Definisi
Menurut UU RI No. 3/2004, Bank Sentral Republik Indonesia adalah Bank Indonesia
(BI). BI adalah lembaga negara berbadan hukum yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah
dan/atau pihak lain, bertujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
melalui kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
Dasar undang-undang yang mengatur Bank Indonesia terus mengalami evolusi.
a. UU RI No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-undang Pokok Bank Indonesia
b. UU RI No. 23/1999 yang mengatur sistem perbankan
c. UU RI No. 3/2004 yang mengatur sistem makro
d. Perppu UU RI No 2/2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No.23/1999
e. UU RI No. 6/2009 yang mengatur stabilitas sistem
Ruang Lingkup
Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah
undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan
berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas
Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Sumber Pustaka:
Gup, Benton. 2011. Banking and Financial Institutions: A Guide for Directors, Investors, and
Counterparties. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons
Thamrin, Abdullah; Wahjusaputri Sintha. 2018. Bank dan Lembaga Keuangan Edisi 2.
Jakarta: Mitra Wacana Media
www.bi.go.id
www.OJK.go.id
Ketiga tugas tersebut dijalankan secara terintegrasi agar tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah
tugas mengatur dan mengawasi perbankan secara mikroprudensial dialihkan
kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi
perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek makroprudensial sistem
perbankan.
Pengambilan keputusan
Ruang Lingkup
Hubungan dengan Lembaga Lain
Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI sebagai
lembaga negara yang independen, tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung.
Kedudukan BI juga tidak sama dengan Departemen karena kedudukan BI berada di
luar pemerintahan. Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen,
dalam melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang
baik dengan DPR, BPK, Pemerintah, dan pihak lainnya.
Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, setiap awal tahun anggaran
BI menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan datang. Khusus kepada DPR,
pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta
oleh DPR. Selain itu, BI menyampaikan rencana dan realiasasi anggaran tahunan
kepada Pemerintah dan DPR. Dalam hubungannya dengan BPK, BI wajib
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK.
Bank Indonesia selain berkewajiban menyusun struktur organisasi yang baik serta
hubungan kelembagaan dengan pemerintah dan pihak eksternal, Bank Indonesia
wajib mengembangkan system dan infrastruktur keuangan seperti sistem
pembayaran nasional serta sistem yang mendukung pasar keuangan nasional.
Sumber Pustaka:
Gup, Benton. 2011. Banking and Financial Institutions: A Guide for Directors, Investors, and
Counterparties. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons
Thamrin, Abdullah; Wahjusaputri Sintha. 2018. Bank dan Lembaga Keuangan Edisi 2.
Jakarta: Mitra Wacana Media
www.bi.go.id
www.OJK.go.id
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank
sentral dalam bentuk pengaturan persediaan uang untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan utama dari kebijakan moneter adalah mencegah terjadinya peningkatan uang
beredar secara berlebihan atau sangat kurang. Pihak yang dapat memberikan
kebijakan moneter ialah pemerintah suatu negara atau otoritas moneter. Kebijakan
moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, margin
requirement, kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang bertujuan
untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi tinggi, stabilitas
harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan
neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga
serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha
mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar
inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu
namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank
untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Akuntabilitas
UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang telah diamandemen dengan UU
No. 3 Tahun 2004 (sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik
Indonesia No. 6/2009) mengamanatkan akuntabilitas Bank Indonesia dalam
pelaksanaan tugas, wewenang, dan anggaran. Prinsip akuntabilitas dari pelaksanaan
tugas dan wewenang Bank Indonesia diterapkan dengan cara menyampaikan
informasi langsung kepada masyarakat luas melalui media massa pada setiap awal
tahun, mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya,
serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter untuk
Sumber Pustaka:
Gup, Benton. 2011. Banking and Financial Institutions: A Guide for Directors, Investors, and
Counterparties. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons
Thamrin, Abdullah; Wahjusaputri Sintha. 2018. Bank dan Lembaga Keuangan Edisi 2.
Jakarta: Mitra Wacana Media
www.bi.go.id
www.OJK.go.id