“AUDIT PERPAJAKAN”
MATA KULIAH AUDIT MANAJEMEN
DOSEN PENGAMPU:
Dio Agung Herubawa, SE., M.Acc
DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
Fernando Amosia (190503161)
Mulkan Azhima (190503166)
Windy Novice (190503169)
Putri Adelia (190503171)
i
BAB IX
AUDIT PERPAJAKAN
9.1. Latar Belakang
9.2. Definisi
Istilah audit pajak lebih mewakili kepentingan fiskus dalam melakukan pemeriksaan
terhadap ketaatan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dan memaksimalkan
penerimaan Negara dari pajak yang harus diterima. Pemeriksaan adalah serangkaian
kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
1
untuk menguji
2
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Audit perpajakan yang dibahas adalah audit yang dilakukan secara internal
berkelanjutan, yang menyatu dengan sistem pengendalian operasional perusahaan,
menilai ketaatan pelaksanaan aturan perpajakan dan teknik pengelolaan transaksi yang
mampu meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar aturan-aturannya yang
mencakup penilaian terhadap:
a) Kebijakan perpajakan yang ditetapkan perusahaan yang biasanya terintegrasi
dengan kebijakan operasional dan kebijakan akuntansinya.
b) Aplikasi manajemen pajak yang mengelola transaksi perpajakan perusahaan,
untuk meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar ketentuan dan
peraturan perpajakan.
c) Pelaksanaan menyeluruh terhadap kewajiban perpajakan yang diatur UU dan
peraturan perpajakan lainnya yang secara umum menyangkut
pemungutan/pemotongan, penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak baik
pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai maupun pajak pajak lainnya.
3
perusahaan dalam mengelola kewajiban perpajakannya yang seharusnyaberjalan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
4
9.4. Ruang Lingkup
Keseluruhan aspek perpajakan perusahaan, baik dalam rangka meminimalkan
pembayaran pajak maupun ketaatan pelaksanaan kewajiban perpajakan. Dari aspek
efisiensi pembayaran pajak audit melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan
dalam:
a. Meminimalkan Taxable revenue
b. Memaksimalkan Deductible expense
Dari aspek ketaatan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, melakukan penilaian
terhadap ketaatan perusahaan dalam melakukan:
a. Pemungutan dan pemotongan pajak
b. Penghitungan pajak dengan benar
c. Penyetoran pajak tepat waktu
d. Pelaporan pajak secara lengkap dan tepat waktu
5
13. Bantuan atau santunan yang dibayar oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6
2. Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis
B. Kewajiban Wajib Pajak
1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak dan wajib pajak
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Pasal 2 ayat 1)
2. Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan
usahanya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dan kegiatan usahanya
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (Pasal 2 ayat 2)
3. Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pemeberitahuan dengan benar, lengkap,
dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata uang rupiah dan menandatanginya (Pasal 3 ayat 1)
4. Wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemeberitahuan dengan
benar, lengkap dan jelas dan menandatanganinya (Pasal 4 ayat 1)
5. Wajib pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas Negara (Pasal 10 ayat 1)
7
Penyetoran pajak PPh pasal 21 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dari
waktu pemotongan dan pelaporan SPT Masa PPh 21 paling lama 20 hari setelah
masa pajak berakhir
Memiliki rekening sendiri untuk menjadi sumber pemotongan dan pemungutan
dari pajak dan dibutuhkan saat pembuatan SPT PPh 21.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan baik dalam perhitungan, pemotongan,
penyetoran maupun pelaporannya, internal audit perpajakan harus memastikan
bahwa data-data karyawan yang dihitung pajaknya adalah data yang terbarukan,
penerapa tarif PTKP dan tarif pajaknya serta pengisian SPT-nya akurat,
penyetoran dan pelaporan pajaknya tidak terlambat.
8
9.10. Audit atas PPh Pasal 22
Pasal 22: Meneteri Keuangan menetapkan:
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran
atas penyerahan barang
2. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain
3. Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah
4. Penyetoran PPh 22 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dan pelaporannya
paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
5. Besarnya pungutan yang diterapkan pada Wajib Pajak yang tidak memilik
NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang memiliki NPWP
6. Sebagai pemungut, Wajib pajak harus menyerahkan bukti pemungut kepada
Wajib Pajak, sebagai yang dipungut, wajib pajak harus mendapat bukti
pemungutan
9
Untuk menghindari terjadinya perbedaan antara objek pajak pada SPT Masa
PPh 23 dengan biaya-biaya yang menjadi objek pemotongan PPh 23,
perusahaan harus melakukan penyertaan antara biaya-biaya yang merupakan
objek pemotongan PPh 23 yang seharusnya dibuat dalam rekening-rekening
tersendiri dengan objek pajak pada SPT masa PPh 23. Sebelum SPT masa
dilaporkan harus cari penyebabnya yang menimbulkan kewajiban pemotongan
pajak.
1
9.13. Audit atas Perhitungan Pajak Akhir Tahun
Pasal 28:
1. Bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak terutang dikurangi
dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan
2. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan UU pajak
Pasal 29:
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada
kredit pajak, maka kekurangan pajak yang terutang harus dilunasi sebelumSPT Pajak
Penghasilan disampaikan. Dasar penghitungan pajak terutang adalah laba yang
diperoleh perusahaan. Untuk meminimalkan pembayaran pajak penghasilan badan,
wajib pajak dapat melakukan pengelolaan kewajiban perpajakan akhir tahun melalui:
1. Review dan Analisis Pajak terutang Akhir Tahun PPh Badan
2. Strategi Menghemat Pajak Penghasilan Akhir Tahun
3. Menghindari Pajak Lebih Bayar dan Rugi Fiskal
4. Melakukan ekualisasi PPh Badan dan PPN, dan langkah starategi lainnya.
1
3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean (Pasal 4 ayat (1) huruf d) dan/atau yang
memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean (Pasal 4 ayat (1) huruf
e) wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang terutang
4. Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas
ekspornya dikenai PPN
1
4. Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah
sebagai Pemungut PPN
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak
Masukan, selisihnya merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP. Penyetoran PPN
yang telah dipungut (PPN Keluaran), setelah dikompensasikan dengan PPN.
Masukan pada masa yang sama, paling lama 15 bulan berikutnya dan harus
dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dikompensasi ke Masa Pajak berikutnya dan dapat diajukan permohonan pengembalian
pada akhir tahun buku.
Memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan adalah bagian dari strategi
Wajib Pajak untuk meminimalkan arus kas keluarnya untuk penyetoran PPN dan
menunda penerbitan faktur pajak terhadap penjualan yang belum diterima
pembayarannya dengan menunda pengakuan penjualan sampai akhir bulan berikutnya.
1
4. Penghasilan lain sebagaimana tertera dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.
1
Objek Penghasilan
Langkah-langkah untuk mendapatkan besaran Penghasilan Kena Pajak adalah
sebagai berikut:
Pertama, hitung seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun
pajak, kecuali penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan penghasilan yang
telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat Final. Besaran nilai penghasilan neto
yang diperoleh dalam satu tahun dapat diketahui dari hasil pembukuan/pencatatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas, dan/atau
bukti potong pajak (form 1721) yang diberikan oleh pemberi kerja kepada karyawannya.
Kedua, kurangkan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dari penghasilan neto tersebut.
Besaran penghasilan tidak kena pajak untuk wajib pajak orang pribadi adalah
sebagaimana berikut:
1. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi;]
2. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin;
3. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
4. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, palingbanyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga.
Besaran penghasilan tidak kena pajak ditentukan dari kondisi pada awal tahun
pajak atau awal bagian tahun pajak. Dari hasil penghitungan tersebut kita mendapatkan
besaran penghasilan kena pajak.
1
tercantum didalam Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 18 tentang
Penanaman Modal.
Tax holiday memang dibentuk dan diberlakukan dalam industri guna untuk
mendorong pertumbuhan, namun perlu kita ketahui tidak semua industri bisa dengan
mudah untuk menikmati fasilitas tax holiday ini. Melainkan setiap investor yang ingin
menikmati fasilitas ini harus memenuhi setiap persyaratan seperti menciptakan banyak
lapangan pekerjaan, membawa teknologi baru, masuk ke daerah kecil dan terbelakang,
serta memberikan nilai tambahan untuk industri.
Sama seperti tax holiday, tax allowance juga termasuk dalam salah satu fasilitas
perpajakan yang diberikan untuk investor dapat mengurangi Pajak Penghasilannya yang
dihitung berdasarkan jumlah investasi yang ditanamkan di bidang-bidang usaha daerah.
David Holland and Richard J.Vann memberikan pengertian bahwa tax allowance
merupakan sebagian bentuk keringan pajak yang mendasari pada nilai pengeluaran atas
investasi yang memenuhi kualifikasi. Selainitu mekanisme dan teknis dalam pemberian
tax allowance ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintahan No. 9 Tahun 2016 yang
meperbarui PP No. 18 Tahun 2015tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Kegiatan
Penanaman Modal di Sektor Usaha Tertentu dan di Wilayah Tertentu.
1
DAFTAR PUSTAKA