Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR AKUNTANSI PERPAJAKAN

A. Pengertian
Menurut UU No.16 Tahun 2009 bahwa, Pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi maupun badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dan tidak memperoleh imbalan secara langsung serta
digunakan untuk keperluan negara. Akuntansi Pajak merupakan suatu proses pencatatan,
penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban
perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT)

B. Karakteristik Pajak
1. Pajak merupakan kontribusi wajib yang berlaku bagi setiap warga negara
2. Pajak bersifat memaksa bagi setiap warga negara
3. Warga negara tidak mendapatkan imbalan langsung. Saat membayar pajak dalam
jumlah tertentu wajib pajak tidak menerima langsung manfaat dari pajak yang
dibayarkan. Tetapi wajib pajak akan mendapatkan manfaat berupa perbaikkan jalan
raya, beasiswa pendidikan, fasilitas umum yang dibangunkan oleh pemerintah dan
lain-lain
4. Pajak diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia.

C. Subjek Pajak
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang No 36 Tahun 2008 subjek pajak meliputi :
1. Orang Pribadi, yaitu WNA maupun WNI yang bertempat tinggal di Indonesia dan
WNI diluar Indonesia.
2. Badan / Lembaga, yaitu Badan yang didirikan di Indonesia yang melakukan kegiatan
usaha maupun tidak melakukan usaha seperti badan usaha milik pribadi atau
pemerintah , koperasi, PT, CV, Firma, Organisasi Politik,kongsi dan lain-lain.
3. Warisan yang belum terbagi, yaitu warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak
pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari
warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
4. Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha yang dimiliki seseorang yang tidak tinggal
di Indonesia dan menetap tidak lebih lama dari 183 hari dalam setahun.
D. Jenis-Jenis Pajak
1. Berdasarkan Wewenag
a. Pajak Negara , yaitu Pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh
Pemerintah Pusat . Salah satu contohnya PPh, PBB, PPN dan PPnBM
b. Pajak Daerah, yaitu Pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah. Salah Satu cntohnya Pajak Kendaraan, Bea Balik Nama
Kendaraan, Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Restoran dan lain-lain
2. Berdasarkan Pembebanan
a. Pajak Langsung, yaitu Surat Ketetapan Pajak dikenakan secara berkala
( berulang pada waktu tertentu misalnya setiap tahun) dan beban pajak harus
ditanggung sendiri tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak
Penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu Surat Ketetapan Pajak dikenakan hanya bila
terjadi hal atau peristiwa yang dikenakan pajak dan beban pajak dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya PPN dan PPnBM
3. Berdasarkan Sasaran
a. Pajak Subjektif, yaitu Pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan
pribadi Wajib Pajak. Contohnya Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektik, yaitu Pajak yang memperhatikan pertama-tama pada objek
(keadaan, peristiwa) yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar
pajak. Contonya PPN dan PPnBM
E. Tarif Pajak
1. Tarif Proporsional, yaitu Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun
jumlah yang dikenakan pajak. Semakin tinggi dasar pengenaan pajak semakin
besar beban pajak yang terutang. Merk A dijual dengan harga Rp 20.000 maka
objek pertambahan nilainya dikenakan tarif 10 % sehinggan PPN terutang Rp
20.000 x 10% = Rp 2.000. Apabila kemudian harga jual dinaikkan menjadi Rp
25.000, maka PPN terutang adalah Rp 25.000 x 10 % = Rp 2.500. Dapat dilihat
ketika harga jual naik maka beban pajak ikut naik.
2. Tarif Progresif , yaitu Persentase meningkat apabila jumlah yang dikenakan
pajak juga ikut meningkat.
Tarif Progresif untuk Pajak Penghasilan

Tarif Progresif untuk Wajib Pajak Badan

3. Tarif Degresif, yaitu Persentase yang semakin kecil apabila jumlah yang
dikenakan pajak semakin besar sehingga kebalikan dari tarif pajak progresif.

4. Tarif Tetap, yaitu Jumlah yang tetap untuk beberapa jumlah yang dikenakan
pajak. Seluruh dokumen wajib bermaterai dikenakan BeaMaterai sebesar Rp
10.000.

F. Pembukuan Vs Pencatatan
Berdasarkan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 28 ayat (1) disebutkan
bahwa Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
Sesungguhnya baik wajib pajak orang pribadi (WPOP) maupun wajib pajak badan
(WPB) diwajibkan untuk melakukan pembukuan. Pembukuan merupakan proses
pencatatan semua transaksi perusahaan disertai dengan bukti-bukti yang akurat dan
diahiri dengan pembuatan laporan keuangan. Dari definisi tersebut dapat kita samakan
antara pembukuan dengan akuntansi itu sendiri.
Namun, bagi WPOP yang peredaran bruto atau penjualan brutonya selama satu
tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 dapat menggunakan pencatatan. Pencatatan
merupakan proses menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto. Penghitungan penghasilan ini biasanya berdasarkan
estimasi atau perkiraan dari wajab sendiri. Hal ini diperbolehkan karena alasan
kurangnya pengetahuan mengenai akuntansi itu sendiri. Sehingga dalam pencatatan tidak
didukung oleh bukti-bukti yang jelas dan akurat. Namun bagi WPOP yang memilih
sendiri untuk menggunakan pembukuan dalam melaporkan kekayaan dan
penghasilannya juga diperbolehkan. Misalnya WP Andi adalah pengusaha Toko
Kelontong di daerah A, jika selama setahun diperkirakan penghasilan netto pada tahun
2009 sebesar Rp 150,000,000. JIka diasumsikan prosentase NPPN di daerah A adalah
30% maka besarnya pajak terutang bagi WP Andi :

Dasar Pengenaan Pajak = 30% X Rp 150,000,000 = 45,000,000


PPh Terutang = 5% X Rp 45,000,000 = 2,250,000

G. Siklus Akuntansi Perpajakan


1. Jurnal, yaitu Segala sesuatu transaksi keuangan yang terjadi di perusahaan
selama satu bulan dicatat kedalam jurnal baik itu transaksi kredit maupun tunai.
2. Posting, yaitu Proses yang menggolongkan suatu jurnal ke dalam buku pembantu
3. Buku Pembantu, yaitu Buku pembantu terdiri dari buku pembantu piutang
dagang, buku pembantu hutang dagang dan buku pembantu persediaan.
4. Neraca Lajur, yaitu Mempermudah dalam membuat laporan keuangan.
5. Laporan Keuangan Komersial, yaitu laporan keuangan yang disusu berdasarkan
standar akuntansi keuangan dan bersifat untuk mengetahui jumlah perhitungan
laba/rugi komersial.
6. Rekonsiliasi Fiskal, yaitu Suatu proses penyesuaian laporan laba/rugi fiskal
berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan di Indonesia, sehingga
diperoleh laba / rugi fiskal sebagai dasar untuk menghitung pajak penghasilan satu
tahun tertentu.
7. Laporan Keuangan Fiskal, yaitu laporan yang disusun khusus untuk
kepentingan perpajakan dengan mengindikasikan semua peraturan perpajakan.
Laporan keuangan fiskal terdiri dari Neraca Fiskal, Laba/ Rugi, penjelasan laporan
keuangan fiskal, Rekonsiliasi laporan keuangan komersil dan fiskal, ikktisar
kewajiban pajak dan laporan arus kas
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Amin Dara. Perpajakan. Universitas Terbuka, Tanggerang, 2018.
Purwono, Herry. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Erlannga,2010
Supriyanto, Eddy. Akuntansi Perpajakan. Graha ilmu,Yogyakarta, 2011

Anda mungkin juga menyukai