Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : M. ALI FIKRI ASSEGAF

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041026044

Kode/Nama Mata Kuliah : PAJA3347/ Etika Bisnis dalam Perpajakan

Kode/Nama UPBJJ : JAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Arif mulai bekerja pada suatu perusahaan kelapa sawit sejak awal Agustus 2020
dan pada akhir Agustus 2020 menerima gaji sebesar Rp9.000.000,. Dengan
demikian, setiap akhir bulan telah timbul utang pajak bagi Arif karena telah
timbul objek pajaknya yaitu gaji/penghasilan.
Jelaskan cara penghapusan utang pajak.
Jawaban:
Berdasarkan undang-undang perpajakan, terdapat 5 cara penghapusan utang
pajak:
- Pembayaran. Cara pertama menghapus utang pajak adalah dengan
membayarnya pada negara. Pembayarannya secara lunas dalam bentuk
sejumlah uang oleh Wajib Pajak ke Kas Negara. Dalam hal ini, Wajib Pajak
dapat membayarnya sendiri atau menguasakannya pada pihak lain selama
pihak tersebut bertindak atas nama wajib pajak yang memiliki utang pajak.
Selain itu, pembayaran ini perlu menggunakan mata uang yang berlaku di
Indonesia, dalam hal ini adalah Rupiah.
- Kompensasi. Kompensasi dapat dilakukan jika Wajib Pajak memiliki
kelebihan dalam membayar pajak sehingga dapat digunakan untuk
membayar utang pajak. Kelebihan bayar pajak sendiri dapat terjadi karena
berbagai hal, seperti perubahan undang-undang pajak, kekeliruan
pembayaran, adanya pemberian pengurangan, dan sebagainya. Karena itu,
kelebihan pajak ini dapat dikreditkan.
Wajib pajak dapat menghapus utang pajak menggunakan cara ini dengan
syarat ia wajib mengajukan sendiri kepada pejabat pajak. Selain itu, Wajib
Pajak tidak bisa mengkompensasikan utang pajak dengan utang biasa
karena berbeda konteks.
Kompensasi dapat berupa:
 Kompensasi kerugian, ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu kompensasi
kerugian yang mendatar (horizontal compensative), kompensasi yang
tegak (vertical compensative), dan kompensasi kerugian perang.
 Kompensasi pembayaran, ini dapat dilakukan jika salah satu pihak
memiliki utang dan memiliki tagihan pada pihak lain.
Jika ingin menggunakan cara kompensasi, ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan:
 Bahwa pada saat yang sama, kedua subjek saling mempunyai tagihan.
 Hal yang dikompensasikan hanyalah dua utang berupa uang dan barang
yang sama macamnya.
 Kompensasi berlaku karena hukum, bahkan jika pihak yang berhutang
tidak mengetahuinya dan saling menghilangkan utang yang sama
besarnya pada saat yang sama.
- Kedaluwarsa. Kedaluwarsa di sini adalah kedaluwarsa penagihan. Melansir
dari DJP, hak untuk menagih pajak kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5
(lima) tahun terhitung sejat tanggal terutang pajak atau berakhirnya masa
pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan.
Kedaluwarsa penagihan pajak dapat dicegah dengan melakukan penagihan
teguran, dan pengakhiran dengan mengajukan permohonan keberatan atau
penangguhan.
Selain itu, ada dua macam kedaluwarsa dalam hal utang pajak. Pertama
adalah kedaluwarsa lemah (penagihannya kedaluwarsa), dan kedua adalah
kedaluwarsa kuat (utangnya kedaluwarsa).
- Pembebasan. Alternatif lain untuk menghapus utang pajak adalah dengan
cara pembebasan. Namun, pembebasan di sini pada umumnya bukan
berarti menghilangkan pokok utang pajak, meniadakan sanksi administratif
terkait utang pajak.
Tetapi, utang pajak dapat berakhir dengan pembebasan karena cara ini
merupakan sarana hukum pajak untuk melepaskan tanggung jawab wajib
pajak berupa membayar pajak.
- Penghapusan/Peniadaan. Penghapusan utang pajak mirip dengan cara
pembebasan. Perbedaannya, cara penghapusan diberikan karena keadaan
keuangan Wajib Pajak.
Penghapusan juga merupakan cara untuk mengakhiri utang pajak. Namun,
hanya dengan alasan tertentu, seperti Wajib Pajak terkena musibah atau
karena dasar penetapannya tidak benar. Ketika utang pajak telah dihapus,
perikatan pajak akan berakhir sehingga Wajib Pajak tidak lagi memiliki
kewajiban membayar pajak yang terutang.

2. Pada dasarnya semua Wajib Pajak (WP) wajib melakukan pembukuan kecuali
WP tertentu yang menurut ketentuan undang-undang diperkenankan untuk
tidak melakukan menyelenggarakan pembukuan. Sebagai gantinya WP
tersebut harus menyelenggarakan pencatatan.
Jelaskan syarat-syarat Wajib Pajak melakukan pembukuan.
Jawaban:
Sesuai dengan prinsipnya, wajib pajak baik orang pribadi, badan, maupun
instansi pemerintah yang telah melakukan sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas ataupun kegiatan usaha wajib melakukan pembukuan.
Syarat Penyelenggaraan Pembukuan:
- Untuk pembukuan, diselenggarakan dengan menggunakan prinsip taat asas
dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
- Pembukuan dilakukan dengan terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
sehingga pajak yang terutang nantinya dapat dihitung.

3. Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sampai saat ini telah membawa
dampak luas dalam kehidupan manusia, termasuk dalam aspek industri.
Berbagai industri, mulai dari pariwisata, properti, perbankan, dan sebagainya
mengalami pukulan yang cukup telak. Garuda Indonesia baru-baru ini
mengumumkan akan mengakhiri kontrak terhadap 700 pekerja mereka akibat
penurunan pendapatan perusahaan selama masa pandemi ini. Direktur Utama
Garuda Indonesia mengatakan, ratusan karyawan tersebut diselesaikan lebih
awal kontraknya. Meski diputus kontraknya lebih cepat, pihaknya berjanji akan
memenuhi hak-hak yang seharusnya para pekerja itu dapatkan, termasuk
pembayaran atas sisa kontrak masing-masingnya.
Jelaskan 3 hal prosedur pemberhentian karyawan dianggap adil
Jawaban:
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja dan perusahaan/majikan. Artinya harus adanya hal/alasan tertentu
yang mendasari pengakhiran hubungan kerja ini.
Dalam aturan perburuhan, alasan yang mendasari PHK dapat ditemukan dalam
pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
13/2003) jo. Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU
11/2021) dan peraturan pelaksananya yakni pasal 36 Peraturan Pemerintah
No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021).
Prosedur yang harus dilalui perusahaan dalam melakukan PHK:
- Tahap Pertama: Musyawarah
Ketika terjadi PHK, prosedur pertama kali yang harus ditempuh adalah
dengan melakukan musyawarah oleh kedua belah pihak, yaitu pihak
karyawan dan perusahaan.
Musyawarah ini bertujuan untuk mendapatkan pemufakatan yang dikenal
dengan istilah bipartite.
Melalui musyawarah ini, kedua belah pihak melakukan pembicaraan untuk
menemukan solusi terbaik untuk perusahaan maupun karyawan.
- Tahap Kedua: Media dengan Disnaker
Jika ternyata dalam permasalah yang terjadi tidak bisa diselesaikan dengan
cara musyawarah, maka bantuan tenaga dinas tenaga kerja (disnaker)
setempat diperlukan.
Tujuannya adalah untuk menemukan cara penyelesaian apakah melalui
mediasi atau rekonsiliasi.
- Tahap Ketiga: Mediasi Hukum
Ketika pada tahap bantuan Disnaker tidak mampu menyelesaikan masalah
antara kedua belah pihak, maka upaya hukum bisa dilakukan hingga
pengadilan.
Jika memang pada hasil akhir PHK tetap dilaksanakan, maka diajukan
dengan melakukan permohonan secara tertulis kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

4. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


(BPKP) Nomor Kep01.00.00.295/K/2001 tanggal 30 Mei 2001 tentang Blue Print
BPKP dinyatakan bahwa peran BPKP sebagai auditor internal pemerintah
diwujudkan dalam bentuk mendorong terwujudnya Good Governance,
mengembangkan sinergi pengawasan, mendukung upaya pemberantasan KKN,
mengoptimalkan peningkatan penerimaan negara, dan berperan dalam
pelaksana otonomi daerah.
Jelaskan audit yang dilakukan pengawas internal di lingkungan lembaga
pemerintahan.
Jawaban:
Sesuai dengan latar belakang dan kompetensi tenaga teknis BPKP di bidang
akuntansi, layanan audit yang dapat dilakukan oleh jajaran Perwakilan BPKP
antara lain:
- Audit khusus (audit investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi
praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan penyimpangan lain.
- Audit terhadap Laporan Keuangan dan Kinerja BUMN/BUMD/Badan Usaha
Lainnya
- Audit terhadap pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri
- Audit terhadap Peningkatan Penerimaan Negara, termasuk Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
- Audit terhadap kegiatan yang dananya bersumber dari APBN
- Audit dalam rangka memenuhi permintaan stakeholder tertentu.
Audit tersebut dapat dilaksanakan sebagai program audit yang direncanakan
sendiri maupun audit atas permintaan pihak-pihak tertentu, misalnya
pemerintah daerah, aparat penegak hukum, pimpinan departemen/LPND,
BUMN/BUMD dan institusi pemberi pinjaman (lender)

Anda mungkin juga menyukai