Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fernando Amosia Sinambela

NIM : 190503161
Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi
Tanggal : 25 November 2021

Tugas 13 Etika Bisnis dan Profesi

1. Pengertian Profesi Akuntan


Akuntan yang bekerja pada Departemen atau bagian akuntansi sering disebut juga sebagai
akuntan manajemen. Tugas pokok dari akuntan manajemen di dalam organisasi antara lain
melakukan proses pencatatan transaksi keuangan, memelihara catatan atas semua transaksi
perusahaan, membuat laporan akuntansi secara periodik untuk disampaikan kepada manajemen
organisasi. Dalam setiap organisasi atau perusahaan, dapat dibedakan dua jenis laporan akuntansi,
yaitu: (1) laporan akuntansi keuangan, atau lebih sering disingkat laporan keuangan (financial
statement) saja, dan (2) laporan akuntansi manajemen. Akuntan publik mempunyai fungsi pokok
untuk melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan sebelum diterbitkan
sebagai alat pertanggungjawaban manajemen.
Selain bekerja sebagai akuntan manajemen dan akuntan publik, para akuntan juga dapat
bekerja sebagai auditor internal. Lingkup tugas Departemen audit internal bisa sangat luas, yaitu
meliputi berbagai jenis audit, antara lain: audit keuangan (financial audit), audit manajemen/
operasional (management/operational audit), audit ketaatan (compliance audit), investigasi khusus
(special investigation), audit sistem informasi, dan sebagainya.
Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai kewajaran dari laporan keuangan
perusahaan, Apakah telah disusun Sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Tujuan
dari audit manajemen adalah untuk melakukan penilaian atas kinerja organisasi, apakah kinerja
organisasi tersebut telah mencapai tingkat efisiensi, efektivitas, dan keekonomian yang
diharapkan. Suatu kinerja disebut efektif bila tujuan yang ditetapkan oleh suatu unit organisasi
telah tercapai, tanpa memperhatikan aspek biaya. Suatu kinerja disebut efisien bila untuk
memperoleh output tertentu, maka akan dikorbankan input yang minimal. Suatu kinerja disebut
ekonomis bila dengan input tertentu, dihasilkan output yang maksimal. Tujuan dari audit ketaatan
adalah untuk menilai Apakah kegiatan operasi perusahaan telah mengikuti berbagai peraturan,
kebijakan, dan prosedur yang telah ditetapkan.
Gambar Skema Karir Seorang Akuntan

Akuntan

Sektor Swasta Sektor Publik

Akuntan Auditor
Akuntan Auditor
Manajemen Internal Pemerintah Inspektorat

Akuntan Auditor
BUMN/BUMD BPKP

Akuntan
Auditor
Publik
BPKP

Pekerjaan para akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah, baik
selaku akuntan manajemen, akuntan publik, atau auditor internal dapat disebut suatu profesi karena
para akuntan tersebut harus mengetahui akuntansi dan/atau disiplin ilmu lain yang relevan melalui
pendidikan formal, menguasai keterampilan dalam mengolah data dan Menyajikan laporan
khususnya dengan memanfaatkan teknologi komputer dan sistem informasi, dan harus mempunyai
sikap dan perilaku etis.

B. Organisasi Institut Akuntan Indonesia (IAI)


Organisasi si Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia)
disingkat IAI, dibentuk 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23 Desember
1957 (T.M. Tuanakotta, 2007). Pada awal dibentuknya organisasi ini, susunan pengurusnya terdiri
atas:
Ketua : Prof. Soemardjo
Panitera : Drs. Go Tie Siem
Bendahara : Drs. Basuki T. Siddharta
Komisaris : Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Hendra Darmawan

Pada saat itu, hanya ada 11 akuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan oleh
Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita Negara RI
Nomor 24 tanggal 24 Maret 1999. Walaupun demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal
pendirian IAI tetap pada tanggal 23 Desember 1957. Ikatan Akuntansi Indonesia juga berbenah
diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun
dengan tetap mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI. Bila pada saat didirikan jumlah
akuntan hanya 11 akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008 nomor register akuntan di
Departemen Keuangan telah sampai 46.094, walaupun hanya sebagian yang terdaftar sebagai
anggota IAI.

C. Profesi Akuntan dalam Sorotan


Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis dan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, mau tidak mau, berada dalam tekanan berat konflik
kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret ke dalam praktik-praktik yang tidak
etis. Praktik tidak etis profesi akuntan ini bahkan juga dilakukan oleh 10 KAP papan atas. Sorotan
terhadap profesi akuntan tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di Amerika Serikat baik
terhadap akuntan manajemen maupun akuntan publik. Sorotan terhadap citra profesi bahkan juga
menimpa KAP peringkat dunia, yang dikenal dengan sebutan “The Big Five”. Namun sorotan
paling tajam diberikan kepada KAP Arthur Anderson karena pelanggaran etika dan pelanggaran
tindak pidana berupa pemusnahan dokumen kertas kerja dalam kaitannya dengan audit yang
dilakukannya pada Enron.

D. Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia


Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
b. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c. Kualitas jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan
standar kinerja tertinggi.
d. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Faktor kunci citra profesi akuntan yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan itu
sendiri ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan, sedangkan tingkat
kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa dan tingkat ketaatan serta kesadaran
para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi. Struktur kode etik IAI terdiri atas empat
bagian yang disusun berdasarkan struktur/jenjang (hierarchy), yaitu (1) Prinsip Etika, (2) Aturan
Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanggung Jawab Etika.

E. Prinsip Etika IAI


Saat ini kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1998 terdiri atas 8 prinsip
yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis
Gambar Proses Penalaran Prinsip Etika

Hasil Kerja profesi akuntan untuk Oleh karena itu setiap anggota
kepentingan publik (Prinsip 2) dituntut untuk mengembangkan
rasa tanggung jawab (Prinsip 1)
Kompetensi mencakup tiga ranah:

• Pengetahuan (knowledge) – Prinsip 5


Tanggung jawab diwujudkan
• Keterampilan teknis (skill) – Prinsip 8
dalam bentuk upaya peningkatan
• Sikap perikalu etis (attitude)
kompetensi secara berkelanjutan
➢ Prinsip 3 – Integritas
(Prinsip 5)
➢ Prinsip 4 – Objektivitas
➢ Prinsip 6 – Kerahasiaan
➢ Prinsip 7 – Perilaku Profesional

Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)


Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Prinsip ke-2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:
a. Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi berupa laporan keuangan
dan laporan audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis
keputusan bisnis, ekonomis dan, politis.
b. Efektivitas keputusan publik ini bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan oleh
profesi akuntan.
c. Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat
memelihara kepercayaan publik.
d. Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan
dapat menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang
tinggi.
Tanggung Jawab Profesi (Prinsip ke-1)
Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Prinsip ke-1: Tanggung Jawab Profesi diperlukan sebagai konsekuensi logis dari keharusan
profesi akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Prinsip ini menyiratkan arti bahwa:
a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas informasi
yang disampaikan.
b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai
bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
• Kepentingan pribadi versus kepentingan publik
• Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus
kepentingan publik
• Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor independen)
dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih mengedepankan
kepentingan yang lebih besar (kepentingan publik).
c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan selalu
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan.
Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan Prinsip ke-8)
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
Pengertian kompetensi mencakup Tiga Ranah, yaitu: kognitif (pengetahuan/knowledge),
afeksi (sikap dan perilaku attitude meliputi: etika, kecerdasan emosional, dan spiritual), dan
psikomotorik (keterampilan teknis/fisik). IAI telah menetapkan 6 prinsip etika yang berhubungan
dengan keharusan memiliki kompetensi tinggi ini, yaitu:
1. Kompetensi pada ranah kognitif. Prinsip Kelima – Kompetensi dan Kehati-hatian
Profesional
2. Kompetensi pada ranah afeksi:
a. Prinsip Ketiga – Integritas
b. Prinsip Keempat – Objektivitas
c. Prinsip Keenam – Kerahasiaan
d. Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional
3. Kompetensi pada ranah psikomotorik: Prinsip Kedelapan – Standar Teknis.
4.

Anda mungkin juga menyukai