Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat
kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang
terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dan proses
pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat
harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan.
4. Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan
dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.
5. Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada
KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah
selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal

9
penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang
dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

K. Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Sesuai namanya, NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor
yang diberikan kepada tiap wajib pajak sebagai sarana administratif yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
memenuhi hak dan kewajiban perpajakan.
Selain dalam memenuhi hak dan kewajiban wajib pajak, NPWP juga
berguna jika kita akan melakukan usaha yang berhubungan dengan pihak lain.
Misalkan kita mempunyai suatu usaha, entah di bidang jasa konstruksi, atau jasa
lain, ketika kita akan mencari proyek pada pihak ketiga biasanya pihak ketiga
hanya akan memberikan pekerjaan kepada badan usaha yang sudah mempunyai
NPWP. Inilah salah satu keuntungan mempunyai NPWP, baik NPWP pribadi atau
NPWP badan usaha.
Dalam setiap pengurusan izin, misalnya izin pemasangan reklame, warung
telekomunikasi, izin produksi makanan dan obat, izin usaha perdagangan dan
perizinan lainnya, NPWP ini menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki. Lembaga
yang berwenang mengeluarkan NPWP, baik NPWP perorangan atau badan usaha
adalah Direktorat Jenderal Pajak. Lebih tepatnya melalui kantor pelayanan pajak
yang ada di setiap daerah.
Dasar Hukum : Pada dasarnya setiap penduduk atau warga negara
Indonesia yang mempunyai penghasilan, atau setiap badan usaha yang ada di
Indonesia wajib mempunyai NPWP. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan juncto Undang-
undang No. 16 Tahun 2000 pasal 2 ayat (1).

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Usaha kecil adalah jenis usaha yang mempunyai 6 – 19 pegawai[2] Pasal 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
mendefinisikan usaha kecil dengan “.......kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) adalah surat izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi,
persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili
perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
SIUP terdiri atas kategori sebagai berikut :

B. SARAN
Di sadari isi materi makalah yang kami susun masih jauh dari sempurna
untuk itu kami sangat berharap saran masukan untuk membangun materi ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://saefulbafri009.blogspot.com/2011/04/ukm-usaha-kecil-menengah.html
http://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/04/12/usaha-kecil-menengah-ukm/
The Asia Foundation, 2005: Penyederhanaan Perizinan Usaha : Sebuah Evaluasi
atas Dampak Pusat Layanan Perizinan Terpadu (PLPT), Laporan Penelitian,
Jakarta.
Ten Berge, 1992, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya : Universitas Airlangga.
The Asian Foundation, 2005, Laporan Penelitian : Penyederhanaan Perizinan
Usaha: Sebuah Evaluasi Atas Dampak Pusat layanan Perizinan Terpadu (PLPT).
Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai