“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah hukum acara perdata”
Di susun oleh :
NPM : 118010103
Kelas : D semester 4
FAKULTAS HUKUM
2020
PROSES BERACARA PERKARA PERDATA
1. Penggugat atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan yang ditujukan kepada
Ketua Pengadilan Negeri pada Pengadilan Negeri, di Meja 1 bagian Perdata, dengan
beberapa kelengkapan/syarat yang harus dipenuhi :
a. Surat Permohonan / Gugatan ;
b. Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Advokat);
2. Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri;
3. Setelah mendapat persetujuan, maka Penggugat / Kuasanya membayar biaya gugatan /
SKUM di Kasir;
4. Memberikan SKUM yang telah dibayar ke Meja 2 dan menyimpan bukti asli untuk arsip.
5. Menerima tanda bukti penerimaan Surat Gugatan dari Meja 2.
6. Menunggu Surat Panggilan sidang dari Pengadilan Negeri yang disampaikan oleh Juru Sita
Pengganti.
7. Menghadiri Sidang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
PERKARA PERMOHONAN
Permohonan harus diajukan dengan surat permohonan yang ditandatangani oleh pemohon
atau kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri, tempat tinggal
pemohon.
Permohonan disampaikan kepada Pengadilan Negeri, kemudian didaftarkan dalam buku
Register dan diberi Nomor urut, setelah pemohon membayar persekot biaya perkara, yang
besarnya sudah ditentukan oleh Pengadilan Negeri (pasal 121 HIR).
Bagi pemohon yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara, hal mana harus
dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa yang bersangkutan, dapat mengajukan
permohonannya secara prodeo.
Pemohon yang tidak bisa menulis dapat mengajukan permohonannya secara lisan dihadapan
Ketua Pengadilan Negeri, yang akan menyuruh mencatat permohonan tersebut (pasal 120
HIR).
Perkara permohonan termasuk dalam pengertian yurisdiksi volunter. Berdasarkan
permohonan yang diajukan itu, Hakim akan memberi suatu penetapan.
Ada permohonan tertentu yang harus dijatuhkan berupa putusan oleh Pengadilan Negeri,
misalnya dalam hal diajukan permohonan pengangkatan anak oleh seorang Warga Negara
Asing (WNA) terhadap anak Warga Negara Indonesia (WNI), atau oleh seorang Warga
Negara Indonesia (WNI) terhadap anak Warga Negara Asing (WNA). (SEMA No. 6/1983).
Tidak semua permohonan dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Pengadilan
Negeri hanya berwenang untuk memeriksa dan mengabulkan permohonan, apabila hal itu
ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan atau yurisprudensi.
Contoh permohonan yang dapat diajukan dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri adalah:
Permohonan pengangkatan wali bagi anak yang belum dewasa.
Permohonan pengangkatan pengampu bagi orang dewasa yang kurang ingatannya atau
orang dewasa yang tidak bisa mengurus hartanya lagi, misalnya karena pikun.
Permohonan dispensasi nikah bagi pria yang belum mencapai umur 19 tahun dan bagi
wanita yang belum mencapai umur 16 tahun, yang dapat diajukan kepada Pengadilan
Agama atau Pengadilan Negeri (pasal 7 Undang-undang No.1 tahun 1974).
Permohonan izin nikah bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun (pasal 6 ayat
(5) Undang-undang No. I tahun 1974).
Permohonan pembatalan perkawinan (pasal 25, 26 dan 27 Undang-undang No.1 tahun
1974).
Permohonan pengangkatan anak (diperhatikan SEMA No. 6/1983).
Perwohonan untuk memperbaiki kesalahan dalam akta catatan sipil, misalnya apabila
nama anak secara salah disebutkan dalam akta tersebut.
Permohonan untuk menunjuk seorang atau beberapa orang wasit, oleh karena para pihak
tidak bisa atau tidak bersedia untuk menunjuk wasit.
Permohonan untuk pencatatan kelahiran, setelah lewat 1 (satu) tahun sejak tanggal
kelahiran.
Permohonan untuk menetapkan, bahwa sebidang tanah adalah milik pemohon tidak dapat
dikabulkan oleh Pengadilan Negeri. Hak Milik atas sebidang tanah harus dibuktikan dengan
sertifikat tanah atau apabila dipermasalahkan dalam suatu gugatan, dibuktikan dengan alat
bukti lain dipersidangan.
GUGATAN
Gugatan harus diajukan dengan surat gugat yang ditandatangani oleh penggugat atau
kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri.
Gugatan disampaikan kepada Pengadilan Negeri, kemudian akan diberi nomor dan
didaftarkan dalam buku Register setelah penggugat membayar panjar biaya perkara, yang
besarnya ditentukan oleh Pengadilan Negeri (pasal 121 HIR).
Bagi Penggugat yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara, hal mana harus
dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa yang bersangkutan, dapat mengajukan
gugatannya secara prodeo.
Penggugat yang tidak bisa menulis dapat mengajukan gugatannya secara lisan dihadapan
Ketua Pengadilan Negeri, yang akan menyuruh mencatat gugatan tersebut (pasal 120 HIR).
KUASA
Untuk bertindak sebagai Kuasa/Wakil dari penggugat/tergugat ataupun pemohon, seseorang
harus memenuhi syarat-syarat:
Mempunyai surat kuasa khusus yang harus diserahkan dipersidangan. atau pemberian
kuasa disebutkan dalam surat gugatan/permohonan, atau kuasa/wakil ditunjuk oleh pihak
yang berperkara/pemohon didalam persidangan secara lisan.
Memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan Menkeh No. 1/1985 jo Keputusan
Menkeh tanggal 7 Oktober 1965 No. J.P.14-2-11.
Telah terdaftar sebagai Advokat/Pengacara praktek di kantor Pengadilan
Tinggi/Pengadilan Negeri setempat atau secara khusus telah diizinkan untuk bersidang
mewakili penggugat/ tergugat dalam perkara tertentu.
Permohonan banding atau kasasi yang diajukan oleh Kuasa/Wakil dari pihak yang
bersangkutan barus dilampiri dengan surat kuasa khusus untuk mengajukan permohonan
tersebut atau surat kuasa yang dipergunakan di Pengadilan Negeri telah menyebutkan
pemberian kuasa pula untuk mengajukan permohonan banding atau kasasi.Untuk menjadi
kuasa dari pihak tergugat juga berlaku hal-hal tersebut diatas.
Kuasa/Wakil Negara/Pemerintah dalam suatu perkara perdata berdasarkan Stbl. 1922 No.
522 dan pasal 123 ayat 2 HIR, adalah:
a. Pengacara Negara yang diangkat oleh Pemerintah.
b. Jaksa.
c. Orang tertentu atau Pejabat-pejabat yang diangkat/ditunjuk oleh Instansi-instansi yang
bersangkutan.
Jaksa tidak perlu menyerahkan Surat Kuasa khusus. Pejabat atau orang yang
diangkat/ditunjuk oleh instansi yang bersangkutan, cukup hanya menyerahkan Salinan Surat
pengangkatan/penunjukan, yang tidak bermaterai.
PERKARA GUGUR
Apabila pada hari sidang pertama penggugat atau semua penggugat tidak datang, meskipun
telah dipanggil dengan patut dan juga tidak mengirim kuasanya yang sah, sedangkan tergugat
atau kuasanya yang sah datang, maka gugatan digugurkan dan penggugat dihukum untuk
membayar biaya perkara. Penggugat dapat mengajukan gugatan tersebut sekali lagi dengan
membayar panjar biaya perkara lagi. Apabila telab dilakukan sita jaminan, sita tersebut ikut
gugur.
Dalam hal-hal yang tertentu, misalnya apabila penggugat tempat tinggalnya jauh atau ia
benar mengirim kuasanya, namun surat kuasanya tidak memenuhi syarat, Hakim boleh
mengundurkan dan menyuruh memanggil penggugat sekali lagi. Kepada pihak yang datang
diberitahukan agar ia menghadap lagi tanpa panggilan.
Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah dipanggil dengan
patut, tetapi pada hari kedua ia datang dan pada hari ketiga penggugat tidak hadir lagi,
perkaranya tidak bisa digugurkan (pasal 124 HIR).
PUTUSAN VERSTEK
Apabila pada hari sidang pertama dan pada hari sidang kedua tergugat atau semua tergugat
tidak datang padahal telah dipanggil dengan patut dan juga tidak mengirim kuasanya yang
sah, sedangkan penggugat/para penggugat selalu datang, maka perkara akan diputus verstek.
Meskipun tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama atau tidak mengirim kuasanya yang
sah, tetapi'jlka ia mengajukan jawaban tertulis berupa tangkisan tentang tidak berwenang
mengadili, maka perkara tidak diputus dengan verstek.
TANGKISAN/EKSEPSI
Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat, diperiksa dan diputus bersama-sama
dengan pokok perkaranya, kecuali jika eksepsi itu mengenai tidak berwenangnya Pengadilan
Negeri untuk memeriksa perkara tersebut.
Apabila diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara, dalam pertimbangan hukum dan
dalam diktum putusan, tetap disebutkan:
Dalam eksepsi:.............. (pertimbangan lengkap).
Dalam pokok perkara..... (pertimbangan lengkap).
PERDAMAIAN
Jika kedua beIah pihak hadir dipersidangan, Hakim harus berusaha mendamaikan mereka.
Usaha tersebut tidak terbatas pada hari sidang pertama saja, melainkan dapat dilakukan
meskipun taraf pemeriksaan telah lanjut (pasal 130 HIR).
Jika usaha perdamaian berhasil, maka dibuatlah akta perdamaian, yang harus dibacakan
terlebih dahulu oleh Hakim dihadapan para pihak, sebelum Hakim menjatuhkan putusan yang
menghukum kedua belah pihak untuk mentaati isi perdamaian tersebut.
Akta perdamaian mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan Hakim yang berkuatan
hukum tetap dan apabila tidak dilaksanakan, eksekusi dapat dimintakan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Terhadap putusan perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum banding.
Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal mana harus dicatat dalam berita acara persidangan,
maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan dalam bahasa yang
dimengerti oleh para pihak, jika perlu dengan menggunakan penerjemah (pasal 131 HIR).
Khusus untuk gugat cerai:
Apabila dalam perkawinan tersebut ada anak, agar berusaha untuk mendamaikan kedua
belah pihak dan sedapat mungkin suami-isteri harus datang sendiri.
Apabila usaha perdamaian berhasil, gugatan harus dicabut. Sehubungan dengan
perdamaian ini tidak bisa dibuat akta perdamaian.
Apabila usaha perdamaian gagal, gugat cerai diperiksa dengan sidang tertutup.
PENGGABUNGAN PERKARA
Beberapa gugatan dapat digabungkan menjadi satu, apabila antara gugatan-gugatan yang
digabungkan itu, terdapat hubungan erat atau ada koneksitas. Hubungan erat ini harus
dibuktikan berdasarkan faktanya.
Penggabungan gugatan diperkenankan apabila menguntungkan proses, yaitu apabila antara
gugatan yang gabungkan itu ada koneksitas dan penggabungan akan memudahkan
pemeriksaan, serta akan dapat mencegah kemungkinan adanya putusan-putusan yang saling
bertentangan.
SITA CONSERVATOIR:
Harus ada sangka yang beralasan, bahwa tergugat sedang berdaya upaya untuk
menghilangkan barang-barangnya untuk menghindari gugatan penggugat.
Yang disita adalah barang bergerak dan barang yang tidak bergerak milik tergugat.
Apabila yang disita adalah tanah, maka harus dilihat dengan seksama, bahwa tanah tersebut
adalah milik tergugat dan luas serta batas-batasnya harus disebutkan dengan jelas.
(Perhatikan SEMA No. 89/K11018/M/1962, tertanggal 25 April 1962). Untuk menghindari
salah sita, hendaknya Kepala Desa diajak serta untuk melihat keadaan tanah, bartas serta luas
tanah yang akan disita.
Penyitaan atas tanah harus dicatat dalam buku tanah yang ada di desa, selain itu sita atas
tanah yang ada sertifikat harus pula didaftarkan, dan atas tanah yang belum sertifikat
diberitahukan pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
Tentang penyitaan itu dicatat di buku khusus yang disediakan di Pengadilan Negeri yang
memuat catatan mengenai tanah-tanah yang disita, kapan disita dan perkembangannya. Buku
ini adalah terbuka untuk umum.
Sejak tanggal pendaftaran sita itu, tersita dilarang untuk menyewakan, mengalihkan atau
menjaminkan tanah yang disita itu. Semua tindakan tersita yang dilakukan bertentangan
dengan larangan itu adalah batal demi hukum.
Kepala Desa yang bersangkutan dapat ditunjuk sebagai pengawas agar tanah tersebut tidak
dialihkan kepada orang lain.
Penyitaan dilakukan terutama atas barang bergerak milik tergugat juga jangan berlebihan,
hanya cukup untuk menjamin dipenuhinya gugatan penggugat. Apabila barang bergerak
milik tergugat tidak cukup, barulah tanahl/tanah dan rumah milik tergugat yang disita.
Apabila gugatan dikabulkan, sita jaminan dinyatakan sah dan berharga oleh Hakim dalam
amar putusannya. Apabila gugatan ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima, sita harus
diperintahkan untuk diangkat.
Apabila gugatan dikabulkan untuk sebagian dan selebihnya ditolak, sita jaminan untuk
sebagian dinyatakan sah dan berharga dan untuk bagian yang lain diperintah untuk diangkat.
Namun apabila yang disita itu adalah sebidang tanah dan rumah, seandainya gugatan
mengenai ganti rugi dikabulkan hanya untuk sebagian, tidaklah dapat diputuskan menyatakan
sah dan berharga sita jaminan (misalnya, atas 1/3 tanah dan rumah yang bersangkutan).
Sita jaminan dan sita eksekusi terhadap barang-barang milik negara dilarang, kecuali seizin
dari Mahkamah Agung, setelah mendengar Jaksa Agung (pasal 65 dan 66 ICW).
SITA REVINDICATOIR:
Yang disita adalah barang bergerak milik penggugat yang dikuasai/dipegang oleh tergugat.
Gugatan diajukan untuk memperoleh kembali hak atas barang tersebut. Kata revindicatoir
berasal dari kata revindiceer, yang berarti minta kembali miliknya.
Barang yang dimohon agar disita harus disebutkan dalam surat gugat secara jelas dan
terperinci, dengan menyebutkan ciri-cirinya.
Apabila gugatan dikabulkan untuk seluruhnya, sita revindicatoir dinyatakan sah dan berharga
dan tergugat dihukum untuk menyerahkan barang tersebut kepada penggugat.
Dapat terjadi, bahwa gugatan dikabulkan hanya untuk sebagian dan untuk selebihnya ditolak.
Apabila hal itu terjadi, maka sita revindicatoir untuk barang-barang yang dikabulkan, dengan
putusan tersebut akan dinyatakan sah dan berharga, sedangkan untuk barang-barang lainnya,
diperintahkan untuk diangkat.
Dalam rangka eksekusi barang yang dikabulkan itu diserahkan kepada penggugat.
Untuk selanjutnya, segala sesuatu yang dikemukakan dalam membahas sita conservatoir
secara mutatis mutandis berlaku untuk sita revindicatoir.
SITA EKSEKUSI
Ada dua macam sita eksekusi:
- Yang langsung.
- Yang tidak langsung.
SITA PERSAMAAN
Istilah dalam bahasa Belanda adalah Vergelijkend beslag, terjemahan baku belum ada. Ada
yang memakai istilah sita perbandingan, ada pula yang menerjemahkan dalam sita
persamaan. Mahkamah Agung memakai istilah sita persamaan.
Sita tersebut antara lain diatur dalam pasal 463 R.V. yang berbunyi:
Apabila jurusita hendak melakukan penyitaan dan menemukan bahwa barang-barang yang
akan disita itu sebelumnya telah disita terlebih dahulu, maka jurusita tidak dapat melakukan
penyitaan sekali lagi, namun ia mempunyai kewenangan untuk mempersamakan barang-
barang yang disita itu dengan Berita Acara penyitaan, yang untuk itu oleh tersita harus
diperlihatkan kepadanya. Ia kemudian akan dapat menyita barang-barang yang tidak disebut
dalam Berita Acara itu memerintahkan kepada penyita pertama untuk menjual barang-barang
tersebut secara bersamaan dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam pasal 466 Rv. Berita
Acara sita persamaan ini berlaku sebagai sarana pencegahan hasil lelang kepada penyita
pertama. (diterjemahkan secara bebas oleh redaksi.)
Pasal 463 Rv termasuk dalam bab Eksekusi barang bergerak. Dengan demikian jelaslah,
bahwa pasal 463 Rv. berlaku untuk sita eksekusi terhadap barang bergerak. Jadi, apabila telah
dilakukan sita eksekusi, tidak dapat dilakukan sita eksekusi lagi terhadap barang bergerak
yang sama.
Ketentuan yang hampir serupa terdapat dalam pasal 11 (12) Undang-undang PUPN, Undang-
undang No. 49 tahun 1960, yang berbunyi sebagai berikut:
Atas barang yang terlebih dahulu disita untuk orang lain yang berpiutang tidak dapat
dilakukan penyitaan. Jika jurusita mendapatkan barang yang demikian, ia dapat rnemberikan
salinan putusan Surat paksa sebelum tanggal penjualan tersebut kepada Hakim Pengadilan
Negeri, yang selanjutnya menentukan, bahwa penyitaan yang dilakukan atas barang itu akan
juga dipergunakan sebagai jaminan untuk pembayaran hutang menurut Surat Paksa.
Apabila setelah dilakukan penyitaan, tetapi sebelum dilakukan penjualan barang yang disita
diajukan permintaan untuk melaksanakan suatu putusan Hakim yang diajukan terhadap
penanggung hutang kepada Negara, maka penyitaan yang telah dilakukan itu dipergunakan
juga sebagai jaminan untuk pembayaran hutang menurut putusan Hakim itu dan Hakim
Pengadilan Negeri jika perlu memberi perintah untuk melanjutkan penyitaan atas sekian
banyak barang yang belum disita terlebih dahulu, sehingga akan dapat mencukupi untuk
membayar jumlah uang menurut putusanputusan itu dan biaya penyitaan lanjutan itu.
Dalam hal yang dimaksud dalam ayat-ayat (1) dan (2)2, Hakim Pengadilan Negeri
menentukan cara pembagian hasil penjualan antara pelaksana dan orang yang berpiutang,
setelah mengadakan pemeriksaan atau melakukan panggilan selayaknya terhadap
penanggung hutang kepada Negara, pelaksana dan orang yang berpiutang.
Pelaksanaan dan orang yang berpiutang yang menghadap atas panggilan termaksud dalam
ayat (3), dapat minta banding pada Pengadilan Tinggi atas penentuan pembagian tersebut.
Segera setelah putusan tentang pembagian tersebut mendapat kekuatan pasti, maka Hakim
Pengadilan Negeri mengirimkan suatu daftar pembagian kepada juru lelang atau orang yang
ditugaskan melakukan penjualan umum untuk dipergunakan sebagai dasar pembagian uang
penjualan.
Oleh karena pasal tersebut berhubungan dengan penyitaan yang dilakukan oleh PUPN, maka
jelaslah pula, bahwa sita tersebut adalah sita eksekusi dan bukan sita jaminan. Obyek yang
disita bisa barang bergerak dan bisa barang tidak bergerak.
PERLAWANAN
PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK
Pasal 129 HIR/153 Rbg memberi kemungkinan bagi tergugat/para tergugat, yang dihukum
dengan verstek untuk mengajukan verzet atau perlawanan.
Kedua perkara tersebut dijadikan satu dan diberi satu nomor.
Sedapat mungkin perkara tersebut dipegang oleh Majelis Hakim yang sama. yaitu yang telah
menjatuhkan putusan verstek.
Hakim yang melakukan pemeriksaan perkara verzet atas putusan verstek harus memeriksa
gugatan yang telah diputus verstek tersebut secara keseluruhan. Pembuktiannya agar
mengacu pada SEMA No.9 Tahun 1964.
Putusan declaratoir, yang hanya sekedar menerangkan atau menetapkan suatu keadaan saja,
tidak perlu dieksekusi, demikian juga putusan constitutief, yang menciptakan atau
menghapuskan suatu keadaan, tidak perlu dilaksanakan.
Yang perlu dilaksanakan adalah putusan condemnatoir, yaitu putusan yang berisi
penghukuman. Pihak yang kalah dihukum
untuk melakukan sesuatu.
Putusan untuk melakukan suatu perbuatan, apabila tidak dilaksanakan secara sukarela, harus
dinilai dalam sejumlah uang (pasal 225 HIR, pasal 259 RBg) dan selanjutnya akan
dilaksanakan seperti putusan untuk membayar sejumlah uang.
Putusan untuk membayar sejumlah uang, apabila tidak dilaksanakan secara sukarela, akan
dilaksanakan dengan cara melelang barang milik pihak yang dikalahkan, yang sebelumnya
harus disita (pasal 200 HIR, pasal 214 s/d pasal 224 RBg).
Putusan mana dengan tergugat dihukum untuk menyerahkan sesuatu barang, misalnya
sebidang tanah, dilaksanakan oleh jurusita, dengan disaksikan oleh pejabat setempat, apabila
perlu dengan bantuan alat kekuasaan negara.
Eksekusi hendaknya dilaksanakan dengan tuntas. Apabila setelah dilaksanakan, dan barang
yang dieksekusi telah diterima oleh pemohon eksekusi, kemudian diambil kembali oleh
tereksekusi, maka eksekusi tidak bisa dilakukan kedua kalinya.
Jalan yang dapat ditempuh oleh yang bersangkutan adalah melaporkan tentang hal tersebut
diatas itu, kepada pihak yang berwajib (pihak kepolisian) atau mengajukan gugatan untuk
memperoleh kembali barang (tanah/ tanah dan rumah tersebut).
Putusan Pengadilan Negeri atas gugatan penyerobotan, apabila diminta dalam petitum, bisa
diberikan dengan serta-merta, atas dasar hak milik yang diserobot.
PENANGGUHAN EKSEKUSI
Eksekusi hanya bisa ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan Negeri, yang memimpin eksekusi.
Dalam hal sangat mendesak dan Ketua Pengadilan Negeri berhalangan, Wakil Ketua
Pengadilan Negeri dapat memerintahkan, agar eksekusi ditunda.
Dalam rangka pengawasan atas jalannya peradilan yang baik, Ketua Pengadilan Tinggi
selaku voorpost dari Mahkamah Agung, dapat memerintahkan agar eksekusi ditunda atau
diteruskan. Dalam hal sangat mendesak dan Ketua Pengadilan Tinggi berhalangan, Wakil
Ketua Pengadilan Tinggi dapat memerintahkan agar eksekusi ditunda.
Wewenang untuk menangguhkan eksekusi atau agar eksekusi diteruskan, pada puncak
tertinggi, ada pada Ketua Mahkamah Agung. Dalam hal Ketua Mahkamah Agung
berhalangan, wewenang yang sama ada pada Wakil Ketua Mahkamah Agung.
Kepercayaan masyarakat dan wibawa Pengadilan bertambah, apabila eksekusi berjalan
mulus, tanpa rintangan.
Agar eksekusi berjalan mulus dan lancar, kerjasarna yang baik antar instansi terkait didaerah,
perlu terus menerus dibina dan ditingkatkan.