Anda di halaman 1dari 15

Menghitung

Pajak Penghasilan Pasal 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 atau di singkat PPh Pasal 22 adalah salah satu
bentuk pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan
oleh pihak lain terhadap Wajib Pajak. PPh Pasal 22 dikenakan terhadap
kegiatan perdagangan barang. Pada umumnya PPh Pasal 22 dikenakan
pada perdagangan barang yang dianggap "menguntungkan" sehingga
penjual atau pembeli kemungkinan besar akan mengalami keuntungan
dan dengan demikian, Wajib Pajak tersebut akan dikenakan cicilan pem-
bayaran Pajak Penghasilan.

Ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit dibandingkan dengan


ketentuan tentang pemotongan PPh yang lain, seperti PPh Pasal 21
ataupun PPh Pasal 23. Hal ini karena sangat bervariasinya objek,
pemungut, dan bahkan tarifnya.

Latihan file dalam bab ini dapat diunduh dari tautan berikut.

https://dl.dropboxusercontent.com/u/50645035/PerpajakanDgnExcel.rar

47
Tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan PPh yang dipungut oleh
Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah,
lembaga-lembaga negara lainnya dan badan pemerintah maupun swasta
berkenaan atas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor
barang/jasa, pembelian barang menggunakan dana APBN/APBD dan
non-APBN/APBD dan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Pemungut dan Objek PPh Pasal 22


Tabel berikut menjelaskan secara ringkas daftar pemungut dan objek PPh
Pasal 22 (http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-
22).

Pemungut PPh Pasal 22 Objek Pemungutan

Bank Devisa/ Ditjen Bea Cukai Impor barang

Ditjen Perbendaharaan/Bendahara Pembayaran atas pembelian barang


Pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)

KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Pembayaran atas pembelian barang
Membayar yang diberi delegasi oleh KPA kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS)

Badan Usaha yang bergerak dalam Atas penjualan hasil produksinya di


bidang usaha industri semen, industri dalam negeri.
rokok, industri kertas, Industri baja, dan
industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Produsen atau importir bahan bakar Atas penjualan bahan bakar minyak,
minyak, gas, dan pelumas gas, dan pelumas.

WP Badan yang melakukan penjualan Penjualan Barang Sangat Mewah


Barang Sangat Mewah

Industri dan eksportir yang bergerak Pembelian bahan-bahan untuk


dalam sektor perhutanan, perkebunan, keperluan industri atau ekspor mereka
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk dari pedagang pengumpul.
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak

48
Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010,
yaitu:

1. Diberikan dengan Surat Keterangan Bebas:

1.1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPH.

1.2. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang


perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.

2. Dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai:

2.1. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan/atau Pajak
Pertambahan Nilai.

2.2. Impor sementara jika saat impornya nyata-nyata dimaksudkan


untuk diekspor kembali.

3. Dilaksanakan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB):

3.1. Pembelian barang yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000


dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

3.2. Pembelian untuk BBM, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-


benda pos.

3.3. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh


Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

3.4. Pembelian gabah dan/atau beras oleh Bulog.

3.5. Pembelian barang menggunakan dana Bantuan Operasional


Sekolah (BOS).

3.6. Impor kembali yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

49
Tarif PPh Pasal 22
Bagi WP yang tidak memiliki NPWP, maka besarnya pemungutan PPh
Pasal 22 lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan kepada WP
yang memiliki NPWP. Selain itu, yang memiliki API (Angka Pengenal
Importir) dan tidak memiliki API, tarif PPh Pasal 22 juga berbeda.

Jenis Kegiatan Tarif (Dengan NPWP) Sifat


Importir API kecuali atas impor 2,5% dari nilai Impor (CIF+ Tidak Final
kedelai, gandum dan tepung Bea Masuk dan Pungutan
terigu lain sesuai UU Pabean)
Importir API untuk Impor 0,5% dari nilai Impor Tidak Final
Kedelai, Gandum dan tepung
terigu
Importir non API 7,5% dari nilai Impor Tidak Final
Yang tidak dikuasai (Barang 7,5% dari harga jual lelang Tidak Final
Impor yang dilelang DJBC)
Pembayaran atas pembelian 1,5% dari harga pembelian Tidak Final
barang oleh bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran
Penjualan BBM, Gas, pelumas SPBU SPBU
oleh Produsen atau importir BBM, Swasta Pertamina
Gas dan Pelumas
Premium 0,3% 0,25% Penyerahan
kepada Agen
bersifat final
Solar 0,3% 0,25%
Premix / Super TT 0,3% 0,25%
Minyak Tanah 0,3%
Gas LPG 0,3%
Pelumas 0,3%
Penjualan barang produksi
Industri Kertas 0,10% dari DPP PPN Tidak Final
Industri Semen 0,25% dari DPP PPN Tidak Final
Industri Otomotif 0,45% dari DPP PPN Tidak Final
Industri Baja 0,30% dari DPP PPN Tidak Final

50
Pembelian bahan untuk keperluan 0,25% dari harga beli Tidak Final
industri atau ekspor dari sebelum PPN
pedagang pengumpul
Penjualan barang yang tergolong 5% dari harga jual tidak Tidak Final
sangat mewah termasuk PPN

Barang yang tergolong sangat mewah, antara lain terdiri atas rumah
beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan luas bangunan lebih dari
500 m2 (lima ratus meter persegi) dan apartemen, kondominium, dan
sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan/atau luas bangunan lebih
dari 400 m2 (empat ratus meter persegi). Daftar yang lebih rinci dapat
dibaca dari situs Direktorat Jenderal Pajak
(http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-22) pada
bagian Tarif PPh Pasal 22 untuk paragraf Atas Penjualan.

Contoh 1

PT. Semesta Alam importir pemegang API mengimpor peralatan ter-


masuk barang mewah kelompok 40% dengan nilai CIF (Cost, Insurance
& Freight) US$ 1,000. Ia harus membayar bea masuk 30% dengan kurs
US 1 = Rp 10.000. PPh Pasal 22 apabila importir memiliki API dihitung
sebagai berikut dengan tarif 2,5%.

Bea Masuk (yang terdiri atas bea masuk dan bea masuk tambahan
masing-masing 10% dan 20%) pada sel B4 dihitung dengan rumus
berikut.
=B3*30%

PPh 22 yang berlaku untuk importir yang memiliki Angka Pengenal


Importir (API) pada sel B7 dihitung dengan rumus berikut.
=B5*2.5%

PPh 22 yang berlaku untuk importir yang tidak memiliki API pada sel
B13 dihitung dengan rumus berikut.

51
=B5*7.5%

Contoh 2

PT Semesta Alam mengimpor barang dari Malaysia dengan harga


US$ 20,000. Asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga
barang dan biaya angkut sebesar 10% dari harga barang. Bea masuk dan
bea masuk tambahan masing-masing 10% dan 20% dengan kurs 1 US$ =
Rp 10.000.

Berapa jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut jika PT Semesta Alam


memiliki API dan berapa jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut jika
PT Semesta Alam tidak memiliki API.

Berapa jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut jika PT Semesta Alam tidak
memiliki API dan mengimpor melalui PT. Omya yang memiliki API
dengan biaya handling sebesar 1,5% dari nilai impor.

PPh pasal 22 jika PT Semesta Alam memiliki API (pada sel B12) dihitung
dengan rumus sebagai berikut (PPh pasal 22 = 2,5% x Nilai Impor).

52
=2.5%*B10

PPh pasal 22 jika PT Semesta Alam tidak memiliki API (pada sel B14)
dihitung dengan rumus sebagai berikut (PPh pasal 22 = 7,5% x Nilai
Impor).
=7.5%*B10

PPh pasal 22 untuk pembayaran atas pembelian barang oleh bendahara


dihitung dengan rumus sebagai berikut (PPh pasal 22 = 1,5% x DPP).
=1.5%*B6

Contoh 3

Pada tanggal 10 Januari 2014 Bendahara membeli 4 (empat) buah kom-


puter dari PT Compusurvindo seharga Rp 22.000.000,- (harga termasuk
PPN). Besarnya pemotongan/pemungutan pajak atas pembelian kom-
puter tersebut sebagai berikut.

53
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pada sel B6 dihitung dengan rumus
berikut (100/110 x Harga Beli).
=100/110*B5

PPh pasal 22 pada sel B7 dihitung dengan rumus sebagai berikut (1,5% x
DPP).
=1.5%*B6

Atas pembayaran untuk pembelian komputer dipungut PPN pada sel B12
yang dihitung dengan rumus sebagai berikut (10% x DPP).
=10%*B11

Kewajiban bendahara atas PPh Pasal 22 dan PPN yang telah dipungut
adalah melakukan pengecekan keabsahan Faktur Pajak yang telah diisi
dengan data Wajib Pajak PT Compusurvindo lalu menyetorkan PPh
Pasal 22 dan PPN dengan cara berikut:

1. Membuat Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 22 (disetor ke bank/


kantor pos pada hari yang sama dengan pembayaran) dan SSP PPN

54
(disetor ke bank/kantor pos selambat-lambatnya tanggal 7 Februari
2014) atas nama PT Compusurvindo dan ditandatangani oleh benda-
hara.

2. Menyerahkan dokumen Surat Pemberitahuan Masa (SPM) dileng-


kapi dengan SSP dan Faktur Pajak ke KPPN;

Setelah terbit SP2D, bendahara menyerahkan:

1. SSP PPh Pasal 22 dan SSP PPN lembar ke-1 yang telah disahkan oleh
KPPN; dan

2. Faktur Pajak lembar ke-2 kepada PT Compusurvindo.

3. Melaporkan SPT Masa PPh Pasal 22 selambat-lambatnya tanggal


14 Februari 2014 ke KPP Pratama Terdaftar dilengkapi dengan:

3.1. Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22

3.2. SSP lembar ketiga

4. Melaporkan SPT Masa PPN selambat-lambatnya tanggal 28 Februari


2013 ke KPP Pratama Terdaftar.

Contoh 4

PT Jaya yang telah mempunyai API mengimpor barang elektronik dengan


harga faktur US$ 100.000, biaya asuransi sebesar 2% dan biaya angkut
sebesar 5% dari harga faktur. Bea masuk dan bea masuk tambahan
masing-masing 10% dan 20% dari CIP dengan kurs 1 US$ = Rp 12.500.

Nilai Impor (NI) pada sel B10 dihitung dengan rumus berikut (Total CIF
+ Bea Masuk).
=B6+B8

PPh pasal 22 jika PT Jaya memiliki API pada sel B12 dihitung dengan
rumus sebagai berikut (2,5% x Nilai Impor).
=2.5%*B10

55
PPh pasal 22 jika PT Jaya tidak memiliki API pada sel B14 dihitung
dengan rumus sebagai berikut (7,5% x Nilai Impor)
=7.5%*B10

Contoh 5

PT KIA Motors, importir mobil yang telah memiliki Angka Pengenal


Impor (API), mengimpor 50 unit mobil dari Korea, dengan harga faktur
$US 10,000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan
dengan impor mobil tersebut masing-masing adalah 2% dan 3%.

Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA Motors sebesar 5% dari CIF dan bea
masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu ditetapkan oleh
Menteri Keuangan sebesar $1 US = Rp 9.000. Berapa PPh pasal 22 yang
harus dibayar?

Harga Faktur pada sel B3 dihitung dengan rumus berikut (Jumlah unit x
Harga per unit x Kurs).
=50*10000*9000

56
Nilai Impor (NI) pada sel B11 dihitung dengan rumus berikut (Total CIF
+ Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan).
=B6+B8+B9

PPh pasal 22 yang harus dipungut oleh PT Kia Motors yang memiliki API
pada sel B13 dihitung dengan rumus sebagai berikut (2,5% x Nilai
Impor).
=2.5%*B11

Contoh 6

PT Aviasi Nusantara yang merupakan Perusahaan Angkutan Udara Niaga


Nasional pada bulan Januari 2015 melakukan impor peralatan simulasi
penerbangan pesawat terbaru untuk keperluan para pilotnya. Nilai impor
(termasuk Bea Masuk dan pungutan pabean lainnya) peralatan simulasi
tersebut sebesar Rp 1.200.000.000. PT Aviasi telah memiliki API (Angka
Pengenal Impor). Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh
Pasal 22 terkait transaksi tersebut?

57
Peralatan simulasi penerbangan yang diimpor oleh PT Aviasi tidak
termasuk dalam 19 kelompok barang yang bebas dari pungutan PPh Pasal
22 impor sehingga PPh Pasal 22 impor sebesar 2.5% wajib disetor oleh
PT Aviasi sebagai berikut.
2.5% x Rp 1.200.000.000 = Rp 30.000.000

Contoh 7

Perusahaan Lelang Negara telah melelang barang sitaan senilai


Rp 500.000.000. Berapa PPh pasal 22 yang harus dipungut?
PPh Pasal 22 = 7.5% x Rp 500.000.000 = Rp 37.500.000

Contoh 8

Pemkot Surabaya melakukan kontrak perbaikan jalan dengan


PT Adikarya senilai Rp 600.000.000. Berapa PPh Pasal 22 yang harus
dipungut oleh Pemda Surabaya?
PPh Pasal 22 = 1.5% x Rp 600.000.000 = Rp 9.000.000

Contoh 9

PT Rubber Jaya adalah eksportir karet yang telah ditunjuk oleh KPP
sebagai pemungut PPh Pasal 22, melakukan transaksi sebagai berikut.

} Tanggal 9 Januari 2015 membeli bahan olah karet dari


PT Perkebunan Nusantara yang menjual bahan olah karet hasil
perkebunan sendiri senilai Rp 600.000.000, dan

} Tanggal 21 Januari 2015 membeli bahan olah karet dari Bapak Eko,
seorang pedagang besar yang membeli hasil karet dari petani karet di
sekitar daerahnya senilai Rp 100.000.000.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan terkait transaksi


tersebut?

58
PT Rubber Jaya melakukan pemungutan PPh Pasal 22 hanya atas
transaksi dengan Bapak Eko karena PT Perkebunan Nusantara tidak
termasuk dalam pengertian pedagang pengumpul.

PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh PT Rubber Jaya adalah:


0.25% x Rp 100.000.000 = Rp 250.000

Contoh 10

PT Aviasi Nusantara juga melakukan impor pesawat terbang terbaru yang


akan digunakan sendiri untuk melayani pengangkutan penumpang rute
domestik. Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22
terkait transaksi tersebut?

Pesawat udara yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan


Udara Niaga Nasional dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22.
Dengan demikian, atas impor pesawat yang akan digunakan oleh
PT Aviasi tidak dipungut PPh Pasal 22.

Contoh 11

Bulan Februari 2015, Ibu Mary kembali ke Indonesia setelah selama dua
minggu berada di Malaysia untuk liburan. Saat pulang ke Indonesia,
Ibu Mary membawa sebuah jam tangan senilai US$ 200 yang dibeli di
Malaysia. Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22
terkait transaksi tersebut?

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkutan, pelintas batas,


dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan kepabeanan, termasuk dalam kelompok
barang yang atas impornya dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22.

Berdasarkan ketentuan kepabeanan, sejak 1 Januari 2011 batas nilai


barang bawaan penumpang yang tidak dikenakan bea masuk adalah US$
250. Karena barang bawaan Ibu Mary dari Malaysia masih berada di

59
bawah batas nilai pembebasan bea masuk, maka atas impor tersebut tidak
dipungut PPh Pasal 22.

Contoh 12

Pada tanggal 09 Agustus 2014, PT Pakuwon menjual satu unit apartemen


senilai Rp 10.500.000.000 (tidak termasuk PPN dan PJBM) kepada
Ibu Jessica. Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22
terkait transaksi tersebut?

Ibu Jessica memungut PPh Pasal 22 atas penjualan apartemen tersebut


sebesar:
5% x Rp 10.500.000.000 = Rp 525.000.000

WP badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat


mewah, antara lain apartemen, kondominium dan sejenisnya, dengan
harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000 dan/atau luas
bangunan lebih dari 400m2, wajib memungut PPh Pasal 22 sebesar 5%
dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.

Contoh 13

KPP Surabaya membeli satu unit komputer dengan nilai sebesar


Rp 8.000.000 dan PPN sebesar Rp 800.000. Bagaimana kewajiban
pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22 terkait transaksi tersebut?

PPh Pasal 22 yang dipungut adalah sebagai berikut.


1,5% x Rp 8.000.000 =Rp 120.000,00

PPN yang dipungut adalah sebagai berikut.


10% x Rp 8.000.000 =Rp.800.000,00

Total PPN dan PPh dipungut Rp 920.000,00

Jumlah uang yang dibayarkan kepada rekanan sebagai berikut.


Rp 8.000.000 Rp 120.000 =Rp.7.880.000

60
Contoh 14

Kantor Dinas Surabaya membeli barang berupa meja kerja yang ter-
cantum dalam kontrak dengan nilai sebesar Rp 22.000.000 termasuk PPN,
perhitungan pemungutan PPN dan PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut.

Nilai Kontrak (termasuk PPN) Rp 22.000.000.


PPN = 10/110 x Rp 22.000.000 = Rp 2.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 22.000.000 - Rp 2.000.000 = Rp
20.000.000,00

Total tagihan dalam kuitansi yang dibuat oleh rekanan Rp 22.000.000.

PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:


1.5% x Rp 20.000.000 = Rp 300.000

PPN yang dipungut adalah:


10% x Rp.20.000.000 = Rp 2.000.000

Total PPN dan PPh yang dipungut adalah:


Rp 2.000.000 + Rp 300.000 = Rp.2.300.000

Jumlah uang yang dibayarkan kepada rekanan Rp 20.000.000 -


Rp 300.000 = Rp 19.700.000.

61

Anda mungkin juga menyukai