Anda di halaman 1dari 24

PPH PASAL 22

DESI HANDAYANI
DASAR HUKUM DAN PERATURAN
TURUNANNYA
• UU PPh No 36 Tahun 2008
• PMK 253 Tahun 2008
• PER 53 Tahun 2009
• PMK 90 Tahun 2015
• PER 24 Tahun 2015
• PER 31 Tahun 2015
• PMK 34 Tahun 2017
• Lampiran PMK 34 Tahun 2017
• Lampiran PMK 110 Tahun 2018
• PMK 92 Tahun 2019
DEFENISI PPH PASAL 22

Merupakan pajak yang dipungut atas


• Aktivitas pembayaran atas penyerahan barang bagi institusi pemerintah atau BUMN
tertentu
• Aktivitas impor barang
• Aktivitas penjualan atau pembelian barang di industri tertentu
• Aktivitas penjualan barang sangat mewah
SUBJEK PPH PASAL 22

• Pemasok barang kepada pemerintah


• Importir/pengimpor barang atau pemasok/pembeli barang dari badan-badan tertentu
• Pembeli barang yang tergolong sangat mewah
PEMUNGUT, PENYETOR DAN PELAPOR

• Aktivitas Penyerahan Barang


• Bendahara pemerintah untuk mekanisme pembelian barang
• Bendahara pengeluaran untuk mekanisme Uang Persediaan (UP)
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM)
untuk mekanisme Pembayaran Langsung (LS)
• BUMN tertentu

• Aktivitas Impor
• Bank devisa
• Direktorat Jenderal Bea Cukai
PEMUNGUT, PENYETOR DAN PELAPOR

• Aktivitas Di Industri Tertentu


• Badan usaha yang ditunjuk Kepala KPP untuk penjualan hasil produksi dalam negeri di
industri semen, kertas, baja, otomotif dan farmasi.
• Produsen atau importir BBM, BBG dan pelumas untuk penjualan komoditas tersebut
• Industri atau eksportir yang ditunjuk Kepala KPP untuk pembelian bahan keperluan di sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
BUMN PEMUNGUT

• Persero Non Perbankan


• Pertamina, PLN, PGN, Telkom, Garuda Indonesia, Pembangunan Perumahan (PP), Wijaya
Karya, Adhi Karya, Hutama Karya, Krakatau Steel, BULOG.

• Seluruh Bank BUMN


OBJEK DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN

• Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan


perundang-undangan tidak terutang PPh
• Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN
• Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor
kembali
• Impor kembali, yang meliputi barang-barang yang diimpor kembali dalam kualitas yang
sama atau barang yang telah diekspor untuk perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang
memenuhi syarat yang ditentukan Ditjen Bea dan Cukai
OBJEK DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN

• Pembayaran atas pengadaan barang bagi institusi pemerintah jika maksimal


Rp2.000.000,00 atau bagi BUMN maksimal Rp10.000.000,00 dan tidak merupakan
pembayaran terpecah-pecah; atau jika ditujukan untuk pembelian BBM, listrik, BBG,
pelumas, air minum/PDAM, dan benda pos
• Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perum Bulog
• Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas yang
ditujukan untuk ekspor
• Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOS
PENGECUALIAN PPH PASAL 22
Pengecualian memerlukan bukti berupa Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak
untuk:
• Impor barang dan/atau penyerahan barang yang tidak terutang PPh
• Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan perhiasan untuk diimpor

Pelaksanaan pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk dan/atau PPN, serta impor sementara dilakukan oleh Ditjen Bea Cukai, dengan tata acara yang diatur oleh
Ditjen Bea Cukai dan/atau Dirjen Pajak.

Pengecualian atas hal lain tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas


TARIF PAJAK
• Aktivitas Penyerahan Barang
• 1.5% dari harga pembelian

• Aktivitas Impor
• 2.5% dari nilai impor bagi pengguna API
• 0.5% dari nilai impor untuk impor kedelai, gandum, tepung terigu, bagi pengguna API
• 7.5 dari nilai impor bagi non pengguna API
• 7.5% dari harga jual lelang untuk barang yang tidak dikuasai

• Aktivitas di Industri Tertentu untuk Penjualan Hasil Produksi Dalam Negeri


• 0.1% dari DPP PPN di industri kertas
• 0.25% dari DPP PPN di industri semen
• 0.45% dari DPP PPN di industri otomotif
• 0.3% dari DPP PPN di industri baja
• 0.3% dari DPP PPN di industri farmasi
TARIF PAJAK
• Aktivitas di Industri Tertentu untuk Penjualan BBM, BBG dan Pelumas
• 0.25% dari harga jual BBM untuk penjualan ke SPBU Pertamina
• 0.3% dari harga jual BBM untuk penjualan ke SPBU Non Pertamina atau pihak lain
• 0.3% dari harga jual minyak tanah
• 0.3% dari harga jual BBG
• 0.3% dari harga jual pelumas
• 0.45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merk,
Agen Pemegang Merk atau Importir Umum
• 0.25% dari harga beli untuk pembelian di industri kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan dan
perikanan.
SANKSI TARIF

Bagi WP yang tidak memiliki NPWP,


tarif lebih tinggi 100% untuk PPH Pasal 22 tidak
final
SAAT TERUTANG DAN PELUNASAN
Pemungutan pajak terutang dilakukan saat pembayaran kecuali ditetapkan berlainan oleh Menkeu. Pengecualian
tersebut antara lain:
• Kegiatan impor: saat pembayaran bea masuk, kecuali jika pembayaran bea masuk ditunda/dibebaskan, pemungutan
dilakukan saat penyelesaian PIB
• Kegiatan pembelian barang: saat pembayaran
• Pembelian hasil produksi: saat penjualan
• Penjualan hasil produksi/Pengolahan barang: saat penerbitan delivery order

Penyetoran hasil pungutan dilakukan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos


PENCATATAN TRANSAKSI PPH PASAL 22
BENDAHARAWAN NEGARA DAN IMPOR
• PPh Pasal 22 Dipungut Bendaharawan Negara
• Jumlah pajak yang dipungut oleh bendaharawan merupakan pengurang kas yang diterima, dicatat sebagai
pembayaran pajak dimuka
• PPN dan PPnBM tidak dicatat, namun bukti potongnya dimintakan untuk memperoleh restitusi pajak

• PPh Pasal 22 atas Impor


• Jumlah PPh Pasal 22 yang dibayarkan, dicatat sebagai pajak dibayar dimuka
• Untuk Bea Masuk dan PPnBM menjadi penambah nilai persediaan
PENCATATAN TRANSAKSI PPH PASAL 22
INDUSTRI TERTENTU
• Pihak Pemungut
• Mencatat penerimaan kas dan mengajui utang pajak, sebab harus disetor ke negara

• Pihak yang Dipungut


• Mencatat pembayaran tersebut sebagai pajak dibayar dimuka pada saat pembelian, sebab kewajiban
perpajakannya telah dipenuhi
ILUSTRASI
Koperasi Jasa Prima menerima pembayaran dari Kantor Dinas Pendidikan atas penyediaan peralatan kantor
senilaiRp450.000.000,00. Berapakah beban PPh Pasal 22 dan bagaimana penjurnalannya (metode periodik)
Jawaban:
• Beban PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp450.000.000,00 = Rp6.750.000,00

Pencatatan oleh Koperasi Jasa Prima


Kas 443.250.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh Pasal 22 6.750.000,00
Penjualan 450.000.000,00
Pencatatan oleh Dinas Pendidikan
Peralatan kantor 450.000.000,00
Kas 443.250.000,00
Utang PPh Pasal 22 6.750.000,00
ILUSTRASI

CV ATS mengirimkan tagihan ke Pemprov Riau atas pengadaan barang sebesar Rp440.000.000,00 termasuk PPN.
Pengadaan barang tersebut dikenai pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5%. Harga pokok penjualan atas barang tersebut
adalah Rp315.000.000,00. Bagaimanakah CV ATS melakukan penjurnalan?
Jawaban:
Piutang Dagang 434.000.000,00
Pajak Dibayar Dimuka PPh Pasal 22 6.000.000,00
Penjualan 400.000.000,00
PPN Keluaran 40.000.000
Harga Pokok Penjualan 315.000.000,00
Persediaan 315.000.000,00
ILUSTRASI - IMPOR
PT Afid Ribut (tidak menggunakan API) melakukan transaksi jual beli dengan Conica Ltd. yang berada di Singapore. Nilai kontrak $50.000.000. PT
Afid Ribut mengasuransikan pengiriman barang dari Singapore dengan biaya premi sebesar 10% dari kontrak pembelian, dengan biaya
pengangkutan senilai $2.500.000,00. Bea masuk dan pungutan lain masing-masing senilai 20% dari CIF dan Rp5.000.000,00. Kurs yang ditetapkan
oleh Menkeu adalah Rp13.500,00/$ dan kurs BI adalah 13.450,00/$. Berapa besar beban PPh Pasal 22
Jawaban:
Cost $50.000.000
Insurance (10%) $5.000.000
Freight $2.500.000+
CIF $57.500.000
(Rp13.500x57.500.000) 776.250.000.000
Bea masuk (20%) 155.250.000.000
Pungutan lain 5.000.000+
Nilai Impor 931.505.000.000
Beban PPh Pasal 22 (7.5%xNI) 69.862.875.000
PPN (10%xNI) 93.150.500.000
Pencatatan utk aktivitas impor:
Persediaan 931.505.000.000
Pajak dibayar dimuka (PPh Pasal 22) 69.862.875.000
PPN Masukan 93.150.500.000
Kas 1.094.518.375.000
ILUSTRASI
Koperasi Bukit Bintang mengadakan penjualan kepada Tn. Afid atas 100 rim kertas dengan nilai total
Rp55.000.000,00 termasuk PPN. Bahan baku kertas dikenai PPh Pasal 22 sebesar Rp175.000,00.
Berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut Koperasi Bukit Bintang dan bagaimana penjurnalannya dg
metode periodik?
PPh Pasal 22 = 0,1% x (100/110) x 55.000.000 = 50.000
Pencatatan:
Piutang Dagang 55.050.000
Penjualan50.000.000
PPN Keluaran 5.000.000
Utang PPh Pasal 22 50.000
ILUSTRASI
CV Indah Stock merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pencetakan plat baja untuk keperluan industri.
Perusahaan mencatatkan sebuah transaksi penjualan kredit sebesar Rp575.000.000,00 tidak termasuk PPN dan PPh
Pasal 22 (tarif 0,3%). Harga pokok penjualan sebesar Rp465.000.000,00. Bagaimana pencatatan pada sisi penjual
maupun pembeli?
Penjual: Pembeli:
Piutang Dagang 634.225.000 Persediaan 575.000.000
Penjualan 575.000.000 PPN Masukan 57.500.000
PPN Keluaran 57.500.000 Pjk byr dimuka PPh Pasal 22 1.725.000
Utang PPh Pasal 22 1.725.000 Utang Dagang 634.225.000
Harga Pokok Penjualan 465.000.000
Persediaan 465.000.000
ILUSTRASI
CV Duta melakukan pembelian10 keranjang ikan baung senilai Rp2.000.000 per keranjang
untuk keperluan ekspor, dengan biaya pengiriman sebesar Rp50.000,00 ditanggung oleh Tn.
Orie sebagai pedagang pengumpul. Jika Tn. Orie tidak memiliki NPWP, berapakah besar
PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh CV Duta.
Jawaban:
PPH Pasal 22 = 200% x 0.25% x 10 x Rp2.000.000
= 100.000,00
ILUSTRASI
CV Delingga menandatangani kontrak dengan Pemerintah Kota Padang untuk melakukan penyediaan ATK
senilai Rp220.000.000,00.
• Berapakah besaran PPh Pasal 22?
• Jika kontrak tersebut meliputi penyediaan 1000lbr perangko nominal Rp10.000,00 at cost, berapakah
besar PPh Pasal 22
Jawaban:
• PPh Pasal 22 = 1,5% x 220,000.000,00
= 3.300.000,00
• PPh Pasal 22 = 1,5% x (220.000.000 – 10.000.000)

= 3.150.000,00

Anda mungkin juga menyukai