KEUANGAN
P.EPUBL!K INDONESIA
SALINAN
www.jdih.kemenkeu.go.id
-2 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PENGENAAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR
BERDASARKAN PERSETUJUAN PEMBENTUKAN KAWASAN
PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-AUSTRALIA-SELANDIA BARU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif clan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
Undang-Undang Kepabeanan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 9 -
BAB II
TARIF PREFERENSI DAN KETENTUAN ASAL BARANG
(RULES OF ORIGIN)
Bagian Kesatu
Tarif Preferensi
Pasal 2
(1) Barang impor dapat dikenakan Tarif Preferensi yang
besarnya dapat berbeda dari tarif bea masuk yang
berlaku umum (Most Favoured Nation/MFN).
(2) Besaran tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif bea masuk dalam rangka
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area.
(3) Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan terhadap:
a. impor barang untuk dipakai yang menggunakan
pemberitahuan pabean impor berupa Pemberitahuan
Impor Barang {PIB);
b. impor barang untuk dipakai yang menggunakan
pemberitahuan pabean impor berupa pemberitahuan
impor barang dari TPB, yang pada saat pemasukan
barang ke TPB telah mendapatkan persetujuan
untuk menggunakan Tarif Preferensi;
c. impor barang untuk dipakai yang menggunakan
pemberitahuan pabean impor berupa pemberitahuan
impor barang dari PLB, yang pada saat pemasukan
barang ke PLB telah mendapatkan persetujuan
untuk menggunakan Tarif Preferensi;
tt
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
Pasal 3
(1) Ketentuan Asal Barang terdiri dari:
a. kriteria asal barang (origin criteria);
b. kriteria pengiriman (consignment criteria); dan
c. ketentuan prosedural (procedural provisions).
(2) Rincian lebih lanjut mengenai Ketentuan Asal Barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Kriteria Asal Barang
(Origin Criteria)
Pasal 4
(1) Kriteria asal barang (origin criteria) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. barang yang seluruhnya diperoleh atau diproduksi
di 1 (satu) Negara Anggota (wholly obtained a tau
produced);
b. barang yang diproduksi di Negara Anggota dengan
hanya menggunakan Bahan Originating yang berasal
dari 1 (satu) atau lebih Negara Anggota (produced
exclusively); a tau
c. barang yang tidak seluruhnya diperoleh atau
diproduksi di 1 (satu) Negara Anggota (not wholly
obtained atau produced).
(2) Kriteria asal barang (origin criteria) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan barang yang
termasuk dalam daftar PSR sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Annex 2 Protokol Perubahan Pertama
terhadap Persetujuan Pembentukan Kawas an
Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
Bagian Ketiga
Kri teria Pengiriman
(Consignment Criteria)
Pasal 5
(1) Kriteria pengiriman (consignment criteria) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota
yang menerbitkan SKA Form AANZ ke dalam Daerah
Pabean tanpa melalui negara selain Negara Anggota;
atau
b. barang impor dikirim melalui negara selain Negara
Anggota.
(2) Barang impor dapat dikirim dari Negara Anggota yang
menerbitkan SKA Form AANZ melalui negara selain
Negara Anggota, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, untuk tujuan transit dan/ atau transhipment
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mengalami proses produksi atau proses
lainnya selain bongkar, muat, penyimpanan, atau
kegiatan lainnya yang diperlukan untuk menjaga
agar barang tetap dalam kondisi baik;
b. tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di negara
tujuan transit dan/ atau transhipment; dan
c. ditujukan untuk alasan geografis, ekonomis, atau
logistik.
Pasal 6
Dalam hal pengiriman barang impor dilakukan melalui negara
selain Negara Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2), Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB,
Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan Bebas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d
angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK, harus
menyerahkan dokumen berupa:
a. through bill of lading atau dokumen pengangkutan
lainnya yang diterbitkan di Negara Anggota pengekspor
ft
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
Bagian Keempat
Ketentuan Prosedural
(Procedural Provisions)
Pasal 7
(1) Ketentuan prosedural (procedural provisions)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c
terkait dengan penerbitan SKA Form AANZ, harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan bentuk dan
format SKA Form AANZ sesuai dengan format yang
tercantum dalam Lampiran huruf A angka VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini, termasuk halaman depan dan Overleaf
Notes;
b. memuat nomor referensi SKA Form AANZ;
c. memuat tanda tangan pejabat yang berwenang dan
stempel resmi dari Instansi Penerbit SKA secara
manual atau elektronik;
d. diterbitkan sedekat mungkin dengan Tanggal
Pengapalan atau Tanggal Eksportasi, namun tidak
lebih 3 (tiga) hari kerja setelah Tanggal Pengapalan
atau Tanggal Eksportasi;
e. dicantumkan kriteria asal barang (origin criteria)
untuk setiap uraian barang, dalam hal SKA Form
AANZ mencantumkan lebih dari 1 (satu) uraian
barang;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
Pasal 8
(1) Negara Anggota pengekspor kedua dapat menerbitkan
SKA Back-to-Back berdasarkan SKA Form AANZ yang
diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama.
(2) SKA Back-to-Back sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. memenuhi ketentuan penerbitan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7;
b. berisi informasi yang sama dengan SKA Form AANZ
yang diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor
pertama, kecuali jumlah barang dan nilai Free-on-
Board (FOB);
c. total jumlah barang yang tercantum pada SKA Back-
to-Back tidak boleh melebihi jumlah barang yang
tercantum pada SKA Form AANZ yang diterbitkan
oleh Negara Anggota pengekspor pertama;
d. mencantumkan nilai Free-on-Board (FOB) barang di
Negara Anggota pengekspor kedua, dalam hal
menggunakan kriteria asal barang (origin criteria)
kandungan nilai regional atau Regional Value
Content (RVC);
www.jdih.kemenkeu.go.id
-- 16 -
Pasal 9
(1) Perusahaan lain yang berlokasi di negara ketiga a tau
perusahaan lain yang berlokasi di negara yang sama
dengan negara tempat diterbitkannya SKA Form AANZ,
dapat menerbitkan Third-Party Invoice.
(2) SKA Form AANZ yang menggunakan Third-Party Invoice
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. mencantumkan nama perusahaan yang menerbitkan
Third-Party Invoice pada kolom 7 SKA Form AANZ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
Pasal 10
(1) Untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Importir wajib:
a. menyerahkan lembar asli SKA Form AANZ;
b. mencantumkan kode fasilitas Persetujuan
Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-
Australia-Selandia Baru pada Pemberitahuan Impor
Barang (PIB) secara benar; dan
c. mencantumkan nomor referensi dan tanggal SKA
Form AANZ pada Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
secara benar.
(2) Untuk Importir sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
yang termasuk dalam kategori jalur kuning atau jalur
merah, penyerahan lembar asli SKA Form AANZ ke
Kantor Pabean dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA
Form AANZ wajib diserahkan kepada Pejabat Bea
dan Cukai di Kantor Pabean paling lambat pada
pukul 12.00 pada hari berikutnya; atau
b. untuk Kantor Pabean yang belum ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan
kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu, lembar asli SKA
Form AANZ wajib diserahkan kepada Pejabat Bea
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
tI
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -
Pasal 11
(1) SKA Form AANZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dapat disampaikan secara elektronik oleh Instansi
Penerbit SKA kepada Kantor Pabean sesuai dengan:
a. mekanisme e-Form D sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara
pengenaan tarif bea masuk atas barang impor
berdasarkan Persetujuan Perdagangan Barang
ASEAN; atau
b. hasil kesepakatan Negara Anggota.
(2) Dalam hal SKA Form AANZ disampaikan secara
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemenuhan kewajiban penyerahan lembar asli SKA Form
AANZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
dikecualikan untuk Importir, Penyelenggara/ Pengusaha
TPB, Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di
Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku
Usaha KEK.
(3) Tata cara importasi dan penelitian atas penggunaan SKA
Form AANZ yang disampaikan secara elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan:
a. tata cara importasi dan penelitian atas penggunaan
e-Form D sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai tata cara pengenaan
tarif bea masuk atas barang impor berdasarkan
Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN; a tau
b. tata cara importasi dan penelitian yang diatur
berdasarkan hasil kesepakatan Negara Anggota.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
BAB III
PENELITIAN DAN PENGENAAN TARIF PREFERENSI
Bagian Kesatu
Penelitian SKA Form AANZ
Pasal 12
(1) Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean melakukan
penelitian terhadap SKA Form AANZ dalam rangka
pengenaan Tarif Preferensi.
(2) Pejabat Bea dan Cukai dapat meminta informasi kepada
Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB, Penyelenggara/
Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan Bebas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d
angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan.
(3) Terhadap pengenaan Tarif Preferensi atas barang yang
diimpor dengan menggunakan SKA Form AANZ
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan
Penelitian Ulang atau Audit Kepabeanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan.
Pasal 13
(1) Penelitian terhadap SKA Form AANZ untuk pengenaan
Tarif Preferensi se bagaimana dimaksud dalam Pas al 12,
meliputi:
a. pemenuhan kriteria asal barang (origin criteria)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;
b. pemenuhan kriteria pengiriman (consignment
criteria) se bagaimana dimaksud dalam Pas al 5 dan
Pasal 6;
c. pemenuhan ketentuan prosedural (procedural
provisions) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
sampai dengan Pasal 11;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
Pasal 14
(1) SKA Form AANZ tetap sah dalam hal terdapat perbedaan
yang bersifat minor (minor discrepancies).
(2) Perbedaan yang bersifat minor sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) meliputi:
a. kesalahan pengetikan dan/ atau eJaan pada SKA
Form AANZ, sepanJang dapat diketahui
kebenarannya melalui Dokumen Pelengkap Pabean;
b. perbedaan penggunaan centang atau silang (baik
manual ataupun tercetak) pada kotak dalam SKA
Form AANZ, serta perbedaan ukuran centang atau
silang tersebut;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
Bagian Kedua
Retroactive Check dan Verification Visit
Pasal 15
(1) Terhadap SKA Form AANZ yang diragukan keabsahan
dan kebenaran isinya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (4), dilakukan Permintaan Retroactive Check
kepada Instansi Penerbit SKA, dan atas barang impor
tersebut dikenakan tarif bea masuk yang berlaku umum
(Most Favoured Nation/MFN).
(2) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilampiri dengan copy atau pindaian SKA
Form AANZ, dan menyebutkan alasan keraguan, disertai
dengan:
a. permintaan penjelasan keabsahan dan kebenaran isi
SKA Form AANZ; dan/ atau
b. permintaan informasi, catatan, bukti dan/ atau data-
data pendukung terkait.
(3) Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan oleh:
a. direktur di lingkungan Direktorat J enderal Bea dan
Cukai yang melaksanakan tugas dan fungsi di
bidang Audit Kepabeanan dan Penelitian Ulang;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
Pasal 16
(1) Direktur J enderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuk dapat melakukan Verification Visit jika jawaban
atas Permintaan Retroactive Check sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15, diragukan kebenarannya,
dan/ atau tidak mencukupi untuk membuktikan
pemenuhan Ketentuan Asal Barang dan/ atau keabsahan
SKA Form AANZ.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
Pasal 17
(1) Pihak yang terlibat dalam proses Permintaan Retroactive
Check clan pelaksanaan Verification Visit harus menjaga
kerahasiaan informasi.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diungkapkan oleh instansi yang berwenang
melakukan penelitian clan penindakan terkait Ketentuan
Asal Barang.
BAB IV
KETENTUAN SANKSI
Pasal 18
(1) Dalam hal jawaban atas permintaan Retroactive Check,
SKA Form AANZ diduga palsu atau dipalsukan, Pejabat
Bea clan Cukai melakukan penelitian lebih lanjut
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang kepabeanan.
(2) Terhadap Importir, Penyelenggara/Pengusaha TPB,
Penyelenggara/Pengusaha PLB, pengusaha di Kawasan
Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf d angka 3, atau Badan Usaha/Pelaku Usaha KEK
yang menggunakan SKA Form AANZ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan pemutakhiran profil
www.jdih.kemenkeu.go.id
Ft
- 32 -
Pasal 19
Dalam hal hasil koordinasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa eksportir terlibat dalam
SKA Form AANZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(1), terhadap importasi yang berasal dari eksportir yang
bersangkutan tidak diberikan Tarif Preferensi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak eksportir dinyatakan terlibat oleh
Negara Anggota penerbit SKA Form AANZ.
BABV
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 20
(1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan
Cukai melakukan monitoring dan/ atau evaluasi
terhadap pemanfaatan SKA Form AANZ di wilayah kerja
masing-masing secara periodik.
(2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan
Cukai menyampaikan hasil monitoring dan/ atau
evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
direktur yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang
kerja sama kepabeanan internasional sebagai bahan
evaluasi kebijakan pemanfaatan SKA Form AANZ.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
(1) Barang impor yang berasal dari Negara Anggota dengan
nilai Free-on-Board (FOB) tidak melebihi US$200.00 (dua
ratus United States Dollar), dapat dikenakan Tarif
Preferensi tanpa harus melampirkan SKA Form AANZ.
(2) Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dapat diberikan, sepanjang importasi terse but
bukan merupakan bagian dari 1 (satu) atau lebih
importasi lainnya yang bertujuan untuk menghindari
kewajiban penyerahan SKA Form AANZ.
(3) Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), hanya diberikan terhadap barang impor yang
menggunakan dokumen Pemberitahuan Impor Barang
(PIB).
Pasal 22
(1) Penelitian Ketentuan Asal Barang untuk pengenaan Tarif
Preferensi:
a. atas impor barang untuk dipakai dari TPB dan PLB;
dan
b. atas pengeluaran barang dari Kawasan Bebas ke
TLDDP,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Penelitian Ketentuan Asal Barang untuk pengenaan Tarif
Preferensi atas pengeluaran barang dari KEK ke TLDDP
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Lampiran huruf B angka I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
Pasal 23
Dalam hal SKA Form AANZ dibatalkan oleh Instansi Penerbit
SKA, Tarif Preferensi tidak diberikan.
Pasal 24
Tata cara penyerahan SKA Form AANZ beserta Dokumen
Pelengkap Pabean selama pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara penyerahan Surat Keterangan
Asal beserta Dokumen Pelengkap Pabean Penelitian Surat
Keterangan Asal dalam rangka pengenaan tarif bea masuk
atas barang impor berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
internasional selama pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).
Pasal 25
(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure), Direktur
Jenderal dapat menetapkan prosedur pemberian Tarif
Preferensi.
(2) Direktur Jenderal yang menerima pelimpahan wewenang
dari Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. wajib memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. bertanggung jawab secara substansi atas
pelaksanaan pelimpahan wewenang yang diberikan
kepada yang bersangkutan; dan
c. tidak dapat melimpahkan kembali pelimpahan
kewenangan yang diterima kepada pihak lainnya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
Pasal 26
Petunjuk teknis mengenai tata cara pengenaan tarif bea
masuk atas barang 1mpor berdasarkan Persetujuan
Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-
Selandia Baru, dapat ditetapkan oleh Direktur J enderal.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini berlaku terhadap
barang impor yang dokumen pemberitahuan pabeannya telah
mendapat nomor dan tanggal pendaftaran dari Kantor Pabean
tempat dipenuhinya kewajiban pabean terhitung sejak tanggal
berlakunya Peraturan Menteri ini.
Pasal 28
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai tata cara pengenaan tarif bea masuk atas barang
impor berdasarkan skema ASEAN-Australia-New Zealand Free
Trade Area (AANZFTA) sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 229 /PMK.04/2017 tentang Tata
Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor
Berdasarkan Perjanjian atau Kesepakatan Internasional
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1980)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.04/2019
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 229/PMK.04/2017 tentang Tata Cara Pengenaan Tarif
Bea Masuk atas Barang Impor berdasarkan Perjanjian atau
Kesepakatan Internasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 985), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
Pasal 29
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal diundangkan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-37 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Oktober 2020
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Oktober 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 168/PMK.04/2020
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR
BERDASARKAN PERSETUJUAN PEMBENTUKAN KAWASAN
PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-AUSTRALIA-SELANDIA BARU
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
FOB
atau
Keterangan:
a) biaya bahan baku dalam rangka Persetujuan
Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-
Australia-Selandia Baru merupakan nilai Bahan
Originating, bagian atau barang yang diperoleh atau
diproduksi sendiri oleh produsen dalam proses
produksi barang;
b) biaya Tenaga Kerja meliputi upah, remunerasi, dan
biaya kesejahteraan karyawan lainnya;
c) biaya Overhead merupakan total tambahan
pengeluaran untuk proses produksi;
d) biaya Lainnya merupakan biaya yang timbul pada saat
pemuatan barang di kapal atau alat transportasi
lainnya untuk tujuan ekspor namun tidak terbatas
pada, biaya transportasi domestik, penyimpanan dan
pergudangan, penanganan pelabuhan, biaya broker
dan biaya layanan;
e) FOB merupakan nilai Free-on-Board barang; dan
f) nilai dari Bahan Non-Originating merupakan nilai CIF
pada saat importasi atau harga terawal yang
dibayarkan (earliest ascertain price paid) untuk seluruh
Bahan Non-Originating, bagian, atau barang yang
diperoleh oleh produsen untuk produksi barang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
pt
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
V. KETENTUAN LAIN-LAIN
Dalam hal Instansi Penerbit SKA menetapkan website untuk
melakukan pengecekan validitas SKA Form AANZ, informasi atas
website tersebut diberitahukan dengan menggunakan mekanisme
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan Menteri ini.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
,i, ilfem :!k M!.rlit1. anti 1'. Humibor end Undl or PllfDitl!IQe-..;
ll'IUl'fflbi!I numbein; Of:!
p:iri~;zsg-11,, C.a!Ci!t ,a
d1,i:,11rlpt,on, of good!. lnellil:dll\lU H 8
dlglbs) aind tm,ndi :msm.cr (If
;ei;pp,lf(:i;sblt<I. N,Hl'll!I afl)llnJ;t,l:Hllljl it,s.ulnQ
ttti.'l't!I p11rcy ll'ii'il",tilllll l)l!'ll!!P!PllD.e:bl!!!)
,lil:ld that 1h,ii:; or.imply 'lll>11th t.hl! ruhn; 01' C«fQtn, i'Hi p:rO\'ldad ,ln
C:hzipii,r 3 at thllf' Agroomie:nt Er.tl!.ibllc.h[l"IQ tho A 8EAH-
AU!I.U'l!l1,it-New zo111anr::1 Fira,s T,;ado .Arflla ·ror th,e Qoodis
\t:ll';'l:11:i.rt,e,d to
a ,/l;ooumuelilol\'1
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -
OVERLEAF NOTES
1. Countries which accept this form for the purpose of preferential treatment under the Agreement Establishing the ASEAN-
Australia-New Zealand Free Trade Area (the Agreement):
Australia Brunei Darussalam Cambodia Indonesia Lao PDR Malaysia
Myanmar New Zealand Philippines Singapore Thailand Viet Nam
(herein after individually referred to as a Party)
2. CONDITIONS: To be eligible for the preferential treatment under the AANZFTA, goods must:
a. Fall within a description of products eligible for concessions in the importing Party;
b. Comply with all relevant provisions of Chapter 3 (Rules of Origin) of the Agreement.
3. EXPORTER AND CONSIGNEE: Details of the exporter of the goods (including name, address and country) and consignee
(name and address) must be provided in Box 1 and Box 2, respectively.
4. DESCRIPTION OF GOODS: The description of each good in Box? must include the Harmonized Commodity Description and
Coding System (HS) subheading at the 6-digit level of the exported product, and if applicable, product name and brand name.
This information should be sufficiently detailed to enable the products to be identified by the customs officer examining them.
5. ORIGIN CRITERIA: For the goods that meet the origin criteria, the exporter should indicate in Box8of this Form, the origin
criteria met, in the manner shown in the following table:
Circumstances of production or manufacture in the country named in Box11 of this Insert in Box8
form:
(a) Goods wholly produced or obtained satisfying Article 2.1 (a) of Chapter 3 of the WO
Agreement
(b} Goods produced entirely satisfying Article 2.1 (c) of Chapter 3 of the Agreement PE
(c) Not wholly produced or obtained in a Party, provided that the goods satisfy Article 4of
Chapter 3 of the Agreement as amended by the First Protocol i.e., if the good is
specified in Annex 2, all the product specific requirements listed have been met:
- Change in Tariff Classification CTC
- Regional Value Content RVC
- Regional Value Content+ Change in Tariff Classification "e.g. CTSH + RVC
- Other, including a Specific Manufacturing or Processing Operation 35%"
Other
6. EACH GOOD CLAIMING PREFERENTIAL TARIFF TREATMENT MUST QUALIFY IN ITS OWN RIGHT: It should be noted
that all the goods in a consignment must qualify separately in their own right. This is of particular relevance when similar
articles of different sizes or spare parts are exported.
7. FOB VALUE: For Consignments to all Parties where the origin criteria includes a Regional Value Content requirement:
An exporter from an ASEAN Member State must provide in Box 9 the FOB value of the goods
An exporter from Australia or New Zealand can complete either Box 9 or provide a separate "Exporter Declaration" stating
the FOB value of the goods.
The FOB value is not required for consignments where the origin criteria does not include a Regional Value Content
requirement. In the case of goods exported from and imported by Cambodia and Myanmar, the FOB value shall be included in
the Certificate of Origin or the back-to-back Certificate of Origin for all goods, irrespective of the origin criteria used, for two (2)
years from the date of entry into force of the First Protocol or an earlier date as endorsed by the Committee on Trade in
Goods.
8. INVOICES: Indicate the invoice number and date for each item. The invoice should be the one issued for the importation of the
good into the importing Party.
9. SUBJECT OF THIRD PARTY INVOICE: In cases where invoices used for the importation are issued in a third country, in
accordance with Rule 22 of the Operational Certification Procedures, the "SUBJECT OF THIRD-PARTY INVOICE" box in Box
13should be ticked ( ✓ )and the name of the company issuing the invoice should be provided in Box ?or, if there is insufficient
space, on a continuation sheet. The number of the invoices issued by the manufacturers or the exporters and the number of
the invoices issued by the trader (if known) for the importation of goods into the importing Party should be indicated in Box 10.
10. BACK-TO-BACK CERTIFICATE OF ORIGIN: In the case of a back-to-back certificate of origin issued in accordance with
paragraph 3 of Rule 10 of the Operational Certification Procedures, the back-to-back certificate of origin in Box 13should be
ticked( ✓).
11. CERTIFIED TRUE COPY: In case of a certified true copy, the words "CERTIFIED TRUE COPY" should be written or stamped
on Box 12of the Certificate with the date of issuance of the copy in accordance with Rule 11 of the Operational Certification
Procedures.
12. FOR OFFICIAL USE: The Customs Authority of the Importing Party must indicate ( ✓) in the relevant boxes in Box4 whether or
not preferential tariff treatment is accorded.
13. BOX 13: The items in Box 13 should be ticked( ✓), as appropriate.in those cases where such items are relevant to the goods
covered by the Certificate.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -
certmcat& Ho.
:5 •. lfom 6. Marks &lei 7.. ttumber :and klllid of pac:.kagea; S. Origin ,. Quantity [Goose ,,101~nt or 10.1nvot00
,numb&r numbers; en €1Hcrlpllon or goocts lnctoolng HS Gcnferrlrig ottler mlila&tlr&mEint~ and number(a] and
j}SC:k.agel.l COdil {G dlglb} and brand name (If Grlserlon f&1Mi vah:.t& (FOB} Whl.i'r& f\VC It o.ste or 1m1otce(a)
appllcalltl) ()!f81'IBSf applied (Be& overleaf Notae)
;,,otesJ
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -
tt
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -
g. Dalam hal SKA Form AANZ ditolak clan Tarif Preferensi tidak
diberikan sebagaimana dimaksud pada huruf f:
1) Pejabat Bea clan Cukai di Kantor Pabean yang
melakukan penelitian dokumen BC 2.3 memberikan
catatan pada dokumen BC 2.3 dan/atau SKP yang
menerangkan bahwa SKA Form AANZ tidak memenuhi
ketentuan untuk mendapatkan Tarif Preferensi, serta
memberikan informasi penetapan tersebut kepada
Penyelenggara/Pengusaha TPB; clan
2) Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea clan Cukai
yang ditunjuk mengirimkan pemberitahuan penolakan
SKA Form AANZ secara tertulis kepada Instansi
Penerbit SKA sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat
(6) Peraturan Menteri ini.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -
ft
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -
rr
www.jdih.kemenkeu.go.id
66 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -
www.jdih.kemenkeu.go.id