Anda di halaman 1dari 6

PAJAK Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang

dilakukan oleh satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Mengingat sangat bervariasinya obyek, pemungut dan bahkan tarifnya yang telah dibahas sebelumnya
pada bagian 1-4. Kini untuk lebih memahami perhitungan PPh Pasal 22, berikut adalah beberapa ulasan
contoh soal perhitungan PPh Pasal 22.

Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang oleh Instansi Pemerintah


Kasus dan Pertanyaan
PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor bagi Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan. Pada tanggal 1 Oktober 2015, PT DTC melakukan penyerahan barang kena pajak
dengan nilai kontrak sebesar Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22
yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan?
Jawaban
Nilai kontrak termasuk PPN

Rp11.000.000

DPP (100/110) x Rp11.000.000

Rp10.000.000

PPN dipungut (10% dari DPP)

Rp1.000.000

PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp10.000.000)

Rp150.000

Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan sebesar
Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja Negara atau belanja daerah yang dikecualikan
dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:

1.

Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah) yang
meliputi jumlah kurang dari Rp 1.000.000,00.

2.

Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air minum/PDAM, dan benda-benda


pos.

3.

Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor Perbendaharaan dan
Kas Negara.

Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor Barang


Kasus dan Pertanyaan
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari Jerman dengan harga faktur US$100.000.
Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang
ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar
negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.
Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan
Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh
Ditjen Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika tidak memiliki API?

Jawaban
(a)

Harga faktur (cost)

$100.000

(b)

Biaya Asuransi (insurance)

(5% x US$100.000)

$5.000

(C)

Biaya Angkut (freight)

(10% x US$100.000)

$10.000

CIF (cost, insurance &


freight)

(a+b+c)

(d)

CIF (dalam rupiah)

(US$115.000 x Rp10.000)

Rp1.150.000.000

(e)

Bea Masuk

(20% x Rp1.150.000.000)

Rp230.000.000

(f)

Bea Masuk Tambahan

(10% x Rp1.150.000.000)

Rp115.000.000

Nilai Impor

(d+e+f)

$115.000

Rp1.495.000.000

Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai Impor)
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai Impor)
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000

Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri Tertentu


Kasus dan Pertanyaan
1.

Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada PT Indah Bahagia
senilai Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

2.

Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas menjual hasil produksinya
senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

3.

Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada PT Adi Karya senilai
Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

Jawaban
PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:
1

DPP PPN : (100/110) x Rp825.000.000

Rp750.000.000

0,25% x Rp750.000.000

Rp1.875.000

DPP PPN : (100/110) x Rp550.000.000

Rp500.000.000

0,25% x Rp500.000.000

Rp500.000

PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:


2

PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:


3

DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 =


0,25% x Rp1.000.000.000

Rp1.000.000.000
Rp3.000.000

Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh Pertamina dan Badan Usaha Selain
Pertamina
Kasus dan Jawaban
PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas menyerahkan bahan bakar
minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU. Maka, berapakah PPh Pasal 22
yang dipungut?
Jawaban
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak adalah:
0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000
Demikian ulasan contoh soal perhitungan PPh Pasal 22. Untuk dapat mempelajari materi lain tentang
PPh Pasal 22, dapat dipelajari di sini.
- See more at: http://news.ddtc.co.id/artikel/8218/pph-pasal-22-5-contoh-soal-perhitungan-pph-pasal22/#sthash.BrBzAqXf.dpuf

Contoh Perhitungan PPh Pasal 22


CONTOH 1---PT Pasaribu Motors mengimpor barang dari Korea. PT Pasaribu Motors adalah
importir mobil yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit 50 mobil,
dengan harga faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan dengan
impor mobil tersebut masing-masing adalah 2% dan 3%. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA
Motors sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000. Berapa PPh pasal 22 yang harus
dibayar?Harga faktur : 50 unit x $10.000
$500.000
Biaya asuransi(2%)
$ 10.000
Biaya angkut(3%)
$ 15.000
-------------CIF
$525.000
Bea masuk: 5% x $525.000
$ 26.250
Bea masuk tambahan:20% x $525.000
$105.000
------------Nilai Impor
$ 656.250

Nilai Impor dalam rupiah:


$656.250 x Rp 9.000 = Rp 5.906.250.000,PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)

2,5%

Rp

5.906.250.000

Rp

147.656.250,-

CONTOH 2---PT Wiro mengimpor barang dari Jepang. PT Wiro tidak memilki Angka pengenal
Impor, adalah perusahaan percetakan yang mengimpor mesin Fotokopi dari Jepang sebanyak 20
unit barang. Harga faktur per unit sebesar US$500. Biaya asuransi dan biaya angkut antar daerah
pabean masing-masing 5% dan 10% dari harga faktur. Pungutan pabean lain yang sah adalah Rp
22.500.000,-. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada waktu itu adalah Rp 9.000.
Berapa PPh 22 yang harus dibayar?
Harga faktur 20 x $500
Biaya asuransi 5% x $10.000
Biaya angkut 10% x $10.000

$10.000
$ 500
$ 1.000
-----------CIF
$11.500
CIF dalam Rupiah $11.500 x Rp 9.000
=
Rp 103.500.000
Pungutan pabean lainnya
Rp 22.500.000
--------------------Nilai Impor
Rp 126.000.000
PPh 22 yang harus dipungut (tidak memiliki API):
Rp 126.000.000 x 7,5% = Rp 9.450.000

CONTOH 3---PT Traktor Bersatu, perusahaan penyewaan alat berat yang memiliki API,
mengimpor alat berat DOZER TRACTOR dari Jerman dengan harga faktur US$100.000. Biaya
asuransi sebesar US$5.000 dan ongkos angkut sebesar US$25.000. Kurs Tengah BI (BI rate)
waktu itu sebesar Rp 10.000 dan kurs pajak ditetapkan sebesar Rp 9.000 per US$1. Bea masuk
dibayar oleh PT Traktor Bersatu sebesar 30% dari CIF. Berapa PPh 22 yang harus dibayar dan
Buat jurnal atas pembelian ini.
Harga faktur
$100.000
Biaya asuransi
$ 5.000
Biaya angkut
$ 25.000
------------CIF
$130.000
CIF dalam rupiah $130.000 x Rp 9.000
= Rp 1.170.000.000
Bea masuk 30% x Rp 1.170.000.000
= Rp 351.000.000
-----------------------Nilai Impor
Rp 1.521.000.000
PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)
Rp 1.521.000.000 x 2,5% = Rp 38.025.000
JURNAL:
DOZER TRACTOR
Rp 1.300.000.000
Pajak Penghasilan pasal 22
Rp
38.025.000
Kas
Rp 1.338.025.000

CONTOH 4---PT ABC mengimppor barang dari USA dengan harga US$30.000. Asuransi yang
dibayar diluar negeri sebesar 5% dari harga dan biaya angkut sebesar 10% dari harga. Bea masuk
dan bea masuk tambahan masing-masing 10% dan 20%. (Berdasarkan kurs pajak US% = Rp
10.000). PT ABC tidak memiliki API dan mengimpor melalui PT XYZ; importir yang memiliki
API. Berdasarkan perjanjian kedua pihak, handling fee dtetapkan sebesar 1,5% dari harga impor.
Hitung PPh 22 yang harus dipungut dan Jurnal transaksi ini.
Harga faktur
$ 30.000
Biaya asuransi
$ 1.500
Biaya angkut
$ 30.000
------------CIF
$ 61.500
CIF dalam rupiah $61.500 x Rp 10.000
= Rp 615.000.000
Bea masuk 10% x Rp 615.000.000
= Rp 61.500.000
Bea masuk tambahan 20% x Rp 615.000.000 = Rp 123.000.000
-----------------------Nilai Impor
Rp 922.500.000
Pajak Penghasilan pasal 22= 2,5% X Rp 922.500.000 = Rp 23.062.500
Handling Fee = 1,5% x Rp 922.500.000 = Rp 13.837.500
JURNAL
Barang X (NI+Handling fee)
Rp 936.337.000
Pajak Penghasilan pasal 22
Rp 23.062.500
Kas
Rp 959.400.000
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PEMBELIAN OLEH INSTANSI
PEMERINTAH, BUMN/BUMD, DAN INSTANSI TERTENTU
CONTOH 1---Dinas Pendidikan Nasional Kota Yogyakarta membeli mebel dan peralatan kantor
lain dari PT Furniture senilai Rp 220.000.000 (termasuk PPN 10%). PPh 22 yang harus dipungut
oleh bendaharawan Dinas Pendidikan Nasional kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:
DPP PPN = (100/110) x Rp 220.000.000 = Rp 220.000.000
PPh pasal 22 = Rp 220.000.000 x 1,5% = Rp 3.000.000,CONTOH 2---PT TELKOM Jakarta Selatan pada bulan Maret 2005 telah melakukan beberapa
transaksi antara lain sebagai berikut:
1.
Melakukan pembelian benda-benda pos seperti perangko dan materai langsung ke PT
(persero) Pos Indonesia. Jumlah keseluruhan nilai pembelian benda-benda pos tersebut adalah
Rp 9.800.000
2.
Membayar tagihan pembelian kertas continous form dari PT Indah Kiat Paper sebesar
Rp 55.000.000 (termasuk PPN)
3.
Membayar tagihan pembelian paper clip dari CV Clip Baru dengan nilai total sebesar Rp
1.045.000 termasuk PPN
4.
Membayar tagihan atas pembelian semen kepada PT Indo Semen untuk pembangunan
kantor cabang sebesar Rp 65.000.000 (tidak termasuk PPN)

5.
Membayar tagihan listrik kepada PT PLN (persero) cabang Jakarta Selatan sebesar Rp
25.000.000
Pembelian Benda POS---Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, dan benda-benda pos, dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22,
sesuai dengan 236/KMK.03/2003
Pembelian Kertas---Atas pembelian kertas continous form dipungut PPh pasal 22 sebesar:
PPh 22= DPP PPN x tarif PPh 22
PPh 22= (100/110 x Rp 55.000.000) x 0,1%
PPh 22= Rp 50.000.000 x 0,1%
PPh 22= Rp 50.000 PPh ini tidak bersifat final dan dipungut oleh industri kertas pada saat
penjualan kertas dalam negeri.
Pembelian Paper Clip---Atas pembelian ini tidak dikenakan PPh pasal 22 karena DPP PPN-nya
(100/110 x Rp 1.045.000 = Rp 950.000) dibawah Rp 1.000.000 dan bukan merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.
Pembelian Semen---atas pembelian semen dipungut oleh industri semen sebesar:
PPh 22 = Rp 65.000.000 x 0,25% = Rp 162.500
Diposkan oleh Idris Sulaiman di 20.16

Anda mungkin juga menyukai