REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PENGENAAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR
BERDASARKAN PERJANJIAN KEMITRAAN EKONOMI
KOMPREHENSIF ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK KOREA.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di·
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
Undang-Undang Kepabeanan.
jdih.kemenkeu.go.id
-3-
jdih.kemenkeu.go.id
-4 -
jdih.kemenkeu.go.id
-5-
jdih.kemenkeu.go.id
-6 -
BAB II
TARIF PREFERENSI DAN KETENTUAN ASAL BARANG
(RULES OF ORIGIN)
Bagian Kesatu
Tarif Preferensi
Pasal 2
(1) Barang impor dapat dikenakan Tarif Preferensi yang
besamya dapat berbeda dari tarif bea masuk yang
berlaku umum (Most Favoured Nation/MFN).
(2) Besaran tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dalam Peraturan Menteri mengenai
penetapan tarif bea masuk dalam rangka Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea.
(3) Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan terhadap:
a. impor barang untuk dipakai yang menggunakan.
pemberitahuan pabean impor berupa Pemberitahuan
Impor Barang (PIB);
b. impor barang untuk dipakai yang menggunakan
pemberitahuan pabean impor berupa pemberitahuan
impor barang dari TPB, yang pada saat pemasukan
barang ke TPB telah mendapatkan persetujuan
untuk menggunakan Tarif Preferensi;
c. impor barang untuk dipakai yang menggunakan
pemberitahuan pabean impor berupa pemberitahuan
impor barang dari PLB, yang pada saat pemasukan
barang ke PLB telah mendapatkan persetujuan
untuk menggunakan Tarif Preferensi;
jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -
Pasal 3
(1) Ketentuan Asal Barang terdiri dart:
a. kriteria asal barang (origin criteria);
b. kriteria pengiriman (consignment criteria); dan
c. ketentuan prosedural (procedural provisions).
(2) Rincian lebih lanjut mengenai Ketentuan Asal Barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dart Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Kriteria Asal Barang
(Origin Criteria)
Pasal4
Kriteria asal barang (origin criteria) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. barang yang seluruhnya diperoleh atau diproduksi di 1
(satu) Negara Anggota (wholly obtained atau produced);
jdih.kemenkeu.go.id
-8 -
Bagian Ketiga
Kriteria Pengiriman
(Consignment Criteria)
Pasal 5
(1) Kriteria pengiriman (consignment criteria) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b meliputi:
a. barang impor dikirim langsung dart Negara Anggota
yang menerbitkan SKA Form KI-CEPA ke dalam
Daerah Pabean; atau
b. barang impor dikirim melalui 1 (satu) atau lebih
negara selain Negara Anggota.
(2) Barang impor dapat dikirim dart Negara Anggota yang.
menerbitkan SKA Form KI-CEPA melalui 1 (satu) atau
lebih negara selain Negara Anggota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk tujuan transit
dan/atau transhipment, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. ditujukan untuk alasan geografls atau pertimbangan
khusus terkait persyaratan pengangkutan;
b. tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di negara
tujuan transit dan/atau transhipment, dan
c. tidak mengalami proses produksi selain bongkar
muat dan tindakan lain yang diperlukan untuk
menjaga agar barang tetap dalam kondisi baik.
Pasal 6
Dalam hal pengiriman barang impor dilakukan melalui 1
(satu) atau lebih negara selain Negara Anggota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), Importir, Penyelenggara/
Pengusaha TPB, Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di
Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) .
huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK,
hams menyerahkan dokumen berupa:
a. through bill of lading/airway bill yang diterbitkan di
Negara Anggota pengekspor, yang mencakup kombinasi
dart dokumen transportasi yang meliputi keseluruhan
rute perjalanan barang dart Negara Anggota pengekspor
ke Negara Anggota pengimpor; atau
jdih.kemenkeu.go.id
-9 -
Bagian Keempat
Ketentuan Prosedural
(Procedural Provisions)
Pasal 7
(1) Ketentuan prosedural (procedural provisions)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c,
terkait dengan penerbitan SKA Form KI-CEPA, hams
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. diterbitkan dalam Bahasa Inggris;
b. pada kertas ukuran A4 dengan bentuk dan format
SKA Form KI-CEPA sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf A
angka romawi VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
c. memuat nomor referensi SKA Form KI-CEPA;
d. ditandatangani oleh pemohon (eksportir atau
produsen);
e. memuat tanda tangan pejabat yang berwenang dan
stempel resmi dari Instansi Penerbit SKA secara
manual atau elektronik;
f. diterbitkan sebelum, pada saat, atau sampai dengan
paling lambat 7 (tujuh) hari sejak Tanggal
Pengapalan atau Tanggal Eksportasi;
g. dicantumkan kriteria asal barang (origin criteria)
untuk setiap uraian barang, dalam hal SKA Form KI-
CEPA mencantumkan lebih dari 1 (satu) uraian
barang;
h. kolom pada SKA Form KI-CEPA diisi sesuai dengan
ketentuan pengisian pada Overleaf Notes;
i. dalam hal SKA Form KI-CEPA lebih dari 1 (satu)
lembar, maka dapat digunakan lembar lanjutan;
j. bentuk dan format lembar lanjutan sebagaimana
dimaksud pada huruf h, sesuai dengan bentuk dan
format lembar lanjutan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran huruf A angka VI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
k. SKA Form KI-CEPA berlaku selama 1 (satu) tahun
terhitung setelah tanggal penerbitan; dan
1. dalam hal Overleaf Notes tidak dicetak dan/atau
tidak disampaikan, maka SKA Form KI-CEPA tetap
berlaku.
(2) Instansi Penerbit SKA dapat menerbitkan SKA Form KI-
CEPA lebih dari 7 (tujuh) hari sejak Tanggal Pengapalan
atau Tanggal Eksportasi, namun tidak melebihi jangka
waktu 1 (satu) tahun sejak Tanggal Pengapalan atau
Tanggal Eksportasi dengan memberikan tanda/tulisan/ _
cap "ISSUED RETROACTIVELY' pada kolom 4 SKA Form
KI-CEPA.
jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
(3) Dalam hal SKA Form KI-CEPA hilang atau rusak, dapat
digunakan SKA Form Kl-CEPA pengganti dengan
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. diterbitkan sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2);
b. diberikan tanda/tulisan/cap "CERTIFIED TRUE
COPY' pada kolom 4 SKA Form Kl-CEPA pengganti;
c. dicantumkan tanggal penerbitan SKA Form KI-CEPA
yang hilang atau rusak pada kolom 12 SKA Form KI-
CEPA pengganti; dan
d. diterbitkan dalam jangka waktu paling lambat 1
(satu) tahun terhitung sejak tanggal penerbitan SKA
Form KI-CEPA yang hilang atau rusak.
(4) Dalam hal terdapat kesalahan pada saat pengisian SKA
Form KI-CEPA, atas SKA Form KI-CEPA dapat dilakukan
koreksi dengan cara:
a. melakukan perbaikan, dengan ketentuan sebagai.
berikut:
1. mencoret data yang salah;
2. menambahkan data yang benar; dan
3. menandasahkan perbaikan tersebut dengan
membubuhkan tanda tangan/paraf pejabat
yang berwenang dan stempel resmi dart
Instansi Penerbit SKA; atau
b. menerbitkan SKA Form Kl-CEPA baru, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. diterbitkan sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3);
dan
2. dicantumkan tanggal penerbitan SKA Form KI-
CEPA yang dikoreksi pada SKA Form KI-CEPA
baru.
(5) Dalam hal pada bill of lading atau dokumen
pengangkutan lainnya terdapat tanggal penerbitan dan
tanggal dimuatnya barang ke sarana pengangkut,
Tanggal Pengapalan atau Tanggal Eksportasi ditentukan.
pada saat tanggal dimuatnya barang ke sarana
pengangkut.
Pasal 8
(1) Perusahaan lain yang berlokasi di negara ketiga (selain
Negara Anggota) atau perusahaan lain yang berlokasi di
negara yang sama dengan negara tempat diterbitkannya
SKA Form Kl-CEPA, dapat menerbitkan Non-Party Invoice.
(2) SKA Form KI-CEPA yang menggunakan Non-Party Invoice
yang diterbitkan di negara ketiga (selain Negara Anggota),
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. mencantumkan nomor dan tanggal penerbitan Non-
Party Invoice atau invoice asal barang pada kolom 10
SKA Form KI-CEPA; dan
b. mencantumkan tanda/tulisan/cap "NON-PAR1Y
INVOICING", serta nama perusahaan dan negara
yang menerbitkan Non-Party Invoice, pada kolom 4
SKA Form KI-CEPA.
jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
Pasal 9
(1) Untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Importir wajib:
a. menyerahkan lembar asli SKA Fonn KI-CEPA;
b. mencantumkan kode fasilitas Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik Korea pada
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) secara benar;
dan
c. mencantumkan nomor referensi dan tanggal SKA
Fonn Kl-CEPA pada Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) secara benar.
(2) Untuk Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang termasuk dalam kategori jalur merah, penyerahan
lembar asli SKA Fonn KI-CEPA ke Kantor Pabean
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA Fonn
KI-CEPA wajib diserahkan kepada Pejabat Bea dan
Cukai di Kantor Pabean paling lambat pada
pukul 12.00 pada hari berikutnya; atau
b. untuk Kantor Pabean yang belum ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA Fonn
KI-CEPA wajib diserahkan kepada Pejabat Bea dan
Cukai di Kantor Pabean paling lambat pada
pukul 12.00 pada hari kerja berikutnya,
terhitung sejak Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
mendapatkan Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM).
(3) Untuk Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang termasuk dalam kategori jalur hijau, penyerahan
lembar asli SKA Fonn KI-CEPA ke Kantor Pabean
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai
kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari.
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA Fonn
KI-CEPA wajib diserahkan kepada Pejabat Bea dan
Cukai di Kantor Pabean paling lambat 3 (tiga) hari;
atau
b. untuk Kantor Pabean yang belum ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA Fonn
KI-CEPA wajib diserahkan kepada Pejabat Bea dan
Cukai di Kantor Pabean paling lambat 3 (tiga) hari
kerja,
terhitung sejak Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB).
jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
Pasal 10
Dalam hal SKA Form KI-CEPA berupa e-Form KI-CEPA,
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. pemenuhan kewajiban penyerahan lembar asli SKA Form
KI-CEPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,
dikecualikan untuk Importir, Penyelenggara/Pengusaha
TPB, Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di
jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
BAB III
PENELITIAN DAN PENGENAAN TARIF PREFERENSI
Bagian Kesatu
Penelitian SKA Form KI-CEPA
Pasal 11
(1) Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean melakukan.
penelitian terhadap SKA Form KI-CEPA dalam rangka
pengenaan Tarif Preferensi.
(2) Pejabat Bea dan Cukai dapat meminta informasi kepada
Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB, Penyelenggara/
Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan Bebas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d
angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan.
(3) Terhadap pengenaan Tarif Preferensi atas barang yang
diimpor dengan menggunakan SKA Form KI-CEPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan
Penelitian Ulang atau Audit Kepabeanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan.
Pasal 12
(1) Penelitian terhadap SKA Form KI-CEPA untuk pengenaan
Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, .
meliputi:
a. pemenuhan kriteria asal barang (origin criteria)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;
jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
Pasal 13
(1) SKA Form KI-CEPA tetap sah dalam hal terdapat
perbedaan yang bersifat minor (minor discrepancies).
(2) Perbedaan yang bersifat minor (minor discrepancies)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perbedaan kecil antara SKA Form KI-CEPA dengan
Dokumen Pelengkap Pabean;
b. kesalahan pengetikan dan/atau ejaan pada SKA
Form KI-CEPA, sepanjang dapat diketahui
kebenarannya melalui Dokumen Pelengkap Pabean;
c. perbedaan kecil antara tanda tangan dan/atau
stempel pada SKA Form KI-CEPA dengan spesimen;
jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -
Bagian Kedua
Retroactive Check dan Verification Visit
Pasal 14
(1) Terhadap SKA Form KI-CEPA yang diragukan keabsahan
dan kebenaran isinya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (4), dilakukan Permintaan Retroactive
Check kepada Instansi Penerbit SKA.
(2) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud.
pada ayat (1), dapat dilakukan secara acak (random)
terhadap SKA Form KI-CEPA selain SKA Form KI-CEPA
yang diragukan keabsahan dan kebenaran isinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4).
(3) Atas barang impor yang dilakukan Permintaan
Retroactive Check sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), dikenakan tarif bea masuk yang berlaku
umum (Most Favoured Nation/MFN).
(4) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), dilampiri dengan copy atau
pindaian SKA Form KI-CEPA, dengan menyebutkan
alasan keraguan, dan disertai dengan:
a. permintaan penjelasan keabsahan dan kebenaran isi
SKA FormKI-CEPA; dan/atau
b. permintaan informasi, catatan, bukti, dan/atau data
pendukung terkait.
(5) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan oleh:
a. direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan.
Cukai yang melaksanakan tugas dan fungsi di
bidang Audit Kepabeanan dan Penelitian Ulang;
b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
c. Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai;
d. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai; atau
e. Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
(6) Dalam hal masih dibutuhkan informasi tambahan atas
jawaban Permintaan Retroactive Check, Pejabat Bea dan
Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
meminta informasi tambahan kepada Instansi Penerbit
SKA.
jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
Pasal 15
(1) Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuk dapat melakukan Verification Visit jika jawaban
atas Permintaan Retroactive Check sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 diragukan kebenarannya.
(2) Dalam rangka pelaksanaan Verification Visit, Direktur
Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk,
menyampaikan permintaan tertulis kepada:
a. eksportir dan/atau produsen yang akan dikunjungi;
b. lnstansi Penerbit SKA;
c. instansi pabean di Negara Anggota pengekspor; dan
d. Importir barang terkait SKA Form KI-CEPA yang
akan diverifikasi.
(3) Permintaan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mencantumkan informasi antara lain:
a. nama dan alamat Kantor Pabean yang menerbitkan
permintaan Verification Visit;
b. nama eksportir atau produsen yang akan
dikunjungi;
c. rencana tanggal dan tempat pelaksanaan Verification
Visit;
d. tujuan dan ruang lingkup Verification Visit, termasuk
referensi atas barang yang akan diverifikasi; dan
e. nama dan jabatan pejabat yang akan melaksanakan
Verification Visit.
(4) Verification Visit dilaksanakan setelah mendapatkan
persetujuan tertulis dari eksportir, produsen yang akan
dikunjungi, dan/atau Instansi Penerbit SKA.
(5) Dalam hal Instansi Penerbit SKA mengajukan penundaan
pelaksanaan Verification Visit, Instansi Penerbit SKA
harus memberitahukan penundaan tersebut kepada
Pejabat Bea dan Cukai dalam jangka waktu paling lambat
15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
permintaan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6) Verification Visit harus dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
diterimanya permintaan tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) oleh Instansi Penerbit SKA atau dalam
jangka waktu yang lebih lama, dalam hal Negara Anggota
menyetujui.
jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
Pasal 16
(1) Pihak yang terlibat dalam proses Permintaan Retroactive
Check dan pelaksanaan Verification Visit harus menjaga
kerahasiaan informasi.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diungkapkan oleh instansi yang berwenang
melakukan penelitian dan penindakan terkait Ketentuan
Asal Barang.
Pasal 17
(1) Pejabat Bea dan Cukai dapat menolak pemberian Tari[
Preferensi tanpa melakukan Permintaan Retroactive
Check dan/atau Verification Visit jika SKA Form KI-CEPA
tidak valid.
(2) SKA Form KI-CEPA tidak valid sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) apabila:
a. kriteria pengiriman (consignment criteria) sebagaimana
diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 tidak dipenuhi;
b. SKA Form KI-CEPA dibuat belakangan untuk barang
yang semula diimpor secara melanggar ketentuan;
jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
Pasal 18
(1) Dalam hal jawaban atas Permintaan Retroactive Check,
SKA Form KI-CEPA diduga palsu atau dipalsukan,
Pejabat Bea dan Cukai melakukan penelitian lebih lanjut
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
di bidang kepabeanan.
(2) Terhadap Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB,
Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan
Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK
yang menggunakan SKA Form KI-CEPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan pemutakhiran proftl
dan koordinasi dengan Negara Anggota penerbit SKA
Form KI-CEPA terkait dengan penyelesaian hal tersebut
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea.
(3) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditemukan bukti yang cukup adanya dugaan
pelanggaran tindak pidana di bidang kepabeanan,
Pejabat Bea dan Cukai melakukan penyidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
Dalam hal hasil koordinasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa eksportir terlibat dalam
pemalsuan SKA Form KI-CEPA, terhadap importasi yang
berasal dari eksportir yang bersangkutan tidak diberikan Tarif
Preferensi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak eksportir
dinyatakan terlibat oleh Negara Anggota penerbit SKA Form
KI-CEPA.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 20
(1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan
Cukai melakukan monitoring dan/atau evaluasi terhadap
pemanfaatan SKA Form KI-CEPA di wilayah kerja masing-
masing secara periodik.
(2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan.
Cukai menyampaikan hasil monitoring dan/atau evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada direktur
yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kerja
sama kepabeanan internasional sebagai bahan evaluasi
kebijakan pemanfaatan SKA Form KI-CEPA.
jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
BABV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
(1) Barang impor yang berasal dari Negara Anggota
pengekspor dengan nilai Free-on-Board (FOB) tidak
melebihi USD 200.00 (dua ratus United States Dollar),
dapat dikenakan Tarif Preferensi tanpa harus
melampirkan SKA Form KI-CEPA.
(2) Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan, sepanjang importasi tersebut
bukan merupakan bagian dari 1 (satu) atau lebih
importasi lain yang bertujuan untuk menghindari
kewajiban penyerahan SKA Form KI-CEPA.
(3) Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada.
ayat (1), hanya diberikan terhadap barang impor yang
menggunakan dokumen Pemberitahuan Impor Barang
(PIB).
(4) Dalam pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pejabat Bea dan Cukai dapat
meminta Importir untuk menyerahkan SKA Form KI-
CEPA dan dokumen lain jika terdapat keraguan berkaitan
dengan pemenuhan Ketentuan Asal Barang.
Pasal 22
Penelitian Ketentuan Asal Barang untuk pengenaan Tarif
Preferensi:
a. atas impor barang untuk dipakai dari TPB dan PLB;
b. atas pengeluaran barang dart Kawasan Bebas ke TLDDP;
dan
c. atas pengeluaran barang dari KEK ke TLDDP,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 23
Dalam hal SKA Form KI-CEPA dibatalkan oleh Instansi
Penerbit SKA, Tarif Preferensi tidak diberikan.
Pasal 24
Tata cara penyerahan SKA Form KI-CEPA beserta Dokumen
Pelengkap Pabean selama Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
mengenai tata cara penyerahan Surat Keterangan Asal beserta
Dokumen Pelengkap Pabean Penelitian Surat Keterangan Asal
dalam rangka pengenaan tarif bea masuk atas barang impor
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional
selama pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Pasal 25
(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar (force mqjeure), Menteri
dapat menetapkan prosedur pemberian Tarif Preferensi.
(2) Penetapan prosedur pemberian Tarif Preferensi.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilimpahkan
kewenangannya kepada Direktur Jenderal untuk dan
atas nama Menteri.
jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -
Pasal 26
Petunjuk teknis mengenai tata cara pengenaan tarif bea
masuk atas barang impor berdasarkan Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah Republik Indonesia
dan Pemerintah Republik Korea, dapat ditetapkan oleh
Direktur J enderal.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
(1) Barang impor yang pemberitahuan pabeannya telah
mendapat nomor dan tanggal pendaftaran sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini dan belum dikeluarkan
dari TPB, PLB, Kawasan Bebas, atau KEK ke TLDDP,
dapat diberikan Tarif Preferensi.
(2) Untuk dapat diberikan Tarif Preferensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara/Pengusaha TPB,
Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan
Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK,
hams menyerahkan lembar asli SKA Fonn KI-CEPA
paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
tanggal berlakunya Peraturan Menteri ini, dengan
ketentuan:
a. SKA Fonn KI-CEPA diterbitkan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan
b. SKA Fonn KI-CEPA diterbitkan terhitung sejak
tanggal berlakunya Peraturan Menteri ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini berlaku terhadap
barang impor yang dokumen pemberitahuan pabeannya telah
mendapat nomor dan tanggal pendaftaran dari Kantor Pabean
tempat dipenuhinya kewajiban pabean terhitung sejak tanggal
berlakunya Peraturan Menteri ini. ·
Pasal 29
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2023.
jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2022
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2022
jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 219/PMK.04/2022
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG.
IMPOR BERDASARKAN PERJANJIAN KEMITRAAN EKONOMI
KOMPREHENSIF ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN PEMERINTAH REPUBLIK KOREA
jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
VOM
RVC atau QVC = - - - - - - - - - - - - X 100%
FOB
atau
2) Metode Build-down
FOB- VNM
RVC atau QVC = - - - - - - - - - - - X 100%
FOB
Keterangan:
a) VOM (Value of Originating Materia0 merupakan nilai
Bahan Originating, yang meliputi nilai Bahan
Originating, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead langsung, biaya transportasi, dan
keuntungan;
b) VNM (Value of Non-Originating Materia0 merupakan
nilai Bahan Non-Originating, yang meliputi:
(1) nilai CIF pada saat importasi bahan, bagian atau
barang; atau
(2) harga pasti yang dibayarkan paling awal (earliest
ascertain price paid) untuk bahan, bagian atau
barang yang tidak dapat ditentukan keasalannya
di wilayah Negara Anggota di mana pengerjaan
atau pengolahan dilakukan;
jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
Jenis kriteria asal barang (origin criteria) dalam daftar PSR terdiri
dari:
a) tunggal, yaitu subpos tarif hanya memiliki 1 (satu) kriteria
asal barang (origin criteria).
contoh : 0910.91 (RVC/QVC 40);
b) altematif, yaitu suatu subpos tarif yang memiliki lebih dari
1 (satu) kriteria asal barang (origin criteria) yang hams
dipilih salah satu.
contoh : 1508.10 (CC or RVC/QVC 40).
4. Perlakuan untuk barang tertentu (treatment for certain goods)
berdasarkan Rule 6 of Annex 3 to the Agreement on Trade in
Goods under the Framework Agreement on Comprehensive.
Economic Cooperation among the Governments of the Republic of
Korea and the Member Countries of the Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN-Korea FTA) dan the Exchange of Notes
between the Republic of Korea and the ASEAN Member Countries
regarding the Implementation and Monitoring of Rule 6 dated 27
February 2009, barang tertentu dianggap originating walaupun
proses produksi dilakukan di luar wilayah Republik Korea dan
negara-negara ASEAN (Contoh: Kaesong Industrial Complex yang
berlokasi di Korea Utara), di mana bahan baku diekspor dari
Negara Anggota dan selanjutnya Negara Anggota tersebut
mengimpor kembali. Penerapan ketentuan ini, termasuk daftar
barang dan prosedur khusus terkait ketentuan ini akan
dilakukan berdasarkan persetujuan negara anggota dalam
Persetujuan Perdagangan Barang dalam Persetujuan Kerangka
Kerja Mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antar
Pemerintah Negara-Negara Anggota Perhimpunan Bangsa
Bangsa Asia Tenggara dan Republik Korea. Daftar barang
tertentu yang tercantum dalam ketentuan Persetujuan
Perdagangan Barang dalam Persetujuan Kerangka Kerja.
Mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antar Pemerintah
Negara-Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara dan Republik Korea dapat diubah melalui exchange of
notes dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak tanggal
berlakunya Peraturan Menteri ini atau sesuai kesepakatan antar
Negara Anggota.
jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
Catatan:
a) Istilah "sederhana" secara umum menggambarkan
suatu aktivitas yang tidak memerlukan keahlian.
khusus, mesin, peralatan atau perlengkapan yang
diproduksi atau dipasang khusus untuk aktivitas
tersebut.
b) Namun, pencampuran sederhana tidak termasuk
reaksi kimia. Reaksi kimia berarti suatu proses
(termasuk proses biokimia) yang menghasilkan suatu
molekul dengan struktur barn dengan cara
memutuskan ikatan intramolekular dan membentuk
ikatan intramolekular barn, atau dengan mengubah
susunan spasial atom dalam suatu molekul.
c) Penyembelihan berarti membunuh binatang dengan
cara tertentu termasuk proses selanjutnya seperti
pemotongan, pendinginan, pembekuan, penggaraman,
pengeringan atau pengasapan untuk tujuan
pengawetan untuk keperluan penyimpanan dan
pengangkutan.
b. Keasalan suatu barang tidak berubah sepanjang hanya
mengalami proses/pengerjaan sebagaimana dimaksud pada
hurufa.
3. Intermediate Goods
Ketentuan terkait intermediate goods hanya berlaku untuk
proses produksi barang jadi yang dilakukan dalam satu Negara
Anggota, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal suatu Barang Originating digunakan sebagai
bahan dalam proses produksi Barang Originating lainnya,
maka Bahan Non-Originating yang terdapat dalam Barang
Originating yang pertama tidak diperhitungkan dalam
penentuan status originating atas Barang Originating yang
terakhir.
b) Dalam hal Barang Non-Originating digunakan dalam
produksi barang jadi dalam satu Negara Anggota,
penghitungan VOM barang jadi tersebut mencakup Bahan
Originating yang terkandung dalam Barang Non-Originating.
c) Dalam hal Barang Non-Originating digunakan dalam
produksi barang jadi dalam satu Negara Anggota,
penghitungan VNM barang jadi tersebut hanya atas Bahan
Non-Originating yang terkandung dalam Barang Non
Originating.
jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -
4. De Minimis
a. Barang dalam daftar PSR yang tidak mengalami perubahan
klasifikasi hams dianggap originating dalam hal:
1) untuk barang selain yang diatur dalam HS Bab 50
sampai dengan Bab 63, nilai semua Bahan Non
Originating yang digunakan dalam produksi yang tidak
mengalami perubahan klasiflkasi yang dipersyaratkan
tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari total FOB
barang;
2) untuk barang yang diatur dalam HS Bab 50 sampai
dengan Bab 63, berat semua Bahan Non-Originating
yang digunakan dalam produksi yang tidak mengalami
perubahan klasiflkasi yang dipersyaratkan tidak
melebihi 10% (sepuluh persen) dari total berat barang.
b. Nilai Bahan Non-Originating sebagaimana dimaksud pada
angka 1) hams dimasukkan dalam komponen Bahan Non
Originating untuk keperluan perhitungan RVC / QVC barang.
5. Perlakuan Terhadap Kemasan dan Bahan Pengemas
a. Untuk barang yang menggunakan kriteria asal barang
(origin criteria) RVC/QVC, nilai pengemas untuk penjualan.
eceran hams ikut dihitung sebagai komponen barang dalam
RVC/ QVC apabila pengemas tersebut dianggap membentuk
keseluruhan barang.
b. Dalam hal ketentuan pada huruf a tidak dapat diterapkan,
pengemas untuk penjualan eceran, apabila diklasifikasikan
dalam satu pos tarif dengan barangnya, tidak
diperhitungkan dalam menentukan asal barang sepanjang
kriteria asal barang (origin criteria) yang digunakan yakni
CTC.
c. Kontainer dan pengemas yang khusus digunakan untuk
tujuan pengangkutan tidak diperhitungkan untuk
penentuan keasalan barang.
6. Aksesoris, Spare Parts, dan Peralatan
a. Aksesoris standar, spare parts, dan peralatan dari barang
jadi yang dikirimkan bersama dengan barang jadi tersebut
hams dianggap originating apabila barang jadi merupakan
Barang Originating dan hams diabaikan dalam penentuan
pemenuhan kriteria asal barang (origin criteria) CTC atas
Bahan Non-Originating yang digunakan dalam produksi.
barang jadi, sepanjang:
1) aksesoris, spare parts, dan peralatan tersebut
diklasifikasikan bersama dengan barang dan tidak
dalam invoice yang terpisah; dan
2) jumlah dan nilai aksesoris, spare parts, dan peralatan
tersebut wajar.
b. Dalam hal suatu barang menggunakan kriteria asal barang
(origin criteria) RVC/QVC, nilai aksesoris, spare parts, dan
peralatan hams diperhitungkan sebagai Bahan Originating
maupun Bahan Non-Originating dalam perhitungan
RVC/QVC.
7. Elemen Netral (Neutral Elements)
Dalam menentukan apakah suatu barang merupakan Barang
Originating, barang-barang di bawah ini yang digunakan dalam
proses produksi dan tidak tergabung dengan barangnya, tidak
perlu ditentukan keasalan barangnya, yaitu:
a. bahan bakar dan energi;
jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
Departure Date:
Vessel/Flight/Train/Vehicle No.:
Port of loading:
Port of discharge:
5. Item 6. Description 7. HS 8. Origin 9. Gross weight or 10. Number and
num of code criteria other date of invoice
ber goods (Six n measurements
(including digit and FOB Value
number code) (only when
and type of RVC/QVC
package, criterion
and quantity) is used)
The undersigned hereby declares that It is hereby certified that the information
the above details and statement are herein is correct and that the goods described
correct, that all the goods were produced comply with the origin requirements specified
in in the Korea-Indonesia Comprehensive
Economic Partnership Agreement.
(Country)
(Importing Country)
jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
OVERLEAF NOTES
1. Parties which accept this form for purpose of preferential tariff treatment under the
KOREA-INDONESIA Comprehensive Economic Partnership Agreement (KICEPA) are
REPUBLIC OF KOREA and REPUBLIC OF INDONESIA.
2. CONDmONS: To enjoy preferential tariff treatment under the KICEPA, goods sent to a
Party listed above:
(i) must fall within a description of goods eligible for concessions in the importing
Party;
(ii) must comply with the consignment conditions in accordance with Article 3.9 (Direct
Consignment); and
(iii) must comply with the origin criteria in Chapter 3 (Rules of Origin and Origin
Procedures).
Reference No.: Serial number of Certificate of Origin assigned by the issuing body.
Box 1 State the full legal name and address (including country) of the exporter.
Box2 State the full legal name and address (including country) of the importer.
Box3 Complete the means of transport and route and specify the departure date, transport
vehicle No., port of loading, and port of discharge.
Box4 Any additional information may be included. However, in the following conditions, the
remarks shall be as follows:
Condition Remark
A good is invoiced by a non-Party "NON-PARTI INVOICING" and
operator indicating the full legal name and
country of the operator that issues the
invoice
A Certificate of Origin is issued "ISSUED RETROACTIVELY"
retroactively
A Certified true copy is issued "CERTIFIED TRUE COPY"
Box6 Provide a full description of each good. The description should be sufficiently detailed
to enable the goods to be identified by the Customs Officers examining them and
relate them to the invoice description. The number and kind of packages, and
quantity shall be specified. If the goods are not packed, state "IN BULK".
Box7 For each good described in Box 6, identify HS Code to six digits. The HS Code shall
be that of the importing Party.
Box8 The exporter must indicate in Box 8 the origin criteria on the basis of which he
claims that the goods qualify for preferential tariff treatment, in the manner shown in
the following table:
jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
Box 9 Gross weight in Kilos should be shown here. Other units of measurement e.g.
volume which would indicate exact quantities may be used when customary.
Box 10: Invoice number and date of invoice should be shown here. In case where a good is
invoiced by a non-Party operator and the number and date of the commercial invoice
is unknown, the number and date of the original commercial invoice, issued in the
exporting Party, shall be indicated in this box.
Box 11: This box shall be completed, signed and, dated by the exporter or producer.
Box 12: This box shall be completed, signed, dated, and stamped by the authorized person of
the competent authority or issuing body.
Note: The instructions hereon are only used for purposes of reference to complete the Certificate
of Origin, and thus do not have to be reproduced or printed in the overleaf page.
jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
Reference No.
5. Item 6. Description 7. HS 8. Origin 9. Gross weight or 10. Number and
number of code criterion other date
goods (Six digit measurements of invoice
(including code) and FOB Value
number (only when
and type of RVC/QVC
package, criterion is used)
and
quantitv)
The undersigned hereby declares that the It is hereby certified that the information
above details and statement are correct, herein is correct and that the goods
that all the goods were produced in described comply with the origin
requirements specified in the Korea-Indonesia
CEPA.
(Country)
(Importing Country)
Place and date,
signature and stamp of issuing body
Place and date,
signature of authorized signatory
jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
t 1f
jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
t1f
jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
jdih.kemenkeu.go.id