Anda di halaman 1dari 29

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 61/PMK.03/2022
TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk meningkatkan kepastian hukum,


mendorong peran serta masyarakat, dan memberikan
kemudahan dan penyederhanaan administrasi
perpajakan serta rasa keadilan atas kegiatan membangun
sendiri, perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan
mengenai pajak pertambahan nilai atas kegiatan
membangun sendiri;
b. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012 tentang Batasan dan Tata Cara
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri belum dapat menampung
penyesuaian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, serta untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 16C dan Pasal 16G huruf
i Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
/
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -

2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, perlu


menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri;

Mengingat 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6736);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2020 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 98);
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
1031);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PAJAK
PERTAMBAHAN NILA! ATAS KEGIATAN MEMBANGUN
SENDIRI.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -

Pasal 1
Dalarn Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Pajak Pertarnbahan Nilai adalah Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertarnbahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah beserta perubahannya.
2. Pajak Pertarnbahan Nilai adalah Pajak Pertarnbahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalarn Undang-Undang Pajak
Pertarnbahan Nilai.
3. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertarnbahan Nilai.
4. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertarnbahan Nilai.
5. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
6. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan
Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai.
7. Surat Setoran Pajak atau Sarana Administrasi Lain yang
Disarnakan dengan Surat Setoran Pajak yang selanjutnya
disebut Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran
atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.
8. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalarn administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas Wajib Pajak dalarn melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
9. Masa Pajak adalahjangka waktu yang menjadi dasar bagi
Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan

!/
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -

melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka


waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
10. Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor
wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.

Pasal 2
(1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan
membangun sendiri.
(2) Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terutang bagi orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri.
(3) Kegiatan membangun sendiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kegiatan membangun bangunan,
baik bangunan baru maupun perluasan bangunan lama,
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
(4) Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa
1 (satu) atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah
dan/atau perairan dengan kriteria:
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton,
pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/ atau
baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha; dan
c. luas bangunan yang dibangun paling sedikit 200m2
(dua ratus meter persegi).
(5) Kegiatan membangun sendiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan secara:
a. sekaligus dalam suatu jangka waktu tertentu; atau

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -

b. bertahap sebagai satu kesatuan kegiatan sepanjang


tenggang waktu antara tahapan membangun tersebut
tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
(6) Dalam hal tenggang waktu antara tahapan kegiatan
membangun bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf b lebih dari 2 (dua) tahun, kegiatan tersebut
merupakan kegiatan membangun bangunan yang terpisah
sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).
(7) Termasuk dalam kegiatan membangun sendiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yaitu kegiatan
membangun bangunan oleh pihak lain bagi orang pribadi
atau badan namun Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
tersebut tidak dipungut oleh pihak lain.
(8) Pihak lain memungut Pajak Pertambahan Nilai atas
kegiatan membangun bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
(9) Orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) dapat dikecualikan dari tanggung jawab untuk
membayar Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri sepanjang dapat memberikan data
dan/atau informasi yang benar dari pihak lain tersebut,
yang paling sedikit meliputi:
a. identitas; dan
b. alamat lengkap.
(10) Ketentuan mengenai contoh kegiatan membangun sendiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
(1) Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dihitung, dipungut, dan disetor oleh orang
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri dengan besaran tertentu.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -

(2) Besaran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan hasil perkalian 20% (dua puluh persen)
dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak.
(3) Dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berupa nilai tertentu sebesar jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/ atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan untuk setiap Masa Pajak sampai
dengan bangunan selesai, tidak termasuk biaya perolehan
tanah.

Pasal 4
(1) Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan sampai dengan bangunan selesai.
(2) Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan
membangun sendiri yaitu di tempat bangunan tersebut
didirikan.

Pasal 5
(1) Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) wajib disetor ke kas negara dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat tanggal
15 (lima belas) bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak.
(2) Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diisi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
(3) Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah
kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat orang
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri terdaftar, kolom Nomor Pokok Wajib Pajak pada
Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi atau
badan tersebut.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-7 -

(4) Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah


kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berbeda
dengan kantor pelayanan pajak tempat orang pribadi atau
badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
terdaftar, Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kolom Nomor Pokok Wajib Pajak diisi dengan:
1. angka O (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama;
2. angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
bangunan tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit
berikutnya; dan
3. angka O (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir;
b. kolom nama Wajib Pajak diisi nama dan Nomor Pokok
Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri; dan
c. kolom alamat Wajib Pajak diisi alamat tempat
bangunan didirikan.
(5) Dalam hal orang pribadi yang melakukan kegiatan
membangun sendiri belum memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kolom Nomor Pokok Wajib Pajak diisi dengan:
1. angka O (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama;
2. angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
bangunan tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit
berikutnya; dan
3. angka O (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir;
b. kolom nama Wajib Pajak diisi nama orang pribadi
yang melakukan kegiatan membangun sendiri; dan
c. kolom alamat Wajib Pajak diisi alamat tempat
bangunan didirikan.
(6) Kewajiban untuk menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri dalam haljumlah Pajak Pertambahan

t/
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -

Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dalam


Masa Pajak bersangkutan nihil.

Pasal 6
(1) Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1) yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3); atau
b. Pasal 5 ayat (2) dan ayat (4),
merupakan dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan faktur pajak.
(2) Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam dokumen
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sepanjang
memenuhi ketentuan pengkreditan Pajak Masukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Pasal 7
(1) Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. orang pribadi atau badan yang merupakan
Pengusaha Kena Pajak melaporkan penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai dalam surat pemberitahuan masa
Pajak Pertambahan Nilai ke kantor pelayanan pajak
terdaftar; dan
b. orang pribadi atau badan yang bukan merupakan
Pengusaha Kena Pajak dianggap telah melaporkan
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sepanjang telah
melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai.
(2) Kewajiban melaporkan penyetoran Pajak Pertambahan
Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
bagi orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri dalam hal tidak terdapat penyetoran

www.jdih.kemenkeu.go.id
-9-

Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 ayat (6).

Pasal 8
Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri:
a. tidak melakukan kewajiban penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dan/atau kewajiban pelaporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1); atau
b. telah melakukan penyetoran atau pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri
namun berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh oleh
Direktorat Jenderal Pajak masih terdapat Pajak
Pertambahan Nilai yang kurang dibayar dan/ atau
dilaporkan,
kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), ayat (4), atau ayat (5), dapat
menyampaikan imbauan secara tertulis kepada orang pribadi
atau badan untuk memenuhi kewajiban perpajakan tersebut
dan menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pasal 9
Dalam hal orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun
sendiri belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat menerbitkan Nomor
Pokok Wajib Pajak secara jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pasal 10
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, serta
pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/ atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean sehubungan dengan kegiatan membangun
sendiri tidak dapat dikreditkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

Pasal 11
(1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas kegiatan
membangun sendiri sebelum Masa Pajak April 2022 yang
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutangnya
dilakukan sebelum Peraturan Menteri ini berlaku,
penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri
dimaksud dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 tentang Batasan dan
Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri.
(2) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas kegiatan
membangun sendiri sebelum Masa Pajak April 2022 yang
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutangnya
dilakukan pada saat atau setelah berlakunya Peraturan
Menteri ini, penghitungan, penyetoran, dan pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun
sendiri dimaksud dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri ini.
(3) Pajak Pertambahan Nilai yang disetor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan Pajak Masukan yang
tidak dapat dikreditkan.

Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 tentang Batasan
dan Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 1036), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2022

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2022

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BENNY RIYANTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 361

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum

.\
1/
YAH4l
i::��199703 1 001

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -

LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 /PMK.03/2022
TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILA! ATAS KEGIATAN
MEMBANGUN SENDIRI

CONTOH KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI YANG DILAKUKAN SECARA


SEKALIGUS DAN BERTAHAP

A. Kegiatan Membangun Sekaligus


Contoh 1:
Tuan W membangun sendiri sebuah rumah tinggal. Pembangunan tersebut
dilakukan secara sekaligus dimulai pada bulan Juni 2022 dengan luas
50m2 (lima puluh meter persegi). Atas pembangunan rumah tinggal tersebut
tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

!
Contoh 2:
Tuan X membangun sendiri sebuah rumah tinggal. Pembangunan tersebut
dilakukan secara sekaligus dimulai pada bulan Juni 2022 dengan luas
200m2 (dua ratus meter persegi). Atas pembangunan rumah tinggal
tersebut dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

B. Kegiatan Membangun Bertahap


Contoh 1:
Tuan Y membangun sendiri gudang dengan luas 120m2 (seratus dua puluh
meter persegi) untuk menunjang kegiatan usahanya. Pembangunan gudang
tersebut dilakukan secara bertahap dengan rincian luas bangunan yang
dibangun sebagai berikut:
1. bulan Juni 2022 seluas 50m2 (lima puluh meter persegi); dan
2. bulan Januari 2023, 6 (enam) bulan setelah tahapan pertama,
dilanjutkan pembangunan seluas 70m2 (tujuh puluh meter persegi).
Tahapan membangun sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
merupakan satu kesatuan kegiatan disebabkan tenggang waktu antara
tahapan tersebut tidak melebihi 2 (dua) tahun. Namun demikian, jumlah
luas bangunan yang dibangun pada satu kesatuan kegiatan tersebut tidak
melebihi batasan 200m2 (dua ratus meter persegi). Oleh karena itu, atas

�/
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

kegiatan membangun sendiri tersebut tidak dikenai Pajak Pertambahan


Nilai.

Contoh 2:
Tuan Z membangun sendiri gudang dengan luas 300m2 (tiga ratus meter
persegi) untuk menunjang kegiatan usahanya. Pembangunan gudang
tersebut dilakukan secara bertahap dengan rincian luas bangunan yang
dibangun sebagai berikut:
1. bulan Juni 2022 seluas 100m2 (seratus meter persegi); dan
2. bulan Januari 2023, 6 (enam) bulan setelah tahapan pertama,
dilanjutkan pembangunan seluas 200m2 (dua ratus meter persegi).
Tahapan membangun sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
merupakan satu kesatuan kegiatan disebabkan tenggang waktu antara
tahapan tersebut tidak melebihi 2 (dua) tahun. Selain itu, jumlah luas
bangunan yang dibangun pada satu kesatuan kegiatan tersebut telah
melebihi batasan 200m2 (dua ratus meter persegi). Oleh karena itu, atas
kegiatan membangun sendiri tersebut dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

Contoh 3:
Tuan A membangun sendiri ruko dengan luas 250m2 (tiga ratus meter
persegi). Pembangunan ruko tersebut dilakukan secara bertahap dengan
rincian luas bangunan yang dibangun sebagai berikut:
1. bulan Juni 2022 seluas 100m2 (seratus meter persegi); dan
2. bulan Januari 2025, 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan setelah tahapan
pertama, dilanjutkan pembangunan seluas 150m2 (seratus lima puluh
meter persegi).
Tahapan membangun sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
bukan merupakan satu kesatuan kegiatan. Oleh karena itu:
1. kegiatan membangun pada bulan Juni 2022 dikenai Pajak
Pertambahan Nilai mengingat luas ruko yang akan dibangun melebihi
batasan 200m2 (dua ratus meter persegi) dan saat terutang atas
kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat dimulainya kegiatan
membangun bangunan; dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

2. kegiatan membangun pada bulan Januari 2025 merupakan kegiatan


membangun yang terpisah dengan luas tidak melebihi batasan 200m2
(dua ratus meter persegi) sehingga tidak dikenai Pajak Pertambahan
Nilai.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u,b. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 5 /PMK.010/2022
TENTANG
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS PENYERAHAN BARANG
KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH BERUPA KENDARAAN BERMOTOR
TERTENTU YANG DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2022

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk mendukung kelangsungan sektor industri


otomotif nasional dan untuk meningkatkan pemanfaatan
dan kinerja sektor industri komponen otomotif dalam
rangka percepatan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi
nasional, perlu dukungan pemerintah berupa kebijakan
pajak penjualan atas barang mewah atas penyerahan
barang kena pajak yang tergolong mewah berupa
kendaraan bermotor tertentu yang ditanggung pemerintah
tahun anggaran 2022;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah
atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong
Mewah berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang
Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2022;

www.jdih.kemenkeu.go.id
-2-

Mengingat 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6736);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam
rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/ atau Stabilitas Sistem
Keuangan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6735);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019 tentang
Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -

Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas


Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 189, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6404) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 73 Tahun 2019 tentang Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang
Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6694);
8. Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2020 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 98);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor l 18/PMK.01/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
1031);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.010/2021
tentang Penetapan Jenis Kendaraan Bermotor yang
Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Tata
Cara Pengenaan, Pemberian dan Penatausahaan
Pembebasan, dan Pengembalian Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 1150);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH BERUPA
KENDARAAN BERMOTOR TERTENTU YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2022.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang
selanjutnya disebut Undang-Undang PPN adalah Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah beserta perubahannya.
2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang selanjutnya
disebut PPnBM adalah Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
PPN.
3. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajak dan/ atau penyerahan jasa
kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN.
4. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN.
5. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak atau penyerahan jasa kena pajak.
6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi
wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan beserta perubahannya.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.

Pasal2
(1) PPnBM yang terutang atas penyerahan kendaraan
bermotor tertentu ditanggung Pemerintah untuk tahun
anggaran 2022 meliputi:
a. kendaraan bermotor yang termasuk program
kendaraan bermotor roda 4 (empat) hemat energi dan
harga terjangkau dengan:
1. motor bakar cetus api dengan konsumsi bahan

www.jdih.kemenkeu.go.id
-5-

bakar minyak paling rendah 20 (dua puluh)


kilometer per liter atau tingkat emisi CO2 sampai
dengan 120 (seratus dua puluh) gram per
kilometer, untuk kapasitas isi silinder sampru
dengan 1.200 (seribu dua ratus) cc; atau
2. motor bakar nyala kompresi berupa diesel a tau
semi diesel dengan konsumsi bahan bakar
minyak paling rendah 21,8 (dua puluh satu koma
delapan) kilometer per liter atau tingkat emisi CO2
sampai dengan 120 (seratus dua puluh) gram per
kilometer, untuk kapasitas isi silinder sampai
dengan 1.500 (seribu lima ratus) cc.
b. kendaraan bermotor angkutan orang untuk
pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi untuk semua kapasitas isi
silinder sampai dengan 1.500 (seribu lima ratus) cc
dengan:
1. motor bakar cetus api dengan konsumsi bahan
bakar minyak lebih dari 15,5 (lima belas koma
lima) kilometer per liter atau tingkat emisi CO2
kurang dari 150 (seratus lima puluh) gram per
kilometer; atau
2. motor bakar nyala kompresi berupa diesel atau
semi diesel dengan konsumsi bahan bakar
minyak lebih dari 17,5 (tujuh belas koma lima)
kilometer per liter atau tingkat emisi CO2 kurang
dari 150 (seratus lima puluh) gram per kilometer.
(2) Kendaraan bermotor yang termasuk program kendaraan
bermotor roda 4 (empat) hemat energi dan harga
terjangkau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
mengacu pada keputusan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 3
Kendaraan bermotor tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -

a. jumlah pembelian lokal (local purchase) yang meliputi


pemenuhan jumlah penggunaan komponen yang berasal
dari hasil produksi dalam negeri yang dimanfaatkan dalam
kegiatan produksi kendaraan bermotor tertentu paling
sedikit 80% (delapan puluh persen); dan
b. besar harga penjualan (on the road price):
1. paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) untuk kendaraan bermotor yang termasuk
program kendaraan bermotor roda 4 (empat) hemat
energi dan harga terjangkau sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf a; atau
2. paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah) untuk kendaraan
bermotor angkutan orang dengan pengangkutan
kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
untuk semua kapasitas isi silinder sampai dengan
1.500 (seribu lima ratus) cc sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b.

Pasal 4
Kendaraan bermotor tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 yang memenuhi persyaratan jumlah pembelian lokal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan besar harga
penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
mengacu pada keputusan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang perindustrian.

Pasal 5

(1) PPnBM yang terutang atas penyerahan kendaraan


bermotor tertentu yang ditanggung Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, atas
kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diberikan sebesar:

www.jdih.kemenkeu.go.id
-7-

a. 100% (seratus persen) dari PPnBM yang terutang


untuk Masa Pajak Januari 2022 sampai dengan Masa
Pajak Maret 2022;
2
b. 663% (enam puluh enam dua per tiga persen) dari

PPnBM yang terutang untuk Masa Pajak April 2022


sampai dengan Masa Pajak Juni 2022; dan

C. 33~% (tiga puluh tiga satu per tiga persen) dari PPnBM
3

yang terutang untuk Masa Pajak Juli 2022 sampai


dengan Masa Pajak September 2022.
(2) PPnBM yang terutang atas penyerahan kendaraan
bermotor tertentu yang ditanggung Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, atas
kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diberikan sebesar
50% (lima puluh persen) dari PPnBM yang terutang untuk
Masa Pajak Januari 2022 sampai dengan Masa Pajak
Maret 2022.

Pasal 6
(1) Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
berupa kendaraan bermotor tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 wajib membuat:
a. Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan; dan
b. laporan realisasi PPnBM ditanggung Pemerintah.
(2) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dengan mencantumkan:
a. kode transaksi O1 (nol satu);
b. keterangan mengenai jenis barang yang memuat
paling sedikit informasi berupa tipe, kapasitas isi
silinder, nomor rangka, dan kode hannonized system;
dan
c. keterangan "PPnBM DITANGGUNG PEMERINTAH
... % EKS PMK NOMOR ... /PMK.010/2022 SENILAI
Rp ... ".

www.jdih.kemenkeu.go.id
-8-

Pasal 7
(1) Laporan realisasi PPnBM ditanggung Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b
berupa:
a. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan
masa PPN oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah berupa kendaraan bermotor
tertentu; dan
b. daftar rincian kendaraan bermotor tertentu yang
disampaikan untuk setiap Masa Pajak.
(2) Pelaporan dan pembetulan surat pemberitahuan masa
PPN atas penyerahan kendaraan dengan kelompok
besaran PPnBM ditanggung Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), untuk Masa Pajak
Januari 2022 sampai dengan Masa Pajak September 2022,
dapat diperlakukan sebagai laporan realisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sepanjang disampaikan
paling lambat tanggal 31 Oktober 2022.
(3) Pelaporan dan pembetulan surat pemberitahuan masa
PPN atas penyerahan kendaraan dengan kelompok
besaran PPnBM ditanggung Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), untuk Masa Pajak
Januari 2022 sampai dengan Masa Pajak Maret 2022,
dapat diperlakukan sebagai laporan realisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sepanjang disampaikan
paling lambat tanggal 30 April 2022.
(4) Penyampaian daftar rincian kendaraan bermotor tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah Masa Pajak berakhir.
(5) Penyampaian laporan realisasi PPnBM ditanggung
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disampaikan melalui saluran tertentu pada laman
www.pajak.go.id.
(6) Dalam hal saluran tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) belum tersedia atau tidak dapat diakses,

www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -

Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


ayat (1) dapat menyampaikan daftar rincian penyerahan
kendaraan bermotor tertentu dalam bentuk dokumen
elektronik secara langsung ke kantor pelayanan pajak tempat
terdaftar.
(7) Ketentuan mengenai format daftar nnc1an kendaraan
bermotor tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 8
(1) PPnBM terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah berupa kendaraan bermotor tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tidak ditanggung
Pemerintah dalam hal atas penyerahannya:
a. tidak menggunakan Faktur Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2); dan/ atau
b. tidak melaporkan Faktur Pajaknya sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) huruf a.
(2) Atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
berupa kendaraan bermotor tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai PPnBM sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
Kepala kantor pelayanan pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak
dapat menagih PPnBM yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, jika diperoleh data dan/ atau
informasi yang menunjukkan:
a. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang diserahkan:
1. tidak termasuk kendaraan bermotor tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
2. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3; dan/atau
3. tidak termasuk kendaraan bermotor tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

b. PPnBM yang ditanggung Pemerintah tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5;
dan/atau
c. Pengusaha Kena Pajak yang tidak melaksanakan
kewajiban membuat Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan/atau kewajiban
pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf a.

Pasal 10
Pelaksanaan dan pertanggungjawaban belanja subsidi pajak
ditanggung Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 11
(1) Faktur Pajak yang telah dibuat atas penyerahan Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan
bermotor tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
untuk Masa Pajak Januari 2022 yang tidak memenuhi
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dilakukan
penggantian Faktur Pajak.
(2) PPnBM dan/ atau kelebihan Pajak Pertambahan Nilai yang
telah dipungut atas penyerahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dikembalikan oleh Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan pemungutan.

Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.010/2021 tentang Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor
Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 249)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri keuangan Nomor 120/PMK.010/2021
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -

Nomor 31/PMK.010/2021 tentang Pajak Penjualan atas


Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang
Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1038), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13
Peraturan Menteri 1n1 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2022

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INJ?ONESIA,

ttd.

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2022

DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BENNY RIYANTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 136

__:_ _··t:,,
Salinan sesuai deng·an aslinya
.,...._;::--.---
~~\);,~\.1\tl R,· ~~Qala Biro Umum
;/;·✓> . u.b.
1/ ·t. _ Plt. Kepala Bagian ministrasi Kementerian
i! P. {

,_.
11-.:. t •

RIA SYAJ;I 4l_


NIP 0213-199703 1 001

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .?/PMK.010/2022
TENTANG
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG
MEWAH BERUPA KENDARAAN BERMOTOR TERTENTU YANG
DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2022

FORMAT DAFTAR RINCIAN KENDARAAN BERMOTOR TERTENTU


YANG DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2022

Format Daftar Rincian Kendaraan Bermotor Tertentu Yang Ditanggung


Pemerintah Tahun Anggaran 2022:

DAFTAR RINCIAN KENDARAAN BERMOTOR TERTENTU YANG


DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2022

Pengusaha Kena Pajak : ....................................................................... (1)


NPWP : ....................................................................... (2)
Masa Pajak/Tahun Pajak : ....................................................................... (3)

lJumlah unit kendaraan bermotor tertentu yang diserahkan .................... unit (4)
lJumlah Dasar Pengenaan Pajak (OPP) atas penyerahan
IRp ...................... (5)
lkendaraan bermotor tertentu
lJumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang Rp ...................... (6)
lJumlah PPnBM Ditanggung Pemerintah (DTP) Rp ...................... (7)
Jumlah PPnBM yang Dipungut Rp ...................... (8)

Dengan Daftar Rincian Penyerahan Kendaraan Bermotor Tertentu sebagai berikut: (9)
Isi Nomor Kode PPnBM PPnBMyang
No Tipe Varian OPP PPN
Silinder Rangka HS DTP Dipungut
11 l [21 [3] [41 f5l f6] f7] [81 [9] 1101

Jumlah

Demikian kami sampaikan dengan sebenarnya.


. ............. , .......................... (10)

(11)

........................................ (12)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

Petunjuk Pengisian Oaftar Rincian Kendaraan Bermotor Tertentu Yang


Oitanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2022:

(1) Oiisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak.


(2) Oiisi dengan NPWP Pengusaha Kena Pajak.
(3) Oiisi dengan Masa Pajak dan Tahun Pajak sesuai pelaporan.
(4) Oiisi denganjumlah unit kendaraan bermotor tertentu yang diserahkan
oleh Pengusaha Kena Pajak.
(5) Oiisi dengan jumlah Rupiah OPP atas penyerahan kendaraan bermotor
tertentu oleh Pengusaha Kena Pajak.
(6) Oiisi dengan jumlah Rupiah PPN yang terutang atas penyerahan
kendaraan bermotor tertentu oleh Pengusaha Kena Pajak.
(7) Oiisi dengan jumlah Rupiah PPnBM terutang yang Oitanggung
Pemerintah Tahun Anggaran 2022 atas penyerahan kendaraan
bermotor tertentu oleh Pengusaha Kena Pajak.
(8) Oiisi dengan jumlah Rupiah PPnBM terutang yang tidak Oitanggung
Pemerintah Tahun Anggaran 2022 dan harus dipungut atas penyerahan
kendaraan bermotor tertentu oleh Pengusaha Kena Pajak.
(9) Tabel daftar rincian penyerahan kendaraan bermotor tertentu.
Kolom [1] Oiisi dengan nomor urut.
Kolom [2] Oiisi dengan tipe kendaraan bermotor tertentu.
Kolom [3] Oiisi dengan varian kendaraan bermotor tertentu.
Kolom [4] Oiisi dengan besar isi silinder kendaraan bermotor
tertentu.
Kolom [5] Oiisi dengan nomor rangka kendaraan bermotor
tertentu.
Kolom [6] Oiisi dengan kode HS kendaraan bermotor tertentu.
Kolom [7] Oiisi dengan nilai OPP dalam satuan rupiah.
Kolom [8] Oiisi dengan nilai PPN yang terutang dalam satuan
rupiah.
Kolom [9] Oiisi dengan nilai PPnBM terutang yang Oitanggung
Pemerintah Tahun Anggaran 2022 dalam satuan
rupiah.
Kolom [10] Oiisi dengan nilai PPnBM terutang yang tidak
Oitanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2022 dan
harus dipungut dalam satuan rupiah.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -

(10) Diisi dengan tanggal laporan.


( 11) Diisi tanda tangan dan cap Pengusaha Kena Pajak atau Pengurus.
(12) Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak atau Pengurus.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
~:;::;.:--;;;;.__;:::::::•=:::
' ministrasi Kementerian

CM
, Al:I
13 199703 1 001

www.jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai