NPM : 11220103
Kelas : 3EA10
TUGAS KPUM (M8)
PPh 22
Melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 92/PMK.03/2019 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib
Pajak Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pemberi atas Penjualan Barang yang
Tergolong Sangat Mewah, pemerintah melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh
Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
Pajak Penghasilan atau PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang pemungutannya
dilakukan oleh bendaharawan atau badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta
yang melakukan kegiatan ekspor dan impor serta re-impor maupun kegiatan usaha lain.
PPh 22 Bendaharawan
Tarif Pajak
Besar tarif pajak penghasilan pasal 22 menurut UU PPh dan diatur dalam PMK No.
34/PMK.010Tahun 2017, yakni:
DPP adalah harga jual, nilai ekspor/impor, penggantian, atau nilai yang dipakai sebagai
dasar dari perhitungan besarnya pajak yang terutang. DPP ini merupakan nilai dasar yang
digunakan untuk menghitung pajak terutang seperti PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh pasal 4
ayat (2), dan PPN.
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu
Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakanberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Jika wajib pajak tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka akan
dikenakan tarif 100% dari pada tarif umum PPh Pasal 22 yang berlaku.
Pemungut PPh Pasal 22
Sebagaimana disebutkan dalam UU PPh No. 7 Tahun 1983 yang beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008, pemungut PPh Pasal 22 yaitu wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22
imporbarang.
2. Bendara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-
lembaganegara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang.
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
Pembayaran Langsung (LS).
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaannegara yang dipisahkan, yang meliputi:
• PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya
(Persero), PT KrakatauSteel (Persero).
• Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas
pembelianbarang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri
baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualanbahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri
hulu,termasuk industri hulu yang terintegrasi antara hulu dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:
• Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan;
• Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
Perhitungan
Cost $300.000
Jawab:
Nilai kontrak termasuk PPN Rp. 77.000.000
Jadi, besar PPh 22 yang dipungut oleh dinas Pendidikan kota Surabaya sebesar Rp. 1.155.000.
PT Makmur merupakan perusahaan tekstil dan membeli bahan tekstil untuk produksinya
yang akan di ekspor dari pedagang pengepul PT Sentosa senilai Rp. 100.000.000. bagaimana
perhitungan PPh 22?
Jawab :
PT Jaya menjual hasil produksinya berupa semen kepada PT Dido senilai Rp. 1.110.000.000.
harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 11%. Bagaimana perhitungan PPN 22 atas
penjualansemen?
Jawab: