Anda di halaman 1dari 16

Pajak Penghasilan Pasal 22

Pengertian Pajak Penghasilan 22


• Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh 22) adalah bentuk
pomotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu
pihak terhadap Wajib Pajak yang berkaitan dengan kegiatan
perdagangan barang.
• Pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan
badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun
swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain.
• Pajak penghasilan menurut Dirjen Pajak adalah pajak
yang dipungut oleh a) Bendahara Pemerintah Pusat
atau Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, b) Badan-badan
tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain.
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
• Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
16/PMK.010/2016, yang menjadi objek PPh Pasal 22 dapat
disimpulkan sebagai berikut, yaitu :
1. Impor barang
2. Pembayaran atas penyerahan barang
Pemungut, Penyetor, dan Pelapor
Tarif PPh 22
Ilustrasi Tarif Penyerahan barang
Koperasi Medang Kamulan menandatangani kontrak dengan
Kantor Humas Pemprov Jawa Timur untuk menyediakan
furniture berbahan dasar kayu jati senilai Rp 350.000.000,00
untuk ditempatkan di ruang tunggu yang sedang dibangun
sebagai wujud pelaksanaan transformasi pemerintah daerah
menuju pelayanan prima. Berapakah besar beban PPh 22?

Jawaban:
Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000
= Rp 5.250.000,00
1. 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual bahan bakar minyak
yang dibeli dari Pertamina atau anak perusahaan Pertamina;
2. 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk
penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual bahan bakar minyak yang
dibeli selain dari Pertamina atau anak perusahaan Pertamina;
3. 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk
penjualan kepada pihak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b).
1. bahan bakar gas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai;
2. pelumas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

bahan bakar minyak


sebesar:
ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI KEPADA DISTRIBUTOR DI
DALAM NEGERI OLEH BADAN USAHA YANG BERGERAK DALAM
BIDANG USAHA INDUSTRI SEMEN, INDUSTRI KERTAS, INDUSTRI
BAJA, INDUSTRI OTOMOTIF, DAN INDUSTRI FARMASI, YAITU:

a.Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)


b.Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
c.Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
d.Otomotif (tidak termasuk alat berat) = 0.45% x DPP PPN (Tidak
Final)
e.Obat = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final) 10
Ilustrasi Aktivitas Impor
PT. Elang Perwira adalah importir alat- alat elektronik dari
jepang yang telah memiliki API. Pada bulan Januari 2015
memasukkan barang dengan cost US$ 20.000,- premi asuransi
yang dibayar di LN (Insurance) sebesar US$ 1.500,- dan biaya
angkut kapal ke pelabuhan tujuan (Freight) sebesar US$
3.500,-. Bea masuk yang hrs dibayarkan 5% dari CIF dan bea
masuk tambahan 20%, kurs yang ditetapkan Kemenkeu US$1 =
Rp. 13.000,-

Jawaban:
Jawaban:
Cost :20.000 x Rp.13000,- = Rp 260.000.000
Insurance : 1.500 x Rp.13000,- = Rp 19.500.000
Freigth : 3.500 x Rp.13000,- = Rp 45.500.000 +
CIF = Rp 325.000.000
Bea Masuk 5% = Rp 16.250.000
Bea Masuk tambahan 20% = Rp 65.000.000 +
Nilai impor = Rp 406.250.000
PPh Psl 22= 2,5% x Rp406.250.000 = Rp 10.156.250,-
Pengecualian PPh 22
• Pengecualian memerlukan bukti berupa Surat keterangan
Bebas PPh 22 yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak untuk:
 Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak
terutang PPh.
 Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan
perhiasan untuk diimpor.
• Pelaksanaan pengecualian dari pemungutan PPh 22 dilakukan
oleh Ditjen Bea dan Cukai, dengan tata cara yang diatur oleh
Dirjen Bea dan Cukai dan/ atau Ditjen Pajak.
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1.Impor barang dan atau penyerahan barang yang


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak
terutang PPh, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas
(SKB).
2.Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau
Pajak Pertambahan Nilai; dilaksanakan oleh DJBC.
3.Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali, dan dilaksanakan
oleh Dirjen BC.
4.Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang jumlahnya paling
banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda
pos.
6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk
tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.
7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara.
8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor
untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.
10. Pembelian barang dengan dana BOS
11. pembelian barang dengan nilai maksimal pembelian Rp 2.000.000,00 dengan tidak dipecah-
pecah dalam beberapa faktur;
12. pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos;
dan
13. pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).

Anda mungkin juga menyukai