Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fernando Amosia Sinambela

Nim : 190503161
Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi
Prodi : S1 Akuntansi

Kode Etik Profesi Akuntan Menuju Era Global

1. TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi sistem informasi dan
komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan sistem ekonomi
global. Pernyataan sistem ekonomi global ini makin mendorong tumbuhnya perusahaan-
perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatu negara. Kesatuan aktivitas
perekonomian ini terlihat jelas yang dicapai oleh para pemimpin negara-negara di dunia, antara
lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa, dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong ke
arah pernyataan sistem ekonomi dunia.
Saat ini sedikitnya ada dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya
dapat mendukung ke arah kesatuan ekonomi global, yaitu:
a) Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang
terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Banyak negara yang
mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di negara masing-masing.
b) Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar perilaku
etis profesi akuntan.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi keberadaan
profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, organisasi
IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dan kode etik internasional yang
dikeluarkan oleh IFAC.
2. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS

Ada enam manfaat dari kode etik profesi, yaitu:

1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat


(peer pressure).
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah dari pada
mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situational).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat juga
mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. Kode etik dapat merinci tanggungjawab sosial perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau mengawasi perilaku
dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan kontribusi
bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik AICPA lebih
ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan publik, sedangkan kode etik
IMA lebih ditujukan bagi para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu
organisasi perusahaan.

3. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI LUAR AS


Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak negara. Beberapa kode
etik yang berlaku di beberapa negara, seperti AS, Inggris, Jerman, Kanada, dan Australia tidak
banyak berbeda.

4. SARBANES – OXLEY ACT


Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang
dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan publik multinasional yang berkantor
pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan publik ternama, sempat menggoncang bursa
saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai skandal ini, pemerintah dan lembaga legislatif AS
segera mengeluarkan undang-undang yang sangat terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act
(SOX).

5. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNASIONAL FEDERATION OF


ACCOUNTANTS (IFAC)
Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik secara lengkap dan
sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ; Bagian A berisi prinsip-prinsip
fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan juga berisi kerangka
konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B berisi penjelasan lebih lanjut
mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk
situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian
C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada
bagian A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis
(akuntan manajemen).

Bagian B: Kode Etik Akuntan Publik


Penerapan prinsp-prinsip etika fundamental untuk profesi akuntan publik dijabarkan secara
rinci pada bagian B Kode Etik IFAC degan diberi kode 200 sampai 290.
200 Pendahuluan
210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien
220 Konflik Kepentingan
230 Pendapat Kedua (Second Opinion)
240 Fee dan jenis imbalan lainnya
250 Pemasaran jasa profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan
270 Penyimpanan Aset Klien (Custody of Client Assets)
280 Objetivitas semua jasa
290 Independensi Perikatan Penjaminan (Assurance Engagements)

Bagian C: Kode Etik Akuntan Bisnis


Penerapan prinsp-prinsip etika fundamental untuk profesi akuntan bisnis (Akuntan
Manajemen) dijabarkan secara rinci pada bagian B Kode Etik IFAC degan diberi kode 300 sampai
330.
300 Pendahuluan
310 Potensi Konflik
320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi
330 Bertindak dengan Keahlian yang Memadai

Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC


Menurut Brooks (2007), ada 4 pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC sebagai
berikut: Memahami Struktur Kode Etik, Memahami Kerangka Dasar Kode Etik untuk melakukan
penilaian yang bijak, Proses Menjamin Independensi Pikiran (independence in mind) dan
Independensi Penampilan (independence in appearance), Pengamanan untuk mengurangi Risiko
Situasi konflik Kepentingan.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC dijelaskan sebagai berikut:

1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan adalah
untuk melayani kepentingan publik.
2. Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara eksklusif hanya melayani
klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan (dari sudut pandang
akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan publik dalam arti luas.
3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme, kinerja,
dan kepentingan publik.
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu kredibilitas,
profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.
5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh prinsip-
prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas, kompetensi
profesional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika akuntan
mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran (independence in mind)
maupun independen dalam penampilan (independence in appearance).
Pentingnya melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan dan hubungan dengan klien atau
atasan guna menentukan:
• Apakah ada ancaman terhadap sikap independensi akuntan, baik yang praktik sebagai
akuntan publik maupun sebagai akuntan bisnis.
• Ancaman terhadap independensi dapat berbentuk:
a. Kepentingan diri (self-interest)
b. Review diri (self-review)
c. Advokasi (advocacy)
d. Kekerabatan (familiarity)
e. Intimidasi (intimidation)
• Bila ditemui adanya ancaman terhadap independensi, maka pada pedoman kode etik juga
diberikan panduan perilaku cara mengamankan, mengeliminasi, atau mengurangi risiko
ancaman tersebut.
• Ada beberapa cara pengamanan salah satunya profesi, legislasi, regulasi di dalam klien
dan firma.
Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain:

1) Prinsip-prinsip Fundamental Etika.


2) Independensi.
3) Ancaman terhadap Independensi.
4) Pengamanan terhadap Ancaman Independensi.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika


Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri atas:

a) Integritas (integrity). Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
b) Objektivitas (objektivity). Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh
membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan, atau di bawah pengaruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional.
c) Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional mempunyai
kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan profesional secara
berkelanjutan pada tingkat kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik,
legislasi, dan teknik terkini.
d) Kerahasiaan (confidentiality). Seorang akuntan profesional harus menghormati
kerahasiaan informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan
bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa izin
yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional
untuk mengungkapkannya.
e) Perilaku profesional (profesional behavior). Seorang akuntan profesional harus patuh pada
hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.

Anda mungkin juga menyukai