Anda di halaman 1dari 17

Withholding Tax, Sistem Pemotongan Pajak

Pihak Ketiga
 Oleh Zsazya
 November 8, 2019

 3 menit

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on twitter
Share on linkedin

Apa Itu Withholding Tax?


Withholding tax adalah salah satu sistem pemotongan atau pemungutan pajak, di mana
pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan
sekaligus menyetorkannya ke kas negara. Bisa diartikan pula bahwa sistem withholding
tax merupakan pembayaran pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga.

Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara
bisa menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong, dengan melampirkan
bukti pemotongan atau pemungutan.

Pengertian Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan


pada Sistem Withholding Tax
Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi
penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan. Sehingga
menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterima penerima penghasilan,
seperti Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan PPh Pasal 23.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas
sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran,
misalnya PPh Pasal 22.
Withholding tax merupakan jalan pintas bagi pemerintah untuk memungut pajak. Lantaran wajib
pajak ditugaskan untuk melakukan pemungutan dan pemotongan pajak atas pihak lainnya,
sehingga pemerintah tidak memerlukan upaya dan biaya besar untuk mengumpulkan pajak.

Konsep sistem withholding tax tidak bisa disamaartikan dengan self assessment. Lantaran self
assessment memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, setor, dan
lapor kewajiban perpajakannya sendiri, bukan kewajiban perpajakan pihak lain.

Perlu diketahui, sistem withholding tax di Indonesia dikenakan terhadap seluruh penghasilan dari
kegiatan usaha, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-
70/PJ/2007.

Dalam konteks Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan (PPh), sebagaimana tercantum dalam
UU Nomor 7 Tahun 1983, withholding tax diperlakukan sebagai:

1. Angsuran pembayaran pajak (advanced payment).


2. Pemungut pajak final.

Jenis-Jenis Penghasilan yang Merupakan Objek


Withholding Tax
Pemerintah telah menentukan jenis-jenis penghasilan yang tanggung jawab perpajakannya
dilakukan menggunakan sistem withholding tax, baik yang diperlakukan sebagai angsuran masa
maupun pajak final. Berikut jenis-jenis penghasilan yang dikenakan withholding tax menurut
pasal-pasal dalam UU PPh:

1. Pemotongan PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri, yaitu penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

Pemotong PPh Pasal 21 adalah pihak yang memberikan penghasilan kepada wajib pajak orang
pribadi dalam negeri terkait pekerjaan. Contohnya adalah perusahaan pemberi lapangan kerja
yang memotong gaji yang diterima karyawan.

2. Pemungutan PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dibebankan kepada badan usaha tertentu yang
melakukan kegiatan perdagangan terkait ekspor, impor, re-impor, dan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
Pemungut PPh Pasal 22 terdiri dari bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas
penyerahan barang, badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang
impor, serta wajib pajak badan terkait pembayaran dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong mewah.

3. Pemotongan PPh Pasal 23

PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan wajib pajak luar negeri atas
penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang
bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final, atau tidak dapat digunakan
sebagai kredit pajak, kecuali ditentukan lain.

4. Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2)

Pasal 4 Ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang
diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4
Ayat (2), antara lain penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya,
penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari
pengalihan harta berupa tanah atau bangunan, penghasilan usaha jasa konstruksi, serta
penghasilan atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara. Pengenaan pajaknya diatur dengan
peraturan pemerintah.

5. Pemotongan PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma
penghitungan khusus untuk golongan wajib pajak tertentu. Pemotongan pajak penghasilan pasal
ini bertujuan memudahkan wajib pajak tersebut dalam melakukan kewajiban perpajakannya,
seperti perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri,
sampai perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi.

Pentingnya Pemasukan Pajak dari Sistem Withholding Tax


Perlu Anda ketahui, realisasi pajak penghasilan nonmigas periode Januari-Juli 2019 tercatat
mencapai Rp35,5 triliun atau sudah mencapai 53,66% terhadap target penerimaan pajak
nonmigas tahun 2019.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), penerimaan pajak dengan sistem withholding
tax menjadi kontributor utama pertumbuhan PPh nonmigas pada periode Januari-Juli tahun 2019.
Penerimaan pajak nonmigas terbesar berasal dari PPh Pasal 21 dengan pertumbuhan double
digit yakni 12,31%.

Sebagai withholding tax yang dipotong dari gaji (honorarium) yang diterima oleh pekerja
(karyawan), stabilnya fundamental kondisi ketenagakerjaan (employment) menjadi faktor utama
pendorong penerimaan.

Mengingat pentingnya peranan withholding tax dalam mengamankan penerimaan negara dari
sektor perpajakan, maka Direktorat Jenderal Pajak mewajibkan seluruh pemotong dan pemungut
pajak untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan yang
berlaku.
salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Withholding
Tax System(pemotongan/pemungutan pajak). Dalam sistem ini, pihak ketiga diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas
penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya
ke kas negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah
disetorkan ke kas negara akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak
yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan.Sistem
Withholding Taxdi Indonesia diterapkan pada mekanisme pemotongan/pemungutan
Pajak Penghasilan (PPh). Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah
pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan
kepada penerima penghasilan,sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah
penghasilan yang diterimanya (misalPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23). Sedangkan yang
dimaksud dengan pemungutan adalah jumlahpajak yang dipungut atas sejumlah
pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran
(misalPPh Pasal 22).Pemotongan PPh Pasal 21PPh Pasal 21 adalah pajak yang
dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dankegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun.Pemungutan PPh Pasal 22PPh Pasal 22 adalah Pajak yang
dipungut oleh:1.Bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas penyerahan
barang yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN);2.Badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan3.WP Badan tertentu terkait pembayaran
dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.Pemotongan PPh
Pasal 23PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri
dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yangberasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga,
dan royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan
(hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21.Pemotongan
PPh Pasal 26PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar
Negeri atas penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan
melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final
(tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain.
Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari
penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur melalui peraturan pemerintah dan
bersifat final. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 (2) antara lainpenghasilan
berupa bunga deposito dan tabungan/jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia,
penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek, penghasilan berupa bunga
dan diskonto obligasiyang dijual di pasar modal, penghasilan berupa bunga simpanan
yang dibayarkan kepada anggota koperasi (WP Orang Pribadi), penghasilan modal
ventura dari transaksi penjualan saham/pengalihan penyertaan modal perusahaan
pasangan usahanya, persewaan tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, penghasilan usaha jasa konstruksi, serta penghasilan atas
diskonto Surat Perbendaharaan Negara.Pemotongan PPh Pasal 15PPh Pasal 15
adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma penghitungan
khusus untuk golongan WP tertentu, agar memudahkan WP tersebut dalam melakukan
kewajiban perpajakannya, sepertiperusahaan pelayaran atau penerbangan
internasional; perusahaan asuransi luar negeri; perusahaan pengeboran minyak, gas
dan panas bumi; perusahaan dagang asing; serta perusahaan yang melakukan
investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer). Untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu tersebut,
Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus
guna menghitung besarnya penghasilan netto dari WP tertentu tersebut.Penerimaan
Withholding Taxpada tahun 2010 adalah sebesar Rp587,65 triliun, meningkat menjadi
Rp730,418 triliun pada tahun 2011, dan ditargetkan menjadi Rp849,706 triliun untuk
tahun 2012 atau 83,61% dari total target penerimaan pajak tahun 2012 sebesar
Rp1.016,237 triliun. Mengingat pentingnya peranan Withholding Taxdalam
mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan, maka Direktorat
JenderalPajak mewajibkan seluruh pemotong dan pemungut pajak untuk menyetorkan
dan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan yang berlaku. Bangga
bayar pajak!
The Facts about Annual Tax Return in
Indonesia
It is the time of the year again to file your annual tax return in Indonesia. Do not let the time run out
and avoid a painful fine for its late filing.

Cekindo has prepared a list of Frequently Asked Questions (FAQs), for everything you need to
know to file an annual tax return in Indonesia. These FAQs are particularly crucial for foreigners
working or starting a business in Indonesia for the first time.

Many expats often equate Tax Law in Indonesia with regulations in their home country. It is
actually more complicated than that when it comes to tax compliance. If you find tax return
requirements in Indonesia confusing, and there is something you need clarification on, do get
in touch with Cekindo. We are ready to help you out.

 What is an annual tax return in Indonesia? Who should file it?

An annual tax return in Indonesia is the tax form or forms used to report your personal or
corporate income and file taxes with the tax authority in Indonesia — The Directorate General of
Taxes (DGT).

Annual tax return should be filed every year by taxpayers in Indonesia. Taxpayers include both
individuals and businesses that have received income or a tax ID during the taxable year, through
wages, salaries, dividends, interests, revenues, and other sources of profit.

 What do you prepare to submit the tax return?

You will need to register yourself or your company at DGT with mandatory documents to obtain
a tax ID (Nomor Pokok Wajib Pajak – NPWP).

Corporate taxation issues in Indonesia are often complex because the tax regulations in Indonesia
get changed a lot. We have a professional legal teamto help you with your company’s
registration as a taxpayer. Once your company is registered at DGT through our services, we will
be able to provide you with assistance for your tax liabilities and accounting.

 What is the difference between individual and corporate tax return?

Both a local company and a foreign company which have a permanent establishment in
Indonesia are subject to a standard corporate income tax of 25% and are able to file a corporate
tax return yearly.

An individual who is on the payroll is liable to personal income tax. Tax rates for residents in
Indonesia are between 5% and 30%, and non-residents are subject to a 20% withholding tax of
income received in Indonesia.
 What are the differences among individual tax return for full-time employees, sole proprietary
business and individual with multiple incomes?

The forms used to submit for annual tax return are different. Form 1770 is for sole proprietors;
Form 1770-S is for individuals with multiple incomes; and form 1770-SS is for full-time
employees with annual gross income not exceeding IDR 60 million.

 What is Net Income Tax Norm (Norma Penghitungan Penghasilan Neto/ NPPN)?

NPPN is a calculation norm that can be used by taxpayers for calculating their net income for
one taxable year. It serves as the basis for income tax calculation.

 What documents do I have to prepare for a corporate tax return?

You will need a monthly withholding tax report, an annual withholding tax report, a monthly
income tax report, an annual income tax report, and an investment plan.

 How important is Form 1721-A1 for employees?

A Form 1721-A1 is vital as it is granted by employers to employees, serving as a proof that


employees’ incomes have already been withheld by them. This form is mandatory for employees
while filing for their individual annual tax returns.

 How to do my corporate tax return properly? Should I conduct accounting? Would recording be
sufficient?

It gets a little more demanding for a corporate tax return as it depends a lot on periodic
accounting and tax reporting — which is extremely crucial to Indonesian tax compliance.

Therefore, recording is hardly sufficient, and you should outsource your accountingto an external
party for a proper filing of corporate tax return. Please contact Cekindo’s professional
consultants and accountants here.

 How does the corporate income tax work? Is my company entitled to simpler 0.5% tax?

Corporate income tax is calculated based on accounting principles modified by certain tax
adjustments. Deductions are allowed for business expenditures.

Your company is entitled to simpler 0.5% tax only when it is a small company with annual
revenue less than 4.8 billion rupiah.
 When are the deadlines for both company and individual tax return?

The deadline for an individual tax return is on 31st March every year. For corporate, the tax
return must be lodged within four months after the end of the calendar year or taxable year.

 Can I request for more time to submit my tax return?

The corporate tax return deadline may be extended for two months by notifying DGT.

 Where can I get the forms I need?

Forms can be requested at tax offices (KPPs) or downloaded online at DGT website. And if you
engage Cekindo’s servicesfor tax filing, necessary forms will be included.

 Where do I send my tax return in Indonesia?

Your tax return shall be sent to the tax office (KPP) that you or your company registers as a
taxpayer.

 What if I don’t file my annual tax return? Is there any exception to not file an annual tax return?

If you fail to file your annual tax return on time, a 2% monthly interest will be charged on the tax
payable. On top of that, you will be required to pay for an administrative sanction fee of IDR
100,000 for personal income tax return, or IDR 1,000,000 for corporate income tax return.

For individuals who stay less than 183 days in a year in Indonesia, you are not obligated to file
income tax return in the country.

 What are e-Filing and e-Billing?

E-Filling is the filling for tax return electronically. E-Billing is the electronic billing for tax
payments. Both are done online at DGT website.

 How can I get my eFin?

eFin can be obtained and activated at the KPP. For companies, the procedure must be done at the
KPP where your company is registered.

 What if I am about to leave Indonesia? Should I submit the tax return?

You will have to submit your tax return if you only leave Indonesia temporarily.

 How do I submit an annual tax return for my business with a nominee arrangement?
With a nominee arrangement, your business is still liable for corporate taxes, and a nominee can
submit a tax return on behalf of the business at the tax office. The dividend from the tax return
will be fully received by the business owner. However, a withholding tax will be deducted.

A nominee arrangement for annual tax return submission can be done through services provided
by Cekindo in the safest way.

 Can I pay taxes on my nominee’s behalf? Or can my nominee pay taxes on my behalf?

Yes, considering the nominee is also one of the company’s shareholders.

 If I don’t have a tax ID in Indonesia, how should I submit an annual tax return?

You can’t submit an annual tax return without a tax ID in Indonesia.

 Should I submit the annual tax return, if I have a business in Indonesia and I don’t physically live
here?

You should submit a corporate tax return, but not an individual tax return if you don’t live in
Indonesia
Unsur – Unsur Objek Withholding Tax
By Nur Fadhila Amri, SE., M.Si On 21 Okt 2015 77

Withholding tax merupakan Pemotongan pajak yang dipotong dari pembayaran korporasi dibuat
untuk wajib pajak. Pajak yang dikenakan atas penghasilan pasif diperoleh oleh seorang individu atau
korporasi dari satu negara dalam yurisdiksi pajak negara lain. Pendapatan pasif termasuk dividen dan
pendapatan bunga, pendapatan dari royalti, paten, atau hak cipta. Sebuah pemotongan pajak adalah
pajak tidak langsung.

Pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut
pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas
Negara.

Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara
itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti
pemotongan atau pemungutan.

Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi
penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan sehingga
menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya (misal: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23).
Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah
pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran (misal: PPh Pasal
22).

Withholding tax ini merupakan cara termudah bagi pemerintah untuk memungut pajak, tetapi di
pihak lain, yaitu pihak wajib pajak, withholdin tax ini menimbulkan beban pemenuhan kewajiban
perpajakan (cost of compliance), yaitu misalnya (1) beban administrasi, (2) beban sanksi administrasi kalau
terlambat memotong dan / atau menyetorkan, atau (3) alpa tidak / belum memotong pajaknya pihak lain.
Dengan kata lain, dalam sistem withholding ini, wajib pajak diwajibkan untuk memungut dan
mengadministrasikan pajaknya pihak lain (wajib pajak lain) yang mana kewajiban untuk
mengadministrasikan pajaknya pihak lain tersebut sebenarnya adalah tanggungjawab pemerintah (dalam
hal ini adalah Ditjen pajak). Apabila dikaitkan dengan sistem self assessment, yang memberikan
kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung , memperhitungkan, membayar dan
melaporkan kewajiban perpajakannya (kewajiban pajak wajib pajak sendiri, bukan pajaknya wajib pajak
lain / pihak lain), maka konsep sistem withholding tax ini berbeda dengan sistem self assessment. Dalam
sistem witholding tax, wajib pajak diberi kewajiban untuk memotong, menyetorkan dan
mengadministrasikan pajaknya pihak lain. Sedangkan dalam sistem self assessment, wajib pajak
berkewajiban untuk menghitung, menyetorkan dan mengadministrasikan kewajiban pajaknya sendiri.

Dalam sistem withholding tax yang berlaku saat ini di Indonesia, kewenangan Ditjen dalam
menentukan jenis – jenis penghasilan yang merupakan objek withholding tax. Tidak adanya pembatasan
mengenai jenis – jenis penghasilan yang layak dan tidak layak dikenakan withholding tax tentunya akan
akan memberikan keleluasan bagi pemerintah untuk terus memperluas pengenaan withholding tax ini.
Alasannya adalah karena penerimaan pajak akan mudah terkumpul dan tugas pemerintah (Ditjen pajak)
cukup mengawasi saja, dan kalau ada wajib pajak tidak menjalankan withholding tax tersebut dengan
benar, maka Ditjen pajak tinggal menerapkan sanksi administrasi yang tentunya akan menambah pundi –
pundi penerimaan negara. Akan tetapi, bagi wajib pajak, perluasan withholding tax ini tentunya
menimbulkan cost of compliance yang tinggi, karena mereka dibebani untuk memungut pajaknya pihak
lain yang seharusnya bukan tanggung jawab mereka untuk memungut dan mengadministrasikannya.
Pertanyaan kita bersama, mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bermula dan luasnya pendegelesian
wewenang yang diberikan oleh UU PPh yang berlaku sekarang kepadapemerintah untuk menentukan
sendiri jenis – jenis penghasilan yang akan dikenakan withholding tax. Adapun pasal – pasal dalam UU PPh
yang memberikan kekuasaan kepada pemerintah untuk menentukan sendiri penghasilan yang akan
dikenakan withholding tax baik yang diperlukan sebagai angsuran masa maupun pajak final adalah sebagai
berikut :

Tabel 1. Undang – Undang PPh yang dikenakan withholding tax

No Pasal Jenis penghasilan usaha yang didelegasikan kepada


pemerintah

1 Pasal 4 ayat (2) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan –
tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan
harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan
tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan
peraturan pemerintah.

2 Pasal 23 ayat (1) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
huruf c butir 2 jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lainnya selain jasa
yang telah dipotong pajak, penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21.

3 Pasal 23 ayat (2) Besarnya perkiraan penghasilan neto dan jenis lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ditetapkan oleh
Direktur jenderal pajak.

Dalam RUU PPh yang saat ini sudah dalam tahap pembahasan di DPR perlu adanya pembatasan
atas penggunaan withholding tax atas penghasilan usaha dan kalaupun ada, jenis – jenis penghasilan yang
akan dikenakan withholding tax tersebut harus dinyatakan dengan jelas dan tegas dalam UU dan bukan
didelegasikan kepada pemerintah. Hal ini terkait dengan filosofi dari pajak yang intinya adalah bahwa
pajak yang akan dipungut oleh negara harus berdasarkan kesepakatan antara warga negara dan negara
yang dituangkan oleh UU, pasal 23a UUD 1945 juga menyatakan secaa tegas bahwa pajak dan pengutang
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh UU. Sebagai bentuk penghargaan
kepada wajib pajak yang telah banyak membantu pemerintah dalam mengumpulkan pajak melalui sistem
withholding tax perlu dipertimbangkan adanya pemberian kompensasi seperti yang dilakukan oleh negara
bagian Amerika Serikat yang memberikan kompinsasi kepada pemotong / pemungut pajak untuk
menutupi biaya yang telah dikeluarkannya dalam rangka melakukan administrasi pemotongan dan
pelaporan pajak.
IDENTIFIKASI ATAS OBJEK – OBJEK
WITHHOLDING TAX (PPh 22)
By Nur Fadhila Amri, SE., M.Si On 21 Okt 2015 52

PPh 22

1. Definisi
Merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh :

– Bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga Negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang;

– Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain

2. Pemungut Pajak
Pemungut PPh Pasal 22 adalah:

– Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang.

– Direktorat Jenderal Anggaran dan Bendaharawan Pemerintah baik Pusat dan Daerah.

– BUMN dan BUMD.

– BI, BPPN (sekarang PT PPA), BULOG, Telkom, PLN, PT Garuda Indonesia, PT Krakatau Steel, Pertamina dan
bank-bank BUMN.
– Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan otomotif, atas penjualan
produksinya.

– Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan
yang ditunjuk oleh KPP atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.

3. Objek Pemungutan PPh Pasal 22


Objek pemungutan PPh Pasal 22 adalah:

– Impor barang

– Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Ditjen Anggaran & Bendaharawan Pemerintah
baik Pusat dan Daerah

– Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh BUMN dan BUMD

– Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan badan usaha yang bergerak di bidang industri
semen, rokok, kertas, baja dan otomotif

– Pembelian bahan-abhan untuk keperluan industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian dan perikanan yang ditunjuk oleh KPP atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

4. Objek Pemungutan Dikecualikan dari PPh 22


YANG DIKECUALIKAN dari PPh Pasal 22 adalah:

– Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tiadk terutang Pajak Penghasilan.

– Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk.

– Dalam hal impor semetnara jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.

5. Tarif Pemotongan/Pemungutan PPh 22 bagi WP tidak ber-NPWP


Lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak

Anda mungkin juga menyukai