Anda di halaman 1dari 13

Tugas Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Makalah Kesadaran Pajak Masyarakat

Disusun oleh :

Kelompok : 2

Kelas : XII TEI A

Anggota : 1. Abdul Rasyid

2. Benediktus Steven Leonardo Dandung

3. Fikhi Akmal

4. Latasa Harani

5. Rubianti Azrilya Aziz

SMK Negeri 1 Cimahi

Tahun Ajaran 2019-2020

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… 1

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………. 2

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….……….. 2

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………...………………….……….. 3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah…………………………………………...………….……….. 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….…………. 4

2.1 Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Daerah………………………………….4

2.1.1 Pengertian Pajak dan Pajak Daerah……………………………………………….4

2.1.2 Tingkat Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Daerah………………….5

2.2 Strategi untuk meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Daerah…...8

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………… 12

3.1 Simpulan ……………………………………………………………………………..… 12

3.2 Saran …………………………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………. 13

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, menjelaskan bahwa


pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengurus pemerintahannya sendiri. Kewenangan
yang diberikan termasuk pula untuk mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerah
secara maksimal. Untuk melaksanakan hal tersebut, dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam
mengoptimalkan peran daerah, utamanya dalam penetapan sumber-sumber penerimaan daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk dalam sumber-sumber penerimaan daerah.


Dalam banyak keterangan, pajak daerah, sebagai salah satu sumber PAD merupakan sumber
utama penyumbang PAD. Optimalisasi pajak daerah dapat meningkatkan PAD yang pada
gilirannya nanti akan meningkatkan pendapat daerah. Namun kenyataannya, pajak daerah kurang
memberikan sumbangan yang besar terhadap PAD. Hal ini salah satunya disebabkan oleh
rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah. Rendahnya kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak daerah diduga karena minimnya pengetahuan dan informasi
masyarakat tentang pajak daerah.

Seharusnya Kesadaran membayar pajak ini tidak hanya memunculkan sikap patuh, taat
dan disiplin semata tetapi diikuti sikap kritis juga. Semakin maju masyarakat dan
pemerintahannya, maka semakin tinggi kesadaran membayar pajaknya namun tidak hanya
berhenti sampai di situ justru mereka semakin kritis dalam menyikapi masalah perpajakan,
terutama terhadap materi kebijakan di bidang perpajakannya, misalnya penerapan tarifnya,
mekanisme pengenaan pajaknya, regulasinya, benturan praktek di lapangan dan perluasan subjek
dan objeknya. Masyarakat di negara maju memang telah merasakan manfaat pajak yang mereka
bayar. Bidang kesehatan, pendidikan, sosial maupun sarana dan prasarana transportasi yang
Salah satu usaha untuk memberikan pengetahuan dan informasi tentang pajak daerah adalah
melalui pendidikan.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini mempunyai rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah?

2. Seberapa besar tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak

3. Pentingnya pajak bagi negara

4. Resiko yang dapat terjadi jika kurang kesadaran masyarakat dalam mebayar pajak?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Menganalisa kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah

2. Menganalisa pentingnya pajak

3. Menganalisa resiko yang dapat terjadi jika kurangnya kesadaran masyarakat dalam mebayar

pajak

BAB II

PEMBAHASAN
3
2.1 Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Daerah

2.1.1 Pengertian Pajak dan Pajak Daerah

Masalah pajak telah diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Pajak adalah iuran resmi
yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak (orang atau badan usaha) kepada negara berdasarkan
undang-undang, tanpa mendapat balas saja secara langsung. Ada banyak pengertian pajak
menurut para ahli. Salah satunya adalah menurut Prof. Dr. Djajadiningrat, “Pajak adalah
kewajiban masyarakat untuk menyerahkan sebagaian kekayaan karena suatu keadaan ataupun
karena kejadian yang ditetapkan pemerintah dan bersifat dapat dipaksanakan dengan balas jasa
yang tidak dapat diberikan secara langsung dari negara”.

Pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Iuran wajib yang harus dibayarkan para wajib pajak

2. Dipungut berdasarkan undang-undang

3. Digunakan untuk kepentingan umum

4. Wajib pajak tidak diberi balas jasa atau manfaat secara langsung

Sedangkan Pajak Daerah adalah pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah


berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pajak daerah dapat dibedakan dalam dua
kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak negara yang
pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah. Di era otonomi daerah seperti
sekarang ini, pajak daerah merupakan sumber penerimaan penting dalam keuangan pemerintah
daerah untuk menjalankan roda pemerintahan. Pajak daerah dapat dibedakan menjadi pajak
daerah tingkat provinsi dan pajak daerah tingkat II (kabupaten).

Salah satu ukuran kemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi adalah dengan
melihat besarnya nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat dicapai oleh daerah tersebut.
Dengan PAD yang relatif kecil akan sulit bagi daerah tersebut untuk melaksanakan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara mandiri, tanpa didukung oleh pihak

4
lain (dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Provinsi). Padahal dalam pelaksanaan otonomi ini,
daerah dituntut untuk mampu membiayai dirinya sendiri.

Melihat pentingnya pajak daerah (pajak), maka kesadaran masyarakat untuk membayar
pajak harus diperhatikan. Dengan lancar dan tertibnya masyarakat membayar pajak, diharapkan
pembangunan di daerah akan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan. Namun kenyataannya,
tingkat kesadaran masyarkat dalam membayar pajak belum seperti yang diharapkan. Masih
banyak masyarakat yang belum taat dan patuh untuk membayar pajak daerah. Masyarakat
banyak yang belum paham bahwa pajak itu adalah kewajiban sebagai seorang warga negara.

2.1.2 Tingkat Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Daerah

Dalam tesisnya Utomo, Pudjo Susilo (2002) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kesadaran Masyarakat Untuk Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
menjelaskan bahwa:

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi


dan Bangunan. Faktor yang cukup menonjol adalah kepemimpinan, kualitas pelayanan,
dan motivasi. Pemimpin harus mampu menciptakan kemudahan untuk merangsang
kesadaran yang dipimpin, dalam hal ini adalah kesadaran masyarakat untuk membayar
Pajak Bumi dan Bangunan. Pelayanan masyarakat merupakan salah satu tugas lurah desa,
memberi pelayanan yang berkualitas telah menjadi obsesi yang selalu ingin dicapai.
Motivasi adalah dorongan agar orang mau melakukan sesuatu dengan ikhlas dengan
sebaik-baiknya. Dan kepemimpinan yang baik, pelayanan yang berkualitas dan motivasi
yang baik akan dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi
dan Bangunan.

2) Faktor ekonomi /tingkat pendapatan.

Sekretaris Kamar Dagang dan Industri (KADIN) sebagaimana dikutip Rohmat Soemitro
(1988.299) menyatakan : “Masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam memenuhi
kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih di bawah
5
penghasilanyang sebenarnya mereka peroleh secara rutin”. Faktor ekonomi merupakan hal yang
sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan
menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan
hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan
hukum dan kewajibannya.

Kemudian terdapat juga faktor negatif atau yang menghambat tingkat kesadaran dan
kepedulian sukarela wajib pajak, antara lain:

1. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan harus digantikan dengan prasangka positif. Sebab,
prasangka negatif ini akan menyebabkan para wajib pajak bersikap defensif dan tertutup. Mereka
akan cenderung menahan informasi dan tidak cooperatif. Mereka akan berusaha memperkecil
nilai pajak yang dikenakan pada mereka dengan memberikan informasi sesedikit mungkin. Perlu
usaha keras dari lembaga perpajakan dan media massa untuk membantu menghilangkan
prasangka negatif tersebut.

2. Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain (pihak ketiga) guna
mendapatkan data mengenai potensi Wajib Pajak baru, terutama dengan instansi daerah atau
bukan instansi vertikal.

3. Bagi Calon Wajib Pajak, Sistem Self Assessment dianggap menguntungkan, sehingga
sebagian besar mereka enggan untuk mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari kewajiban
ber-NPWP. Data-data tentang dirinya selalu diupayakan untuk ditutupi sehingga tidak tersentuh
oleh DJP.

4. Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat diterima masyarakat
mengenai peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya.

5. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati
secara langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana belum merata, meluas, apalagi
menyentuh pelosok tanah air.

6. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan pemerintah terhadap penggunaan
uang pajak:
6
Pada dasarnya sumber-sumber penerimaan tersebut masih rendah sumbangannya
terhadap PAD. Kecilnya nilai PAD suatu daerah dapat disebabkan oleh :

1. Banyak sumber pendapatan di kabupaten/kota yang besar, tetapi digali oleh instansi yang
lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor (PKB), dan pajak bumi dan bangunan (PBB);

2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan keuntungan kepada
Pemerintah Daerah;

3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya;

a) Adanya kebocoran-kebocoran;

b) Biaya pungut yang masih tinggi;

c) Banyak Peraturan Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan;

d) Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.

Diantara penyebab kecilnya nilai PAD tersebut, terlihat bahwa kurangnya kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya PAD suatu daerah. Tingkat kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak daerah dipengaruhi oleh banyak hal. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah.

Jika kita amati, pengetahuan masyarakat tentang pajak sangat minim. Banyak diantara
mereka yang tidak tahu sama sekali tentang pengertian pajak, fungsi, dan manfaatnya.
Ketidaktahuan mereka karena tidak adanya informasi yang jelas dan terpogram yang
disampaikan oleh pemerintah. Akibat ketidaktahuan mereka tentang informasi yang benar
tentang pajak, mengakibatkan tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak menjadi
rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat membayar pejak adalah
melalui pendidikan.

2.2 Strategi untuk meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Daerah

7
Penerimaan pajak yang tingi dari masyarakat pada hakiikatnya akan membantu APBN
Negara dan meningkatkan pula pelayanan dari Negara. Indikasi tingginya tingkat kesadaran dan
kepedulian Wajib Pajak antara lain:

 Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

 Tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dan SPT Masa.

 Tingginya Tax Ratio

 Semakin Bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru.

 Rendahnya jumlah tunggakan / tagihan wajib pajak.

 Tertib, patuh dan disiplin membayar pajak atau minimnya jumlah pelanggaran
pemenuhan kewajiban perpajakan.

Kemudian langkah-langkah Alternatif Membangun Kesadaran dan Kepedulian serta


Sukarela Wajib Pajak sangat perlu diperhatikan oleh Dirjen pajak itu sendiri. Beberapa hal yang
perlu menjadi perhatian Direktorat Jenderal Pajak dalam membangun kesadaran dan kepedulian
sukarela Wajib Pajak antara lain:

1) Melakukan sosialisasi

Sebagaimana dinyatakan Dirjen Pajak bahwa kesadaran membayar pajak datangnya dari
diri sendiri, maka menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari
lingkungan keluarga sendiri yang terdekat, melebar kepada tetangga, lalu dalam forum-forum
tertentu dan ormas-ormas tertentu melalui sosialisasi. Dengan tingginya intensitas informasi
yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset masyarakat tentang
pajak ke arah yang positif. Beragam bentuk sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan metode
penyampaian, segmentasi maupun medianya.

Berdasarkan Metode:

Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal. Acara formal
biasanya menggunakan format acara yang disusun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya:
Sosialisasi bendaharawan, sosialisasi PPh 21 karyawan Pemda, seminar dan sebagainya. Acara
8
informal biasanya menggunakan format acara yang lebih santai dan tidak resmi. Contohnya:
Ngobrol santai dengan wartawan, dengan tokoh masyarakat, dan sebagainya.

Berdasarkan segmentasi:

Bisa membaginya untuk kelompok umur tertentu, kelompok pelajar dan mahasiswa,
kelompok pengusaha tertentu, kelompok profesi tertentu, kelompok/ormas tertentu.
Menanamkan kesadaran tentang pajak sejak dini, akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir
anak-anak dan menimbulkan rasa kebanggaan terhadap pajak. Contoh yang pernah dilakukan
DJP adalah High School Tax Road Show, High School Tax Competition, Tax Goes to Campus,
ini merupakan kegiatan yang menimbulkan greget, heboh dan sangat berkesan, bahkan sangat
dirindukan muncul lagi oleh kalangan pelajar maupun mahasiswa. Mungkin perlu dilakukan
secara berkesinambungan dengan format yang beragam, kreatif serta inovatif. Perlu diberikan
apresiasi kepada salah satu kanwil yang melaksanakan HSTRS ini dengan membuat kegiatan
Turnamen Basket Ball antar SMU terpanjang/terlama. Format HSTRS yang diselingi turnamen
Basket Ball dengan memindahkan lokasi/tempat pertandingan ke sekolah yang ada lapangan
basketnya untuk setiap even itu diadakan, sehingga masyarakat begitu terkesan dengan even ini.

Berdasarkan media yang dipakai:

Sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik dan media cetak. Misalnya:
dilakukan dengan talkshow di radio atau televisi, membuat opini, ulasan dan rubrik tanya jawab
di koran, tabloid atau majalah. Iklan pajak pun mempunyai pengaruh dan dampak positif
terhadap meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak. Bentuk propaganda
lainnya seperti: spanduk, banner, papan iklan/billboard, dan sebagainya

Contoh-contoh sosialisasi lainnya:

1. Dapat dilakukan dengan datang langsung ke kantor-kantor dan pemerintah daerah di wilayah
kerja, sosialisasi anggota profesi tertentu misalnya notaris, dokter, sosialisasi asosiasi tertentu
misalnya asosiasi kontraktor jasa konstruksi, sosialisasi kepada pejabat tertentu, anggota
DPR/DPRD, misalnya dengan topik pengisian SPT Tahunan.

9
2. Dapat pula dilakukan dalam bentuk pengarahan secara langsung ke masyarakat melalui
pendekatan ke masing-masing kecamatan, desa, sampai RT/RW untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat terkait pentingnya pajak. Penyuluhan di bidang kesehatan, penyuluhan di
bidang peternakan dan pertanian bisa sukses, pastinya penyuluhan DJP akan bisa lebih sukses
didukung dengan tenaga penyuluh yang sangat handal.

3. Dapat dilakukan pada kegiatan yang informal di masyarakat. Misalnya pengajian rutin, kerja
bakti, pertemuan karang taruna, dan kegiatan masyarakat lainnya.

4. Adanya serangkaian kegiatan daerah dan instansi, perusahaan di wilayah kerja pada saat-saat
tertentu misalnya Pekan Raya, Pameran dan Promosi dan sebagainya, setidaknya DJP harus
dapat menangkap dan ikut serta memeriahkannya dengan membuka stand/pojok pajak.

5. Salah satu even rutin yang sangat besar gaungnya adalah Pekan Panutan Penyampaian SPT
Tahunan. Biasanya dihadiri oleh Bupati/Walikota, sekda, Kepala Dinas dan Muspida yang
diharapkan bisa menjadi panutan pajak bagi masyarakat. Namun pada kenyataannya mereka
masih banyak yang tidak/belum menyampaikan SPT Tahunan. Biasanya mendekati batas akhir
penyampaian SPT Tahunan diadakan acara yang populer diberi nama “Ngisi Bareng SPT” yang
membantu para Wajib Pajak dalam mengisi SPT Tahunan.

6. Program yang penting juga adalah adanya Tax Center yang bekerjasama dengan Perguruan
Tinggi setempat. Sebelum dibentuknya Tax Center biasanya dibuat kesepakatan bersama untuk
melakukan kerjasama sosialisasi perpajakan, yang bertujuan untuk mewujudkan kesadaran dan
kepedulian Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan. Tax Center akan
membantu mensosialisasikan pengetahuan dan pemahaman tentang pajak. Tax center terbuka
bagi semua masyarakat. Siapapun yang mengalami kesulitan perihal perpajakan bisa
berkonsultasi di pusat perpajakan ini. Perguruan Tinggi akan menyediakan ruang tax center yang
nantinya akan dipergunakan sebagai sarana informasi dan pengetahuan tentang perpajakan.

2) Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya
antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan
menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban. Dengan demikian tercipta
pola hubungan antara negara dan masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang
dilandasi dengan rasa saling percaya.
10
3) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan perpajakan

4) Law Enforcement. Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan
memberikan deterent efect yang efektif sehingga meningkatkan kesadaran dan kepedulian
sukarela Wajib Pajak. Walaupun DJP berwenang melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, namun pemeriksaan harus dapat dipertanggung
jawabkan dan bersih dari intervensi apapun sehingga tidak mengaburkan makna penegakan
hukum serta dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat wajib pajak.

Pertanggungjawaban pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan :

1) Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak.

2) Merealisasikan program Sensus Perpajakan Nasional yang dapat menjaring potensi pajak yang
belum tergali. Dengan program sensus ini diharapkan seluruh masyarakat mengetahui dan
memahami masalah perpajakan serta sekaligus dapat membangkitkan kesadaran dan kepedulian,
sukarela menjadi Wajib Pajak dan membayar Pajak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih sangat rendah, hal ini dikarenakan
tingkat pemahaman dan tingkat kepercayaan dari msyarakat itu sendiri yang makin menurun.
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi Sosialisasi, Pendidikan, Law

11
Enforcement dan juga peningkatan citra Good governance sehingga masyarakat makin percaya
dan nyaman dalam membayar pajak.

3.2 Saran

Dalam makalah ini, penulis memberi saran perlunya koordinasi antara Dirjen pajak
dengan masyarakat secara luas, jadi adanya mekanisme jemput bola dari dirjen pajak. Hal ini
dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti substansi dari pajak itu sendiri.
Sehingga pihak Pemerintahlah yang harus proaktiv kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Soemitro. 1988. Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung ; UNPAD Press.

Yudhanti, Ristina. 2010. Buku Ajar Hukum Pajak. Semarang: FH Unnes.

Zaen, Herjunanto, Nanang dkk. 2008.Strategi Perpajakan . Jakarta: Pusat

Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional

12

Anda mungkin juga menyukai